Uji Mikrobiologis Kualitas Air Sumur Penduduk Di Desa Lalang Medan Sunggal Dengan Air Pengolahan

(1)

UJI MIKROBIOLOGIS KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DESA LALANG. MEDAN SUNGGAL DENGAN AIR PENGOLAHAN

SKRIPSI

SYAHFITRI LUBIS

040805002

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

UJI MIKROBIOLOGIS KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DESA LALANG. MEDAN SUNGGAL DENGAN AIR PENGOLAHAN

SKRIPSI

SYAHFITRI LUBIS 0408025002

Disetujui oleh :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc Dra. Nunuk Priyani, M.Sc

NIP. 132 207 808 NIP. 132 149 454

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

PERSETUJUAN

Judul : UJI MIKROBIOLOGIS KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DESA LALANG KEC. MEDAN SUNGGAL DENGAN AIR PENGOLAHAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : SYAHFITRI LUBIS

Nomor Induk Mahasiswa : 040805002

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI Departemen : BIOLOGI

Fakultas : FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc Dra. Nunuk Priyani, M.Sc Nip. 19621211199803100 Nip. 19640428199603200

Diketahui/ disetujui

Departemen Biologi FMIPA USU

Prof.DR. Dwi Suryanto, M.Sc Nip. 19640409199403100


(4)

PERNYATAAN

UJI MIKROBIOLOGIS KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DESA LALANG. MEDAN SUNGGAL DENGAN AIR PENGOLAHAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Oktober 2009

SYAHFITRI LUBIS 040805002


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas kasih dan AnugerahNya yang telah memberikan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UJI MIKROBIOLOGIS KUALITAS AIR SUMUR PENDUDUK DI DESA LALANG. MEDAN SUNGGAL hingga selesai .

Pertama-tama penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing 1 Dra. Nunuk Priyani, MSc dan dosen pembimbing II Drs. Kiki Nurtjahja, MSc serta kepada dosen penguji I Prof. Dr. Dwi Suryanto, MSc dan dosen penguji II Yurnaliza, SSi. MSi atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis selama penulis mengerjakan tugas akhir ini sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tanpa bantuan Bapak/Ibu tentunya penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada Dr. Dwi Suryanto, MSc, selaku ketua Departemen dan Dra. Nunuk Priyani, MSc selaku sekretaris Departemen, juga Ibu Roslina Ginting, Bang Erwin, Ibu Nurhasni selaku staf dan pegawai Departemen Biologi atas bantuan yang diberikan keada penulis serta kepada Dekan dan Pembantu Dekan beserta staf dan pegawai Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis haturkan untuk Ayahanda tercinta H. Syahrul lubis dan Ibunda tercinta Hj. Khairunnisa. Penulis menyadari bahwa karena kasih sayang yang tulus dan dukungan dari Ayahanda dan Ibundalah yang dapat menguatkan penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih buat do’a yang senantiasa Ayahanda dan Ibunda panjatkan buat penulis. Kalian adalah orang tua terhebat yang penulis miliki.

Kepada seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan yang diberikan, tanpa dukungan kalian, ini mungkin tidak akan selesai.


(6)

Tidak lupa juga kepada Ibu Syafrita Oktalina Siregar selaku Kepala Laboratorium PDAM TIRTANADI yang telah memberikan segala fasilitas dan tempat dimana penulis dapat melakukan penelitan ini. Juga kepada rekan-rekan kerja seluruh staf laboratorium PDAM Tirtanadi yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan adik-adik junior di jurusan Biologi serta kepada seluruhnya yang tak tersebutkan namanya penulis ucapkan terima kasih, terima kasih untuk semua kebersamaan selama penulis mengikuti kegiatan akademik sini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menghrapkan kritik dan saran demi kesempurnaannya. Penulis juga mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan hasil penelitian ini. Terima kasih.


(7)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Uji Mikrobiologis Kualitas Air Sumur penduduk di Desa Lalang Kec. Medan Sunggal.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Jl. SM. Raja No. 1 Medan. Dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2009. Adapun sampel yang digunakan adalah sebanyak 10 sampel air sumur gali penduduk Medan Sunggal dan dan 5 Sampel Air Pengolahan PDAM Tirtanadi di lokasi Desa lalang Kecamatan Medan Sunggal

Parameter yang diamati adalah kandungan mineral-mineral yang ada di, air, dan kandungan mikrobiologis dan sifat fisik kimia. Dari hasil penelitian di dapat air Sumur gali masih memiliki kandungan mineral yang tingi serta terkontaminasi oleh bakteri fecal maupun bakteri lain seperti Salmonella,dan Enterobacter. Disamping itu air sumur gali juga menunjukkan kekeruhan yang lebih tinggi dibanding air pengolahan PDAM Tirtanadi. Hal ini mengindikasi bahwa air sumur gali terkontaminasi oleh bakteri maupun mineral yang belum memenuhi Standar Kadar Maksimum air Minum dan belum layak dikonsumsi sedangkan air pengolahan ternyata sudah aman untuk dikonsumsi.


(8)

ABSTRACT

This research entitled “Microbiological Test on Water Quality of Well at Desa Lalang, Subdiswtrict of Sungal. This research was conducted at Laboratory of PDAM Tirtanadi Jl. SM. Raja No. 1 Medan from January to March 2009.10 water samples were taken from wells at Medan Sunggal and 5 treatment water sample of PDAM Tirtanadi in Desa lalang subdistrict of Medan Sunggal.

The observed parameters were the content of mineral and microbiology in water and chemical and physical characteristic. Of a research obtained that the well contain higher mineral contaminated by faecal bacteri and another ones such as

Salmonella, Enterobacter. Besides the water from the well be show a higher turbidity

than the treatment water from PDAM Tirtanadi. This indicates thet the well water was contaminated by bacteria and mineral that did not Fulfill the maximum content standard for drinking water and is not feasible for drinking water while the treatment water is safe for drinking water.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK vi ABSTRACT vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Permasalahan 2

1.3.Tujuan 2 1.4.Hipotesis 2

1.5.Manfaat 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air 4

2.2. Beberapa Standar Kualitas Air 4

2.3. Pencemaran Air di Indonesia 7 2.4. Pengolahan Air 9 BAB 3 BAHAN DAN METODA 3.1. Waktu dan Tempat 11

3.2. Bahan dan alat 11

3.3. Metoda 12

3.4. Pengambilan Sampel 12

3.5. Cara Kerja Analisis Mikrobiologi 12

3.5.1 Uji Pendugaan 12 3.5.2.Uji Penegasan 13 3.5.3.Uji Sempurna 13

3.6. Cara Kerja Faktor Fisik dan Kimia 14

3.6.1. Analisis pH 14

3.6.2. Analisis Khlorin bebas 14

3.6.3. AnalisisKekeruhan 14

3.6.4. Analisis Daya Hantar Listrik 15

3.6.5. Analisis Mangan 15

3.6.6. Analisis Nitrat 16

3.6.7. Analisis Besi 16 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kualitas Sumur Penduduk Desa Lalang kec. Medan Sunggal 15 4.2. Hasil Uji Air PDAM Tirtanadi di Desa Lalang Kec.


(10)

BAB 5 KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan 22

5.2. Saran 22


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Hasil Uji Sumur Gali 15


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan sempurna 25 LAMPIRAN B : Indeks Nilai Most Probable Number 26 LAMPIRAN C : Tabel Pembacaan Hasil Uji Reaksi Biokimia 28

LAMPIRAN D : Bagan Analisa pH 29

LAMPIRAN E : Bagan Analisa Khlorin Bebas (Cl2) 30

LAMPIRAN F : Bagan Analisa Turbidity 31

LAMPIRAN G : Bagan Analisa Daya Hantar Listrik 32

LAMPIRAN H : Bagan Analisa Mangan 33

LAMPIRAN I : Bagan Analisa Nitrat 34

LAMPIRAN J : Bagan Analisa Besi 35

LAMPIRAN K : Daftar Standar Kadar Maksimum air Minum 36 LAMPIRAN L : Media yang Digunakan Untuk Pengujian Mikrobiologi 37 LAMPIRAN M : Gambar Alat Pengujian Mikrobiologi 38 LAMPIRAN N : Gambar Alat Pengujian Kimia-Fisika 39


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Uji Mikrobiologis Kualitas Air Sumur penduduk di Desa Lalang Kec. Medan Sunggal.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium PDAM Tirtanadi Jl. SM. Raja No. 1 Medan. Dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2009. Adapun sampel yang digunakan adalah sebanyak 10 sampel air sumur gali penduduk Medan Sunggal dan dan 5 Sampel Air Pengolahan PDAM Tirtanadi di lokasi Desa lalang Kecamatan Medan Sunggal

Parameter yang diamati adalah kandungan mineral-mineral yang ada di, air, dan kandungan mikrobiologis dan sifat fisik kimia. Dari hasil penelitian di dapat air Sumur gali masih memiliki kandungan mineral yang tingi serta terkontaminasi oleh bakteri fecal maupun bakteri lain seperti Salmonella,dan Enterobacter. Disamping itu air sumur gali juga menunjukkan kekeruhan yang lebih tinggi dibanding air pengolahan PDAM Tirtanadi. Hal ini mengindikasi bahwa air sumur gali terkontaminasi oleh bakteri maupun mineral yang belum memenuhi Standar Kadar Maksimum air Minum dan belum layak dikonsumsi sedangkan air pengolahan ternyata sudah aman untuk dikonsumsi.


