Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sumur Pada Permukiman Penduduk Di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang
PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS
AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA
DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
T E S I S
Oleh
SIGIT GUNAWAN
107004017/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(2)
PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS
AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA
DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SIGIT GUNAWAN
107004017/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(3)
Judul Tesis : PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG
Nama Mahasiswa : Sigit Gunawan Nomor Pokok : 107004017
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Menyetujui Komisi Pembimbing
Ketua
(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc)
(Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc., M.Phill) (
Anggota Anggota
Prof. Dr. Badaruddin M.Si)
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada Tanggal : 18 Juni 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc Anggota : 1. Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M.Phill
2. Prof. Dr. Badaruddin, MSi. 3. Prof. Dr. Harlem Marpaung 4. Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS
(5)
PERNYATAAN
Judul Tesis“PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP
KUALITAS AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK
DI DESA DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG
MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, Juni 2012 Penulis,
(6)
PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI
SERDANG
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk dan untuk mengetahui pengaruh bentuk bangunan dan jarak sumur dengan lokasi septitank terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari bulan Desember 2011 sampai bulan Pebruari 2012. Data dianalisis secata deskriptif dan membandingkan hasil uji laboratorium dengan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/XI/1990. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Kegiatan industri berpengaruh terhadap kualitas air sumur penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang di mana: pada sumur sederhana nilai TSS (80 mg/L), tingkat kekeruhan (27,20 NTU) dan besi total (0,79 mg/L), pada sumur sederhana dengan beton nilai TSS (70 mg/L), tingkat kekeruhan (13,20 NTU) dan besi total (0,85 mg/L) dan pada sumur bor/pantek nilai TSS (80 mg/L), tingkat kekeruhan (9,20 NTU) dan besi total (0,79 mg/L). Hal tersebut di atas lebih tinggi dari baku mutu kualitas air bersih sebagaimana dimaksud dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI/1990. 2) Bentuk bangunan sumur berpengaruh terhadap kualitas air sumur penduduk, semakin sederhana bentuk bangunan sumur maka akan semakin rendah kualitas air sumur, begitu juga dengan jarak lokasi industri dan septic tank/WC terhadap bangunan sumur berpengaruh terhadap kualitas air sumur, di mana semakin dekat lokasi indsutri dan septic tank terhadap bangunan sumur maka akan semakin rendah kualitas air sumur. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bila penduduk menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih sebaiknya bangunan sumur dibeton untuk menjaga kualitas air sumur dan bila penduduk ingin membuat sumur sebaiknya jarak sumur dengan septic tank adalah di atas 10 meter
Kata Kunci: Pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air, kualitas air sumur, pemukiman penduduk.
(7)
INFLUENCE OF INDUSTRIAL ACTIVITIES ON WATER QUALITY IN DAGANG KLAMBIR VILLAGE TANJUNG MORAWA SUBDISTRICT
DELI
SERDANG DISTRICT
ABSTRACT
The purpose of this study conducted from December 2011 to February 2012 was to analyze the influence of industrial activity on the quality of well water and to find out the influence of the shape of the building and the distance between the well and the location of septic tank on the quality of well water in the residental area in Dagang Kelambir Village, Tanjung Morawa Sub District, Deli Serdang District. The data obtained were analyzed through descriptive analysis by comparing the results of laboratory lab to the clean water quality standard in accordance with the Regulation of Indonesian Health Minister No. 416/MENKES/PER/XI/1990. The result of this study showed that: 1) the industrial activity had influenced on the quality of well water in the residential area in Dagang Kelambir Village, Tanjung Morawa Sub District, Deli Serdang District in which: for simple well, the TSS value was 80 mg/L, the level of turbidity was 27.20 NTU, and the total of iron was 0.79 mg/L; for simple well with concrete, the TSS value was 70 mg/L, the level of turbidity was 13.20 NTU, and the total of iron was 0.85 mg/L; and for drilled well, the TSS value was 80 mg/L, the evel of tubidity was 9.20 NTU, and the total on iron was 0.79 mg/L. This result was higher than the clean water quality standard in accordance with the Regulation of Indonesia Health Minister No. 416/MENKES/PER/XI/1990, 2) The shape of the wellhand influence on the quality of well water, the more simple the shape of the well is, the lower the quality of well water will be. The distance of industrial activity and sptic tank also had influence on the quality of well water, the closer the location of industrial actiivty and septic tank to the well, the lower the quality of well water will be. Besed on the result of this study, to maintain the quality of well water, the residents using the well as the source of clean water are suggested to reinforce the wall of their well with concrete and the distance between their well and their septic tank should be greater tha 10 meters.
Key words: influence of industrial activities on water quality, well water quality, residential area.
(8)
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya keapda penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H., MSc (CTM), Sp.A (K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS. selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc selaku ketua komisi pembimbing yang selalu sabar dan pengertian dalam memberikan masukan, pemikiran dan membimbing penyusun dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Prof. Dr. Harry Agusmar, MSc, M.Phil selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan yang sangat banyak sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
7. Bapak Prof. Dr. Harlem Marpaung dan Bapak Prof. Dr. Suwardi Lubis, MS selaku penguji.
8. Istriku Niken Hapsari Dyah Sulistyorini, SH, MKn yang selalu sabar, penuh pengertian, mendukung, mendoakan penyusun dalam setiap langkah penelitian dan penyusunan tesis ini.
9. Buat putra-putraku tersayang Aryo Kuncoro Mukti Darmawan dan Satrio Pradipta Adwitiya Wicaksono yang selalu member semangat berjuang dalam setiap langkahku.
(9)
10.Teman-teman sesama angkatan 2010 Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) atas solidaritas dan kekompakannya selama menempuh pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
11.Dan berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu penyususn yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.
Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.
Amin.
Medan, Juni 2012
(10)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penyusun dilahirkandi Jakarta pada tanggal 20 Mei 1971 dari pasangan Bapak Toegiman Koesdi dan Ibu Asmani. Penyusun menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 03 Pagi Cengkareng Jakarta Barat dan lulus pada tahun 1984, melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 108 Jakarta Barat dan lulus pada tahun 1987, pendidikan ke SMA Negeri 33 Jakarta Barat dan lulus pada tahun 1990, selanjutnya melanjutkan ke Universitas Jember pada Fakultas Hukum, Program Studi Ilmu Hukum dan lulus pada tahun 1995.
Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana di Universitas Sumatera Utara, Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL). Pada tahun 1998 penyusun menikah dengan Niken Hapsari Dyah Sulistyorini, SH, MKn dan saat ini telah dikaruniai 2 (dua) orang anak. Sejak tahun 2003 sampai sekarang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kementerian Pertanian Jakarta.
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ………. vi
DAFTAR TABEL ………. ix
DAFTAR GAMBAR ……… x
DAFTAR LAMPIRAN ……… xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……… 1
1.2 Perumusan Masalah ………. 5
1.3 Tujuan Penelitian ………. 5
1.4 Manfaat Penelitian ………... 6
1.5 Kerangka Berfikir...……….. 6
1.6 Hipotesis Penelitian……….. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Tanah ……….... 8
2.2 Sumur ... 9
2.1.1. Syarat Lokasi atau Jarak Sumur...……… 10
2.1.2. Dinding Sumur……….. 11
2.1.3. Lantai Sumur... 12
2.1.4. Saluran pembuangan Air Limbah ... 12
2.3 Pencemaran Air ... 13
2.4 Sumber Polutan... 14
2.5 Kebutuhan Air Bersih... 15
2.6 Kebijakan Pemerintah dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bawah Tanah ... 17 2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Air Bawah Tanah... 18 2.8 Penelitian Terdahulu... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu ...……….. 21
3.1. Tempat Penelitian ... 21
3.2. Waktu Penelitian ... 21
3.2 Bahan dan Alat ... 23
3.3 Sumber Data... 24
3.3.1. Data Primer... 24
3.3.2. Data Sekunder... 24
(12)
3.5.2. Metode Pengambilan Sampel... 26
3.6 Populasi dan Sampel... 27
3.7 Metode Analisa Data... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian... 32
4.1.1. Kondisi Geografis... 32
4.1.2. Topografi... 32
4.1.3. Tipe Iklim... 33
4.1.4. Kependudukan... 33
4.2 Gambaran Umum Responden... 34
4.2.1. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 34 4.2.2. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim ... 36 4.2.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 36 4.2.4. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan... 37 4.3 Gambaran Umum Kegiatan Pabrik di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, kabupaten Deli Serdang... 38 4.4 Kualitas Air Sumur di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang... 40 4.4.1. Jarak Sumur dengan Lokasi Industri... 42 4.4.2. Jarak Sumur dengan Sepsitank/ WC... 46 4.5 Penurunan Kualitas Air Sumur Di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang ... 52 4.6 Pemanfaatan Air Sumur Yang Telah tercemar Di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa... 57 4.7 Uji Statistik... 64
4.7.1. Uji Korelasi... 64
4.7.2. Uji Regresi... 66
4.7.3. Uji T... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70
5.2 Saran... 71
DAFTAR PUSTAKA ……….. 72
(13)
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
3.1. Kriteria nilai dari jawaban koesioner ... 31
4.1. Luas wilayah Desa Dagang Kelambir ... 33
4.2. Data jumlah rumah tangga / penduduk di setiap Dusun di Desa Dagang Kelambir ... 33 4.3. Komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Dagang Kelambir ... 34 4.4. Komposisi responden berdasarkan lama bermukim ... 36
