Pengaruh Jarak Sumur Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk Di Daerah Sawah Irigasi Yangmenggunakan Pestisida (Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

(1)

YANG

YANG

YANG

YANG MENGGUNAKAN

MENGGUNAKAN

MENGGUNAKAN

MENGGUNAKAN PESTISIDA

PESTISIDA

PESTISIDA

PESTISIDA

(Studi

(Studi

(Studi Kasus

(Studi

Kasus

Kasus

Kasus di

di

di

di Kecamatan

Kecamatan

Kecamatan

Kecamatan Sunggal

Sunggal Kabupaten

Sunggal

Sunggal

Kabupaten

Kabupaten

Kabupaten Deli

Deli

Deli

Deli Serdang)

Serdang)

Serdang)

Serdang)

TESIS

TESIS

TESIS

TESIS

Oleh

Oleh

Oleh

Oleh

SIMON

SIMON

SIMON

SIMON TARIGAN

TARIGAN

TARIGAN

TARIGAN

107004016

107004016

107004016

107004016

SEKOLAH

SEKOLAH

SEKOLAH

SEKOLAH PASCASARJANA

PASCASARJANA

PASCASARJANA

PASCASARJANA

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA UTARA

UTARA

UTARA

UTARA

MEDAN

MEDAN

MEDAN

MEDAN

2012

2012

2012

2012

SE

K O L A H P

A


(2)

YANG

YANG

YANG

YANG MENGGUNAKAN

MENGGUNAKAN

MENGGUNAKAN

MENGGUNAKAN PESTISIDA

PESTISIDA

PESTISIDA

PESTISIDA

(Studi

(Studi

(Studi Kasus

(Studi

Kasus

Kasus

Kasus Di

Di

Di

Di Kecamatan

Kecamatan

Kecamatan

Kecamatan Sunggal

Sunggal Kabupaten

Sunggal

Sunggal

Kabupaten

Kabupaten

Kabupaten Del

Del

Del

Deliiii Serdang)

Serdang)

Serdang)

Serdang)

TESIS

TESIS

TESIS

TESIS

Diajukan Diajukan Diajukan

Diajukan SebagaiSebagaiSebagaiSebagai SalahSalahSalahSalah SatuSatuSatuSatu SyaratSyaratSyaratSyarat untukuntukuntukuntuk MemperolehMemperolehMemperolehMemperoleh GelarGelarGelarGelar MagisterMagisterMagisterMagister SainsSainsSainsSains dalam

dalam dalam

dalam ProgramProgramProgramProgram StudiStudiStudiStudi PengelolaanPengelolaanPengelolaanPengelolaan SumberdayaSumberdaya AlamSumberdayaSumberdayaAlamAlamAlam dandandandan LingkunganLingkunganLingkunganLingkungan pada

padapada SekolahpadaSekolahSekolahSekolah PascasarjanaPascasarjanaPascasarjanaPascasarjana UniversitasUniversitas SumateraUniversitasUniversitasSumateraSumateraSumatera UtaraUtaraUtaraUtara

Oleh

Oleh

Oleh

Oleh

SIMON

SIMON

SIMON

SIMON TARIGAN

TARIGAN

TARIGAN

TARIGAN

107004016

107004016

107004016

107004016/PSL

/PSL

/PSL

/PSL

SEKOLAH

SEKOLAH

SEKOLAH

SEKOLAH PASCASARJANA

PASCASARJANA

PASCASARJANA

PASCASARJANA

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS

UNIVERSITAS SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA

SUMATERA UTARA

UTARA

UTARA

UTARA

MEDAN

MEDAN

MEDAN

MEDAN

2012

2012

2012

2012


(3)

(4)

PANITIA PANITIA

PANITIAPANITIA PENGUJIPENGUJIPENGUJIPENGUJI TESISTESISTESISTESIS Ketua

Ketua

KetuaKetua :::: Prof.Prof.Prof.Prof. Dr.Dr.Dr.Dr. Ir.Ir. Sumono,Ir.Ir.Sumono,Sumono,Sumono, MSMSMSMS Anggota

Anggota

AnggotaAnggota :::: 1.1.1.1. Dr.Dr.Dr.Dr. R.R. HamdaniR.R.HamdaniHamdaniHamdani Harahap,Harahap,Harahap,Harahap, MSiMSiMSiMSi 2.

2.

2.2. Drs.Drs.Drs.Drs. Chairuddin,Chairuddin,Chairuddin,Chairuddin, MScMScMScMSc 3.

3.

3.3. Prof.Prof.Prof.Prof. Dr.Dr.Dr.Dr. Ir.Ir.Ir.Ir. B.B. SengliB.B.SengliSengliSengli J.J.J.J. Damanik,Damanik,Damanik,Damanik, MScMScMScMSc 4.

4.


(5)

Judul Tesis

PENGARUH JARAK SUMUR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DAERAH SAWAH IRIGASI YANG

MENGGUNAKAN PESTISIDA

(Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(6)

(Studi (Studi (Studi

(Studi KasusKasusKasusKasus didididi KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan SunggalSunggal KabupatenSunggalSunggalKabupatenKabupatenKabupaten DeliDeliDeliDeli Serdang)Serdang)Serdang)Serdang) ABSTRAK

ABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Tujuannya, untuk mengetahui kualitas air sumur penduduk yang berdekatan dengan lahan pertanian ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut, mengetahui pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian terhadap kualitas air sumur penduduk ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut, dan mengetahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida di areal pertaniannya. Data kualitas air sumur diketahui melalui analisis laboratorium, sedangkan data sikap dan persepsi masyarakat dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 50 responden yang sumurnya berdekatan dengan sawah irigasi. Data kualitas air sumur diolah dan dilakukan analisis Sidik Ragam serta analisis Regresi dan analisis Korelasi. Untuk mengetahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida, data hasil wawancara dengan responden dianalisis dengan metode deskriftif. Pengelompokan jarak sumur ke sawah irigasi dibuat menjadi tiga kelompok dengan rata-rata jarak adalah; kelompok I rata-rata 2 m, kelompok II rata-rata 6 m dan kelompok III rata-rata 14 m. Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat residu pestisida dengan bahan aktif Deltametrin golongan Piretroid dalam air sumur jarak 2 m ke sawah irigasi yakni sebesar 0,024 mg/kg dan sebesar 0,023 mg/kg dalam air sumur jarak 6 m ke sawah irigasi. Jarak sumur ke sawah irigasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. Korelasi antara jarak titik sumur ke sawah irigasi dengan kadar residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut dalam air sumur, tinggi. Sikap responden terhadap air sumur yang letaknya berdekatan dengan sawah irigasi, seluruh responden (50 responden atau 100 %) khawatir air sumur mengandung residu pestisida.


(7)

(A

(A(A(A CaseCaseCaseCase StudyStudyStudyStudy inininin SunggalSunggalSunggalSunggal SubdistrictSubdistrictSubdistrictSubdistrict DeliDeliDeliDeli SerdangSerdangSerdangSerdang District)District)District)District) ABSTRACT

ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT

The research of this study was conducted in Dusun Bandar Meriah, Sukamaju Village, Sunggal Subdistrict, Deli Serdang District. It’s aimed to observe water quality or resident’s well which are located closely by the agricultural land in terms of the presence of pesticide residue in accordance with it’s group or the active materials contained in it; to find out the influence of the well distance from the agricultural land on the well water quality in terms of the pesticide residue presence in accordance with It’s group or the active materials contained in it; and to find out the recident’s attitude and perception for pesticide use in their agricultural lands. The data on the well water quality was obtained through laboratory analysis while the data on the resident’s attitude and perception were obtained through questionnaire-based interviews conducted on 50 respondents whose wells are located very close to the irrigated rice fields. The data on the well water quality were processed and analyzed through ANOVA, Regression and Correlation tests. To find out the resident’s attitude and perception on the use of pesticide, the data found through interviewing the respondents were analyzed through descriptive method. The distance from the wells to the irrigated rice fields was divided into 3 (three) groups with the average distance for Group I was 2 m, Group II was 6 m, and Group III was 14 m. The result of this study showed that 0.024 mg/kg pesticide residue with active material of Deltametrine of Piretroid group was found in the water of the wells located 2 m from the irrigated rice fields and 0.023 mg/kg in the water of the well located 6 m from the irrigated rice fields. The distance from the wells to the irrigated rice fields did not have significant influence on the level of pesticide residue in accordance with its group or active materials contained in the pesticide residue. The correlation between the starting point of the distance between the wells and the irrigated rice fields with the level of pesticide residue which is in accordance with its group or active materials it contained found in the well water was high. The attitude of all of the 50 respondents (100%) towards the water of the wells which are very close to the irrigated rice fields was that they are worried that their well water contains the pesticide residue.

Keywords: Distance of Well, Water Quality, Pesticide Residue, and Community Perception.


(8)

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, MSi dan Bapak Drs. Chairuddin, MSc, selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc dan Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS, selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

7. Seluruh dosen pengajar dan staf di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. 8. Rekan-rekan di Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan 2010.