(14)

ABSTRACT

This research entitled “Microbiological Test on Water Quality of Well at Desa Lalang, Subdiswtrict of Sungal. This research was conducted at Laboratory of PDAM Tirtanadi Jl. SM. Raja No. 1 Medan from January to March 2009.10 water samples were taken from wells at Medan Sunggal and 5 treatment water sample of PDAM Tirtanadi in Desa lalang subdistrict of Medan Sunggal.

The observed parameters were the content of mineral and microbiology in water and chemical and physical characteristic. Of a research obtained that the well contain higher mineral contaminated by faecal bacteri and another ones such as

Salmonella, Enterobacter. Besides the water from the well be show a higher turbidity

than the treatment water from PDAM Tirtanadi. This indicates thet the well water was contaminated by bacteria and mineral that did not Fulfill the maximum content standard for drinking water and is not feasible for drinking water while the treatment water is safe for drinking water.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, yaitu sekitar 73% dari bagian tubuh. Dalam mempertahankan hidupnya manusia berusaha mengadakan air yang cukup, namun dalam hal ini air yang digunakan tidak sesuai dengan syarat kesehatan karena sering ditemukan air tersebut mengandung bibit penyakit atau zat tertentu yang dapat menimbulkan penyakit (Sjafaraenan & Budji, 1993).

Terjadinya pencemaran pada suatu lingkungan cenderung menyebabkan terjadinya perubahan kondisi fisik, kimia dan biologis pada air. Pencemaran tersebut akan dapat menimbulkan eutrofikasi pada organisme pembusuk, seperti bakteri. Tingginya proses pembusukan akan meningkatkan atau naiknya keasaman (pH), temperatur, kelembaban pada lingkungan tersebut (Arlen, 1995). Menurut Slamet (1996) menjelaskan bahwa naiknya temperatur, kelembaban dan pH pada suatu lingkungan menyebabkan mudahnya terjadinya perkembangbiakan bakteri patogen.

Bakteri coli merupakan bakteri yang komensal di dalam gastrointestinal. Tinja penderita menyebarkan bakteri dan mencemari air minum dan makanan yang dimakan, selain itu terdapat di udara dalam bentuk debu, tercemarnya air oleh E. coli merupakan petunjuk dari tercemarnya air akibat tinja manusia atau feses hewan. Gangguan kesehatan yang ditimbulkannya seperti diare, muntah-muntah dan mual (Sitepoe, 1997). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan 2007 diketahui bahwa kota Medan masih memiliki angka penderita diare yang tinggi yaitu sebanyak 41. 399 kasus diare yang terdapat pada 21 kecamatan, diantaranya kecamatan Belawan, Medan Sunggal dan Medan Baru. Menurut Suriawiria (1996), jumlah E. coli di dalam air bersih akan menyebabkan diare bagi masyarakat yang mengkonsumsinya.


(16)

Sehingga dilakukan uji mikrobiologis kualitas air sumur penduduk di desa Lalang kec. Medan Sunggal dengan air pengolahan.

1.2Permasalahan

Masih tingginya angka penyakit diare di kota Medan, diantaranya masyarakat yang tinggal di desa Lalang Kec. Medan Sunggal, kemungkinan sangat erat kaitannya dengan kandungan bakteri E. .coli di dalam sumber air bersih. Namun demikian sampai saat ini belum diketahui secara pasti kandungan bakteri E. coli yang terdapat di dalam air bersih tersebut.

1.3Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas mikrobiologis air bersih di desa Lalang Kec. Medan Sunggal.

1.4Hipotesis

Didapatkan perbedaan kualitas air sumur penduduk desa Lalang Kec. Medan Sunggal dengan air pengolahan pada PDAM Tirtanadi di Kota Medan.

1.5Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait yang membutuhkan data tentang kandungan bakteri E. coli pada air sumur penduduk desa Lalang Kec. Medan Sunggal.

b. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi instansi terkait khususnya dinas kesehatan dalam mengatasi dan menanggulangi berkembangnya penyakit diare.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang tidak membutuhkan air sel hidup misalnya, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar yaitu 75% tubuh makhluk hidup tersusun oleh air. Kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari berbeda untuk tiap tempat dan tingkat kehidupan, rata-rata keperluan air perkapita adalah 60 liter (Widianti & Ristianti, 2004). Sejalan dengan kemajuan dan peningkatan taraf hidup, tidak bisa dihindarkan lagi adanya peningkatan jumlah kebutuhan air, khususnya untuk keperluan rumah tangga, sehingga berbagai cara dan usaha telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tersebut (Suriawiria, 1996).

Melalui penyediaan air bersih baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya di suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut di harapkan bisa ditekan seminimal mungkin. Peningkatan kualitas air adalah dengan jalan mengadakan pengelolaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum. Pengolahan yang dimaksud bisa dimulai dari yang sederhana sampai pengelolaan yang mahir atau lengkap. Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas (Sutrisno, et. al. 1991).

2.2 Beberapa Standar Kualitas Air

Berbicara tentang standar air minum saat ini dikenal beberapa jenis standar kualitas air minum, baik bersifat nasional maupun internasional. Standar kualitas air minum bagi negara Indonesia terdapat dalam peraturan menteri kesehatan RI No.


(18)

01/BIRHUKMAS/ 1/ 1975. Tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum (Sutrisno, et. al. 1991).

a.Kualitas Fisik

Kekeruhan dan warna air secara tidak langsung mempengaruhi terhadap perkembangbiakan beberapa bakteri patogen yang akhirnya akan mengganggu kesehatan, sedangkan pengaruh suhu itu sendiri akan berpengaruh terhadap korosi dari alat penyimpan air atau pipa penyalur (Nugroho, 2006).

b. Kualitas Kimia

Air secara alamiah tidak pernah dijumpai dalam keadaan betul-betul murni. Kemudian air tersebut baik yang di atas atau yang di bawah permukaan tanah waktu mengalir akan menuju ke berbagai tempat yang lebih rendah letaknya, melarutkan berbagai jenis batuan yang dilaluinya atau zat organik lainnya. Sebagai suatu sistem yang terbuka perairan mempunyai variabel input atau autput dari energi dan materi. Maka dari itu gambaran yang tepat dari sifat-sifat kimia perairan didasarkan pada alkalinitas, kelarutan, konstanta pembentukan kompleks, potensial redoks dan pH (Achmad, 2004). Di antara bahan kimia yang terdapat di dalam air dampaknya bagi konsumen antara lain adalah sebagai berikut:

1.Mangan (Mn)

Endapan MnO2 akan memberikan noda-noda pada bahan atau benda yang

berwarna putih, adanya unsur ini dapat menimbulkan rasa dan bau pada minuman. Disampimg itu pada konsentrasi 0,05 mg/L unsur ini merupakan akhir batas dari usaha penghilangan dari kebanyakan air yang dicapai. Selain itu juga unsur ini dapat bersifat toksik pada alat pernapasan dan hati ( Sutrisno & Suliasti, 1991 ).


(19)

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat dibumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air.

Besi termasuk unsur esensial bagi makhluk hidup. Pada tumbuhan termasuk algae, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang memudarkam bahan celupan pada tekstil, kadar besi yang berlebihan akan menghambat fiksasi unsur lainnya ( Efendi, 2003).

3. Nitrat (NO3)

Adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa yang stabil. Nitrat merupakan salah satu unsur penting untuk sintesa protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan ganggang yang tak terbatas bila beberapa syarat lain seperti konsentrasi fosfat dipenuhi). Sehingga air kekurangan oksigen terlarut yang menyebabkan kematian ikan.

