Frenektomi

(1)

FRENEKTOMI

Oleh :

Isnandar, drg.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

FRENEKTOMI

Oleh :

Isnandar, drg.

Kepala Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial

Fakultas Kedokteran Gigi USU

Eddy A. Ketaren, drg. Sp.BM

NIP . 19530401 198003 1006


(3)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN...1

BAB II. DEFENISI dan TUJUAN...2

BAB III. INDIKASI...3

BAB IV. TEKNIK dan PROSEDUR PEMBEDAHAN...5

BAB V. KOMPLIKASI dan PENANGGULANGANNYA BAB VI. KESIMPULAN...17 DAFTAR PUSTAKA


(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

Dengan meningkatnya penduduk berusia lanjut, juga adanya kondisi patologis di rongga mulut, bedah pre prostetik menjadi bidang yang sangat penting dalam praktek kedokteran gigi. Bedah pre prostetik adalah suatu tindakan bedah mulut untuk mempersiapkan jaringan keras atau mukosa mulut guna pembuatan dental protesa yang baik stabilitas dan retensinya. Bedah pre prostetik tersebut bisa berupa prosedur yang sederhana berupa pengangkatan perlekatan frenulum yang tinggi di labial dan lingual, atau prosedur pembedahan rehabilitatif yang luas. Prosedur bedah pengangkatan perlekatan frenulum ini disebut dengan Frenektomi. (Pedersen, 1996).


(5)

BAB II

DEFENISI dan TUJUAN

Frenektomi adalah salah satu prosedur bedah pre prostetik, prosedur sederhana dimana sebagian atau seluruh frenulum yang bermasalah dibuang secara bedah dengan tujuan untuk mengembalikan keseimbangan kesehatan mulut dan retensi dan stabilitas gigi tiruan. Umumnya dilakukan dengan lokal anestesi. Perlekatan frenulum labial, terdiri dari kumpulan jaringan fibrosa tipis yang ditutupi mukosa, memanjang dari bibir dan pipi ke periosteum alveolar. Level perlekatan frenulum bervariasi dari tinggi vestibulum sampai puncak ridge alveolar dan bahkan ke daerah insisal papila di maksila anterior. Pembuangan frenulum lingual di bawah lidah disebut lingual frenektomi (angkilotomi) yang dilakukan pada penderita tongue tie (angkiloglosia). Segera setelah bedah minor dilakukan, lidah dapat dijulurkan keluar mulut dimana sebelumnya tidak dapat dilakukan. (Peterson, 2003).


(6)

BAB III INDIKASI

Dalam banyak kasus, penempatan suatu gigi palsu lengkap di maksila, atau prosedur orthodonsi untuk menutup celah pada gigi anterior pada orang lebih muda memerlukan pembuangan frenulum labial, terutama jika hipertrofi (Gbr-1). Juga, pada mandibula, frenum lingual dapat membuat permasalahan, menyebabkan angkiloglosia lengkap atau parsial (Gbr-2). Kasus ini berkaitan dengan perlekatan frenulum ke dasar mulut atau ke mukosa alveolar gigi. Mungkin ini adalah hasil dari suatu frenulum yang sangat pendek yang menyambung ke ujung lidah. Angkiloglosia (tongue tie) sangat membatasi bergeraknya lidah, sehingga sulit untuk berbicara. (Fragiskos, 2007).

Selain itu perlekatan frenulum yang tidak normal ini maupun keadaan frenulum yang hipertrofi seringkali menimbulkan masalah bagi penderitanya. Kelainan ini menimbulkan gangguan estetika, membatasi pergerakan bibir maupun lidah, mengganggu susunan gigi serta menarik gingiva menjauh dari gigi sehingga terjadi resesi (Pedlar, 2001).