(9)

Abimanyu Tarigan SE, AK, dr. Novrida Pratiwi Tarigan dan Mhd. Tommy Umaro’ Tarigan yang telah banyak memberikan doa dan semangat kepada penulis. Kepada teman-teman yang tetap setia menemani penulis dalam menyelesaikan tesis ini, Ir. Sutrisno Tarigan, Cinta Ginting dan Pengarapen Ginting, terimakasih atas perhatiannya.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(10)

1. Nama : Simon Tarigan

2. Tempat/Tanggal Lahir : Pancurbatu / 12 - 10 - 1962 3. Nama Orangtua

a. Ayah : Tambat Tarigan

b. Ibu : Linggem Br Surbakti

4. Anak Ke : 4 (empat) dari 5 (lima) bersaudara

5. Alamat : Jln. Bunga Cempaka, Gg. Bunga Cempaka I-A No. 4 Pasar III Padang Bulan Medan

6. Pekerjaan : Wiraswasta

7. Pendidikan Formal

a. Tahun 1970-1976 : SD Budi Bersubsidi Purwojoyo Deli Serdang b. Tahun 1977-1979 : SMP Rakyat Sei Gelugur Deli Serdang c. Tahun 1980-1982 : SMA Negeri Pancurbatu Deli Serdang

d. Tahun 1982-1988 : Fakultas Teknik Manajemen Indutri USU Medan e. Tahun 2010-2012 : Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam

dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana, USU 8. Riwayat Pekerjaan : a. Tahun 1988 - 2000, karyawan swasta

b. Tahun 2001 - sekarang, wiraswasta pada jasa konsultasi bidang lingkungan hidup


(11)

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT……… ii

KATA PENGANTAR……….. iii

RIWAYAT HIDUP………... v

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Perumusan Masalah………. 8

1.3. Tujuan Penelitian………. 9

1.4. Hipotesis……….. 10

1.5. Manfaat Penelitian………... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1. Air Tanah………. 11

2.2. Pestisida………... 13

2.2.1. Sejarah Pestisida……… 2.2.2. Pengertian Pestisida………... 2.2.3. Pengertian Residu Pestisida………... 2.2.4. Jenis-Jenis Pestisida………... 2.2.5. Formulasi Pestisida……… 2.2.6. Penggolongan Pestisida………. 2.2.7. Proses Masuknya Pestisida Ke Lingkungan…….. 13 15 17 17 20 27 31 2.3. Toksisitas Pestisida……….. 35

2.4. Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Lingkungan Hidup……… 36

1. Bagi Lingkungan Umum………... 36

2. Bagi Lingkungan Pertanian………... 37

2.5. Gejala Keracunan Pestisida……….. 37

2.6. Peraturan-peraturan yang Berkaitan Dengan Pestisida… 39 BAB III METODE PENELITIAN……… 40

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian……….. 40

3.2. Alat dan Bahan………. 41

3.3. Pengumpulan Data………... 41

3.4. Pengambilan Sampel Air Sumur……….. 47

3.5. Metode Pengujian Residu Pestisida Dalam Air………... 47

3.6. Analisis Data……… 48


(12)

4.2. Kualitas Air Sumur……….. 52

4.3. Kualitas Air Sumur Pada Tiga Rata-Rata Jarak………. 53

4.4. Gambaran Umum Responden……….. 4.4.1. Cara Responden Membasmi Hama Tanaman…... 4.4.2. Sumber Air Bersih Untuk Air Minum dan MCK. 4.4.3. Kesehatan Keluarga……….. 4.4.4. Sikap dan Persepsi Masyarakat Terhadap Pestisida……… 58 58 61 64 68 4.5. Data Penyakit Dominan Di Puskesmas Sukaraya……… 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 72

5.1. Kesimpulan……….. 72

5.2. Saran……… 73


(13)

No. Judul Halaman 2.1. Perilaku Pestisida Selama di Tanah Sawah yang Disederhanakan………... 34

3.1. Lokasi Penelitian………..………. 40


(14)

No. Judul Halaman

1. Angket (Kuesioner)………. 77

2. Laporan Hasil Pengujian (Test Report)……….. 81

3. Analisis Sidik Ragam………. 90

4. Analisis Regresi……….. 92


(15)

No. Judul Halaman 2.1. Jenis-jenis Bahan Aktif yang Dilarang Untuk Semua Bidang

Penggunaan Pestisida……….. 21

2.2. Klasifikasi Insektisida Organokhlorin………... 29

2.3. Kriteria Klasifikasi Pestisida Berdasarkan Bentuk Fisik, Jalan Masuk Ke Dalam Tubuh dan Daya Racunnya……... 36

3.1. Karaketeristik Sumur Lokasi Pengambilan Sampel………… 45

3.2. Pengelompokan Sumur Lokasi Sampel………... 46

4.1. Kualitas Air Sumur……….. 52

4.2. Kualitas Air Sumur Pada Tiga Rata-Rata Jarak………... 54

4.3. Hasil Transformasi Data……….. 54

4.4. Pestisida Yang Sering Digunakan Responden………. 58

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Dosis……… 60

4.6. Distribusi Waktu (Lamanya) Responden Telah Menggunakan Pestisida ……….. 60

4.7. Distribusi Sumber Air Bersih Responden Untuk Bahan Baku Air Minum………... 61

4.8. Distribusi Jarak Sumur Responden Ke Sawah Irigasi………. 62

4.9. Distribusi Usia Sumur Responden………... 63

4.10. Distribusi Jarak Sumur Responden KeSeptic Tank………… 64

4.11. Sakit Yang Sering Diderita Oleh Anggota Keluarga Responden……… 65

4.12. Jawaban Responden Terhadap Parameter Bau……… 66 4.13. Distribusi Pengaruh Air Sumur Terhadap Anggota Tubuh…. 67


(16)

4.15. Jenis Penyakit Dominan di Puskesmas Sukaraya


(17)

(Studi (Studi (Studi

(Studi KasusKasusKasusKasus didididi KecamatanKecamatanKecamatanKecamatan SunggalSunggal KabupatenSunggalSunggalKabupatenKabupatenKabupaten DeliDeliDeliDeli Serdang)Serdang)Serdang)Serdang) ABSTRAK

ABSTRAKABSTRAKABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang. Tujuannya, untuk mengetahui kualitas air sumur penduduk yang berdekatan dengan lahan pertanian ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut, mengetahui pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian terhadap kualitas air sumur penduduk ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut, dan mengetahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida di areal pertaniannya. Data kualitas air sumur diketahui melalui analisis laboratorium, sedangkan data sikap dan persepsi masyarakat dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 50 responden yang sumurnya berdekatan dengan sawah irigasi. Data kualitas air sumur diolah dan dilakukan analisis Sidik Ragam serta analisis Regresi dan analisis Korelasi. Untuk mengetahui sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida, data hasil wawancara dengan responden dianalisis dengan metode deskriftif. Pengelompokan jarak sumur ke sawah irigasi dibuat menjadi tiga kelompok dengan rata-rata jarak adalah; kelompok I rata-rata 2 m, kelompok II rata-rata 6 m dan kelompok III rata-rata 14 m. Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat residu pestisida dengan bahan aktif Deltametrin golongan Piretroid dalam air sumur jarak 2 m ke sawah irigasi yakni sebesar 0,024 mg/kg dan sebesar 0,023 mg/kg dalam air sumur jarak 6 m ke sawah irigasi. Jarak sumur ke sawah irigasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. Korelasi antara jarak titik sumur ke sawah irigasi dengan kadar residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut dalam air sumur, tinggi. Sikap responden terhadap air sumur yang letaknya berdekatan dengan sawah irigasi, seluruh responden (50 responden atau 100 %) khawatir air sumur mengandung residu pestisida.


(18)

(A

(A(A(A CaseCaseCaseCase StudyStudyStudyStudy inininin SunggalSunggalSunggalSunggal SubdistrictSubdistrictSubdistrictSubdistrict DeliDeliDeliDeli SerdangSerdangSerdangSerdang District)District)District)District) ABSTRACT

ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT

The research of this study was conducted in Dusun Bandar Meriah, Sukamaju Village, Sunggal Subdistrict, Deli Serdang District. It’s aimed to observe water quality or resident’s well which are located closely by the agricultural land in terms of the presence of pesticide residue in accordance with it’s group or the active materials contained in it; to find out the influence of the well distance from the agricultural land on the well water quality in terms of the pesticide residue presence in accordance with It’s group or the active materials contained in it; and to find out the recident’s attitude and perception for pesticide use in their agricultural lands. The data on the well water quality was obtained through laboratory analysis while the data on the resident’s attitude and perception were obtained through questionnaire-based interviews conducted on 50 respondents whose wells are located very close to the irrigated rice fields. The data on the well water quality were processed and analyzed through ANOVA, Regression and Correlation tests. To find out the resident’s attitude and perception on the use of pesticide, the data found through interviewing the respondents were analyzed through descriptive method. The distance from the wells to the irrigated rice fields was divided into 3 (three) groups with the average distance for Group I was 2 m, Group II was 6 m, and Group III was 14 m. The result of this study showed that 0.024 mg/kg pesticide residue with active material of Deltametrine of Piretroid group was found in the water of the wells located 2 m from the irrigated rice fields and 0.023 mg/kg in the water of the well located 6 m from the irrigated rice fields. The distance from the wells to the irrigated rice fields did not have significant influence on the level of pesticide residue in accordance with its group or active materials contained in the pesticide residue. The correlation between the starting point of the distance between the wells and the irrigated rice fields with the level of pesticide residue which is in accordance with its group or active materials it contained found in the well water was high. The attitude of all of the 50 respondents (100%) towards the water of the wells which are very close to the irrigated rice fields was that they are worried that their well water contains the pesticide residue.

Keywords: Distance of Well, Water Quality, Pesticide Residue, and Community Perception.


(19)

BAB BAB BAB

BAB I.I.I.I. PENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUANPENDAHULUAN

1.1. 1.1.

1.1.1.1. LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang

Air hujan yang turun ke permukaan bumi merupakan hasil proses penguapan dari laut, danau, maupun sungai, lalu mengalami kondensasi di atmosfer, dan kemudian menjadi hujan. Siklus yang demikian ini disebut dengan siklus meteorik. Air hujan yang turun ke permukaan bumi, ada yang langsung mengalir di permukaan bumi (runn off) dan ada yang meresap ke bawah permukaan bumi (infiltration). Air yang langsung mengalir di permukaan bumi ada yang mengalir ke sungai, ke danau, dan akhirnya sampai kembali ke laut. Air yang meresap ke bawah permukaan bumi melalui dua sistem, yaitu sistem air tidak jenuh (vadous zone) dan sistem air jenuh. Sistem air jenuh adalah air bawah tanah yang terdapat pada suatu lapisan batuan dan berada pada suatu cekungan air tanah. Sistem ini dipengaruhi oleh kondisi geologi, hidrogelogi, dan gaya tektonik, serta struktur bumi yang membentuk cekungan air tanah tersebut. Air ini dapat tersimpan dan mengalir pada lapisan batuan yang kita kenal dengan akuifer (aquiefer). Air yang telah mejalani siklus meteorik inilah yang kita gunakan sehari-hari (Hadianet al. 2006).