NO3 dapat berasal sari buangan industri bahan peledak, pupuk, cat, dsb. Kadar

nitrat secara alamiah biasanya agak rendah, namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali pada air tanah di daerah-daerah yang diberi pupuk yang mengandung nitrat. Dalam usus manusia nitrat direduksi menjadi nitrit yang dapat menyebabkan metamoglobinemia, terutama pada bayi (Alaerts & Santika, 1987 ).

c. Kualitas Biologis

Untuk mengamati kehadiran bioindikator dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan jenis dan pendekatan komunitas. Pendekatan jenis ini Menitik beratkan pada penilaian kualitas lingkungan yang hanya menitik beratkan pada kehadiran atau ketidak hadiran satu jenis makhluk hidup saja. Pada pendekatan komunitas perhatian dititik beratkan pada tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya keanekaragaman makhluk hidup didalam komunitas tersebut (Nugroho, 2006).


(20)

Penentuan kualitas air menurut WHO dilakukan berdasarkan analisis kehadiran jasad indikator yaitu bakteri golongan Faecal coli yang selalu ditemukan dalam tinja manusia atau hewan berdarah panas, oleh karena itu kehadiran bakteri ini sangat tidak diharapkan, mulai dari air minum, makanan dan lainnya. Selain itu dalam batas tertentu bakteri ini akan menyebabkan penyakit diantaranya tipus, kolera dan disentri. Maka bakteri Coliform sebagai penentu nilai kualitas suatu bahan atau benda terhadap ada tidaknya pencemaran fecal (Suriawiria, 2005). Menurut Slack dan Synder (1978) serta Jawets et al (1986) dalam Sayuti et al (2005), bahwa habitat bakteri Coliform umumnya di tanah dan air, sedangkan E. coli ditemukan pada saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, dan nilai bakteri Coliform yang tinggi menunjukkan bahwa sumber air minum tercemar berat oleh materi fecal manusia.

2. 3 Pencemaran Air di Indonesia

Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Karena untuk mendapatkan air yang bersih, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Ketergantungan manusia terhadap air pun semakin besar sejalan dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat.Oleh karena itu dalam pembuangan limbah domestik di daerah permukiman tersebut sebaiknya dilakukan pembuatan sistem jaringan pembuangan limbah yang dapat menampung dan mengalirkan limbah tersebut secara baik dan benar, agar dapat mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan untuk keperluan hidup sehari-hari (Konsukartha & Harmayani, 2007).

Pencemaran adalah perubahan sifat fisika, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki ada udara, tanah dan air. Perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau organisme lainya, proses-proses industri, tempat tinggal dan peninggalan-peninggalan, atau dapat merusak sumber bahan mentah. Pencemaran


(21)

terjadi apabila terdapat gangguan dalam daur materi yaitu apabila laju produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau penggunaan zat tersebut. Pencemaran merupakan penambahan bermacam-macam bahan sebagai aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya terhadap lingkungan (Chahaya, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Jawa Barat dan Pemberdayaan Masyarakat Departemen Teknik Lingkungan ITB tahun 2002, dinyatakan bahwa pencemaran yang terjadi di sekitar sungai Ciliwung utamanya disebabkan oleh tingginya masukan air dari beban lateral (samping). Beban lateral yang dominan berasal dari limbah domestik (Bahri & Priadi, 2007). Limbah ini dapat bersifat padatan dan cairan yang masuk ke badan air berupa koloidal dan suspensi yang bersifat inorganis (tanah liat) dan organis yaitu sisa protein, bakteri, sisa tanaman dan ganggang (Alaerts & Santika. 1987). Menurut Efendi (2003), menyatakan pencemaran air diakibatkan masuknya bahan pencemar (polutan) yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemar memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya malalui atmosfer, tanah, limbah pertanian, limbah domestik dan perkotaan, pembuangan limbah industri dan lainnya. Limbah buangan dari pabrik dan industri (buangan non domestik) khususnya industri kimia sintetik dan petrokimia, banyak yang menghasilkan senyawa rekalsitran yaitu senyawa yang sukar larut untuk diuraikan. Kehadiran senyawa tersebut akan menyebabkan terjadinya perubahan kehidupan dalam air (Suriawiria, 2005). Menurut Alaerts & Santika (1987), selain kehadiran bahan di atas, zat kristal juga akan mempengaruhi kualitas dari air tersebut, sebagai contoh Al2(SO4)3 dan 14 H2O.

a. Bakteri Coliform

Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Penentuan Coliform faekal menjadi indikator pencemaran karena jumlah koloninya pasti berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen, selain itu mendeteksi

Coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri

patogenik lain. Contoh bakteri Coliform adalah Eschericia coli, dan Enterobacter


(22)

semakin baik kualitas air (Haryono et al, 2004). Dalam industri bahan makanan, kehadiran bakteri golongan coliform tidak diharapkan, karena menunjukkan adanya kontaminasi dari buangan yang berasal dari pencernaan manusia dan hewan berdarah panas (Handajani & Firdayati, 2005).

2.4 Pengolahan Air

Pada instalasi pengolahan air permukaan yang menjadi penanganan utama adalah kekeruhan (turbidity) dan mikroorganisme yang mungkin bersifat patogen seringkali lebih kompleks dibandingkan pengolahan tanah dan menghasilkan lumpur terutama dari partikel tanah yang terbawa air permukaan. Bahan kimia yang dipergunakan untuk menangani kekeruhan maupun pemusnahan bakteri patogen (disinfection) sebagian mengendap bersama lumpur sisa pengolahan (Azikin & Silintung, 2002). Untuk mengantisipasi tingkat pencemaran air tanah, upaya yang seharusnya dilakukan adalah melakukan pemantauan secara berkala dan berkelanjutan, sehingga dapat diketahui lebih awal apakah air tanah yang dipantau sudah tercemar atau belum. Kalau air sudah tercemar maka upaya selanjutnya perlu mengetahui sumber, lokasi dan upaya penang-gulangan dari pencemar tersebut. Akan tetapi untuk menanggulangi pencemaran air harus didukung oleh data yang dapat dipercaya terutama mengenai data kualitas air dari air tanah yang dipantau (Sundra, 2006).

Menurut Chandra (2007), proses pengolahan air bersih terdiri dari beberapa tahap diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Koagulasi

Dalam proses koagulasi ini air yang sudah diambil dari sungai diberi zat kaogulasi kimia, misalnya Aluminium sulfat, dengan dosis yang bervariasi, tergantung pada turbiditas, warna, suhu dan pHnya ( Chandra, 2007).


(23)

2. Pencampuran

Kemudian air dimasukkan ke dalam bak pencampur dan diputar sedemikian rupa selama beberapa menit sehingga terjadi diseminasi di dalam air.

3. Flokulasi

Kemudian air diputar secara perlahan selama 30 menit untuk mengendapkan Aluminium hidroksida yang berbentuk benda berwarna putih dalam air.

4. Sedimentasi

Adalah pengendapan flokulasi bersama dengan zat yang terlarut dalam air beserta bakteri. Waktu yang diperlukan berkisar antara 2-6 jam. Paling tidak flokulat yang mengendap 95% sebelum air dialirkan ke dalam bak rapid sand filter. Setiap bak penyaring memiliki permukaan seluas 80-90 m2. Tinggi bak penyaring adalah 1 meter dan di bawah lapisan pasir terdapat batu koral berdiameter 30-40 cm yang berfungsi sebagai penyangga lapisan atas pasir di atasnya.

5. Filter atau Saringan

Digunakannya media filter atau saringan karena merupakan alat filtrasi atau penyaring memisahkan campuran solida likuid dengan media porous atau material porous lainnya guna memisahkan sebanyak mungkin padatan tersuspensi yang paling halus. Penyaringan ini merupakan proses pemisahan antara padatan atau koloid dengan cairan, prosesnya bisa dijadikan sebagai proses awal (primary treatment) dan akhir dari proses. Dikarenakan juga karena air olahan yang akan disaring berupa cairan yang mengandung butiran halus atau bahan-bahan yang larut dan menghasilkan endapan, maka bahan-bahan tersebut dapat dipisahkan dari cairan melalui filtrasi. Apabila air olahan mempunyai padatan yang ukuran seragam maka saringan yang digunakan adalah single medium (Saifudin & Astuti, 2005).