Selain frenulum labial di midline dapat menyebabkan diastema, dan frenulum lingual yang menyebabkan lidah terikat (tounge tie), perlekatan frenulum umumnya tidak menimbulkan masalah selama gigi-gigi tetap berkontak. Namun dalam pembuatan gigi tiruan, frenulum yang mengalami hipertrofi ataupun frenulum dengan perlekatan tidak normal dapat menyulitkan dan tidak jarang menyebabkan kegagalan. Kegagalan ini terjadi akibat kedudukan protesa yang kurang retentif dan menimbulkan rasa sakit pada saat gigi tiruan dipakai atau dalam keadaan fungsi. (Peterson, 2003)

Untuk mencegah akibat yang ditimbulkan oleh kelainan frenulum ini, beberapa ahli mengindikasikan suatu tindakan pembedahan guna memperbaiki keadaan frenulum yang tidak normal tersebut (Pedlar, 2001).


(7)

Gbr-1. Hipertfrofi frenulum labial


(8)

BAB IV

TEKNIK dan PROSEDUR PEMBEDAHAN

IV.1. Teknik Frenektomi Labial Maksila.

Eksisi frenulum labial mudah, dan memungkinkan menggunakan berbagai tehnik. Metoda pada umumnya dikerjakan adalah eksisi yang menggunakan dua hemostat. Dalam kasus ini, prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut. Setelah anastesi lokal, bibir ditarik ke atas, dan frenulum dijepit menggunakan dua buah hemostat bengkok, yang ditempatkan pada margin superior dan inferior (gbr-3 dan gbr-4). Bibir kemudian ditarik kembali, dan sebuah mata pisau bedah tipis menginsisi jaringan yang berada dibelakang hemostat, pertama dibelakang hemostat yang bawah, dan kenudian di belakang hemostat bagian atas (gbr-5 dan gbr-6). Jika frenulum hipertrofi dan adanya suatu jarak/ruang yang besar antara gigi seri pertama, jaringan yang ada diantaranya dan dibelakang gigi seri pertama juga diangkat (gbr-7 dan gbr-8). Jahitan interrupted ditempatkan sepanjang tepi lateral dari luka pada arah linier, setelah mukosa dari tepi luka di undermined/digangsir menggunakan gunting (gbr-9, gbr-10, dan gbr-11). (Fragiskos, 2007)

Gbr-3 a,b. Kasus karakteristik dari perlekatan frenulum labial maksila yang rendah, ortodontis merekomendasi untuk di buang

Gbr-4 a,b. Margin superior & inferior dari frenulum dijepit dua hemostat bengkok. a. Ilustrasi. b. gambaran klinis.


(9)

Gbr-5 a,b. Langkah awal eksisi dari frenulum dengan skapel kontak dengan permukaan posterior dari hemostat yang bawah. a. ilustrasi. b. gambaran klinis.

Gbr-6 a,b. Langkah akhir dari eksisi frenulum, insisi dibelakang hemostat yang atas a.ilustrasi. b.gambaran klinis

Gbr-7 a,b. Lapangan pembedahan setelah frenektomi a. ilustrasi. b. gambaran klinis

Gbr-8 a,b. Pembuangan jaringan hipertrofi di antara dan dibelakang gigi insisivus sentral. a.ilustrasi. b.gambaran klinis.


(10)

Gbr-9 a,b. Undermining / penggangsiran jaringan mukosa tepi luka dari jaringan asal.

Gbr-10 a,b. jahitan pertama ditempatkan ditengah luka untuk memudahkan penjahitan selanjutnya a. ilustrasi b. gambaran klinis

Gbr-11 a. setelah penjahitan. b. gambaran klinis postoperative 3 bulan kemudian

IV.2. Frenektomi frenulum labial pada kasus ortodonti

Prosedur frenektomi yang dilakukan sama untuk kasus diastema dalam ortodonti sama seperti pada kasus prostodonti hanya setelah dilakukan penjahitan terdapat prosedur tambahan (Gambar 12) (Kruger, 1974) :

 Insisi mukoperiosteum berbentuk V dari antara insisif sentral turun ke tulang interseptal. Buang jaringan pada ruang interdental tersebut. Hati-hati agar leher gigi tidak terbuka.