Wahyudi (2009) mengemukakan bahwa air kalau dilihat dari letaknya dapat dibagi menjadi dua yaitu air permukaan dan air tanah. Air tanah adalah air yang bergerak di dalam ruang - ruang antar butir-butir tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di dalam retakan-retakan dari batuan yang


(20)

dikenal dengan air celah. Keadaan air tanah ada yang terkekang dan air tanah bebas.

Dewasa ini untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia. Pencemaran air adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air (Harmayani dan Konsukartha, 2007). Beberapa teori mengemukakan bahwa unsur kimia air tanah dipengaruhi oleh kondisi alam dan kondisi limbah aktivitas manusia. Kondisi alam antara lain dipengaruhi oleh batuan penyusun aquifer. Bentuk aktivitas manusia dapat berupa industri, bengkel pertokoan, transportasi, kegiatan rumah tangga (mandi, cuci, kakus) ; kesemua itu akan menghasilkan limbah yang sebagian besar bercampur dengan air tanah, sehingga air tanah akan terpengaruh sifat-sifat fisika, kimia dan biologinya (Suharjoet al. 2006).

Penggunaan pestisida selain menopang peningkatan produk pertanian maupun perkebunan, juga memberikan dampak negatif, baik terhadap manusia, biota maupun lingkungan. Terjadinya pencemaran pestisida terhadap lingkungan disebabkan oleh beberapa hal seperti cara aplikasi, wujud pestisida saat diaplikasikan, sifat tanah dan tanaman, volatilitas dan solubilitas pestisida, serta iklim (Manuaba, 2009).

Air hujan yang jatuh di lahan pertanian segera memasuki profil tanah melalui proses infiltrasi, kemudian mengalir di dalam tanah sebagai air perkolasi dan sebagian dari air hujan mengalir di permukaan tanah sebagai air limpasan


(21)

permukaan. Air perkolasi bersama bahan padatan terlarut, tersuspensi dari partikel tanah dan residu pestisida mengalir menuju “ground water” atau sumur. Hasil penelitian yang ada membuktikan, bahwa paparan residu pestisida fenetrotion dari golongan organofosfat secara akut menghambat aktivitas enzim AchE plasma darah pada kelompok petani dibandingkan dengan kelompok bukan petani (Kusuma, 2009).

Pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan pertanian adalah karena penggunaan pestisida yang tidak menurut aturan pemakainnya. Diperkirakan insektisida yang berasal dari atmosfer masuk ke dalam samudera sebesar 2,4 x 107

ton. Diantara penyebabnya adalah penggunaan pestisida jenis organoklorin yang banyak digunakan untuk pembasmi insektisida. Pestisida organoklorin yaitu pestisida jenis organoklorin yang berkaitan dengan klorin. Jenis senyawa yang terbentuk memiliki sifat sukar diurai di alam (persisten) dibandingkan pestisida jenis organofosfat dan karbamat. Pestisida organoklorin bersifat lipofilik yaitu senyawa ini mudah terikat dalam lemak dan cenderung meningkat dalam protein plasma begitu pula senyawa ini dapat mengalami bioakumulasi dalam mahluk hidup dan mengalami biomagnifikasi melalui rantai makanan (Connel et al. 1995, dalamRazak 2006).

Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima, merupakan sungai dan sumur. Beberapa penelitian yang mengenai kualitas air yang menekankan pada aspek pestisida ditemukan residu pestisida di irigasi daerah Sukapura Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, pestisida golongan organofosfat jenis metamidofos, fenitrotion, dan satu jenis dari


(22)

golongan organoklorin yaitu alpha-BHC. Hal ini tentunya berbahaya karena residu pestisida tersebut dapat masuk ke dalam tanaman pertanian misalnya padi yang menggunakan air irigasi tersebut. Disamping itu, juga dapat merusak ekosistem perairan. Dalam air baku air minum juga ditemukan residu organofosfat jenis klorpirifos di Surabaya Intake Kali Surabaya : 3,15 ppm, dibandung Intake Cikapundung: 0,29 ppm, di Jakarta Intake Ciliwung: 0,73 ppm dan di Tanggerang Intake Cisadane: 0,36 ppm. Air dari Intake PDAM ini tentunya akan diolah kemudian didistribusikan kepada masyarakat, yang dikhawatirkan adalah apabila unit pengolahan di PDAM tidak dapat mendegradasi insektisida, dan air tersebut akan digunakan sebagai air minum, tentunya akan berbahaya bagi kesehatan manusia (Soemirat, 2005).

Dari banyak hasil monitoring residu yang dilaksanakan oleh laboratorium-laboratorium universitas, lembaga-lembaga penelitian, dan dinas-dinas pemerintah ditunjukkan bahwa saat ini residu pestisida hampir ditemukan di setiap tempat di lingkungan sekitar kita. Residu pestisida telah ada di dalam tanah, di air minum, air sungai, air sumur, udara dan yang berbahaya adalah di dalam buah-buahan. Meskipun kadar residu pestisida yang ditemukan masih belum membahayakan bagi kesehatan menurut ukuran baku WHO namun temuan-temuan tersebut merupakan indikasi bahwa penggunaan pestisida bagaimanapun perlu dikendalikan ( Untung, 2001). Dari 46 jenis pestisida yang digunakan di lahan-lahan pertanian di Amerika, ternyata semuanya terdeteksi dalam air tanah di 26 negara bagian (Williamset al., 1988,dalamRahayuningsih 2009).


(23)

Umumnya penduduk suatu desa memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan bahan baku air minum serta kebutuhan sehari-hari lainnya, melalui sumur gali. Hal ini disebabkan, selain belum adannya sambungan pipa distribusi air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) ke desa tersebut, juga karena pengeksplotasian air tanah mudah dilakukan dan biayanya relatif murah. Selain bersumber dari air tanah, untuk sumur gali yang letaknya di lahan terbuka, sumber airnya juga dari air hujan yang langsung jatuh ke dalam sumur tersebut.

Pengertian air bersih dalam hal ini disamakan dengan yang diuraikan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/ MEN.KES/ PER/IX/1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengamatan Kualitas Air, yaitu ; air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Dari pengertian ini, dapat juga diartikan bahwa air bersih itu adalah air yang digunakan sebagai bahan baku air minum. Untuk pengertian air minum, pengertiannya disamakan dengan yang diuraikan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/ MENKES/ SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat Pengawasan Kualitas Air Minum, yaitu ; air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Letak perumahan penduduk dan sumur di beberapa desa di wilayah irigasi Kabupaten Deli Serdang sebagian besar berdekatan dengan sawah atau ladang penduduk. Letak sumur yang berdekatan ini berpeluang masuknya zat-zat pencemar masuk ke dalam air sumur tersebut termasuk residu pestisida.


(24)

Penggunaan pestisida yang terus menerus dapat menimbulkan akumulasi residu di dalam tanah dan kemudian bersama air hujan akan memasuki profil tanah melalui proses infiltrasi dan perkolasi, kemudian mengalir ke sumur penduduk. Hal ini tentunya akan mempengaruhi kualitas air sumur ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. Untuk mengetahui apakah kadar residu pestisida yang dimaksud, telah mempengaruhi kualitas air sumur, maka nilainya akan dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang diperbolehkan untuk kehidupan ikan, hewan, atau manusia.

Penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang seluruhnya memanfaatkan air tanah yang sebagian besar melalui sumur gali sebagai sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, khusus untuk air minum, ada beberapa penduduk yang menggunakan air bersih berkemasan galon yang mereka beli di pasar atau di warung. Letak perumahan penduduk maupun sumur galinya sebagian berdekatan dengan sawah irigasi ataupun ladang dan sebagian kecil ada yang rumahnya dibangun di atas tanah ladang tersebut.

Untuk menekan populasi hama pada tanaman, petani di dusun tersebut menggunakan pestisida dengan frekuensi tergantung intensitas serangan hama. Selama ini untuk tanaman padi di sawah irigasi, penduduk melakukan penyemprotan pestisida sebanyak 8 - 9 kali mulai dari umur 1 minggu padi telah ditanam sampai dengan panen ( selama 95 - 100 hari). Sebelum padi di tanam dilakukan penyemprotan lahan dengan pestisida untuk membasmi keong mas yang merupakan hama padi pada saat masih berumur 1 - 2 minggu. Pada usia 1


(25)

(satu) minggu telah ditanam, padi disemprot dengan menggunakan pestisida untuk membasmi hama wereng dan hama penggerek batang lainnya. Demikian seterusnya, dengan periode tertentu per minggu atau per 2 minggu tetap dilakukan penyemprotan untuk membasmi hama daun, batang maupun buah.

Selain untuk tanaman padi, penyemprotan pestisida juga dilakukan untuk tanaman palawija yang ada di tanah darat di sekitar sawah irigasi, seperti tanaman kacang tanah, kacang hijau, kacang panjang, cabai, dan lainnya, dengan frekuensi penyemprotan lebih kecil dari frekuensi penyemprotan terhadap tanaman padi. Untuk kacang panjang dan cabai frekuensi penyemprotan lebih kurang 5 (lima) kali sampai dengan habis masa panennya, sedangkan untuk kacang tanah dan kacang hijau rata-rata sekali saja sampai dengan panen, terkecuali jika intensitas serangan hama daun tinggi, maka penyemprotan dilakukan 2 (dua) kali.

Sewaktu dilakukan pengamatan di lapangan secara visualisasi, suatu petak sawah irigasi yang masukan airnya dihentikan sementara, maka terlihat permukaan tanahnya mudah kering, hal ini dapat diartikan di daerah ini kemampuan tanah meloloskan air ke dalam tanah tinggi atau laju infiltrasi dan perkolasinya tanah tinggi, dengan kata lain tanah tersebut memiliki permeabilitas tinggi. Dari data yang ada dalam Peta Tanah Tinjau Sumatera Utara (Balai Penelitian Perkebunan - RISPA Medan 1979), jenis macam/tanah di Desa Suka Maju adalah Aluvial, Regosol, dan Organosol. Bahan induk adalah endapan sungai, bahan organik, bentuk wilayah/fisiografi datar/dataran aluvial.