(24)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi PDAM Tirtanadi Jln. Sisinga Mangaraja No. 1 Propinsi Sumatera Utara dari tanggal 7 Januari sampai Maret 2009.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah air sumur penduduk desa Lalang Jln. Pinang Baris, Jln. Berdikari Sunggal, Jln. Tani asli, Jln. Kelambir lima, Jln. Pendidikan Sunggal, air pengolahan, aquadest, lactosa broth, briliant greenbile lactosa broth, Eschericia coli Broth, EMB agar, Mac.conkey agar, simon citrat agar, voges Prouskawer, metyl red, tripel sugar iron agar, indol, larutan alkalin cyanide, ascorbic acid powder, nitraver 6 nitarat, nitriver 3 nitrit, cyclohexanon, ferrover iron powder, brom thymol blue, tetra methyl benzidine, aquadest, monodest, dan alkohol 70%. Sedangkan alat yang digunakan adalah botol Winkler, bunsen, tabung reaksi steril, tabung Durham steril, rak tabung, cawan petri, jarum ose, inkubator, oven sterilisasi, autoklaf, kertas label, propipet, pipet serologi, pipet sterilisasi, erlemeyer, Beaker glass, kuvet, spketrofotometer, turbidimeter, komparator, disc pH, disc chlor, dan conductivity meter.


(25)

3.3 Metoda

Penelitian ini dilakukan dengan 3 variasi perlakuan masing-masing dengan kontrol dan 5 ulangan.

- Media 10 ml (5 ulangan) - media 0,1 ml (5 ulangan) - Media 1 ml (5 ulangan)

3.4 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan metoda WHO (1975), kran dibersihkan dengan kapas steril setelah itu kran dibuka dan dibiarkan selama 1 menit airnya terbuang, sambil mensterilkan isi wadah dengan air kran sampai ¾ penuh bagian botol, kemudian ditutup dan diberi label. Cara kedua adalah dengan botol Winkler yaitu botol Winkler steril dimasukkan ke dalam air kemudian dibuka tutupnya dan dibiarkan air masuk tanpa adanya gelembung udara, setelah penuh botol Winkler ditutup kembali dengan posisi tetap di dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam termos es yang berisi kristal es untuk dibawa ke laboratorium.

Konsumen I Jln. Pinang Baris 300 m dari reservoir sunggal Konsumen II Jln. Berdikari Sunggal 500 m dari reservoir sunggal Konsumen III Jln. Tani asli 1 km dari resevoir sejarah

Konsumen IV Jln. Kelambir lima 500 km dari reservoir gaperta Konsumen V Jln. Pendidikan 700 km dari reservoir gaperta

3.5 Cara Kerja Analisa Mikrobiologi 3.5.1. Uji Pendugaan

Di siapkan 15 tabung reaksi steril dan ditambahkan media LB steril yang berisi tabung Durham masing-masing sebanyak 10 ml. Kemudian masing-masing tabung reaksi yang berisi media steril ditambahkan 10 ml, 1 ml, dan 0,1 ml air sampel masing-masing dengan 5 ulangan. Kemudian diinkubasi pada suhu 350C selama 24


(26)

jam. Jika positif diuji dengan uji penegasan dan jika negatif diinkubasi kembali. Jika pada inkubasi yang kedua tidak menunjukkan hasil positif maka dianggap negatif dan tidak dilakukan uji lanjutan dan bila positif dilakukan uji selanjutnya (bagan kerja terdapat pada lampiran A, hlm 25).

3.5.2. Uji Penegasan

Tabung reaksi yang menghasilkan gas dan asam pada tahap pendugaan dikocok perlahan-lahan. Dengan menggunakan jarum ose steril dipindahkan sebanyak 2 ose benda uji ke dalam media BGLB dan diinkubasi pada suhu 350C dan E.C Broth pada suhu 440C. kemudian diinkubasi selama 24 jam. apabila menghasilkan gas menunjukkan adanya bakteri Coliform dan Coli faecal. Jumlah tabung reaksi yang menghasilkan gas dihitung pada setiap perlakuan sebagai kombinasi tabung yang positif (bagan kerja terdapat pada lampiran A, hlm 25).

3.5..3. Uji Sempurna

Uji ini dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji penegasan yaitu dari masing-masing media BGLB dan E.C broth yang positif ditanam pada media EMB dan Mac.Conkey Agar. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C. dan diamati koloni bakteri dari masing-masing media EMB dan Mac.Conkey Agar, dari koloni-koloni tersebut ditanam pada reaksi biokimia. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C diamati hasil dengan menyesuaikan pada tabel IMVIC (bagan kerja terdapat pada lampiran A, hlm 25.Dan Tabel IMVIC pada lampiran C, hlm 28 ).

3.6 Cara Kerja Analisa Fisik dan Kimia 3.6.1. Analisa pH (Keasaman)

Disc pH dimasukkan ke dalam komparator dan sampel air dimasukkan sampai tanda batas kuvet pertama (banko) dan kuvet kedua (sampel), kemudian ditambahkan 4 tetes Brom Thymol Blue ( BTB ) ke dalam kuvet ke dua tutup dan kocok hingga homogen, blanko sebelah kiri dan sampel sebelah kanan. Kemudian disc pH diputar hingga


(27)

diperoleh warna sampel sesuai dengan warna standar dan dicatat hasil yang ditunjukkan pada disc warna (bagan kerja terdapat pada lampiran D, hlm 29).

3.6.2. Analisa Khlorin Bebas (Cl2)

Disc chlor dimasukkan ke dalam komparator dan sampel air dimasukkan sampai tanda batas kuvet pertama (banko) dan kuvet kedua (sampel), kemudian ditambahkan 3 tetes tetra methyl benzidine ke dalam kuvet kedua tutup dan kocok hingga homogen, blanko sebelah kiri dan sampel sebelah kanan. Kemudian disc tetra methyl benzidine diputar hingga diperoleh warna sampel sesuai dengan warna standar dan dicatat hasil yang ditunjukkan pada disc warna (bagan kerja terdapat pada lampiran E, hlm 30).

3.6.3. Analisa Kekeruhan (Turbidity)

Sampel dimasukkan ke dalam Beaker gelass dan diaduk dengan batang pengaduk, kuvet diisi dengan air sebanyak 15 ml kemudian ditutup, kemudian tekan tombol “I/O” dan tekan read maka akan tertera nilai kekeruhan pada layar. Sampel dibaca pada alat turbidimeter 2100N (bagan kerja terdapat pada lampiran F, hlm 31 ).

3.6.4. Analisa Daya Hantar Listrik

Tekan 1 key dan CND key dan dipilih jarak yang sesuai, dan dimasukkan probe ke dalam Beaker glass yang berisi sampel air, celupkan ujung probe melebihi rongga lubang dan probe diaduk dengan tegak lurus dan pastikan tidak ada gelembung udara. Kemudian dibiarkan beberapa saat sampai pembacaan stabil, setelah stabil catat nilai yang tertera pada layar (bagan kerja terdapat pada lampiran G, hlm 32).

3.6.5. Analisa Mangan (Mn)

Sampel dituang ke dalam beaker glas 500 ml, dipipet monodest sebanyak 25 ml dan dimasukkan kedalam kuvet sebagai blanko. Dipipet sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam kuvet kedua sebagai sampel. Ditambahkan satu pillow ascorbic


(28)

acid powder ditutup dan dikocok hingga larut kedalam 2 kuvet masing-masing 1 ml larutan Alkalin Cyanid ditutup dan dikocok hingga homogen. Tekan shif timer kemudian blanko diletakkan pada dudukan kuvet, kemudian ditutup, tekan zero layar akan menunjukkan nilai 0,000 mg/L Mn. Kemudian sampel diletakkan pada kuvet dan ditutup. Tekan red enter dan akan ditunjukkan nilai kandungan Mn pada layar ( bagan kerja terdapat pada Lampiran H, hlm 33 ).

3.6.6. Analisa Nitrat (NO3)

Sebanyak 30 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 ml kemudian ditambahkan 1 Pillow Nitraver 6 nitarat reagen powder dan diaduk hingga larut. Kadmium dibiarkan mengendap selama 2 menit, kemudian dimasukkan 25 ml larutan jernihnya tanpa endapan kadmium ke dalam kuvet pertama (sebagai sample) kemudian ditambahkan 1 pillow Nitriver 3 nitrit reagen powder tutup dan diaduk hingga larut. Tekan shif timer 10 menit kemudian dipipet sebanyak 25 ml sampel dan dimasukkan ke dalam kuvet kedua (sebagai blanko). Kemudian diletakkan pada dudukan kuvet dan ditutup dan tekan zero dan sampel diletakkan pada dudukan kuvet kemudian tekan red dan dibaca nilai yang tertera pada layar. Bagan kerja terdapat pada lampiran I, hlm 34).

3.6.7. Analisa Besi (Fe)

Ditambahkan 1 Ferrover pillow, dan diaduk beberapa saat hingga homogen kemudian dipipet 25 ml ke dalam kuvet pertama (blanko) dan ditambahkan 1 ml Cyclohexanon ke dalam gelas ukur diaduk selama 30 detik, kemudian tekan shif timer larutan dituang kedalam gelas ukur dan dimasukkan ke dalam kuvet kedua, letakkan kuvet pertama pada dudukan dan ditutup tekan zero dan sampel diletakkan pada dudukan kuvet dan tekan red nilai hasil besi akan tertera pada layar (bagan kerja terdapat pada lampiran J, hlm 35).