4.5. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan ... 37
4.6. Komposisi responden berdasarkan pendapatan ... 39
4.7. Jenis industri besar di Desa Dagang Kelambir ... 41
4.8. Kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir ... 41
4.9. Tanggapan responden terhadap penurunan kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang ... 52 4.10 Tanggapan responden terhadap pemanfaatan air sumur yang telah tercemar di Desa Dagang Kelambir ... 57 4.11 Tabel pemakaian oralit oleh masyarakat di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2011 ... 61 4.12 Statistik analisa korelasi faktor kependudukan dengan penurunan kualitas air sumur dan pemanfaatannya ... 65 4.13. Hasil uji regresi pemanfaatan air sumur ... 66
4.14. Hasil uji t penurunan kualitas air sumur ... 66
4.15 Hasil uji T penurunan kualitas air sumur ... 67
(14)
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1.1. Kerangka Berfikir ... 7 3.1. Peta Satelit Lokasi Penelitian ... 22 3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 25
4.1. Sumur dengan tingkat kekeruhan yang tinggi 49
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
1 Daftar Kuisioner... 74
2 Data Masyarakat... 77
3 Skoring Kuisioner... 79
4 Cara Kerja di Laboraturium... 83
5 Data SPSS Uji Korelasi... 87
6 Data SPSS Penurunan Kualitas Air di Desa dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang... 88 7 Data SPSS pemanfaatan Air yang Tercemar di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang ... 92 8 Foto Penelitian ... 95
(16)
PENGARUH KEGIATAN INDUSTRI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR PADA PERMUKIMAN PENDUDUK DI DESA DAGANG KELAMBIR KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI
SERDANG
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk dan untuk mengetahui pengaruh bentuk bangunan dan jarak sumur dengan lokasi septitank terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari bulan Desember 2011 sampai bulan Pebruari 2012. Data dianalisis secata deskriptif dan membandingkan hasil uji laboratorium dengan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/XI/1990. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Kegiatan industri berpengaruh terhadap kualitas air sumur penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang di mana: pada sumur sederhana nilai TSS (80 mg/L), tingkat kekeruhan (27,20 NTU) dan besi total (0,79 mg/L), pada sumur sederhana dengan beton nilai TSS (70 mg/L), tingkat kekeruhan (13,20 NTU) dan besi total (0,85 mg/L) dan pada sumur bor/pantek nilai TSS (80 mg/L), tingkat kekeruhan (9,20 NTU) dan besi total (0,79 mg/L). Hal tersebut di atas lebih tinggi dari baku mutu kualitas air bersih sebagaimana dimaksud dalam Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI/1990. 2) Bentuk bangunan sumur berpengaruh terhadap kualitas air sumur penduduk, semakin sederhana bentuk bangunan sumur maka akan semakin rendah kualitas air sumur, begitu juga dengan jarak lokasi industri dan septic tank/WC terhadap bangunan sumur berpengaruh terhadap kualitas air sumur, di mana semakin dekat lokasi indsutri dan septic tank terhadap bangunan sumur maka akan semakin rendah kualitas air sumur. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bila penduduk menggunakan air sumur sebagai sumber air bersih sebaiknya bangunan sumur dibeton untuk menjaga kualitas air sumur dan bila penduduk ingin membuat sumur sebaiknya jarak sumur dengan septic tank adalah di atas 10 meter
Kata Kunci: Pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air, kualitas air sumur, pemukiman penduduk.
(17)
INFLUENCE OF INDUSTRIAL ACTIVITIES ON WATER QUALITY IN DAGANG KLAMBIR VILLAGE TANJUNG MORAWA SUBDISTRICT
DELI
SERDANG DISTRICT
ABSTRACT
The purpose of this study conducted from December 2011 to February 2012 was to analyze the influence of industrial activity on the quality of well water and to find out the influence of the shape of the building and the distance between the well and the location of septic tank on the quality of well water in the residental area in Dagang Kelambir Village, Tanjung Morawa Sub District, Deli Serdang District. The data obtained were analyzed through descriptive analysis by comparing the results of laboratory lab to the clean water quality standard in accordance with the Regulation of Indonesian Health Minister No. 416/MENKES/PER/XI/1990. The result of this study showed that: 1) the industrial activity had influenced on the quality of well water in the residential area in Dagang Kelambir Village, Tanjung Morawa Sub District, Deli Serdang District in which: for simple well, the TSS value was 80 mg/L, the level of turbidity was 27.20 NTU, and the total of iron was 0.79 mg/L; for simple well with concrete, the TSS value was 70 mg/L, the level of turbidity was 13.20 NTU, and the total of iron was 0.85 mg/L; and for drilled well, the TSS value was 80 mg/L, the evel of tubidity was 9.20 NTU, and the total on iron was 0.79 mg/L. This result was higher than the clean water quality standard in accordance with the Regulation of Indonesia Health Minister No. 416/MENKES/PER/XI/1990, 2) The shape of the wellhand influence on the quality of well water, the more simple the shape of the well is, the lower the quality of well water will be. The distance of industrial activity and sptic tank also had influence on the quality of well water, the closer the location of industrial actiivty and septic tank to the well, the lower the quality of well water will be. Besed on the result of this study, to maintain the quality of well water, the residents using the well as the source of clean water are suggested to reinforce the wall of their well with concrete and the distance between their well and their septic tank should be greater tha 10 meters.
Key words: influence of industrial activities on water quality, well water quality, residential area.
(18)
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan air semakin lama semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Peningkatan tersebut dilihat dari dua hal yang saling tergantung satu sama lain yaitu sisi kualitas dan kuantitas. Di sisi lain, jumlah air relatif tidak berubah dari waktu ke waktu. Pertambahan penduduk yang cepat banyak membawa dampak negatif terhadap sumberdaya air, baik kuantitas maupun kualitasnya. Sementara itu, ada sebagian penduduk kurang mendapatkan pelayanan air, tetapi di sisi lain terdapat aktivitas dan kegiatan penduduk yang menggunakan air secara berlebihan dan cenderung memerlukan pemborosan air. Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup temasuk air tanah (Rohcili, 2006).
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama adalah sebagai air minum. Kebutuhan sehari-hari terhadap air berbeda-beda untuk tiap tempat dan tingkatan kehidupan. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah kebutuhan akan air bersih. Pemenuhan kebutuhan akan air tersebut salah satunya diambil dari air tanah yang berupa sumur gali maupun sumur bor. Pemakaian yang meningkat juga berpengaruh terhadap kualitas air tersebut, karena tingkat ketersediaan air tidak seimbang dengan tingkat pemakaian air.
(19)
Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia. Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, diantaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kualitas kimia yang terdiri atas pH, kesadahan dan sebagainya serta kualitas biologi dimana air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu (Gabriel, 2001).
Pencemaran dan penurunan kualitas air tanah berhubungan erat dengan tingkat kepadatan penduduk, sebab semakin banyak jumlah penduduk maka limbah yang dibuang ke lingkungan akan semakin besar. Selain itu kegiatan
industri juga memberi andil yang cukup besar terhadap penurunan kualitas air. (Trisnawulan et.al, 2007).
Secara langsung atau tidak langsung pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam penilaian terhadap produk air
minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan sistem dan proses yang
akan dilakukan terhadap sumber daya air (Sitepoe, 1997).
Kegiatan industri memberi andil besar terhadap penurunan kualitas air. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk
(20)
terhadap air berbeda-beda untuk tiap tempat dan tingkatan kehidupan. Semakin tinggi taraf kehidupan, semakin meningkat jumlah kebutuhan akan air bersih. Pemenuhan kebutuhan akan air tersebut salah satunya diambil dari air tanah yang berupa sumur gali maupun sumur bor. Pemanfaatan air bawah tanah yang meningkat, lambat laun akan menyebabkan penurunan muka air tanah, penurunan mutu air tanah dan terjadinya amblasan tanah. Pencemaran dan penurunan kualitas air tanah berhubungan erat dengan tingkat kepadatan penduduk, sebab semakin banyak jumlah penduduk maka limbah yang dibuang ke lingkungan akan semakin besar (Trisnawulan et.al, 2007).
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Sedangkan kuantitas menyangkut jumlah air yang dibutuhkan manusia dalam kegiatan tertentu. Air bersih dibutuhkan dalam pemenuhan kebutuhan manusia untuk melakukan segala kegiatan. Sehingga perlu diketahui bagaimana air dikatakan bersih dari segi kualitas dan bisa digunakan dalam jumlah yang memadai dalam kegiatan sehari-hari manusia (Gabriel, 2001).
Ditinjau dari segi kualitas, ada bebarapa persyaratan yang harus dipenuhi, di antaranya kualitas fisik yang terdiri atas bau, warna dan rasa, kulitas kimia
yang terdiri atas pH, kesadahan dan sebagainya serta kualitas biologi dimana air terbebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Agar kelangsungan hidup manusia dapat berjalan lancar, air bersih juga harus tersedia dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktifitas manusia pada tempat tertentu dan kurun waktu tertentu.
(21)
Penurunan kualitas air ini menimbulkan banyak pengaruh bagi masyarakat, namun banyak masyarakat yang tetap menggunakannya walau sudah mengetahui akibat yang akan ditimbulkan dari mengkonsumsi air yang sudah menurun kualitasnya. Pada umumnya sumber air bersih yang digunakan penduduk di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang adalah air tanah berupa sumur-sumur gali dan sumur bor yang dimanfaatkan untuk mandi, mencuci dan minum. Penggunaan air sumur gali yang meningkat dari tahun ke tahun dan dekatnya posisi sumur dengan lokasi industri dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan kualitas air bawah tanah. Hal ini akan sangat membahayakan bagi kesehatan penduduk pengguna sumur tersebut. Melihat kenyataan tersebut mendorong peneliti untuk melihat Pengaruh Kegiatan Industri terhadap Kualitas Air Sumur pada Permukiman Penduduk di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Korawa Kabupaten Deli Serdang. Pada penelitian ini akan difokuskan pada sumur gali yang terdapat pada rumah-rumah penduduk sebab sumur gali terletak dekat dengan lokasi industri.