Pada saat dilakukan wawancara terhadap beberapa penduduk terkait dengan pengetahuan masyarakat tentang bahaya penggunaan pestisida terhadap


(26)

kualitas air sumur yang ada di sekitar sawah irigasi, umumnya mereka kurang mengetahuinya secara mendalam, terutama bila dikaitkan dengan jarak sumur ke sawah irigasi. Akan tetapi, penduduk yang sumurnya relatif dekat ke sawah irigasi, menyatakan khawatir kalau suatu saat air sumur tersebut dapat mengandung residu pestisida. Untuk memastikan apakah air sumur mengandung residu pestisida, mereka tahu kalau air sumur tersebut harus diperiksakan atau dianalisis ke laboratorium. Bila dikaitkan dengan bahaya langsung pestisida terhadap mahluk hidup, semua penduduk yang diwawancarai menyatakan berbahaya.

Berdasarkan letak sumur penduduk yang jaraknya relatif dekat ke sawah, frekuensi penggunaan pestisida yang relatif tinggi terutama padi sawah irigasi serta laju infiltrasi dan perkolasi tanah yang tinggi, maka diduga penggunaan pestisida untuk membasmi hama tanaman di Dusun Bandar Meriah mempengaruhi kualitas air sumur penduduk dari ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.

1.2. 1.2.

1.2.1.2. PerumusanPerumusanPerumusanPerumusan MasalahMasalahMasalahMasalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti, yaitu :

a. Bagaimana kualitas air sumur penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang berdekatan dengan lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.


(27)

b. Sejauh mana pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian (sawah irigasi) terhadap kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.

c. Bagaimana sikap dan persepsi masyarakat terhadap penggunaan pestisida untuk menekan populasi hama tanaman padi di sawah irigasi.

1.3. 1.3.

1.3.1.3. TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kualitas air sumur penduduk Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang berdekatan dengan lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.

b. Mengetahui pengaruh jarak sumur dari areal lahan pertanian (sawah irigasi ) terhadap kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.

c. Untuk mengetahui sikap dan persepsi masyarakat Dusun Bandar Meriah, Desa Sukamaju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang terhadap penggunaan pestisida di areal pertaniannya (sawah irigasi).

1.4. 1.4.


(28)

Jarak sumur penduduk ke areal lahan pertanian (sawah irigasi) mempengaruhi kualitas air sumur penduduk di Dusun Bandar Meriah, Desa Suka Maju, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.

1.5. 1.5.

1.5.1.5. ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian

Hasil penelitian ini nantinya diharapkan bermanfaat terhadap berbagai pihak, yaitu:

a. Untuk memperoleh hasil analisis kandungan residu pestisida dalam sumur penduduk di Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.

b. Untuk menambah pengetahuan masyarakat Kabupaten Deli Serdang tentang pengaruh jarak sumur ke sawah irigasi terhadap kualitas air sumur, ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut. Diharapkan hasil penelitian ini, berguna sebagai bahan pertimbangan bagi penduduk untuk membuat sumur di sekitar lahan pertanian (sawah irigasi) ditinjau dari segi jaraknya dari lahan pertanian (sawah irigasi) tersebut.

c. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, terkait dengan penelitian tentang dampak penggunaan pestisida terhadap lingkungan hidup.


(29)

(30)

BAB

BABBABBAB II.II.II.II. TINJAUANTINJAUANTINJAUANTINJAUAN PUSTAKAPUSTAKAPUSTAKAPUSTAKA

2.1. 2.1.

2.1.2.1. AirAirAirAir TanahTanahTanahTanah

Air tanah adalah air yang bergerak di dalam ruang - ruang antar butir-butir tanah yang membentuk itu atau dikenal dengan air lapisan dan di dalam retakan-retakan dari batuan yang dikenal dengan air celah. Keadaan air tanah ada yang terkekang dan air tanah bebas. Jika air tanah itu bebas maka permukaannya akan membentuk gradient yang dikenal dengan gradien hidrolik sehingga pergerakan air tanahnya akan membentuk sebuah kontur (Wahyudi, 2009).

Kumalasari dan Satoto (2011) mengemukakan bahwa air tanah adalah air yang berada di dalam tanah, air tanah dangkal merupakan air yang berasal dari air hujan yang diikat oleh akar pohon. Air tanah ini terletak tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air tanah dalam adalah air hujan yang meresap ke dalam tanah lebih dalam lagi melalui proses adsorpsi serta filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah. Sehingga berdasarkan prosesnya air tanah dalam lebih jernih dari air tanah dangkal. Air tanah ini bisa didapatkan dengan cara membuat sumur.

Air di dunia 97,2 % berupa lautan dan 2,8 % terdiri dari lembaran es dan gletser (2,15%), air artesis (0,62 %) dan air lainnya (0,03%). Air lainnya ini meliputi danau air tawar 0,009%, danau air asin 0,008%, air tanah 0,005%, air atmosfer (hujan dan kabut) 0,001% dan air sungai 0,0001% (Strahler dan Strahler cit. Foth, 1984dalamHanafiah 2005).

Air tanah merupakan sumber air tawar terbesar di planet bumi, mencakup kira-kira 30 % dari total air tawar atau 10,5 juta km3. Air tanah biasanya diambil,


(31)

baik untuk sumber air bersih maupun untuk irigasi, melalui sumur terbuka, sumur tabung, spring, atau sumur horisontal. Cara pengambilan air tanah yang paling tua dan sederhana adalah dengan membuat sumur gali (dug wells)dengan kedalaman lebih rendah dari posisi permukaan air tanah. Jumlah air yang dapat diambil dari sumur gali biasanya terbatas, dan yang diambil adalah air tanah dangkal. Untuk pengambilan yang lebih besar diperlukan luas dan kedalaman galian yang lebih besar. Sumur gali biasanya dibuat dengan kedalaman tidak lebih dari 5 - 8 meter di bawah permukaan tanah. Cara ini cocok untuk daerah pantai dimana air tawar berada di atas air asin (Suripin, 2001).

Air hujan yang jatuh di lahan pertanian segera memasuki profil tanah melalui proses infiltrasi, kemudian mengalir di dalam tanah sebagai air perkolasi dan sebagian dari air hujan mengalir di permukaan tanah sebagai air limpasan permukaan (Kusuma, 2009). Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air kearah lateral) dan gravitasi (gerakan air kearah vertikal). Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan di kenal sebagai proses perkolasi (Asdak, 2001).

Menurut hukum Darcy kecepatan aliran air tanah dapat dirumuskan sebagai berikut (Wahyudi, 2009) :


(32)

Dimana :

V= kecepatan aliran (cm/dt) k= koefisien permeabilitas i= gradien hidrolik

Kodoatie (2010) mengemukakan bahwa di daerah tangkapan/imbuhan (recharge area) air tanah, air dari permukaan tanah meresap ke dalam tanah mengisi akuifer baik akuifer bebas (unconfined aquifer) maupun akuifer tertekan (confined aquifer). Di daerah pelepasan/luahan (discharge area) air tanah keluar dengan berbagai cara, misalnya menjadi mata air, air di dalam sumur dangkal maupun air di dalam sumur bor (sumur dalam) atau menjadi aliran dasar (base flow).

2.2. 2.2.

2.2.2.2. PestisidaPestisidaPestisidaPestisida 2.2.1.

2.2.1.

2.2.1.2.2.1. SejarahSejarahSejarahSejarah pestisidapestisidapestisidapestisida

Pestisida diperkenalkan untuk pertamakalinya oleh bangsa Cina pada tahun 900 M, dengan memakai senyawa arsenat. Sudah dipakainya pestisida ultra tradisional ini menunjukkan bahwa bangsa Cina sudah maju dibidang pertanian, terbukti dengan kenyataan pengenalan pestisida yang pertama sekali oleh manusia di negara ini. Karena belum ada penemuan-penemuan baru, bahan arsenat ini bertahan cukup lama. Meskipun hama-hama juga sudah menunjukkan segala kekebalan. Pada akhirnya secara tidak disengaja seperti lazimnya penemuan yang lain, racun tembakau mulai diperkenalkan pada masyarakat mulai tahun 1960 di Eropah. Metodenya masih sederhana, pembuatan pun cukup sederhana, karena pada masa itu belum dikenal alat-alat industri dan pengetahuan yang cukup. Tembakau direndam didalam air selama satu hari satu malam, baru kemudian dipakai untuk menyemprot


(33)

atau disiramkan. Ternyata racun nikotin ini cukup efektif pula sebagai obat sekaligus racun pembasmi hama. Berbeda di daratan Eropah, di Malaysia dan sekitarnya lebih mengenal bubuk pohon deris, yang mengandung bahan aktif Rotenon sebagai zat pembunuh. Disamping itu juga dipakai bahan aktif Pirenthin I dan II, dan Anerin I dan II, yang diperoleh dari bunga Pyrentrum Aneraria Forium (Ekha, 1988).

Tahun 1942 merupakan awal dari gerakan revolusi kimia dalam bidang pertanian, dimana pada tahun itu telah berhasil diciptakan suatu pestisida buatan (sentetis) yang merupakan suatu bentuk persenyawaan yang memiliki gugus aktif. Pestisida pertama yang dibuat adalah dengan menggunakan senyawa kimia aktif DDT (Dikhloro Difenil Trikhloroetana), dan kemudian diikuti oleh bermacam-macam jenis lainnya. Ternyata kemudian, senyawa aktif yang merupakan senyawa kimia majemuk dan memiliki daya racun sangat tinggi yang dimiliki oleh Pestisida DDT dan DDE (yang merupakan produksi pecahan pertama dari DDT) tidak dapat terurai dalam beberapa tahun. Secara relatif, dari pestisida tersebut tidak larut dalam air, akan tetapi larut pada lemak dan senyawa lipid lainnya serta menempel kuat pada partikel-partikel, sehingga perlakuan-perlakuan pertanian dengan menggunakan DDT dan DDE sebagai pestisida di kemudian hari mengakibatkan keracunan terhadap manusia yang mengkonsumsi hasilnya (Palar, 1994). DDT bersifat toksik terhadap mamalia, dan mungkin bersifat karisinogen. Insektisida ini sangat bersifat presisten dan terakumulasi dalam rantai makanan, sehingga tidak boleh digunakan lagi (Achmad, 2004).