(29)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kualitas Air Sumur Penduduk Desa Lalang Kec. Medan Sunggal Tabel 1. Hasil Uji Sampel Air Sumur Gali Yang Terdapat di Desa Lalang

Kec. Medan Sunggal

Kode Sampel

Kondisi Fisik

Hasil Uji

Fisika – Kimia Bakteriologi

pH Td/NTU DHL/µ

cm

Cl2/

mg /l

Fe/m

g/l Mn mg/l

NO3m

g/l

Total Coli jlh /100 ml

Coli Faecal

jlh /100 ml E* S**

S-I Jernih 6,8 0,412 202 0,00 0,05 0,030 0,03 280 80 + -

S-II Jernih 7,0 0,713 219 0,00 0,07 0,052 0,05 9000 3000 + -

S-III Jernih 7,0 0,656 250 0,00 0,04 0,054 0,03 1600 500 + -

S-IV Keruh 6,9 2,523 242 0,00 1,17 1,10 0,93 16000 5000 + +

S-V Keruh 6,8 71,650 900 0,00 1,34 2,832 2,69 350000 170000 + +

S-VI Keruh 6,8 92,134 954 0,00 2,15 3,112 2,95 500000 220000 + +

S-VII Keruh 6,8 53,252 825 0,00 2,11 2,051 1,13 2200 1100 + -

S-VIII Keruh 6,8 48,211 522 0,00 1,73 2,021 1,03 17000 800 + -

S-IX Jernih 6,7 0,713 219 0,00 0,09 0,125 0,07 900 300 + -

S-X Jernih 6,8 0,925 225 0,00 1,12 0,119 0,09 900 240 + -

Keterangan: E* = Enterobacter S** = Salmonella

S I, S II, = Jl. Pinang Baris S III, S IV = Jl. Berdikari Sunggal S V, S VI = Jl. Tani asli Sunggal S VI, S VIII = Jl. Klambir Lima Sunggal S IX, S X = Jl. Pendidikan Sunggal

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan kualitas air sumur dengan kadar kualitas biologis, kimia dan fisika yang berbeda-beda pada masing-masing air sumur penduduk desa Lalang . Medan Sunggal, sebagaimana terdapat pada Tabel 1, jika dilihat kondisi fisik dari air sumur didapat 5 sumur dengan kondisi jernih dan 5 sumur dengan kondisi keruh. Akan tetapi kondisi bakteriologi hanya 1 sumur dengan jumlah total faecal coli terendah yaitu sebesar 80 sel / ml. Rata-rata air sumur yang lainnya total faecal coli di atas 240 sel / ml dan yang paling tinggi terdapat pada sampel nomor S-VI yaitu sebesar 220. 000 sel / ml, jika dibandingkan dengan air PDAM seperti Tabel 2, jumlah faecal coli pada air tersebut lebih besar 2. Adanya perlakuan pada air PDAM seperti penambahan senyawa kimia seperti klor, menyebabkan jumlah total bakteri Coliform dan faecal coli pada air tersebut sangat


(30)

sedikit. Kadar unsur-unsur dan senyawa seperti Fe, NO3 dan Mn pada sumur gali lebih

tinggi daripada air PDAM.

Kondisi fisik dari sampel S-V dan S-VI pada jl. Tani asli terlihat keruh dan sangat tinggi jumlah MPN total coli karena penempatan sumur dekat dengan letak septic tank dan parit.

Kadar Mn pada sampel nomor S-V, S-VI, S-VII, dan S-VIII memiliki kadar Mn di atas standar baku air minum dan air bersih. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap tingkat penyakit di daerah tsb, dimana penduduk menggunakan air yang belum memenuhi stándar kesehatan untuk keperluan seharí – hari.

Jumlah organisme coliform cukup banyak dalam usus manusia sekitar 200 – 400 miliar sel / ml. Organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.

Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila

coliform organisme ini ditemukan di dalam sample air maka dapat diambil satu

kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sample air tersebut di atas walaupun di dalam jumlah yang kecil ( Chandra, B 2007)

Adanya bakteri enterik seperti Salmonella dan Enterobacter seperti yang ditunjuk pada Tabel .1, hlm 20 dan dari hasil uji reaksi bio kimia pada lampiran C, hlm 27. Mengindikasikan bahwa air sumur penduduk khususnya sumur SIV, SV, SVI terkontaminasi oleh bakteri tsb. Menurut Kep.Men.Kes.No.907/Menkes/SK/VII/2002 untuk parameter biologi adalah nol.

Air mudah tercemar oleh mikroorganisme berbahaya yang masuk melalui limbah. Air juga memainkan peranan penting dalam penyebaran penyakit malaria, filariasis, dan penyakit kuning. Penyakit yang bersumber dari perairan ini dikenal dengan waterborn diseases (Efendi, 2003). Bila dalam suatu air ditemukan bakteri


(31)

pencemaran oleh feses manusia atau hewan berdarah panas. Pencemaran materi fecal ini sangat tidak diharapkan, pada kadar tertentu dapat menyebabkan berbagai infeksi, antara lain diare, infeksi saluran kencing dan meningitis (Nugroho, 2006).

Kandungan NO3 tertinggi terdapat pada sampel sumur gali S-V dan S-VI dan

lainnya masih dibawah standar baku air minum dan air bersih, sedangkan jika dilihat dari kandungan Fe yang tertinggi terdapat pada sampel S-VI dan S-VII. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya aktifitas dari manusia itu sendiri yang membuang sampah pada tepat yang berdekatan dengan sumur sehinnga akan mempengaruhi kondisi air sumur.

Besi termasuk senyawa esensial bagi makhluk hidup pada tumbuhan termasuk algae, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang berlebihan dapat mengakibatkan timbulnya warna merah juga menimbulkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam, serta dapat memudarkan bahan celupan dan tekstil. Pada tumbuhan berperan sebagai transfer elektron pada proses fotosintesis (Efendi, 2003). Tingginya kandungan logam akan menyebabkan terhambatnya proses transport melalui dinding sel dan menghambat kerja enzim tertentu (Achmad, 2004).

Ketika suatu bahan atau senyawa kompleks masuk ke dalam air bersih, proses pembusukan bahan organik ini yang dilakukan oleh organisme mikroaerob yang ingin memperoleh energi, menyerap oksigen dalam jumlah besar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi oksigen terlarut yang tersedia bagi organisme lain didalam air. Bila penurunan ini melewati ambang batas, mahluk hidup yang membutuhkan oksigen terlarut seperti ikan akan mengalami kematian. Setiap bahan organik membutuhkan oksigen dalam jumlah tertentu dalam proses peruraiannnya. Semakin besar oksigen yang dibutuhkan dalam proses peruraian suatu bahan semakin besar dampak negatif yang ditimbulkan oleh bahan tersebut ketika memasuki lingkungan air. Semakin berat tingkat pencemaran air, oksigen terlarut semakin sedikit, dan jenis organisme aerob yang dapat bertahan pada tingkat oksigen terlarut yang rendah semakin sedikit. Ketika oksigen terlarut tidak tersedia lagi, peruraian bahan organik dilakukan oleh mikroorganisme anaerob yang mengeluarkan gas asam sulfida yang berbau (Khituddin, 2003).