(22)
1.2. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
2. Bagaimana pengaruh bentuk bangunan dan jarak sumur dengan lokasi septic tank terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa pengaruh kegiatan industri terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Kabupaten Deli Serdang.
2. Untuk menganalisa pengaruh bentuk bangunan dan jarak sumur dengan lokasi septic tank terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
(23)
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah agar dapat diketahui pengaruh kegiatan industry, pengaruh bentuk bangunan sumur serta mengetahui pengaruh jarak sumur dengan lokasi septic tank terhadap kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang agar dapat dilakukan pengendalian dan pencegahan sehingga dapat meminimalkan pengaruh negatif yang diakibatkan. Selain itu juga diharapkan hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya Pemerintah Kabupaten Deli Serdang dalam penentuan kebijakan pemanfaatan air tanah.
1.5. Kerangka Berfikir
Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan peningkatan kebutuhan air bersih. Adanya aktifitas industri di sekitar permukiman penduduk berpengaruh terhadap penurunan kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 1 berikut:
(24)
Gambar 1.1. Kerangka Berfikir
1.6. Hipotesis Penelitian
Kegiatan industri akan berdampak pada penurunan kualitas air sumur pada permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
Bentuk bangunan sumur yang sederhana dan jarak jarak sumur dengan lokasi septic tank yang dekat akan menyebabkan penurunan kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
Rumah Tangga
Jarak Sumur dari Lokasi Industri
Kualitas Air Sumur Kebutuhan Air Bersih
Sumur
Bentuk Bangunan Sumur
Jarak Sumur dari Septic tank/WC
(25)
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air Tanah
Air tanah sering disebut air tawar karena tidak berasa asin. Berdasarkan lokasi air, maka air tanah dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu air permukaan tanah dan air jauh dari permukaan tanah.
a. Air permukaan tanah
Air permukaan tanah sangat tergantung pada air hujan. Yang termasuk air permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa, danau, waduk (buatan). Air permukaan tanah sering dicemari oleh sampah keluarga, kotoran hewan, limbah industri dan limbah domestik. Berdasarkan hasil penelitian/analisis, elemen/mineral yang terkandung di dalam air permukaan adalah : Hardness (120mg/l sebagai CaCO3), Calsium (80 Mg/L sebagai CaCO3), magnesium (40
Mg/L sebagai CaCO3), Sodium dan Potasium (19 Mg/L sebagai Na), Bicarbonat
(106 Mg/L sebagai CaCO3), Chlorida (23 Mg/L sebagai Cl), Sulfat (38 Mg/L
sebagai SO4), Nitrate (0,44 Mg/L sebagai N), Besi (0,3 Mg/L sebagai Fe), Silica
(13 Mg/L sebagai SiO2) Karbon dioksid (4 Mg/L sebagai CaCO3
b. Air bawah tanah
) dan pH 7,8 (Gabriel, 2001).
Air bawah tanah sering disebut dengan air tekanan yaitu air yang tersimpan dalam lapisan tanah. Air bawah tanah adalah air sumur gali dan air sumur bor (Gabriel, 2001).
(26)
c. Mata Air
Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar kepemukaan tanah, keluarnya air tanah tersebut secara alami dan biasanya terletak di lereng- lereng gunung atau sepanjang tepi sungai. Berdasarkan munculnya kepermukaan air tanah terbagi atas 2 (dua) yaitu :
1. Mata air mengalir (graviti spring) yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri. Pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis, air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.
2. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi.
Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk tercemar. Embun, air hujan dan atau salju misalnya, yang berasal dari air angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas, ataupun meteri-materi yang berbahaya lainnya. Demikian pula air permukaan, karena dapat terkontaminasi dengan pelbagai zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Gabriel, 2001).
2.2. Sumur
Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah- rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Keadaan konstruksi dan cara pengambilan air sumur pun dapat
(27)
merupakan sumber kontaminasi, misalnya sumur dengan konstruksi terbuka dan pengambilan air dengan timba. Sumur dianggap mempunyai tingkat perlindungan sanitasi yang baik, bila tidak terdapat kontak langsung antara manusia dengan air di dalam sumur. Sumur gali ada yang memakai dinding sumur dan ada yang tidak memiliki dinding sumur. Syarat konstruksi pada sumur gali meliputi dinding sumur, bibir sumur, lantai sumur, serta jarak dengan sumber pencemar (Gabriel, 2001).
Sumur bor adalah jenis sumur dengan cara pengeboran lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya air ini bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum. Air tanah ini dapat diambil dengan pompa tangan maupun pompa mesin (Depkes RI, 1985).
2.1.1. Syarat Lokasi atau Jarak Sumur
Agar sumur terhindar dari pencemaran maka harus diperhatikan adalah jarak sumur dengan jamban, lubang galian untuk air limbah (cesspool, seepage pit), dan sumber-sumber pengotoran lainnya. Jarak tersebut tergantung pada keadaan serta kemiringan tanah. Lokasi sumur pada daerah yang bebas banjir sehingga tidak ada genangan air. Jarak sumur minimal 15 meter dan lebih tinggi dari sumber pencemaran (Gabriel, 2001).
(28)
2.1.2. Dinding Sumur
Menurut Gabriel (2001) ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi dalam standart mutu dinding sumur gali, diantaranya adalah:
1. Jarak kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur gali harus terbuat dari tembok yang kedap air (disemen). Hal tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi perembesan air/pencemaran oleh bakteri dengan karakteristik habitat hidup pada jarak tersebut. Selanjutnya pada kedalaman 1,5 meter dinding berikutnya terbuat dari pasangan batu bata tanpa semen, sebagai bidang perembesan dan penguat dinding sumur. 2. Pada kedalaman 3 meter dari permukaan tanah, dinding sumur harus
dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut. Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah 3. Dinding sumur bisa dibuat dari batu bata atau batu kali yang disemen.
Akan tetapi yang paling bagus adalah pipa beton. Pipa beton untuk sumur gali bertujuan untukn menahan longsornya tanah dan mencegah pengotoran air sumur dari perembesan permukaan tanah. Untuk sumur sehat, idealnya pipa beton dibuat sampai kedalaman 3 meter dari permukaan tanah. Dalam keadaan seperti ini diharapkan permukaan air sudah mencapai di atas dasar dari pipa beton.
4. Kedalaman sumur gali dibuat sampai mencapai lapisan tanah yang mengandung air cukup banyak walaupun pada musim kemarau.
(29)
5. Bibir sumur gali. Untuk keperluan bibir sumur ini terdapat beberapa pendapat antara lain : di atas tanah dibuat tembok yang kedap air setinggi minimal 70 cm untuk mencegah pengotoran dari air permukaan serta untuk aspek keselamatan dan dinding sumur di atas permukaan tanah kira-kira 70 cm, atau lebih tinggi dari permukaan air banjir, apabila daerah tersebut adalah daerah banjir.
2.1.3. Lantai Sumur
Menurut Gabriel (2001) lantai sumur gali memiliki syarat kelayakan tertentu beberapa pendapat konstruksi lantai sumur antara lain :
1. Lantai sumur dibuat dari tembok yang kedap air ± 1,5 m lebarnya dari dinding sumur. Dibuat agak miring dan ditinggikan 20 cm di atas permukaan tanah, bentuknya bulat atau segi empat.
2. Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen di sekeliling sumur kira-kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk.
3. Lantai sumur kira-kira 20 cm dari permukaan.
2.1.4. Saluran Pembuangan Air Limbah
Saluran pembuangan air limbah dari sekitar sumur menurut Achmad (2004), dibuat dari tembok yang kedap air dan panjangnya sekurang-kurangnya 10 m. Sedangkan pada sumur gali yang dilengkapi pompa, pada dasarnya pembuatannya sama dengan sumur gali tanpa pompa, tapi air sumur diambil dengan mempergunakan pompa. Kelebihan jenis sumur ini adalah kemungkinan
(30)
untuk terjadinya pengotoran akan lebih sedikit disebabkan kondisi sumur selalu tertutup.
Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Kemampuan hidup bakteri patogen selama 3 hari dan perjalanan air dalam
tanah 3 meter/hari.
2. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara vertikal sedalam 3 meter.
3. Kemampuan bakteri patogen menembus tanah secara horizontal sejauh 1 meter.
4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun sedang tidak digunakan.
5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.
2.3. Pencemaran Air
Pencemaran air umumnya terjadi oleh tingkah-laku manusia seperti oleh zat-zat detergen, asam belerang dan zat-zat kimia sebagai sisa pembuangan pabrik-pabrik kimia/industri. Pencemaran air juga disebabkan oleh pestisida, herbisida, pupuk tanaman yang merupakan unsur-unsur polutan sehingga mutu air berkurang (Supardi, 2003).
Pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah : masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh peruses alam sehingga kualitas air
(31)
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (pasal 1).
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu. Sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Supardi, 2003).
2.4. Sumber Polutan
Polutan yang memasuki perairan terdiri atas campuran berbagai jenis polutan. Jika di perairan terdapat lebih dari dua jenis polutan maka kombinasi pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga (Effendi, 2003) :
1. Additive : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan merupakan penjumlahan dari pengaruh masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh kombinasi zinc dan kadmium terhadap ikan.