Penggunaan pestisida di Indonesia telah dilakukan sejak sebelum PD II untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Penggunaan di sub sektor tanaman pangan dan hortikultura meningkat sangat pesat sejak dilakukan program bimbingan masal (Bimas) tanaman padi pada akhir dasawarsa 1960-an. Program


(34)

Bimas sebagai upaya untuk meningkatkan produksi pertanian merupakan teknologi berprpduksi yang dikenal sebagai Pancausaha, yaitu (1) penanaman varietas unggul, (2) pengolahan tanah yang baik, (3) pemupukan berimbang, (4) pengairan dan (5) pengendalian hama. Pada awal dilaksanakannya program Bimas, usaha pengendalian hama terutama dilakukan dengan menggunakan pestisida. Hal ini antara lain disebabkan terbatasnya teknologi pengendalian OPT pada waktu itu. Teknologi pengendalian OPT yang dianggap peling menjanjikan harapan adalah penggunaan pestisida (Rahayuningsih, 2009).

2.2.2. 2.2.2.

2.2.2.2.2.2.PengertianPengertianPengertianPengertian pestisidapestisidapestisidapestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berari hama dan sida berasal dari kata caido yang berarti pembunuh. Dengan demikian pestisida merupakan substansi kimia yang digunakan membunuh ataupun mengendalikan berbagai hama.

Menurut pengertian secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai suatu bahan yang digunakan untuk pengendalian populasi jasad hidup yang dianggap sebagai hama dalam arti yang merugikan kepentingan manusia (Hanindipto,1989,dalamRahayuningsih 2009 ).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 258/MENKES/PER/III/1992, tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Pestisida, yang dimaksud dengan pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Membrantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang merusak tanaman, bagaian-bagian tanaman, atau hasil-hasil pertanian; 2. Memberantas rerumputan;


(35)

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tenaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk golongan pupuk;

4. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan. 5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan

dan ternak.

6. Memberantas hama-hama air.

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan, dan dalam alat-alat pengangkutan.

8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang termasuk serangga yang dapat menyebabkan penyakit manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Djojosumarto (2008) mengemukaan bahwa sebagai produk perlindungan tanaman, pestisida pertanian meliputi semua zat kimia, atau bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme, dan hasil fermentasi) yang digunakan untuk keperluan berikut :

1. Mengendalikan atau membunuh organisme pengganggu tanaman (OPT). Sebagai contoh insektisida, akarisida, fungisida, nematisida, moluskisida, dan herbisida.

2. Mengatur pertumbuhan tanaman, dalam arti merangsang atau menghambat pertumbuhan dan mengeringkan tanaman. Sebagai contoh zat pengatur tumbuh,deofoliant(senyawa kimia untuk mengontrol daun), dandessicant (senyawa untuk mengeringkan daun).

Dalam pengertian sehari-hari OPT dibagi menjadi tiga kelompok berikut. 1. Hama (serangga, tungau, hewan menyusui, burung, dan moluska).


(36)

2. Penyakit (jamur, bakteri, virus dan nematode). 3. Gulma atau tumbuhan pengganggu.

2.2.3. 2.2.3.

2.2.3.2.2.3. PengertianPengertianPengertianPengertian residuresiduresiduresidu pestisidapestisidapestisidapestisida

Residu pestisida adalah zat tertentu yang terkandung dalam hasil pertanian, bahan pangan, atau pakan hewan, baik sebagai akibat langsung maupun tak langsung dari penggunaan pestisida. Istilah ini mencakup senyawa turunan pestisida, seperti senyawa hasil konversi, metabolit, senyawa hasil reaksi, dan zat pengotor yang dapat memberikan pengaruh toksikologis (Komisi Pestisida, 1997).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 24/ Permentan/ SR.140/ 4/2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida, pengertian residu pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah.

2.2.4. 2.2.4.

2.2.4.2.2.4. Jenis-jenisJenis-jenisJenis-jenisJenis-jenis pestisidapestisidapestisidapestisida

Wudianto (2011) mengemukakan dari banyaknya jasad pengganggu yang bisa mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida diklasifikasikan menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, yaitu :

1. Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Serangga adalah binatang yang 26 % spesiesnya merugikan manusia karena herbivor atau fitofak, sedang sebagian lainnya merugikan manusia karena menyebarkan penyakit pada manusia dan binatang ternak. Walau demikian ada pula


(37)

serangga yang sangat penting misalnya serangga penyerbuk (pollinator), pengurai (decomposer),predator dan parasitosid pada serangga lain, penghasil bahan berguna (lebah madu), dan sebagainya.

2. Fungisida

Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Pada umumnya cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benang halus ini yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas.

3. Bakterisida

Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri. Serangan bakteri pada tanaman cukup merugikan petani. Tumbuhan tingkat rendah yang sangat kecil ini dilihat dari bentuknya ada yang bulat, berbentuk batang, dan spiral. Panjangnya 0,15-6 mikron dan berkembang biak dengan membelah diri. 4. Nematisida

Nematoda yang bentuknya seperti cacing kecil ini ada yang panjangnya lebih dari 1 cm walaupun pada umumnya panjangnya kurang dari 200 sampai 1000 milimikron. Racun yang dapat mengendalikan nematoda ini disebut dengan nematisida. Umumnya nematisida berbentuk butiran yang penggunaannya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenamkan dalam tanah. Walaupun demikian ada pula yang berbentuk larutan dalam air yang penggunaannya dengan cara disiramkan.


(38)

5. Akarisida

Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungu, caplak, dan laba-laba. Tungu adalah binatang kecil yang besarnya kurang dari 0,5 mm, berkaki 8, dan berkulit lunak dengan kerangka khitin. Warnanya bermacam-macam, ada yang merah, kuning, ada pula yang hijau.

6. Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.

7. Moluskisida

Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang, sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak.

8. Herbisida

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran gulma dalam areal pertanaman sangat tidak dikehendaki karena menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperoleh unsur hara, air dan matahari.

Selain beberapa jenis pestisida di atas masih banyak jenis pestisida lain. Namun, karena kegunaannya jarang maka produsen pestisida pun belum banyak


(39)

yang menjual, sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pisisida, adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam.

b. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang. c. Avisida, merupakan pestisida pembunuh burung. d. Larvisida, adalah pestisida pembunuh ulat.

e. Pedukulisida, merupakan pestisida pembunuh kutu.

f. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa pohon.

g. Ovisida, merupakan pestisida perusak telur.

h. Piscisida, merupakan pestisida pembunuh predator. i. Termisida, merupakan pestisida pembunuh rayap.

j. Arborisida, merupakan pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar. k. Predasida, merupakan pestisida pembunuh hama vertebrata.

2.2.5. 2.2.5.

2.2.5.2.2.5. FormulasiFormulasiFormulasiFormulasi pestisidapestisidapestisidapestisida

Formulasi adalah campuran bahan aktif dengan bahan tambahan dengan kadar dan bentuk tertentu yang mempunyai daya kerja sebagai pestisida sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Bahan aktif adalah bahan kimia sintetik atau bahan alami yang terkandung dalam bahan teknis atau formulasi pestisida yang memiliki daya racun atau pengaruh biologis lain terhadap organisme sasaran (Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pestisida).


(40)

Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert ingredient). Jika dilihat dari strukturnya kimianya, bahan aktif bisa digolongkan menjadi kelompok organik sintetik, organik alamiah, dan inorganik. Bahan aktif ini jenisnya sangat banyak sekali. Tahun 1986 Badan Proteksi Lingkungan Amerika Serikat mencatat ada 2.600 bahan aktif yang sudah dipasarkan. Dan diseluruh dunia ada 35.000 formulasi atau merek dagang (Wudianto, 2011).

Di Indonesia ada bahan aktif pestisida yang dilarang dan ada bahan aktif pestisida terbatas, yang diatur melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 01/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang Dan Pestisida Terbatas. Bahan aktif pestisida yang dilarang sebagaimana yang dimaksud dalam lampiran I Peraturan Menteri Pertanian tersebut adalah seperti yang dicantumkan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk semua bidang penggunaan pestisida

No. Bahan Aktif CAS No 1. 2, 4, 5 - Triklorofenol 93-76-5 2. 2, 4, 5 - Triklorofenol 95-95-4 3. Natrium 4 - Brom - 2, 5 - diklorofenol 4824-78-6 4. Aldikarb 116-06-03 5. Aldrin 309-00-2 6. 1,2-Dibromo-3-kloropropan (DBCP) 96-12-8

7. Cyhexatin 13121-70-5

8. Dikloro difenil trikloroetan (DDT) 50-29-3 9. Dieldrin 60-57-1 10. 2, 3 - Diklorofenol

11. 2, 4 - Diklorofenol 12. 2, 5 - Diklorofenol

13. Dinoseb 88-85-7 14. Ethyl p-nitrophenyl

Benzenethiophosnate (EPN) 2104-64-5 15. Endrin 106-93-4 16. Etilen dibromida (EDB) 72-20-8 17. Fosfor kuning (Yellow Phosphorus)


(41)

Tabel 2.1. Lanjutan

No. Bahan Aktif CAS No 19. Kaptafol 2425-06-1 20. Klordan 57-74-9 21. Klordimefon 19750-95-9 22. Leptopos 21609-90-5 23. Lindan 608-73-1 24. Metoksiklor 72-43-5 25. Mevinfos 26718-65-0 26. Monosodium metan arsonat (MSMA) 2163-80-6 27. Natrium klorat 7775-09-9 28. Natrium tribromofenol

29. Metil parathion 298-00-0 30. Pentaklorofenol (PCP) dan garamnya 87-86-5 31. Senyawa arsen 1327-53-3

32. Senyawa merkuri 10112-91-1, 7546-30-7, 7487-94-7, 21908-53-2

33. Strikhnin

34. Telodrin 297-78-9 35. Toxaphene 8001-35-2 36. Mireks 2385-85-5

Sumber : Lampiran I Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 01/Permentan/OT.140/1/2007

Jenis-jenis bahan aktif yang dilarang untuk pestisida rumah tangga, hygiene dan sanitasi yang digunakan untuk pengendalian serangga rumah tangga adalah diklorvos dan klorpirifos.