(32)

4.2 Hasil Uji Air Pengolahan PDAM Tirtanadi di Desa Lalang Kec.MedanSunggal

Tabel 2. Hasil Uji Air Pengolahan PDAM Tirtanadi di Desa Lalang Kec. Medan Sunggal

Kode Sampel

Kondisi Fisik

Hasil Uji

Fisika – Kimia Bakteriologi

pH Td/NTU DHL /

µ cm Cl2 mg /l Fe mg /l Mn mg /l NO3 mg /l Total Coli jlh /100 ml

Coli Faecal

jlh /100 mls E* S**

K-I Jernih 6,9 0,310 121 0,75 0,12 0,008 0,08 <2 <2 - -

K-II Jernih 6,8 0,521 118 0,60 0,41 0,013 0,02 <2 <2 - -

K-III Jernih 6,9 0,412 125 0,40 0,05 0,002 0,05 <2 <2 - -

K-IV Jernih 6,9 0,318 127 0,20 0,06 0,005 0,01 <2 <2 - -

K-V Jernih 6,9 0,349 132 0,00 0,12 0,007 0,03 <2 <2 - -

Keterangan: E* = Enterobacter S** = Salmonella

S I, S II,K I = Jl. Pinang Baris

S III, S IVdan KII = Jl. Berdikari Sunggal S V, S VI dan III = Jl. Tani asli Sunggal

S VI, S VIII dan KIV = Jl. Klambir Lima Sunggal S IX, S X dan KV = Jl. Pendidikan Sunggal

a. Mikrobiologis

Jumlah organisme coliform cukup banyak dalam usus manusia sekitar 200 – 400 miliar sel / ml. organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan bakteri ini dalam air membei bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.Bila coliform organisme ini ditemukan di dalam sample air maka dapat di ambil satu kesimpulan bahwa bakteri usus pathogen yang lain dapat juga di temukan dalam sample air tersebut di atas walaupun di dalam jumlah yang kecil ( Chandra, 2007 )

Adanya baktei enteric seperti Salmonella dan Enterobacter seperti yang ditunjuk pada table 1, hlm 20 dan dari hasil uji reaksi bio - kimia pada lampiran C, hlm 27. Mengindikasikan bahwa air sumur penduduk khususnya sumur jl. Kelambir lima sunggal terkontaminasi oleh bakteri tsb. Menurut Kep.Men.Kes.No 907 / Menkes / SK/VII/2002 untuk parameter biologi adalah 0. (Lampiran K, hlm 36 ).

Air mudah tercemar oleh mikroorganisme berbahaya yang masuk melalui limbah. Air juga memainkan peranan penting dalam penyebaran penyakit malaria, filariasis,dan diare. Penyakit yang bersumber dari perairan ini dikenal dengan faecal coli maka hal ini dapat menjadi indikasi bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran oleh feses manusia atau hewan bedarah panas. Pencemaran materi fecal ini sangat tidak


(33)

diharapkan, pada kadar tertentu dapat menyebabkan berbagai infeksi, antara lain diare, infeksi saluran kemih dan meningitis ( Nugroho, 2006 )

b. Nitrat (NO3- )

Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan.

Dari hasil penelitian terhadap kadar nitrat diperoleh hasil yang berbeda-beda, namun dari keseluruhan sampel yang diteliti, air sumur gali/air sumur penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan air olahan PDAM Tirtanadi. Air sumur penduduk yang memiliki kadar nitrat paling tinggi terdapat di Jl tani asli sunggal ( 2,69 dan 2,95 ppm) namun kadar tersebut masih berada dibawah baku mutu air minum yang ditetapkan pada Peraturan Permerintah RI No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas I.

Kadar nitrat pada air tanah dapat meningkat akibat pemberiaan pupuk nitrogen yang berlebih pada tanah serta pembuangan sampah organik. Senyawa yang mengandung nitrat di dalam tanah larut dengan mudah dan bermigrasi dengan air bawah tanah. Sehingga pada daerah dimana pupuk nitrogen secara luas digunakan, sumur-sumur perumahan yang ada disana hampir pasti tercemar oleh nitrat. Sumber nitrat lainnya pada air sumur adalah pencemaran dari sampah organik hewan dan rembesan dari septic tank.

c. Besi (Fe) dan Mangan (Mn) dalam air tanah

Unsur besi terdapat pada hampir semua air tanah, sedangkan unsur mangan tidak demikian, tetapi keberadaan unsur mangan biasanya bersama-sama dengan unsur besi. Air tanah umumnya mempunyai konsentrasi karbon dioksida yang tinggi hasil penguraian kembali zat-zat organik dalam tanah oleh aktivitas mikroorganisme, serta


(34)

mempunyai konsentrasi oksigen terlarut yang relatif rendah, menyebabkan kondisi anaerobik. Kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi dan mangan bentuk mineral tidak larut (Fe3+ dan Mn4+) tereduksi menjadi besi dan mangan yang larut dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+ dan Mn2+).

Masalah yang sering timbul pada air tanah adalah kandungan Fe, Mn, masih cukup tinggi atau melebihi ambang batas maksimum yang diperbolehkan. Dari hasil penelitian air sumur yang berlokasi Jln. Berdikari Sunggal, Jln. Tani Asli Sunggal, Jln. Klambir V Sunggal diperoleh kandungan Fe melebihi batas maksimum yang diperbolehkan, padahal batas maksimum yang diperbolehkan oleh. Peraturan Permerintah RI No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air Kelas I. untuk kandungan Fe dalam air bersih tidak lebih dari 0,3 mg/l.

Air tanah yang mengandung Fe (II) mempunyai sifat yang unik. Dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung Fe (II) jernih, begitu mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion Ferri dengan reaksi sebagai berikut :

4Fe2+ + O2 + 10 H2O ——> 4 Fe(OH)3 + 8 H+

Hal inilah yang terjadi pada air sumur gali yang terdapat di desa Lalang Kecamatan Sunggal menjadi keruh ditambah dengan cemaran bahan organik. Sedangkan tingginya kadar Fe pada air olahan PDAM Tirtanadi yang diperoleh Jl Berdikari Sunggal dapat disebapkan pipa yang sudah berkarat.

Air yang mengandung besi sangat tidak diinginkan untuk keperluan rumah tangga, karena dapat menyebabkan bekas karat pada pakaian, porselin, dan alat – alat lainnya serta menimbulkan rasa yang tidak enak pada air minum pada konsentrasai diatas kurang lebih 0.31 mg/l. Sifat kimia dari besi terlarut adalah sifat redoks, pembentukan kompleks.Besi (II) menjadi lebis stabil pada sumber air yang kekurangan oksigen sedangkan besi (III) dapat terjadi dalam perairan yang bersifat basa.. .


(35)

Mangan juga ditemukan pada air tanah yang mengandung asam yang berasal dari humus yang mengalami penguraian dan dari tanaman atau tumbuhan yang bereaksi dengan unsur mangan untuk membentuk ikatan kompleks organik. Konsentrasi mangan pada umumnya kurang dan 1,0 mg/l. Pada air permukaan yang belum diolah ditemukan konsentrasi mangan rata-rata lebih dari 1 mg/l, walaupun demikian dalam keadaan tertentu unsur mangan dapat timbul dalam konsentrasi besar pada air tanah atau sungai pada kedalaman dan saat tertentu. Hal ini terjadi akibat adanya aktivitas mikroorganisme dalam menguraikan dan mereduksi bahan organik dan mangan (IV) menjadi mangan (II) pada kondisi hypolimnion (kondisi adanya cahaya matahari).

Kadar mangan yang dipersiaratkan untuk air minum sesuai dengan perturan pemerintah adalah 0,1 mg/l, dari hasil penelitian terhadap air sumur gali yang terdapat di Desa Lalang Kecamatan Sunggal diperoleh kadar Mangan yang melewati baku mutu. Hal ini dapat disebapkan oleh cemaran logam dari limbah industri maupun dari residu pupuk

Dalam kondisi aerob mangan dalam perairan terdapat dalam bentuk MnO2 dan

pada dasar perairan tereduksi menjadi Mn2+ atau dalam air yang kekurangan oksigen (DO rendah). Oleh karena itu pemakaian air berasal dari dasar suatu sumber air, sering ditemukan mangan dalam konsentrasi tinggi. Secara visual dalam air yang banyak mengandung mangan berwarna kehitam – hitaman. Sedangkan aktifitas mangan dalam air sama dengan besi.


(36)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1 Kesimpulan

1. Dari hasil pengambilan sampel air sumur dari 10 sampel 5 sumur dengan kondisi jernih dan 5 sumur dengan kondisi keruh.

2. Di dapatkan bakteriologi hanya 1 sumur dengan jumlah total Faecal coli terendah yaitu sebesar 80 sel/ml dan lainnya total Faecal coli di atas 240 sel/ml dan yang paling tinggi terdapat pada sampel nomor 6 yaitu sebesar 220. 000 sel/ml.

3. Kandungan NO3 tertinggi terdapat pada sampel nomor 5 dan 6 selebihnya

masih di bawah standar baku air minum dan air bersih,

4. Kandungan Fe yang tertinggi terdapat pada sampel nomor 6 dan 7. Dan kadar Mn pada sampel nomor 5, 6, 7, dan 8 memiliki kadar Mn di atas standar baku air minum dan air bersih.

5. Dari 10 sampel air sumur gali dan 5 sampel air pengolahan yang diuji ternyata air sumur gali belum memenuhi standar air minum dan standar air bersih, karena terdapat kandungan mirobiologis. Sedangkan pada air pengolahan telah memenuhi syarat karena tidak ada kandungan mikrobiologisnya.