2. Synergism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan lebih besar daripada penjumlahan pengaruh dari masing-masing polutan. Misalnya, pengaruh kombinasi copper dan klorin atau pengaruh kombinasi copper dan
(32)
3. Antagonism : pengaruh yang ditimbulkan oleh beberapa jenis polutan saling mengganggu sehingga pengaruh secara kumulatif lebih kecil atau kemungkinan hilang. Misalnya, pengaruh kombinasi kalsium dan timbal atau zinc atau aluminium.
Rao (1992) mengelompokkan bahan pencemar di peraiarn menjadi beberapa kelompok, yaitu : (1) limbah yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen terlarut (oxygen demanding waste), (2) limbah yang mengakibatkan munculnya penyakit (disease causing agents), (3) senyawa organik sintetis, (4) nutrient tumbuhan, (5) senyawa anorganik dan mineral, (6) sedimen, (7) radioaktif, (8) panas (thermal discharge), dan (9) minyak. Bahan pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air biasanya merupakan kombinasi dari beberapa jenis pencemar yang saling berinteraksi.
2.5. Kebutuhan Air Bersih
Air bersih merupakan salah satu hal yang paling penting dan mendapat prioritas dalam perencanaan kota. Kebutuhan air suatu kota menurut Catanese dan Snyder (1996) dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:
1. Penggunaan rumah tangga, dipakai di tempat hunian pribadi, rumah, apertemen dan sebagainya untuk minum, masak, mandi, cuci dan penyiraman tanaman dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
2. Penggunaan komersil dan industri, digunakan oleh kegiatan komersil seperti toko, rumah makan, salon dan sebagainya serta kegiatan pabrik dan industri. 3. Penggunaan umum, digunakan pada fasilitas umum seperti taman, sekolah,
(33)
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia dan mendapatkan prioritas yang utama untuk pemenuhannya. Kebutuhan air tidak hanya menyangkut kuantitas atau jumlah, tetapi juga kualitas atau mutunya. Kualitas air yang baik merupakan salah satu alasan sebagian penduduk kota membeli air kemasan untuk konsumsi (minum dan masak) (Soemarwoto, 2001).
Jumlah kebutuhan air bersih meningkat seiring dengan meningkatnya status sosial ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Semakin meningkat kondisi sosial ekonomi masyarakat dan kualitas hidup seseorang, maka semakin meningkat pula aktivitasnya sehingga kebutuhan air bersih yang diperlukan untuk kehidupannya juga meningkat.
Kualitas atau mutu yang disyaratkan untuk air bersih adalah berdasarkan syarat fisik, kimia dan bakteriologik sesuai standart atau baku mutu yang berlaku (Permenkes RI No. 416/Menkes/PER/XI/1990). Untuk mengetahui kualitas air dapat dilakukan dengan uji laboraturium, sedangkan syarat fisik dapat dilakukan pengamatan langsung yang meliputi:
- Tidak berwarna - Tidak berasa - Tidak berbau - Jernih
(34)
2.6. Kebijakan Pemerintah dalam Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bawah Tanah
Kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan air bawah tanah pada dasarnya bertujuan untuk melakukan konservasi air bawah tanah. Menurut Keputusan menteri Nomor 1451 K/10/MEM/2000, yang dimaksud dengan konservasi air bawah tanah adalah pengelolaan air bawah tanah untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjaminketersediaannya dengan tetap memelihara serta meningkatkan mutunya tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi dan lingkungan sumberdaya air bawah tanah tersebut.
Dalam batas-batas tertentu pengambilan air bawah tanah untuk keperluan air minum dan rumah tangga tidak diperlukan ijin, dengan ketentuan:
1. Pengambilan air bawah tanah dengan menggunakan tenanga manusia dari sumur gali.
2. Pengambilan air bawah tanah dari sumur bor pipa (sumur pasang) bergaris tengah kurang dari 2 (dua) inci atau 5 cm.
3. Pengambilan air bawah tanah untuk rumah tangga bagi kebutuhan kurang dari 100 (seratus meter kubik sebulan) dengan tidak menggunakan sistem distribusi terpusat.
Menurut Pratowo (2001) keberhasilan pengelolaan air tanah sangat tergantung pada fungsi pengawasan dan pengendalian termasuk fungsi pembinaan. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin tegaknya peraturan perundang-undangan pengelolaan air bawah tanah, meliputi pemantauan terhadap air bawah tanah agar dalam pemanfaatannya tidak berakibat negatif terhadap lingkungan serta untuk menjaga ketersediaan dan mutunya.
(35)
Adanya kunjungan petugas untuk melaksanakan pengawasan dan pengendalian. Semakin sering dilakukan kunjungan semakin baik karena masyarakat menjadi lebih sering diperingatkan dan dibina agar memanfaatkan air bawah tanah sesuai dengan kaidah yang berlaku.
2.7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Air Bawah Tanah
Secara teoritis, meningkatnya jumlah dan aktivitas penduduk akan meningkatkan jumlah kebutuhan air bersih (demand). Kebutuhan air bersih tersebut harus diimbangi dengan persediaan (supplai) yang cukup. Ditinjau dari sisi kualitas, kuantitas dan biaya air bawah tanah merupakan alternatif yang banyak dipilih. Mengingat air bawah tanah memiliki karakteristik yang baik serta mudah diperoleh dan murah biaya memanfaatkannya, maka masyarakat lebih
cenderung memanfaatkan air bawah tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Soemarwoto, 2001).
Menurut Pratowo (2001) pemakaian air tanah yang melebihi potensi akan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan yang berakibat pada berkurangnya cadangan bagi generasi mendatang serta terjadinya kerusakan lingkungan yang akan sangat berpengaruh pada perkembangan kota dan penduduk kota itu sendiri. Untuk itu diperlukan peran pemerintah di dalam pemanfaatan air bawah tanah, khususnya untuk keperluan rumah tangga, utamanya dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan pengendalian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan air bawah tanah adalah: 1. Pemanfaatan air bersih.
(36)
3. Kebijakan pemerintah tentang pemanfaatan air bawah tanah.
2.8. Penelitian Terdahulu
Menurut Mawardi (2012) sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air tanah yang relatif dekat dari permukaan tanah, yang mudah terkontaminasi oleh rembesan, sehingga berpotensi mengalami penurunan kualitas air. Kontaminasi paling umum adalah karena limpasan air dari sarana pembuangan kotoran manusia atau hewan, yang berasal dari sepsitank WC yang kurang permanen. Pada Wilayah Puskesmas I Denpasar Selatan menunjukkan bahwa pada bulan pebruari BOD, Fe dan total Coliform melampaui baku mutu, dan bulan April 2008 DO, BOD, Fe dan total Coliform melampaui baku mutu air kelas I juga baku mutu air minum. Hal ini disebabkan karena kondisi sumur yang tidak sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan.Untuk memperbaiki kualitas air sumur masyarakat diharapkan memperbaiki kondisi lingkungan fisik sumur seperti menutup kembali sumur setelah mengambil air, menghindarkan air tergenang disekitar sumur, menjaga lantai dan dinding sumur tetap kedap air dan meningkatkan perilaku hidup sehat, agar kualitas air sumur aman untuk air bersih dan air baku air minum. Mawardi (2012) menyatakan kualitas air sumur di Wilayah Kartasura secara fisik hasilnya baik, tetapi kualitas unsur Mangan (Mn) dan Besi (Fe) melebihi ambang batas. Kualitas air yang sehat harus memenuhi syarat-syarat kesehatan yang meliputi syarat fisik, kimia dan mikrobiologis. Berdasarkan penelitian warna air sumur berwarna jernih biru kehitaman. Warna dalam air ini disebabkan oleh adanya zat-zat yang terkandung di dalamnya, seperti pembuangan limbah industri, material, humus. Selain warna bau pada air sumur ini juga beraoma amis. Bau ini disebabkan oleh kadar Besi (Fe) yang sangat
(37)
tinggi. Temperatur air yang tinggi juga menyebabkan meningkatnya daya atau tingkat toksisitas bahan kimia atau bahan pencemar dalam air dan pertumbuhan mikroba.
(38)
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu 3.1.1. Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada empat lokasi yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III dan Dusun IV Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dan dianalisis pada Laboraturium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah selama 3 (tiga) bulan yang dimulai dari bulan Desember 2011 sampai bulan Pebruari 2012 yang didasarkan pada survey pendahuluan pada bulan Oktober 2011. gambar lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
(39)
(40)
Keterangan Gambar : A Dusun I (lokasi I )
A.1 : N 030 32’ 34,4“ , E 0980 A.2 : N 03
47’ 39,8”
0
32’ 33,7“ , E 0980 A.3 : N 03
47’ 38,9”
0
32’ 45,2“ , E 0980 A.4 : N 03
47’ 35,7”
0
32’ 53,0“ , E 0980 B Dusun II (lokasi II )
47’ 35,6” B.1 : N 030 32’ 34,4“ , E 0980
B.2 : N 03
47’ 56,2”
0
32’ 32,9“ , E 0980 B.3 : N 03
47’ 58,5”
0
32’ 30,1“ , E 0980 B.4 : N 03
47’ 09,7”
0
32’ 26,9“ , E 0980 C Dusun III (lokasi III )
47’ 07,3” C.1 : N 030 32’ 19,7“ , E 0980
C.2 : N 03
47’ 39,1”
0
32’ 14,8“ , E 0980 C.3 : N 03
47’ 38,5”
0
32’ 09,7“ , E 0980 C.4 : N 03
47’ 37,1”
0
32’ 01,7“ , E 0980 B Dusun IV (lokasi IV )
47’ 34,1” D.1 : N 030 32’ 39,8“ , E 0980
D.2 : N 03
47’ 56,1”
0
32’ 35,0“ , E 0980 D.3 : N 03
47’ 54,7”
0
32’ 37,8“ , E 0980 D.4 : N 03
47’ 00,5”
0
32’ 39,7“ , E 0980 47’ 59,3”
3.2. Bahan dan Alat
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air sumur (sumur gali). Sedangkan bahan yang digunakan untuk analisis adalah larutan standar pH 4, 7 dan 9, air destilat; metil oranye, n-heksana, Na2SO4; BOD nurient
buffer pillow, Litium hidroksida; H2SO4, KMnO4, Na2C2O4
Peralatan yang digunakan untuk analisis kualitas air, yaitu Termometer, pH meter, Peralatan titrasi, Spektrofotometer, Tabel MPN dan filter. Alat yang
digunakan untuk menggambil citra satelit peta lokasi penelitian adalah GPS Garmin 60 CSx Black-Gray. Alat yang digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat yaitu kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang sebanyak n = ; ammonium molybdate, larutan stannus klorida dan larutan standar fosfat.