Bahan aktif pestisida yang ditetapkan sebagai pestisida terbatas, sesuai isi Lampiran II Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 01/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida Yang Dilarang Dan Pestisida Terbatas tersebut, adalah :

1. Alumunium Fosfida 2. Parakuat Diklorida 3. Seng Fosfida 4. Magnesium Fosfida 5. Metil Bromida

Bentuk pestisida yang merupakan formulasi ini ada berbagai macam. Formulasi ini perlu dipertimbangkan oleh calon konsumen sebelum membeli


(42)

untuk disesuaikan dengan kesediaan alat yang ada, kemudahan aplikasi, serta efektifitasnya. Berikut beberapa formulasi atau bentuk pestisida yang beredar di Indonesaia (Wudianto, 2011) :

1. Tepung hembus, debu (dust= D)

Bentuknya tepung kering yang hanya terdiri atas bahan aktif, misalnya belerang, atau dicampur dengan pelarut aktif yang bertindak sebagai karier, atau dicampur bahan-bahan organik seperti tepung tempurung tanaman, walnut, mineral profit, bentoit, atau talk. Kandungan bahan aktifnya rendah, sekitar 2 - 10%. Dalam penggunaannya pestisida ini harus dihembuskan menggunakan alat khusus yang disebutduster. 2. Butiran (granula = G)

Pestisida ini berbentuk butiran padat yang merupakan campuran bahan aktif berbentuk cair dengan butiran yang mudah menyerap bahan aktif. Bagian luarnya ditutup dengan suatu lapisan. Penggunaannya cukup ditaburkan atau dibenamkan di sekitar perakaran tanaman atau dicampur dengan media tanaman. Butiran ini akan larut dalam air secara pelan-pelan. Dengan sifatnya ini, pestisida jenis ini tidak mudah tercuci oleh air siraman sehingga residunya tahan lama di dalam tanah. Walau demikian, dalam air sawah atau saat hujan lebat, granula sangat tidak sesuai untuk digunakan. Contoh pestisida yang berbentuk granula adalah; insektisida dan nematisida Furadan 3G, insektisida, nematisida, dan fungisida Basamid 3 G, dan herbisida kontak pratumbuh Goal 2 G.


(43)

3. Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (wattable powder= WP) Pestisida berbentuk tepung kering agak pekat ini belum bisa secara langsung digunakan untuk memberantas jasad sasaran, harus terlebih dahulu dibasahi air. Kandungan bahan aktifnya 50-85 %. Pestisida berbentuk WP ini cukup banyak diperdagangkan. Misalnya insektisida ; Confidor 5 WP, Garavox 20 WP, dan Dimilin 25 WP; fungsida; Antracol 70 WP, Fodicur 25 WP, dan Dithane M-45 80 WP; herbisida; Gesapax 80 WP, Gesaprim 80 WP, dan Hyvar 80 WP; akarisida; Morestan 25 WP; dan bakterisida; Agrept 20 WP dan Agrimycin 15/1,5 WP.

4. Tepung yang larut dalam air (water-solube powder= SP)

Pestisida berbentukm SP ini sepintas mirip WP. Penggunaannya pun ditambahkan air. Perbedaannya terletak pada kelarutannya. Bila WP tidak bisa terlarut dalam air, SP bisa larut dalam air. Kandungan bahan aktifnya biasanya tinggi. Insektisida Dicarazol 25 SP dan herbisida Target 25/38 SP merupakan contoh formulasi ini.

5. Suspensi (flowable concentrate= F)

Formulasi ini merupakan campuran bahan aktif yang ditambah pelarut serbuk yang dicampur dengan sedikit air. Campuran ini dapat tercampur air dengan baik dan mempunyai sifat yang serupa dengan formulasi WP yang ditambah sedikit air. Contoh herbisida Gesapax 500 F dan Fungisida Dithane 430 F.


(44)

6. Cairan (emulsifitable concentrate= EC)

Bentuk pestisida ini adalah cairan pekat yang terdiri dari campuran bahan aktif dengan perantara emulsi (emulsifier). Dalam penggunaannya, biasanya dicampur dengan bahan pelarut berupa air. Hasil pengencerannya atau cairan semprotnya disebut emulsi. Bentuk EC ini paling banyak dijumpai di pasaran. Sebagai contoh insektisida Agrimec 18 EC dan Decis 2,5 EC; fungisida Afugan 300 EC; dan akrasida Meothrin 50 EC.

7. Ultra Low Volume(ULV)

Pestisida bentuk ini merupakan jenis khusus dari formulasi S (solution). Bentuk murninya merupakan cairan atau bentuk padat yang larut dalam solven minimum. Biasanya digunakan pada areal yang sulit memperoleh air. Sebagai contoh insektisida Sumialpha 10 ULV.

8. Solution(S)

Solution merupakan formulasi yang dibuat dengan melarutkan pestisida ke dalam pelarut organik dan dapat digunakan dalam pengendalian jasad pengganggu secara langsung tanpa perlu dicampur dengan bahan lain. Formula ini hampir tidak ditemui. Satu-satunya adalah Gramoxon S yang merupakan herbisida kontak purna tumbuh.

9. Aerosol (A)

Aerosol merupakan formulasi yang terdiri dari campuran bahan aktif berkadar rendah dengan zat pelarut yang mudah menguap (minyak) kemudian dimasukkan ke dalam kaleng yang diberi tekanan gas


(45)

propelan. Formulasi jenis ini banyak digunakan di ruma tangga, rumah kaca, atau pekarangan. Contohnya insektisida Baygon dan Raid.

10. Umpan beracun (poisonus bait= B)

Umpan beracun merupakan formulasi yang terdiri dari bahan aktif pestisida digabungkan dengan bahan lainnya yang disukai oleh jasad pengganggu. Contohnya Rodentisida Klerat dan Ramortal 12B.

11.Powder concentrate(PC)

Formulasi berbentuk tepung ini biasanya tergolong Rodentisida yaitu untuk membrantas tikus. Penggunaannya dicampur dengan umpan dan dipasang di luar rumah. Contoh formulasi ini yaitu Racumin, Diphacin, dan Silmurin.

12.Ready Mix Bait(RMB)

Formulasi ini berbentuk segi empat (blok) besar dengan bobot 300 gram dan blok kecil dengan bobot 10-20 gram serta pelet. Bahan aktifnya rendah, antara 0,003-0,005 %. Contoh Klerat RMB.

13. Pekatan yang dapat larut dalam air (Water Soluble Concentrate= WSC) Merupakan formulasi berbentuk cairan yang larut dalam air. Hasil pengencerannya dengan air disebut dengan larutan. Contoh formulasi ini ialah Defence 200/130 WSC yang merupakan bahan pengawet kayu untuk mengendalikan jamur biru pada kayu gergajian.

14. Seed Treatment (ST)

Formulasi ini berbentuk tepung. Penggunaannya dicampur dengan sedikit air sehingga terbentuk suatu pasta. Untuk perlakuan benih digunakan formulasi ini. Larvin 250 ST merupakan formulasi untuk


(46)

mengendalikan hama lalat bibit Agromyza sp. pada bibit kedelai. Contoh lain adalah Marshal 25 ST yang berfungsi untuk mengendalikan lalat bibit.

2.2.6. 2.2.6.

2.2.6.2.2.6. PenggolonganPenggolonganPenggolonganPenggolongan pestisidapestisidapestisidapestisida

Pestisida dapat digolongkan menurut penggunaannya dan disubklasifikasi menurut jenis bentuk kimianya. Dari bentuk komponen bahan aktifnya maka pestisida dapat dipelajari efek toksiknya terhadap manusia maupun makhluk hidup lainnya dalam lingkungan yang bersangkutan (Darmono, 2008), yaitu :

a. Organophosphat

Lebih dari 50.000 komponen organophosphate telah disynthesis dan diuji untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari 500 jenis saja dewasa ini. Semua produk organophosphate tersebut berefek toksik bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis. Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari substansi antikholinergik (misalnya; trisyklik anti depressant, atrophin dan sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi tekanan intraokuler pada bola mata.


(47)

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Bila termakan, meskipun dalam jumlah sedikit saja, dapat menyebabkan kematian.

Wudianto (2011) mengemukakan bahwa sebagian besar bahan aktif golongan organofosfat sudah dilarang beredar di Indonesia, misalnya diazinon, fention, fenitroteion, fentoat, klorpirifos, kuinalfos, dan malation, sedangkan bahan aktif lainnya masih diijinkan. Bahan aktif dari golongan ini cukup banyak digunakan beberapa jenis pestisida. Contoh nama formulasi yang menggunakan bahan aktif golongan organofosfat adalah:

• herbisida : Scout 180/22 AS, Polaris 240 AS, Roundup 75 WSG.

• fungisida : Kasumiron 25/l WP, Afugan 300 EC, Rizolex 50 WP.

• insektisida : Curacron 500 EC, Voltage 560 EC, Tokuthion 500 E. b. Karbamat

Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat. Insektisida ini biasanya daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta. Mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim achE dihambat dan mengalam karbamilasi.

Wudianto (2011) mengemukakan bahwa bahan aktif yang termasuk golongan karbamat antara lain karbaril dan metomil yang telah dilarang penggunaannya. Namun, masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif lain dari golongan karbamat. Sebagai contoh fungsida Previcur-N, Topsin 500F, dan Enpil 670 EC; insektisida Currater 3 G, Dicarzol 25 SP. Bahan aktif ini bila


(48)

masuk dalam tubuh akan menghambat enzim kholinesterase, seperti halnya golongan organophosphat.

c. Organoklorin

Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT. Klasifikasi insektisida organokhlorin, seperti yang dicantumkan dalam Tabel 2.2 berikut :

Tabel 2.2. Klasifikasi insektisida organokhlorin

Kelompok Komponen

Cyclodienes Aldrin, Chlordan, Dieldrin, Heptachlor,

endrin, Toxaphen, Kepon, Mirex.