5. 2 Saran

Diharapkan agar dilakukan peneltian lebih lanjut mengenai uji logam-logam berat yang terkandung di dalam air yang bersifat toksik baik secara langsung maupun tidak langsung.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta. Andi Offset. hlm. 15-16.

Alaerts, G dan Santika, S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya. Usaha Nasional. hlm. 72-73.

John, AH. 1995. Pembangunan dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Serta Sosial

Ekonomi Karya Tulis. Program Studi Biologi FMIPA USU. Hlm. 1-5

Azikin dan Silintung, M. 2002. Penanganan Lumpur Instalasi Pengolahan Air Somba Opu. Jurnal Sci&Tech (3) 2 : 1-11.

Bahri, S, dan Priadi B. 2007. Prediksi Tingkat Pencemaran Air Sungai Menggunakan Indeks Kimia-Fisika dan Metrik Bentik Makroinvertebrata. Jurnal Balitbang. (3)4: 1-2.

Chahaya, I. 2002. Ikan Sebagai Alat Monitor Pencemaran. Kesehatan Lingkungan. FKM. Digital USU Library.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan 1. Jakarta. Anggota IKAPI. hlm. 54-55.

Efendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Cetakan ke 1. Yogyakarta. Kanisius Anggota Ikapi. hlm. 68-69.

Handajani, M dan Firdayati, M. 2005. Studi Karakteristik Dasar Limbah Tepung Aren. Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan. (1)2: 5.

Haryono. 2004. Kandungan Bakteri Total Coli dan Eschericia coli / Fecal Coli Air Minum Dari Depot Air Minum Isi Ulang di Jakarta, Tangerang dan Bekasi.

Buletin Penelitian Kesehatan (32) 4: 135-134.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mokroorganisme. Jilid 1. Bandung. Anggota IKAPI Yrama Widya. hlm. 144.

Khituddin, M. 2003. Melestrikan Sumber Daya Air Dengan Teknologi Rawa Buatan. Cetakan pertama. Yogyakarta. UGM Press. hlm. 22- 23.

Konsukartha I, G, M dan Harmayani K, D. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik Di Lingkungan Kumuh. Jurnal Permukiman

Natah (5) 2: 62-108.

Nugroho, A. 2006. Bioindikator Kualitas Air. Cetakan 1. Jakarta. Universitas Trisakti. hlm. 4-5.


(38)

Sjafaraenan dan Budji RG. 1993. Pemeriksaaan Air Sumur Penduduk Secara Bakteriologis di Sekitar Sungai Tallo. UNHAS. Ujung Pandang. hlm. 25-26.

Suriawiria, U. 2005. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. PT Alumni. Bandung. Hlm. 56.

---,U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. PT. Alumni. Hlm. 86.

Sundra, I, K. 2006. Kualitas Air Bawah Tanah di Wilayah Pesisir Kabupaten Badung.

Jurnal Echotropic. (1)2 : 3-4.

Sutrisno, T. 1991. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta. Anggota IKAPI. Kanisius. hlm. 37-38.

Saifudin, R, M, dan Astuti, D. 2005. Kombinasi Media Filter Untuk Menurunkan Kadar Besi (Fe). Jurnal Sains dan Teknologi. (6)1 : 49-61.

Widianti N, P, M, dan Ristianti N, P. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Coliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang di Kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan (3)1: 64 - 73.


(39)

LAMPIRAN A : Bagan Uji Pendugaan, Penegasan dan Sempurna

Di Pipet

Diinkubasi pada suhu 35 ± 0,5ºC selama 24 jam

Tahap Pendugaan

Diinokulasikan dengan Inkubasi kembali menggunakan jarum selama 24 jam ose

Diinokulasikan dengan menggunakan

jarum ose

Diinkubasikan pada suhu 35ºC ± 0,2ºC Tahap Pada media BGLB dan pada suhu 44ºC Penegasan ± 0,5ºC pada media EC Broth

Diinokulasi / ditanam dengan menggunakan Jam ose

Diinokulasi dengan menggunakan ose Tahap Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35ºC Sempurna

Benda uji

Tabung reaksi berisi laktosa broth

Gas + dalam 24 jam Gas – dalam 24 jam

Gas + Gas -

Tabung reaksi berisi BGLB & E.C Broth

Hasil

EMB

Reaksi Biokimia


(40)

LAMPIRAN B: Indeks Nilai Most Probable Number (MPN) Untuk Bermacam-

macam Hasil dengan Kombinasi 5 Tabung dari 10 ml, 5 tabung dari 1 mldan 5 tabung dari 0,1 ml contoh uji ( SNI – 06 – 4158 -1996 )

Kombinasi Tabung Yang Positif

Indeks MPN Per 100 ml 0 – 0 – 0

0 – 0 – 1 0 – 1 – 0 0 – 2 – 0 1 – 0 – 0 1 – 0 – 1 1 – 1 – 0 1 – 1 – 1 1 – 2 – 0 2 – 0 – 0 2 – 0 – 1 2 – 1 – 0 2 – 1 – 1 2 – 2 – 0 2 – 2 – 1 2 – 3 – 0 3 – 0 – 0 3 – 0 – 1 3 – 0 – 2 3 – 1 – 0 3 – 1 – 1 3 – 1 – 2 3 – 2 – 0 3 – 2 – 1 4 – 0 – 0 4 – 0 – 1 4 – 1 – 0

<2 2 2 4 2 4 4 6 6 4 7 7 9 9 - 12 6 11 - 11 14 - 14 17 13 17 17


(41)

Kombinasi Tabung Yang Positif

Indeks MPN Per 100 ml 4 – 1 – 1

4 – 1 – 2 4 – 2 – 0 4 – 2 – 1 4 – 3 – 0 4 – 3 – 1 4 – 4 – 0 5 – 0 – 0 5 – 0 – 1 5 – 0 – 2 5 – 1 – 0 5 – 1 – 1 5 – 1 – 2 5 – 2 – 0 5 – 2 – 1 5 – 2 – 2 5 – 3 – 0 5 – 3 – 1 5 – 3 – 2 5 – 3 – 3 5 – 4 – 0 5 – 4 – 1 5 – 4 – 2 5 – 4 – 3 5 – 4 – 4 5 – 5 – 0 5 – 5 – 1 5 – 5 – 2 5 – 5 – 3 5 – 5 – 4 5 – 5 – 5

21 26 22 26 27 33 34 23 30 40 30 50 60 50 70 90 80 110 140 170 130 170 220 280 350 240 300 500 900 1600 >1600


(42)

LAMPIRAN C. Tabel Pembacaan Hasil Uji Reaksi Biokimia (SNI-19-2897-1992)

No. Jenis Bakteri

Media Uji Biokimia

Indol MR V. P SCA TSIA

Gas H2S

1. E. coli + + - - + -

2. Enterobacter - - + + + -

3. Salmonella - - - + + +

Keterangan:

MR = Methyl red V. P = V. Prouskawer SCA = Simon Sitrat Agar TSIA = Triple Sugar Iron Agar


(43)

LAMPIRAN D. Bagan Analisa pH (Keasaman)

Kuvet II Sampel Air

Kuvet I

Dimasukkan sampai tanda batas kuvet

Ditambahkan 4 tetes BTB dan dihomogenkan Diputar disc pH sampai diperoleh

Hasil Hasil

Diputar disc pH sampai diperoleh warna standar


(44)

LAMPIRAN E. Bagan Analisa Khlorin Bebas

Kuvet II Sampel Air

Kuvet I

Diambil 10 ml kemudian dimasukkan kedalam 2 tempat

Ditambahkan 3 tetes Reagen Tetra Metyl Benziidin Diputar disc clor sampai diperoleh warna standar Hasil

Hasil Diputar disc clor

sampai diperoleh warna standar


(45)

LAMPIRAN F. Bagan Analisa Turbidity

Sampel Air

Kuvet I

Dimasukkan sampai tanda batas kuvet

Hasil


(46)

LAMPIRAN G. Bagan Analisa Daya Hantar Listrik

Sampel Air

Masukkan dalam Beaker Glass 500 ml

Masukkan Probe Alat Conductivity meter


(47)

LAMPIRAN H. Bagan Analisa Mangan (Mn)

Kuvet II Sampel Air

Kuvet I

Dipipet 25 ml

Ditambahkan 1 Pillow Ascorbic Acid dan

dihomogenkan Ditambahkan 1 ml larutan Alkalin Cyanid

Dibaca dengan spektro panjang gelombang 560 nm

Hasil Hasil

Ditambahkan 1 Pillow Ascorbic Acid dan

dihomogenkan Ditambahkan 1 ml larutan Alkalin Cyanid

Dibaca dengan spektro panjang gelombang 560 nm Monodest


(48)