(41)
91 kk (kepala keluarga). Metode pengambilan sampel adalah dengan cara Purposive Sampling yaitu pengambilan titik samping secara acak yang dianggap dapat mewakili seluruh lokasi penelitian karena akan dilihat faktor apa saja yang mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan kualitas air sumur gali dan sumur bor yang menurun di sekitar lokasi permukiman penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
3.3. Sumber Data 3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dengan pengambilan sample air sumur yang dianalisis di laboraturium. Data mengenai pemanfaatan air oleh masyarakat diperoleh melalui isian kuisioner kuisioner.
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder (data tambahan) yang diperoleh dari instansi terkait yaitu Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, buku-buku literatur, studi pustaka, jurnal ilmiah, data puskesmas maupun hasil laporan penelitian. Teknik kuisioner ini merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi yang ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain: narasumber, masalah (topik) penelitian yang tertulis dalam daftar pertanyaan dan dilakukan pengisian secara langsung oleh responden (Bungin, 2003).
(42)
3.4. Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2. berikut ini :
Gambar 3.2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Mulai
Observasi Awal
Indentifikasi Masalah
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Data Primer :
- Observasi di lapangan - Hasil analisis sampel air
sumur gali dan sumur bor - Hasil anailsa kuisioner
Data Sekunder :
- Data kependudukan - Parameter baku mutu
kualitas air bersih menurut Permenkes RI No.
416/Menkes/PER/XI/1990
Analisis data
(43)
3.5. Cara Pengambilan Sampel 3.5.1. Perlakuan
Dalam penelitian ini kualitas air sumur diteliti berdasarkan 3 (tiga) faktor, yaitu; 1. Faktor Kondisi Sumur Penduduk
a. Sumur sederhana
b. Sumur sederhana dengan beton c. Sumur bor/pantek
2. Faktor Jarak sumur dengan lokasi industri a. Jarak < 100 meter
b. Jarak antara 100 – 200 meter c. Jarak antara 200 – 300 meter d. Jarak > 300 meter
3. Faktor Jarak sumur dengan setpitank/WC a. Jarak < 5 meter
b. Jarak antara 5 - 10 meter c. Jarak > 10 meter
3.5.2. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel kualitas air sumur gali dan sumur bor menggunakan metode area sampling dengan cara pengambilan sampel yang didasarkan pada titik area dengan wilayah yang sempit dan yang luas keduanya dapat terwakili. Penelitian ini menggunakan hasil uji laboratorium. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan membandingkan hasil uji laboratorium dan baku mutu air bersih menurut Permenkes RI No.
(44)
mendapatkan gambaran tentang sifat fisik, kimia dan biologi air sumur. Parameter yang diteliti adalah parameter sifat fisik, kimia dan biologi, bebereapa parameter dianalisa di laboratorium. Sampel akan dilakukan tiga kali. Parameter yang diukur terutama didasarkan pada parameter kualitas air kelas II sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Untuk mengambil sampel air sumur dari sumur gali pada rumah penduduk yang dilakukan dengan menggunakan timba. Sampel air yang telah diambil masing-masing dimasukkan ke dalam jerigen untuk dilakukan analisis di laboratorium. Pada penelitian ini lebih dititik beratkan kepada pH, TSS, TDS, Tingkat kekeruhan, Sulfat, Ca, Mg dan besi total.
3.6. Populasi dan Sampel
Jumlah penduduk di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang berjumlah 3.108 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 905. Sampel penelitian digunakan dengan memakai formulasi Taro Yamare, seperti pada persamaan di bawah ini :
Rumus :
n = N Nd2+ 1 Keterangan :
n : Sampel
N : Populasi (Jumlah Penduduk) d : Persentasi (10%)
maka diperoleh sample sebesar : n = 905
905 (0.1)2
n = 90,5
+ 1
(45)
3.7. Metode Analisa Data
Analisis kualitatif dilakukan untuk mengungkap berbagai informasi kualitatif mengenai kualitas air bawah tanah melalui uji laboraturium, karakteristik penduduk serta informasi kualitatif lain yang terkait yang dikumpulkan dilapangan.
Analisis kuanitatif digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel yang nilainya diperoleh dari pengolahan jawaban kuesioner, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan air bawah tanah di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Teknik analisa kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi dan regresi berganda, dengan bantuan komputer melalui program software SPSS (Statistical Product and Service Solutions).
Hubungan antara variabel pengaruh (X) dengan variabel terpengaruh yaitu pemanfaatan air bawah tanah oleh penduduk di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang (Y) dibuktikan derajat kaitannya dengan menghitung besarnya korelasi yang dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r) dengan rumus :
r = b∑ Xi Yi - ∑ Xi ∑ Yi
√[b∑Xi2- (∑Xi)2] [b∑Yi2- (∑Yi)2]
Nilai r bervariasi dari - 1 sampai dengan + 1. Bila r = ) atau mendekati ) maka hubungan antara kedua variabel sangat lemah atau bahkan tidak ada hubungannya sama sekali. Bila r = 1 atau mendekati 1 maka berarti hubungan positif atau erat sekali dan bila r = -1 atau mendekati -1 berarti korelasinya sangat
(46)
Bila r positif, korelasi antara dua perubah searah, artinya kenaikan atau penurunan nilai variabel pengaruh terjadi bersama sama kenaikan dan penurunan variabel terpengaruh. Sebliknya bila r negatif maka kenaikan variabel pengaruh bersamaan dengan penurunan variabel terpengaruh atau sebaliknya.
Kemudian dari uji korelasi dilakukan uji regresi untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap pilihan masyarakat untuk menggunakan air bawah tanah. Semua variabel memiliki kesempatan yang sama untuk dilakukan regresi berganda dengan menggunakan metode enter, untuk mengetahui variabel mana yang paling kuat pengaruhnya terhadap variabel terpengaruh.
Sebelum dilakukan uji regresi berganda antara variabel pengaruh yang berkorelasi dengan variabel terpengaruh, dilakukan Uji Kolinearitas untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel pengaruh (variabel X) karena regresi yang baik tidak terjadi korelasi diantara variabel pengaruh. Untuk mendeteksi adanya korelasi diantara variabel pengaruh dengan menggunakan :
Besaran VIF (Variance Inflation Facktor) dan Tolerance Model regresi yang bebas multikolinearitas adalah :
- Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 - Mempunyai angka tolerance mendekati 1
Besaran korelasi antar variabel pengaruh harus lemah, yaitu di bawah 0,05. Jika terjadi korelasi antar variabel pengaruh, maka dilakukan regresi sederhana untuk masing-masing variabel pengaruh yang berkorelasi, sedang variabel pengaruh lain yang tidak berkorelasi dilakukan regresi berganda. Regresi berganda dari variabel pengaruh (X) terhadap pemanfaatan air bawah tanah oleh
(47)
penduduk di Desa Dagang Klambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang (Y) dapat dicari dengan rumus:
Y = a +b1 Xl1 +b2X21
a : Konstanta
+...+ bp Xpi ...(1.3)
b1, b2...bp : Koefisien parameter dari masing-masing variabel X1i, X2i ...X bp
Langkah berikutnya adalah pengujian terhadap hipotesis dengan melakukan :
: Variabel pengaruh
1. Uji t (t tes) untuk mengetahui apakah variabel pengaruh secara individual berhubungan dengan variabel terpengaruh, dengan rumus:
t = bi
Se br t = t hitung
bi = koefisien regresi berganda Se bi = standar error pada bi
2. Uji F atau uji Signifikansi persamaan, untuk mengetahui besarnya hubungan variabel pengaruh (X) secara bersamaan terhadap variabel terpengaruh (Y).
F = R2/k (1 – r2) (n-k-1) R2
n = jumlah responden
= koefisien determinasi berganda k = jumlah variabel bebas
Ho diterima apabila uji F menghasilkan F hitung kurang dari 0,05 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara variabel pengaruh (X) secara bersama-sama terhadap variabel Y (pemanfaatan air bawah tanah oleh penduduk
...(1.4)
(48)
Adapun kriteria penilaian untuk menentukan kategori jawaban dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel. 3.1. Kriteria nilai dari jawaban koesioner (Bungin, 2003) No Kriteria Penilaian Skor Nilai
1 Ya 13 – 16 3
2 Tidak 09 – 12 2
(49)
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis
Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang terdiri atas empat dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III dan Dusun IV. Jarak yang bisa ditempuh dari kecamatan ke desa adalah 3 kilometer, jarak dari Pemerintah Kabupaten Tk – II Deli Serdang adalah 12 kilometer dan jarak dari Pemerintah Propinsi Tk – I Sumatera Utara adalah 15 kilometer.