Hexachlorocyclohexan Lindane

Derivat Chlorinated-ethan DDT

Sumber : Darmono, 2008

Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.

DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi.


(49)

Wudianto (2011) mengemukakan bahwa sebagian beberapa bahan aktif golongan organoklorin juga dilarang penggunaannya di Indonesia, misalnya dieldrin, endosulfan, dan klordan. Nama formulasi dari golongan organoklorin yang beredar di Indonesia adalah herbisida Garlon 480 EC dan fungisida Akofol 50 WP. Cara kerja racun ini dengan mempengaruhi sistem syaraf pusat.

Direktorat Sarana Produksi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (2010) mengemukakan bahwa untuk jenis pestisida insektisida dapat dibagi menjadi bermacam golongan sesuai dengan bahan aktifnya, antara lain ; Amidin, Avermectin, Benzoyl, Urea, Diasil hidrazin, Difenil, Fenil-pirazol, Juvenile harmonic, Karbamat, Neonicotinoid, Neristoksin, Organofosfat, Piretroid dan Pirol.

Untung (2001) mengemukakan bahwa insektisida dapat dikelompokkan dalam beberapa cara menurut cara masuknya dalam tubuh serangga, dan menurut sifat kimianya. Menurut cara masuknya ke dalam tubuh serangga, insektisida dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu racun perut, racun kontak, dan fumigan. Menurut sifat dasar senyawa kimianya, insektisida dapat dibagi menjadi insektisida anorganik yang tidak mengandung unsur karbon dan insektisida organik yang mengandung unsur karbon. Insektisida organik masih dapat dibagi menjadi insektisida organik alami dan insektisida organik sintetik.

Pembagian insektisida organik sintetik menurut susunan kimia bahan aktif (senyawa yang memiliki sifat racun) terdiri dari 4 kelompok besar yaitu organoklorin, organofosfat, karbamat, dan piretroid sintetik. Piretroid merupakan kelompok insektisida organik sintetik konvensional yang paling baru, digunakan secara luas sejak tahun1970-an dan saat ini perkembangannya sangat cepat.


(50)

Keunggulan piretroid sintetik karena memiliki pengaruh knock down atau menjatuhkan serangga dengan cepat, tingkat toksisitas rendah bagi manusia. Beberapa piretroid yang termasuk generasi keempat yang saat ini juga ada yang sudah diijinkan di Indonesia antara lain sipermetrin, flusitrinit, fluvalinat, deltametrin (Untung, 2001).

2.2.7. 2.2.7.

2.2.7.2.2.7. ProsesProsesProsesProses masuknyamasuknyamasuknyamasuknya pestisidapestisidapestisidapestisida kekekeke lingkunganlingkunganlingkunganlingkungan

Manuaba (2009) mengemukaan bahwa transfer pestisida ke lingkungan dapat terjadi melalui cara:

1. Adsorpsi, adalah terikatnya pestisida dengan partikel-partikel tanah. Jumlah pestisida yang dapat terikat dalam tanah bergantung pada jenis pestisida, kelembaban, pH, dan tekstur tanah. Pestisida dapat teradsorpsi dengan kuat pada tanah berlempung ataupun tanah yang kaya bahan-bahan organik, sebaliknya pestisida tidak dapat teradsorpsi dengan kuat pada tanah berpasir. Adsorpsi pestisida yang kuat di dalam tanah mengakibatkan tidak terjadi penguapan sehingga tidak menimbulkan perncemaran terhadap air tanah maupun air danau.

2. Penguapan, adalah suatu proses perubahan bentuk padat atau cair ke bentuk gas, sehingga dalam bentuk gas bahan tersebut dapat bergerak dengan bebas ke udara sesuai dengan pergerakan arah angin. Kehilangan akibat pengupan ini dapat menghancurkan tanaman yang jauh dari tempat dimana pestisida tersebut digunakan. Pestisida dapat menguap dengan mudah disamping memang pestisidanya bersifat mudah menguap, juga


(51)

sebagai akibat dari tanahnya yang berpasir dan basah. Cuaca yang panas, kering dan berangin juga mempercepat terjadinya penguapan pestisida. 3. Kehilangan pestisida saat aplikasi adalah kehilangan yang disebabkan

terbawanya pestisida oleh angin saat disemprotkan. Kehilangan ini dipengaruhi oleh ukuran butiran semprotan, semakin kecil ukuran butiran semakin tinggi kemungkinannya untuk hilang, kecepatan angin, jarak antara lubang penyemprotan dengan tanaman target. Pestisida yang hilang atau tidak mengenai target ini dapat membahayakan atau mengkontaminasi tanaman lain, bahkan dapat membahayakan orang lain, ternak ataupun hewan bukan target. Demikian juga, pestisida ini dapat mencemari danau, sungai sehingga membahayakan biota yang ada di dalamnya.

4. Limpasan akhir, adalah terbawanya pestisida bersama-sama aliran air menuju daerah yang lebih rendah. Pestisida yang terbawa ini dapat bercampur dengan air atau terikat dengan tanah erosi yang ikut terbawa. Banyaknya pestisida yang terbawa ini dipengaruhi oleh: kecuraman lokasi, kelembaban tanah, curah hujan, dan jenis pestisida yang digunakan. Limpasan dari daerah pertanian yang menggunakan pestisida akan dapat mencemari aliran air, sungai, danau, sumur maupun air tanah. Residu cemaran pestisida pada permukaan air dapat membahayakan tanaman, biota dan juga dapat mencemari air tanah.

5. Rembesan, adalah perpindahan pestisida dalam air di dalam tanah. Perembesan dapat terjadi ke seluruh penjuru, ke bawah, atas dan samping. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perembesan adalah


(52)

sifat-sifat pestisida dan tanah, dan interaksi pestisida dengan air seperti saat terjadinya hujan ataupun irigasi saat musim tanam. Proses perembesan dapat meningkat bila pestisidanya bersifat mudah larut dalam air, tanahnya berpasir, turun hujan saat penggunaan pestisida, dan pestisidanya teradsorpsi dengan kuat dalam tanah.

Rahayuningsih (2009) mengemukakan, perilaku pestisida selama di tanah dikelompokkan menjadi dua proses, yaitu proses perpindahan massa dan proses peruraian. Proses perpindahan massa terdiri atas perpindahan massa antarfase (fase air dengan fase udara, fase air dengan fase tanah, fase tanah dengan fase udara, dan fase masing-masing dengan makhluk hidup). Disamping itu, pada setiap fase juga terjadi proses perpindahan massa dan proses peruraian. Proses peruraian dapat terjadi secara kimia, biokimia, dan fotolisis. Dengan demikian, perilaku pestisida di tanah merupakan peristiwa yang sangat rumit karena mencakup sangat banyak proses perpindahan massa dan peruraian yang berlangsung secara serempak, serta banyak faktor yang mempengaruhi proses-proses tersebut. Ditinjau dari sudut pandang kegunaannya, peristiwa yang rumit dapat disederhanakan selama tidak mengurangi esensi peristiwa yang terjadi. Contoh penyederhanaan masalah yang dilakukan pada perilaku pestisida selama di tanah sawah digambarkan secara skematis pada Gambar 2.1.


(53)

Gambar 2.1. Perilaku pestisida selama di tanah sawah yang diserdahanakan

Rahayuningsih (2009) mengemukakan, bahwa :

1. Fase tanah dapat mengakumulasikan pestisida dengan kosentrasi yang tinggi, karena tanah mempunyai daya sorpsi yang tinggi, disamping itu sebagian besar pestisida bersifat hidrofobik;

2. Peruraian pestisida di fase padatan tanah lebih dominan dari pada di fase air, karena padatan tanah mengandung berbagai senyawa yang bersifat sebagai katalis dan juga merupakan tempat mikroorganisme menempel;

3. Perilaku pestisida di fase tanah sawah adalah yang paling berperan dalam pencemaran air tanah.


(54)

2.3. 2.3.

2.3.2.3. ToksisitasToksisitasToksisitasToksisitas PestisidaPestisidaPestisidaPestisida

Oka (2005) mengemukakan bahwa unit untuk mengukur derajat keracunan akut oral atau dermal pestisida adalah miligram bahan aktif pestisida tertentu terhadap hewan percobaan seperti tikus atau kelinci. Dipergunakan nilai dosis letal 50 (LD50) ialah suatu estimasi statistik dari dosis pestisida yang akan membunuh 50% hewan percobaan di bawah kondisi tertentu. Nilai LD50 : miligram dari bahan aktif per kg berat badan (mg/kg). Dari hasil-hasil percobaan tersebut pestisida dapat diklasifikasi dalam kelas yang sangat berbahaya sekali, berbahaya sekali, cukup berbahaya dan sedikit berbahaya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 258/MENKES/PER/III/1992, tentang Persyaratan Kesehatan Pengelolaan Pestisida, pestisida dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk ke dalam tubuh dan racunnya, menjadi 4 (empat) kelas yaitu :

i. Kelas Ia : Pestisida yang sangat berbahaya sekali ii. Kelas Ib : Pestisida yang sangat berbahaya iii. Kelas II : Pestisida yang berbahaya iv. Kelas III : Pestisida yang cukup berbahaya

Kriteria klasifikasi pestisida berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk ke dalam tubuh dan daya racunnya, diuraikan dalam lampiran 1 peraturan tersebut, yakni seperi yang dicantumkan pada (Tabel 2.3.) berikut :


(55)

Tabel 2.3. Kriteria klasifikasi pestisida berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk ke dalam tubuh dan daya racunnya

Klasifikasi LD50 untuk tikus (mg/kg berat badan)Oral Dermal

Padat Cair Padat Cair

I.a. Sangat berbahaya sekali b. Sangat berbahaya II. Berbahaya

III. Cukup berbahaya

< 5 5 - 50 50 - 500

> 500

< 20 20 - 200 200 - 2000

> 2000

< 10 10 - 100 100 - 1000

> 1000

< 40 40 - 400 400 - 4000

> 4000 Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor 258/MENKES/PER/III/1992

2.4. 2.4.