LAMPIRAN I. Bagan Analisa Nitrat (NO3)

Kuvet II Sampel Air

Kuvet I

Dimasukkan 30 ml sampel ke dalam gelas

Ditambahkan 25 ml

Tekan Zero

Hasil

Hasil

Ditambahkan 1 Pillow Nitra ver 6 Nitrat reagen Diaduk selama 3 menit dan dibiarkan mengendap

Kadmium Dipipet 25 ml Ditambahkan 1 Pillow Nitri ver 3 Nitrit reagen dihomogenkan Dibaca dengan spektro panjang gelombang 425 nm


(49)

LAMPIRAN J : Daftar Standar Kadar Maksimum Untuk Air Minum, Air Bersih dan Air Baku

No Parameter Satuan *).Kadar

Maks. Utk Air Minum ** ).Kadar Maks. Utk Air Bersih *** ).Kadar Maks. Utk Air Baku Metode A. FISIKA

1 Warna Pt-Co 15 50 - Methode 8025

2 Rasa dan Bau - - - - -

3 Temperatur ºC Suhu

udara ±3ºC Suhu udara ±3ºC Suhu udara ±3ºC Methode 8160;Thermometer

4 Kekeruhan NTU 5 25 - Nephelometric

5 Daya Hantar Listrik (DHL)

Us/cm - - - Methode

8160;Elektrometri

B. KIMIA ANORGANIK

1 Alkalinitas mg/L - - - Methode 8203

2 Aluminium (Al) mg/L 0,2 - - Methode 8012:8326

3 Ammonia (NH3-N) mg/L 1,5 - 0,5 Methode 8038

4 Besi (Fe) mg/L 0,3 1,0 0,3 Methode 8008

5 Flouride (F) mg/L 1,5 1,5 0,5 Methode 8029

6 Sulfida (H2S) mg/L 0,05 - 0,002 Methode 8131

7 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 500 - Methode 8213

8 Klorida (Cl-) mg/L 250 600 - SNI 06-6989.19-2004

9 Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 0,05 - Methode 8023

10 Mangan (Mn) mg/L 0,1 0,5 0,1 Methode 8149

11 Nitrat (sebagai NO3

-) mg/L 50 10 10 Methode 8192

12 Nitrit (sebagai NO2

-) mg/L 3 1,0 0,06 Methode 8507

13 Ph - 6,5-8,5 6,5-9,0 6-9 Elektrometri:Colorimetri

14 Seng (Zn) mg/L 3 15 0,05 Methode 8009

15 Sianida (CN) mg/L 0,07 0,1 0,02 Methode 8027

16 Sisa Chlor mg/L - - - Methode 8021:Comprator

2000 +

17 Sulfat (SO4) mg/L 250 400 400 Methode 8051

18 Tembaga (Cu) mg/L 1 - 0,02 Methode 8506

19 Total Padatan Terlarut

mg/L 1000 1500 1000 Methode 8160

C. KIMIA ORGANIK

1 Zat Organik (sbg KMnO4)

mg/L - 10 - SNI 06-6989.22-2004

D.

MIKROBIOLOGI

1 Total Coliform Jlh/100

mL

0 50&10 1000 SNI 06-4158-1996

2 Faecal Coliform Jlh/100

mL

0 - 100 SNI 19-3957-1995

Catatan :

*). Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 Tangal 29 Juli 2002 Untuk Air Minum **). Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 Tanggal 03 September 1990 Utk.Air Bersih ***). Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tanggal 14 Desember 2001 ( Baku Mutu Kelas I ) Utk.Air Baku


(1)

LAMPIRAN E. Bagan Analisa Khlorin Bebas

Kuvet II

Sampel Air

Kuvet I

Diambil 10 ml kemudian

dimasukkan kedalam 2 tempat

Ditambahkan 3

tetes Reagen

Tetra Metyl

Benziidin

Diputar disc

clor sampai

diperoleh

warna standar

Hasil

Hasil

Diputar disc clor

sampai diperoleh

warna standar


(2)

LAMPIRAN F. Bagan Analisa Turbidity

Sampel Air

Kuvet I

Dimasukkan sampai tanda batas

kuvet

Hasil


(3)

LAMPIRAN G. Bagan Analisa Daya Hantar Listrik

Sampel Air

Masukkan dalam

Beaker Glass 500 ml

Masukkan Probe Alat

Conductivity meter

Hasil


(4)

LAMPIRAN H. Bagan Analisa Mangan (Mn)

Kuvet II

Sampel Air

Kuvet I

Dipipet 25 ml

Ditambahkan 1

Pillow Ascorbic

Acid dan

dihomogenkan

Ditambahkan 1 ml

larutan Alkalin

Cyanid

Dibaca dengan

spektro panjang

gelombang 560 nm

Hasil

Hasil

Ditambahkan 1

Pillow Ascorbic

Acid dan

dihomogenkan

Ditambahkan 1 ml

larutan Alkalin

Cyanid

Dibaca dengan

spektro panjang

gelombang 560 nm

Monodest


(5)

LAMPIRAN I. Bagan Analisa Nitrat (NO3)

Kuvet II

Sampel Air

Kuvet I

Dimasukkan 30 ml sampel ke dalam gelas

Ditambahkan 25

ml

Tekan Zero

Hasil

Hasil

Ditambahkan 1

Pillow Nitra ver 6

Nitrat reagen

Diaduk selama 3

menit dan dibiarkan

mengendap

Kadmium

Dipipet 25 ml

Ditambahkan 1

Pillow Nitri ver 3

Nitrit reagen

dihomogenkan

Dibaca dengan

spektro panjang

gelombang 425 nm


(6)

LAMPIRAN J : Daftar Standar Kadar Maksimum Untuk Air Minum, Air

Bersih dan Air Baku

No Parameter Satuan *).Kadar Maks. Utk Air Minum ** ).Kadar Maks. Utk Air Bersih *** ).Kadar Maks. Utk Air Baku Metode A. FISIKA

1 Warna Pt-Co 15 50 - Methode 8025

2 Rasa dan Bau - - - - -

3 Temperatur ºC Suhu

udara ±3ºC Suhu udara ±3ºC Suhu udara ±3ºC Methode 8160;Thermometer

4 Kekeruhan NTU 5 25 - Nephelometric

5 Daya Hantar Listrik (DHL)

Us/cm - - - Methode

8160;Elektrometri

B. KIMIA ANORGANIK

1 Alkalinitas mg/L - - - Methode 8203

2 Aluminium (Al) mg/L 0,2 - - Methode 8012:8326

3 Ammonia (NH3-N) mg/L 1,5 - 0,5 Methode 8038

4 Besi (Fe) mg/L 0,3 1,0 0,3 Methode 8008

5 Flouride (F) mg/L 1,5 1,5 0,5 Methode 8029

6 Sulfida (H2S) mg/L 0,05 - 0,002 Methode 8131

7 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 500 - Methode 8213

8 Klorida (Cl-) mg/L 250 600 - SNI 06-6989.19-2004

9 Kromium (Cr6+) mg/L 0,05 0,05 - Methode 8023

10 Mangan (Mn) mg/L 0,1 0,5 0,1 Methode 8149

11 Nitrat (sebagai NO3

-) mg/L 50 10 10 Methode 8192

12 Nitrit (sebagai NO2

-) mg/L 3 1,0 0,06 Methode 8507

13 Ph - 6,5-8,5 6,5-9,0 6-9 Elektrometri:Colorimetri

14 Seng (Zn) mg/L 3 15 0,05 Methode 8009

15 Sianida (CN) mg/L 0,07 0,1 0,02 Methode 8027

16 Sisa Chlor mg/L - - - Methode 8021:Comprator

2000 +

17 Sulfat (SO4) mg/L 250 400 400 Methode 8051

18 Tembaga (Cu) mg/L 1 - 0,02 Methode 8506

19 Total Padatan Terlarut

mg/L 1000 1500 1000 Methode 8160

C. KIMIA ORGANIK

1 Zat Organik (sbg KMnO4)

mg/L - 10 - SNI 06-6989.22-2004

D.

MIKROBIOLOGI

1 Total Coliform Jlh/100

mL

0 50&10 1000 SNI 06-4158-1996

2 Faecal Coliform Jlh/100

mL

0 - 100 SNI 19-3957-1995

Catatan :

*). Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/Menkes/SK/VII/2002 Tangal 29 Juli 2002 Untuk Air Minum **). Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/Menkes/Per/IX/1990 Tanggal 03 September 1990 Utk.Air Bersih ***). Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tanggal 14 Desember 2001 ( Baku Mutu Kelas I ) Utk.Air Baku