Adapun batas wilayah Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Dalu Sepuluh - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Morawa - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjung Morawa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Telaga Sari atau Sungai Belumai
4.1.2. Topografi
Keadaan topografi di Kecamatan Tanjung Morawa pada umumnya datar, sebagian bergelombang sedang dan ringan, dengan ketinggian antara 0 - 25 mdpl. Keadaan geologi dan tanah terdiri dari bahan induk batuan beku dan vulkanik
dengan jenis tanah podsolik coklat-kecoklatan kelabu (BKSDA 1 SUMUT, 2003). Luas wilayah Desa Dagang Kelambir adalah 200 Ha. Rincian luas wilayah
(50)
Tabel 4.1. Luas wilayah Desa Dagang Kelambir
No Tata Guna Lahan Luas (Ha)
1 Permukiman Masyarakat 70
2 Persawahan 30
3 Pabrik 50
4 Perumahan 20
5 Perkantoran 2
6 Tegalan 20
7 Jalan Desa/Dusun 8
Jumlah 200
4.1.3. Tipe Iklim
Berdasarkan Schmidt-Ferguson, tipe iklim Kecamatan Tanjung Morawa adalah tipe B dengan kelembapan rata-rata 81%. Curah hujan berkisar 2 - 3 mm/bulan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan Desember . Jumlah hari hujan adalah 7 – 28 hari dengan temperatur minimum 22 – 30°C dan maximum 32,1°C.
4.1.4. Kependudukan
Desa Dagang Kelambir memiliki jumlah penduduk 3.108 Jiwa dan 905 KK. Jumlah rumah tangga penduduk di setiap Dusun dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Data Jumlah rumah tangga / penduduk di setiap dusun di Desa Dagang Kelambir
No Nama Desa Jumlah KK Jumlah Penduduk (Orang)
1 Dusun I 247 769
2 Dusun II 170 686
3 Dusun III 161 661
4 Dusun IV 300 992
Jumlah 905 3.108
(51)
4.2. Gambaran Umum Responden
Keseluruhan masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sejumlah orang yang tinggal di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Responden adalah masyakat, pedagang, petani, buruh, pensiunan, pegawai negeri sipil (PNS) dan lain-lain (tidak memiliki pekerjaan tetap). Keberadaan dan aktivitas dari seluruh masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari berbagai aspek seperti berikut.
4.2.1. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Dagang Kelambir
No Pendidikan Jumlah (Orang) Persen (%)
1 SD 19 20,87
2 SMP 21 23,07
3 SMA 50 54,91
4 Strata Satu 1 1,15
Jumlah 91 100
Berdasarkan Tabel 4, tingkat pendidikan responden di daerah penelitian adalah Sekolah Dasar (SD) sebanyak 19 orang (20,87%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 21 orang (23,07%), Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 50 orang (54,91%) dan Strata Satu (S1) sebanyak 1 orang (1,15%) (Lampiran 2).
(52)
Pengetahuan memiliki peranan penting dalam menentukan sikap. Pengetahuan adalah bagian dari perilaku yang merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan akan berdampak lurus terhadap tingkatan pendidikan. Dapat dikatakan majunya pendidikan masyarakat menandakan tingkat pengetahuan yang baik pada masyarakat tersebut. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa persentasi tingkat pendidikan terbanyak adalah responden dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 50 orang (54,91%).
Masyarakat di Desa Dagang Kelambir, memiliki pemahaman yang berbeda terhadap pentingnya pendidikan. Keadaan ekonomi yang tidak mencukupi, mendorong mereka untuk bekerja setelah SMA. Hal ini karena sebagian besar daerah Kecamatan Tanjung Morawa merupakan sentral perindustrian Kota Medan, sehingga dengan bekal izasah SMA mereka sudah mendapatkan pekerjaan, sehingga motivasi yang mendorong untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi tidak ada. Pemenuhan perekonomian keluarga dinilai lebih penting dari pada melanjutkan pendidikan. Hal ini akan berdampak pada ketidak tahuan sebagian masyarakat terhadap pentingnya air bersih, serta penurunan kualitas air sumur akibat dekatnya lokasi industri terhadap perumahan mereka. Sikap seperti ini akan mengacu pada pemanfaatan air sumur yang telah tercemar karena beberapa alasan yaitu ketidak tahuan masyarakat terhadap dampak yang diakibatkan oleh pemakaian air tercemar, dan hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat.
(53)
4.2.2. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
Keadaan penduduk yang menjadi responden berdasarkan lama bermukim di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang terdiri dari lama bermukim kurang dari 2 tahun sampai lebih dari 11 tahun, data komposisi responden berdasarkan lama bermukim dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Komposisi Responden Berdasarkan Lama Bermukim
No Lama Bermukim (Tahun) Jumlah (Orang) Persen (%)
1 < 2 4 4,39
2 3 – 5 3 3,29
3 6 – 8 7 7,69
4 9 – 11 8 8,79
5 > 11 64 75,84
Jumlah 91 100
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa masyarakat dengan persentase lama bermukim adalah > 11 tahun sebanyak 64 orang (75,84%). Selanjutnya 9-11 tahun sebanyak 8 orang (8,79%), 6-8 tahun sebanyak 7 orang (7,69%), <2 tahun sebanyak 4 orang (4,39%), yang paling sedikit adalah 3-5 tahun sebanyak 3 orang (3,29%).
4.2.3. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tenaga kerja atau penduduk usia kerja adalah jumlah seluruh penduduk yang secara potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Setiap orang yang telah memasuki usia angkatan kerja akan memilih jenis pekerjaan, sesuai dengan pengetahuan, keterampilan, kesempatan yang tersedia dan sumberdaya yang ada disekitarnya. Tenaga kerja harus memenuhi persyaratan peraturan pemerintah, seperti batas usia tertentu. Pengertian tenaga kerja lebih luas dari pada pengertian karyawan, karena tenaga kerja orang yang bekerja didalam maupun diluar
(54)
hubungan kerja. Komposisi responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Komposisi Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persen (%)
1 PNS (Pegawai Negeri Sipil) 2 6.62
2 Pensiunan 5 5,49
3 Buruh 1 1,09
4 Petani 16 17,58
5 Pedagang 12 13,18
6 Lain-Lain (tidak memiliki kerjaan tetap) 51 56,04
Jumlah 91 100
Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner secara keseluruhan di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang diketahui bahwa pekerjaan dominan adalah lain-lain (tidak memiliki pekerjaan tetap) sebanyak 51 orang (56,04%). Selanjutnya petani sebanyak 16 orang (17,58%), pedagang sebanyak 12 orang (13,18%), pensiunan PNS sebanyak 5 orang (5,49%), pegawai negeri sipil (PNS) sebanyak 2 orang (6,62%) dan buruh sebanyak 1 orang (1,09%).
4.2.4. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan
Pengaruh adanya pabrik-pabrik dapat dilihat dari perekonomian masyarakat yaitu tidak adanya peningkatan pendapatan yang signifikan hal ini disebabkan karena tidak adanya penduduk yang bekerja sebagai buruh pabrik tetap, adapun beberapa masyarakat yang bekerja sebagai buruh yaitu buruh lepas sehingga dapat di kategorikan memiliki pekerjaan tidak tetap. Pendapatan masyarakat di Desa Dagang Kelambir , Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.6.
(55)
Tabel. 4.6. Komposisi Responden Berdasarkan Pendapatan
No Pendapatan (Rupiah) Jumlah (KK) Persen (%)
1 < 500.000 17 18,68
2 501.000-750.000 17 18,68
3 751.000-999.000 14 15,38
4 1.000.000-1.499.000 25 27,47
5 > 1.500.000 18 19,79
Jumlah 91 100
Dari Tabel 7 dapat dilihat pendapatan tertinggi adalah Rp 1.000.000-1.499.000 sebanyak 25 KK (27,47), selanjutnya > Rp. 1.500.000 sebanyak 18 KK (19,79), < Rp. 500.000 dan Rp. 501.000-750.000 sebanyak 17 KK (18,68) dan Rp 751.000-Rp. 999.000 sebanyak 14 KK (15,38%).
4.3. Gambaran Umum Kegiatan Pabrik di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
Kegiatan industri di Desa Dagang Kelambir sudah di laksanakan berpuluh-puluh tahun dengan menggunakan alat-alat sederhana sampai alat-alat modren. Semula kegiatan industri hanya berada di satu tempat, namun sekarang sudah meluas dan mulai ramai pada hampir seluruh Kecamatan Tanjung Morawa. Keberadaan pabrik-pabrik industri di Desa Dagang dapat dilihat pada Tabel. 4.7.
(56)
Tabel 4.7. Jenis Industri Besar di Desa Dagang Kelambir
No Nama Pabrik Lokasi
1 PT. Asia Raya Foundry ( Pengelolaan Biji Besi) Dusun I 2 PT. Charoen Pokphand Jayafarm (Pabrik
Peternakan dan Penetasan Ayam) Dusun I
3 PT. Timberindo Industri ( Pengelolaan Kayu) Dusun III
4 PT. Palm (Pengepokan Sawit) Dusun III
5 PT. Indocafe (Gudang Penyimpanan Kopi) Dusun III
Dari Tabel 4.7. dapat dilihat bahwa pada Lokasi I terdapat dua pabrik yaitu PT. Asia Raya Fondy (Pengelolaan Biji Besi), PT. Charoen Pokphand Jayafarm (Pabrik Peternakan dan Penetasan Ayam). Pada Lokasi III terdapat tiga pabrik yaitu PT. Timberindo Industri ( Pengelolaan Kayu), PT. Palm (Pengepokan Sawit) dan PT. Indocafe (Gudang Penyimpanan Kopi).