2.4.2.4. DampakDampakDampakDampak PenggunaanPenggunaanPenggunaanPenggunaan PestisidaPestisida TerhadapPestisidaPestisidaTerhadapTerhadapTerhadap LingkunganLingkunganLingkunganLingkungan HidupHidupHidupHidup

Djojosumarto (2008) mengemukaan bahwa dampak penggunaan pestisida bagi lingkungan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori.

1. Bagi lingkungan umum

a. Pencemaran lingkungan (air, tanah, dan udara).

b. Terbunuhnya organismnon-targetkarena terpapar secara langsung. c. Terbunuhnya organism non-target karena pestisida memasuki rantai

makanan.

d. Menumpuknya pestisida dalam jaringan tubuh organisme melalui rantai makanan (biokumulasi).

e. Pada kasus pestisida yang persisten (bertahan lama), konsentrasi pestisida dalam tingkat trofik rantai makanan semakin ke atas akan semakin tinggi (biomagnifikasi).

f. Penyerderhanaan rantai makanan alami. g. Penyederhanaan keanekaragaman hayati.


(56)

h. Menimbulkan efek negatif terhadap manusia secara tidak langsung melalui rantai makanan.

2. Bagi lingkungan pertanian

a. Organisme pengganggu tanaman (OPT) menjadi kebal terhadap suatu pestisida (timbul resistensi OPT terhadap pestisida).

b. Meningkatnya populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurjensihama).

c. Timbulnya hama baru, bisa hama yang selama ini dianggap tidak penting maupun hama yang sama sekali baru.

d. Terbunuhnya musuh alami hama.

e. Perubahan flora, khusus pada penggunaan herbisida. f. Fitoksik (meracuni tanaman).

2.5. 2.5.

2.5.2.5. GejalaGejalaGejalaGejala KeracunanKeracunanKeracunanKeracunan PestisidaPestisidaPestisidaPestisida

Wudianto (2011) mengemukakan bahwa, setiap golongan bahan aktif yang dikandung pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda-beda. Namun, ada pula gejala yang ditimbulkan mirip, misalnya gejala keracunan pestisida Karbamat sama dengan gejala keracunan golongan Organofospat. Gejala keracunan golongan Organofospat antara lain, timbul gerakan otot-otot tertentu, penglihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detak jantung menjadi cepat, mencret, sesak napas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan. Gejala keracunan Karbamat sama dengan yang ditimbulkan oleh pestisida Organofospat,


(1)

(2)

(3)

90

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran 3.

3.

3.

3. Analisis

Analisis

Analisis

Analisis Sidik

Sidik

Sidik

Sidik Ragam

Ragam

Ragam

Ragam

(

)

( )( )

6656

,

4

3

3

48

,

6

2 2

=

=

=

rt

G

FK

(

) (

) (

) (

) (

) (

) (

) (

) (

)

{

}

0032

,

0

6656

,

4

6688

,

4

6656

,

4

71

,

0

71

,

0

76

,

0

75

,

0

71

,

0

71

,

0

71

,

0

75

,

0

71

,

0

2 2 2 2 2 2 2 2 2

1 1 2

=

=

+

+

+

+

+

+

+

+

=

=

∑∑

= = t i r j y

FK

X

Total

JK

(

) (

) (

)

{

}

0004667

,

0

6656

,

4

3

9982

,

13

6656

,

4

2

13

,

2

17

,

2

18

,

2

2 2 2

1 2

=

=

+

+

=

=

=

FK

r

T

Perlakuan

JK

t i i

(

) (

) (

)

{

}

0004667

,

0

6656

,

4

3

18

,

2

13

,

2

17

,

2

2 2 2

1 2

=

+

+

=

=

=

FK

i

R

Ulangan

JK

r j j

002267

,

0

0004667

,

0

0004667

,

0

0032

,

0

=

=

=

JK

Total

JK

Ulangan

JKPerlakua

n

Galat

JK

00023335

,

0

1

3

0004667

,

0

1

=

=

=

r

ulangan

JK

Ulangan

KT

00023335

,

0

1

3

0004667

,

0

1

=

=

=

t

Perlakuan

JK

Perlakuan

KT

( )( )

(

)(

)

00056675

,

0

1

3

1

3

002267

,

0

1

1

=

=

=

t

r

Galat

JK

Galat

KT

412

,

0

00056675

,

0

00023335

,

0

=

=

=

Galat

KT

Perlakuan

KT

F

hitung

; FK =

Faktor Korelasi

; JK =

Jumlah Kuadrat

KT =

Kuadrat Tengah

T = banyak perlakuan

r

= banyak pengulangan


(4)

Lampiran 3. (Lanjutan)

Hasil perhitungan sumber keragaman tersebut di atas, dimasukkan ke dalam tabel

sidik ragam berikut ini :

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel :::: Sidik

Sidik

Sidik

Sidik Ragam

Ragam

Ragam

Ragam

Sumber SumberSumberSumber Keragaman Keragaman Keragaman Keragaman

(SK) (SK) (SK) (SK)

Derajat Derajat Derajat Derajat Bebas BebasBebasBebas (db) (db) (db)(db)

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Kuadrat KuadratKuadratKuadrat

(JK) (JK)(JK)(JK)

Kuadrat Kuadrat Kuadrat Kuadrat Tengah Tengah TengahTengah (KT) (KT) (KT)

(KT) FFFFHitungHitungHitungHitung

FFFFTotalTotalTotalTotal

5555 %%%% 1111 %%%%

Ulangan 2 0,0004667 0,00023335

Perlakuan 2 0,0004667 0,00023335 0,412 6,94 18,00

Galat 4 0,0022667 0,00056675

Total 8 0,0032

Sumber Sumber

SumberSumber :::: DataDataDataData PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian diolah,diolah, tahundiolah,diolah,tahuntahuntahun 2012.2012.2012.2012.

Dari perhitungan didapat F

Hitung

< F

Tabel

, baik pada taraf nyata (α) 5% maupun

1 %, maka tidak ada perbedaan yang nyata nilai kadar residu pestisida sesuai

dengan bahan aktif yang diuji, antara perlakuan atau kelompok jarak I (rata-rata 2

meter), kelompok II (rata-rata 6 meter), dan kelompok III (rata-rata 14 meter).

Dengan demikian jarak sumur tidak berpengaruh terhadap kualitas air sumur

ditinjau dari keberadaan residu pestisida sesuai dengan golongannya atau bahan

aktif yang terkandung dalam residu pestisida tersebut.


(5)

92

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran 4.

4.

4.

4. Analisis

Analisis

Analisis

Analisis Regresi

Regresi

Regresi

Regresi

Data

No.

No.No.No. YYYY XXXX DariDariDariDari RataanSimpanganSimpanganSimpanganSimpanganRataanRataanRataan PenyimpanganPenyimpanganPenyimpanganPenyimpanganKuadratKuadratKuadratKuadrat DariDariDariDari PenyimpanganPenyimpanganPenyimpanganPenyimpanganHasilHasilHasil KaliHasilKaliKaliKali (x)(y) (x)(y) (x)(y) (x)(y) xxxx yyyy xxxx2222 yyyy2222

1. 0,0240 2 -5,3333 0,0083 28,4444 0,0001 -0,0444

2. 0,0230 6 -1,3333 0,0073 1,7778 0,0001 -0,0098

3. 0 14 6,6667 -0,0156 44,4444 0,0002 -0,1044

Jumlah Jumlah Jumlah

Jumlah 0,04700,04700,04700,0470 22222222 0000 0000 74,666774,666774,666774,6667 0,00040,00040,00040,0004 -0,1587-0,1587-0,1587-0,1587 Rataan

Rataan Rataan

Rataan 0,01570,01570,01570,0157 7,33337,33337,33337,3333

0021

,

0

6667

,

74

1587

,

0

2

=

=

=

x

xy

b

Maka persamaan regresinya adalah :

0313

,

0

)

3333

,

7

)(

0021

,

0

(

0157

,

0

=

=

a

X

Y

=

0

,

0313

0

,

0021


(6)

Lampiran

Lampiran

Lampiran

Lampiran 5.

5.

5.

5. Perhitungan

Perhitungan

Perhitungan

Perhitungan Koefisien

Koefisien

Koefisien

Koefisien Korelasi

Korelasi

Korelasi

Korelasi

(

)(

)

(

)(

)

92

,

0

96

,

0

1654

,

0

15867

,

0

0004

,

0

6667

,

74

15867

,

0

2

2 2

=

=

=

=

=

=

r

R

r

y

x

xy

r


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sumur Pada Permukiman Penduduk Di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

8 45 114

Uji Mikrobiologis Kualitas Air Sumur Penduduk Di Desa Lalang Medan Sunggal Dengan Air Pengolahan

3 40 49

Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis Dan Kimia Air Sumur Gali Serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali Di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

9 73 99

STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDUDUK DILIHAT DARI FISIK, KIMIA DAN BAKTERIOLOGIS SERTA GAMBARAN KONSTRUKSI SUMUR GALI DI KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 21

Pengaruh Jarak Sumur Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk Di Daerah Sawah Irigasi Yang menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

0 0 16

Pengaruh Jarak Sumur Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk Di Daerah Sawah Irigasi Yang menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

0 0 2

Pengaruh Jarak Sumur Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk Di Daerah Sawah Irigasi Yang menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

0 0 11

Pengaruh Jarak Sumur Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk Di Daerah Sawah Irigasi Yang menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

0 7 30

Pengaruh Jarak Sumur Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk Di Daerah Sawah Irigasi Yang menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang)

0 0 3

Pengaruh Jarak Sumur Terhadap Kualitas Air Sumur Penduduk Di Daerah Sawah Irigasi Yang menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang) Appendix

0 0 22