Pabrik-pabrik di sekitar pemukiman penduduk akan mempengaruhi kualitas air tanah khususnya sumur-sumur penduduk. Hal ini disebabkan karena setiap pabrik akan menghasilkan limbah industri baik cair maupun padat. Limbah-limbah ini akan meresap ke tanah dan akan merembes ke sumur-sumur penduduk. Namun sangat disayangkan masyarakat tidak peka terhadap bahaya limbah industri. Masyarakat hanya menilai keberadaan pabrik-pabrik di sekitar pemukiman mereka sebagai suatu ketersediaan akan lapangan pekerjaan, namun tidak melihat pada aspek kesehatan lingkungan. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan pentingnya kesehatan serta minimnya pengetahuan tentang bahaya polutan dari zat-zat kimia pabrik yang meresap ke dalam sumur-sumur mereka.
Menurut Mulyanto (2007) polusi air berasal dari sumber-sumber terpusat yang membawa pencemar dari lokasi-lokasi khusus seperti pabrik-pabrik, instalasi pengelolaan limbah, peternakan, dan tanker minyak, seta sumber tidak terpusat yang dapat ditimbulkan saat hujan.
(57)
Menurut Palar (2008) aktivitas kehidupan manusia yang sangat tinggi ternyata telah menimbulkan banyak efek buruk bagi manusia dan tatanan lingkungan hidupnya. Aktivitas yang pada prinsipnya adalah suatu upaya manusia untuk dapat hidup dengan layak dan berketurunan yang baik, telah mendorong manusia melakukan tindakan-tindakan yang merusak tatanan lingkungan hidupnya. Akibatnya terjadi pergeseran keseimbangan dalam tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk baru yang cendrung lebih buruk.
Palar (2008) melanjutkan suatu tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab tercemarnya suatu tatanan lingkungan adalah limbah baik itu limbah pabrik, industri pengolahan, limbah domestik, pertanian dan peternakan.
4.4. Kualitas Air Sumur di Desa Dagang Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
Berdasarkan hasil analisis kualitas air yang dilakukan dari empat lokasi yaitu Lokasi I (Dusun I), Lokasi II (Dusun II), Lokasi III (Dusun III) dan Lokasi IV (Dusun IV) didapatkan hasil sebagaimana dijelaskan berikut (Tabel 4.8) :
(58)
Tabel 4.8. Kualitas air sumur di Desa Dagang Kelambir
No
Bentuk Bangunan
Sumur
Parameter Baku
Mutu
Jarak Sumur dengan Lokasi Industri (m) Jarak Sumur dengan
Sepsitank/WC (m)
< 100 100-200 200-300 >300 <5 5-10 >10
1 Sumur
Sederhana
pH 6,5-8,5 7,75 7,30 7,20 7,12 7,24 7,16 7,10
TSS (mg/L) 40 80 60 60 40 80 70 65
TDS (mg/L) 1000 640 520 520 380 630 520 430
Kekeruhan (ntu) 5 27,20 9,06 4,96 3,28 28,20 19,06 6,28
Sulfat (mg/L) 250 14,98 0,90 0,64 0,38 11,38 0,89 0,86
Ca (mg/L) 200 49,20 46,72 38,93 36,99 35,21 29,45 27,89
Mg (mg/L) 150 16,55 16,55 8,27 7,09 16,55 8,27 8,21
Besi Total (mg/L) 0,3 0,79 0,70 0,49 0,18 0,82 0,73 0,13
2 Sumur
Sederhana Dengan Beton
pH 6,5-8,5 7,60 7,10 7,10 7,10 7,60 7,25 7,15
TSS (mg/L) 40 70 62 60 40 80 60 60
TDS (mg/L) 1000 610 540 520 380 640 520 520
Kekeruhan (ntu) 5 13,20 9,06 4,96 3,28 27,20 9,06 3,28
Sulfat (mg/L) 250 14,98 0,90 0,64 0,38 13,42 0,90 0,85
Ca (mg/L) 200 37,20 36,99 35,93 34,72 46,70 39,70 38,93
Mg (mg/L) 150 16,55 9,45 8,27 7,09 13,13 9,27 6,23
Besi Total (mg/L) 0,3 0,85 0,70 0,49 0,14 0,69 0,56 0,14
3 Sumur
Bor/Pantek
pH 6,5-8,5 7,40 7,20 7,11 7,00 7,60 7,12 7,00
TSS (mg/L) 40 80 60 40 40 70 50 50
TDS (mg/L) 1000 630 520 520 380 640 520 520
Kekeruhan (ntu) 5 9,20 9,06 4,96 3,28 27,20 9,06 3,28
Sulfat (mg/L) 250 3,90 1,98 0,64 0,38 14,98 0,90 0,64
Ca (mg/L) 200 29,21 29,13 26,73 26,59 46,72 44,72 44,56
Mg (mg/L) 150 14,55 8,17 7,09 6,27 16,55 8,27 8,27
(59)
4.4.1. Jarak Sumur dengan Lokasi Industri
Perkembangan masyarakat di bidang industri memberikan efek yang buruk terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Bentuk lain dari pencemaran industri adalah perubahan sifat fisik maupun kimia suatu air. Dari Tabel 4.8 pada lokasi penelitian dapat dilihat peningkatan beberapa komponen kimia perairan diantaranya pH, TSS, TDS, Sulfat, Calsium,Magnesium dan Besi total, serta peningkatan sifat fisik perairan yaitu kekeruhan.
Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek pH tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 7,75, 7.60 dan 7,40, sedangkan pH terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 7,12, 7,10 dan 7,00. Tingginya nilai pH pada lokasi penelitian disebabkan karena tingginya tingkat pencemaran. Pencemaran akibat industri sangat berpengaruh pada penurunan kualitas air sumur, hal ini karena air limbah akan merembes ke dalam tanah dan akan mencemari air sumur.
Menurut Effendi (2003) salah satu penyebab utama peningkatan nilai pH dari baku mutu adalah adanya zat pencemar yang terlarut dalam air. Zat pencemar seperti limbah industri akan menyebabkan peningkatan nilai pH sehingga air akan bersifat lebih basa dan pada konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan air tersebut tidak layak konsumsi karena akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan.
Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/patek TSS tertinggi adalah pada jarak <100 m yaitu sebesar 80 mg/l, 70 mg/l
dan 80 mg/l, sedangkan TSS terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 40 mg/l. Nilai TDS tertinggi pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan
(60)
mg/l dan 630 mg/l, sedangkan TDS terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 380 Mg/L. TSS adalah Total Suspended Solid dan TDS adalah Total Dissolved Solid. Tingginya nilai TSS dan TDS pada jarak <100 meter disebabkan karena tingginya padatan yang tersuspensi didalam air sumur. Padatan tersuspensi berasal dari limbah industri yang dalam jumlah banyak akan menyebabkan tingginya tingkat padatan didalam air sumur, hal ini berpengaruh pada peningkatan jumlah TSS dan TDS pada lokasi penelitian < 100 meter.
Menurut Sunu (2001) air buangan limbah selain mengandung padatan tersuspensi dalam jumlah yang bervariasi, juga sering mengandung bahan-bahan yang bersifat koloid, seperti protein. Air buangan industri mengandung padatan tersuspensi yang relatif tinggi. Padatan terendap dan padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, sehingga dapat mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis
Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai kekeruhan tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 27,20 NTU, 13,20 NTU dan 9,20 NTU, sedangkan kekeruhan terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 3,28 NTU. Tingginya tingkat kekeruhan pada lokasi penelitian dengan jarak <100 meter disebabkan karena tingginya tingkat pencemaran yang menyebabkan tingginya nilai TSS dan TDS, dimana tingginya nilai TDS dan TSS tersebut akan menyebabkan meningkatnya padatan tersuspensi di dalam sumur sehingga akan menyebabkan kekeruhan air yang tinggi sehingga akan mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk.
Menurut Mahida (1993) kekeruhan air dapat dipengaruhi oleh bahan-bahan yang melayang di dalam air. Kekeruhan perairan umumnya disebabkan
(61)
oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti tanah liat, lumpur, pasir dan bahan-bahan organik terlarut maupun limbah.
Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai Sulfat tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 14,98 mg/l, 14,98 mg/l dan 3,90 mg/l, sedangkan Sulfat terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 0,38 mg/l. Tingginya nilai Sulfat pada lokasi penelitian dengan jarak < 100 meter menyebabkan gangguan pada sistem pencernaan.
Menurut Effendi (2003) Tingginya nilai pH akan menyebabkan tingginya nilai sulfat yang terbentuk. Sulfat yang terbentuk melalui oksidasi mineral sulfida, menyebabkan air bersifat basa.
Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/patek nilai Kalsium (Ca) tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 49,20 mg/l, 37,20 mg/l dan 29,21 mg/l, sedangkan Kalsium (Ca) terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 26,59 mg/l. Tingginya nilai Kalsium (Ca) pada lokasi penelitian dengan jarak > 300 meter merupakan gambaran bahwa pada lokasi penelitian tersebut memiliki kualitas air yang masih bagus, hal ini karena nilai Kalsium (Ca) sangat dibutuhkan dalam proses pembentukan tulang dan gigi. Selain itu tingginya nilai Kalsium (Ca) pada lokasi penelitian dengan jarak > 300 meter karena banyaknya bebatuan yang terdapat didasar sumur.
Menurut Cole (1988) mengemukakan bahwa perairan yang miskin akan kalsium biasanya juga miskin akan kandungan ion-ion lain. Sumber utama Kalsium (Ca) di perairan adalah batuan tanah. Kalsium pada batuan terdapat dalam bentuk mineral batu kapur. Selanjutnya Sutrisno (2006) menambahkan
(62)
adanya Ca dalam air adalah sangat diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan unsur hara tersebut, yang khususnya diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek nilai Magnesium (mg) tertinggi adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 16,55 mg/l, 16,55 mg/l dan 14,55 mg/l, sedangkan Magnesium (mg) terendah adalah pada jarak >300 meter yaitu sebesar 7,09 mg/l, 7,09 mg/l dan 6,27 mg/l.
Menurut Cole (1988) kadar Magnesium (mg) maksimum yang diperbolehkan untuk konsumsi (kepentingan air minum) adalah 50 mg/l. Magnesium (mg) tidak bersifat toksik, bahkan baik bagi fungsi hati dan sistem saraf. Nilai magnesium (mg) yang tinggi adalah gambaran dari tingginya kandungan sulfur dan klorida di suatu perairan.
Nilai Besi Total pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton
dan sumur bor/pantek nilai adalah pada jarak <100 meter yaitu sebesar 0,79 mg/l, 0,85 mg/l dan 0,79 mg/l, sedangkan nilai Besi Total terendah adalah pada jarak
>300 meter yaitu sebesar 0,18 mg/l, 0,14 mg/l dan 0,18 mg/l. Tingginya nilai Besi total pada lokasi penelitian dengan jarak <100 meter disebabkan karena tingginya tingkat pencemaran sehingga menurunkan tingkat aerasi. Penurunan tingkat aerasi akan menyebabkan peningkatan akumulasi Besi total di dalam air. Tinginya nilai Besi total sangat membahayakan kesehatan sehingga tidak layak pakai untuk dikonsumsi.
Menurut Tebbut (1992) pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) hampir tidak pernah lebih dari 0,3 mg/l. Kadar Besi total pada perairan alami
(63)
0,05-0,2 mg/l. Kadar besi > 1,0 mg/l dapat membahayakan kesehatan air yang diperuntukkan untuk minum sebaiknya memiliki nilai Besi total > 0,3 mg/l
4.4.2. Jarak Sumur dengan Septic Tank/WC
Sumur adalah sumber air tanah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di Desa Dagang Kelambir, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang karena mudah pembuatannya serta biaya yang murah. Sebagian besar masyarakat tidak memperhatikan jarak ideal antara sumur dengan limbah septic tank/WC sehingga zat-zat organik yang berasal dari septic tank/WC dapat meresap kedalam air sumur. Dari Tabel 4.8 pada lokasi penelitian dapat dilihat peningkatan beberapa komponen kimia peraran diantaranya pH, TSS, TDS, Sulfat, Calsium,Magnesium dan Besi total, serta peningkatan sifat fisik perairan yaitu kekeruhan.
Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek pH tertinggi adalah pada jarak <5 meter yaitu sebesar 7,24, 7,60 dan 7,60, sedang pH terendah adalah pada jarak >10 meter yaitu sebesar 7,10, 7,15 dan 7,00. Tingginya nilai pH pada lokasi penelitian disebabkan karena dekatnya jarak antara septic tank/WC dengan sumur sehingga menyebabkan pencemaran. Pencemaran yang berasal dari zat-zat organik yang berasal dari septic tank/WC dapat meresap kedalam air sumur sehingga akan merubah kualitas air sehingga pH air menjadi lebih basa. pH yang tidak sesuai dengan baku mutu kesehatan akan menyebabkan berbagai macam penyakit seperti penyakit infeksi saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput lendir, pada tingkat yang tinggi akan menyebabkan kematian.
(64)
Menurut Sutrisno (2006) dalam penyediaan air bersih pH merupakan satu faktor yang harus diperhatikan. pH merupakan suatu faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perumbuhan mikroorganisme dalam air. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh dengan baik padapH 6,0 – 8,0. pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih tinggi dari 8,5 akan menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang menganggu kesehatan.
Pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek TSS tertinggi adalah pada jarak <5 meter yaitu sebesar 80 mg/l, 80 mg/l dan 70 mg/l, sedangkan TSS terendah adalah pada jarak >10 meter yaitu sebesar 65 mg/l, 60 mg/l dan 50 mg/l. Nilai TDS tertinggi pada sumur sederhana, sumur sederhana dengan beton dan sumur bor/pantek adalah pada jarak <5 meter dengan nilai 630 mg/l, 640 mg/l dan 640 mg/l, sedangkan TDS terendah adalah pada jarak >10 meter yaitu sebesar 430 mg/l, 520 mg/l dan 520 mg/l.TSS adalah Total Suspended Solid dan TDS adalah Total Dissolved Solid. Tingginya nilai TSS dan TDS pada jarak <5 meter disebabkan karena tingginya padatan yang tersuspensi didalam air sumur. Padatan tersuspensi berasal dari limbah organik yang menyerap dari sumber septic tank/WC atau karena dekatnya jarak septic tank/WC terhadap sumur.
Menurut Sunu (2001) terakumulasinya senyawa-senyawa kimia anorgaik yang terdapat di dasar sumur menyebabkan peningkatan nilai TDS dan TSS. Dekatnya septic tank/WC dengan sumur masyarakat akan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi sedimen yang terdapat di perairan tersebut. Nilai TDS dan TSS perairan dapat meningkatkan nilai kekeruhan, yang selanjutnya akan menurunnya intesitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan.
(1)
Lampiran 7. Data SPSS “Pemanfaatan Air yang tercemar Di Desa Dagang
Kelambir Kecamatan Tanjung Morawa"
Regression
Variables Entered/Removed
bModel Variables Entered Variables
Removed Method
1 lama bermukim, pekerjaan responden,
pendidikan resipien, umur responden, penghasilan respondena
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: pemanfaatan air sumur
Model Summary
bModel R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
Durbin-Watson
1 .353a .124 .073 .477 1.597
a. Predictors: (Constant), lama bermukim, pekerjaan responden, pendidikan resipien, umur responden, penghasilan responden
b. Dependent Variable: pemanfaatan air sumur
ANOVA
bModel Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.752 5 .550 2.417 .042a
Residual 19.357 85 .228
Total 22.110 90
a. Predictors: (Constant), lama bermukim, pekerjaan responden, pendidikan resipien, umur responden, penghasilan responden
(2)
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 3.271 .395 8.289 .000
umur responden -.127 .063 -.221 -2.029 .046 .866 1.155 penghasilan
responden .028 .041 .079 .681 .498 .766 1.306
pekerjaan
responden .012 .020 .063 .602 .549 .945 1.058
pendidikan
resipien -.018 .070 -.030 -.253 .801 .751 1.331
lama bermukim -.248 .097 -.278 -2.554 .012 .872 1.147 a. Dependent Variable: pemanfaatan air
sumur
Collinearity Diagnostics
aModel Dime
nsion Eigenv alue Condition Index Variance Proportions
(Constant) Umur
Responden Penghasilan Responden Pekerjaan Responden Pendidikan Resipien Lama Bermukim
1 1 5.329 1.000 .00 .00 .00 .01 .00 .00
2 .249 4.630 .00 .00 .39 .01 .06 .10
3 .180 5.442 .00 .05 .03 .82 .02 .00
4 .142 6.123 .00 .00 .00 .04 .25 .49
5 .088 7.795 .00 .47 .35 .08 .09 .12
6 .013 20.575 1.00 .47 .23 .04 .57 .28
a. Dependent Variable: pemanfaatan air sumur
Residuals Statistics
aMinimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 2.21 2.98 2.67 .175 91
Residual -1.638 .644 .000 .464 91
Std. Predicted Value -2.651 1.790 .000 1.000 91
Std. Residual -3.433 1.350 .000 .972 91
(3)
Uji T
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 umur responden & pemanfaatan
air sumur 91 -.172 .103
Pair 2 penghasilan responden &
pemanfaatan air sumur 91 .133 .209
Pair 3 pekerjaan responden &
pemanfaatan air sumur 91 .075 .478
Pair 4 pendidikan resipien &
pemanfaatan air sumur 91 .033 .757
Pair 5 lama bermukim & pemanfaatan
air sumur 91 -.260 .013
Paired Samples Test
Paired Differences Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the
Difference
t df
Sig. (2-tailed) Lower Upper
Pair 6 umur responden - pemanfaatan air sumur
.242 1.068 .112 .019 .464 2.159 90 .034
Pair 7 penghasilan responden - pemanfaatan air sumur
.077 1.439 .151 -.223 .377 .510 90 .611
Pair 8 Pekerjaan responden - pemanfaatan air sumur
2.352 2.588 .271 1.813 2.891 8.669 90 .000
Pair 9 pendidikan resipien - pemanfaatan air sumur
-.330 .955 .100 -.529 -.131
-3.292 90 .001 Pair
10
lama bermukim - pemanfaatan air sumur
-1.352 .835 .088 -1.526 -1.178 -15.44 2
(4)
Lampiran 8. Foto Penelitian
(5)
Sumur dengan Dinding Tanah
(6)