(11)

 Berikan pack yang diaduk dengan ZOE di daerah ini untuk mencegah jembatan jaringan frenulum tumbuh. Pertahankan pack selama 5 hari.

Gambar 12. Lanjutan teknik frenektomi labial

IV.3. Frenektomi lingual

Pembuangan frenulum lingual juga suatu prosedur yang sederhana, yang bisa dilakukan dengan atau tanpa bantuan dari sebuah hemostat.

Tehnik Yang Menggunakan Hemostat

Setelah anatesi lokal, lidah ditarik keatas dan ke posterior/belakang, dengan suatu benang yang dijahit pada ujung lidah. Frenulum kemudian dipegang/dijepit kira-kira pada tengah dari panjang vertical dengan sebuah hemostat lurus yang mana sejajar ke dasar mulut (gbr-13).

Menggunakan sebuah scalpel bagian yang dijepit dari jarinagn dieksisi. Pertama diatas hemostat, kemudian dibawahnya (gbr.-14 dan gbr.-15). Tepi luka kemudian diundermined/digangsir dengan guntuing dan jahitan interupterd ditempatkan (gbr.-16, gbr.-17, dan gbr.-18). (Fragiskos, 2007)


(12)

Gbr-13 a. Frenulum lingual (angkiloglosia) membutuhkan pembedahan. b. pengangkatan lidah keatas dengan bantuan sebuah benang dan frenulum

diretraksi (ditarik kembali) dengan sebuah hemostat lurus untuk memudahakan pembuangan

Gbr-14 a,b. Langkah pertama frenektomi, scalpel selalu kontak rapat dengan permukaan atas hemostat. a. ilustrasi. b. gambaran klinis.

Gbr-15 a,b. Langkah kedua frenektomi, meliputi bagian bawah hemostat, prosedur ini sama dengan yang ditunjukkan pada gbr-14.

Gbr-16 a,b. Lapangan pandang pembedahan setelah pembuangan frenulum. a. ilustrasi. b. gambaran klinis.


(13)

Gbr-17 a,b. Undermining / penggangsiran mukosa pada tepi luka dari jaringan asal. a. ilustrasi. b. gambaran klinis

Gbr-18 a,b. lokasi operasi setelah penjahitan. a. ilustrasi. b. gambaran klinis.

Tehnik Tanpa Bantuan Hemostat

Frenulum lingual dibuang dengan sebuah skalpel tanpa bantuan dari sebuah hemostat. Lebih rinci, setelah menarik lidah keatas, frenulum diinsisi dengan pemusatan insisi, pertama pada perlekatan lingual dan kemudian di sisi yang lain. Setelah frenulum bebas dan lidah bebas, lidah ditarik kembali lebih lanjut setinggi superior dan posterior untuk memudahkan pembuangan frenulum yang lebih, yang masih pada tempatnya. Setelah pembuangan frenulum, tepi luka di undermined/digangsir diikuti dengan penjahitan, seperti yang diuraikan dalam kasus sebelumnya (gbr.-19 s/d gbr.-23).

Karena perlekatan frenulum lingual dekat ke pembuluh darah vena lingual dalam dan kelenjar ludah submandibular, perhatian harus lebih hati-hati, sehinga dapat dihindarkan trauma atau luka sepanjang prosedur pembedahan. (Fragiskos, 2007).


(14)

Gbr-19 Eksisi frenulum lingual (kasus angkiloglosia) menggunakan tehnik tanpa bantuan hemostat.

Gbr-20 Lidah diangkat keatas dengan benang yang ditempatkan pada ujung lidah.

Gbr-21. Eksisi frenulum dengan memusatkan insisi ke arah dasar lidah.

Gbr-22. Undermining / penggangsiran tepi luka dengan gunting.

Gbr-23. Lokasi operasi setelah penjahitan ditempatkan.

IV.4. Teknik Z-Plasty

Teknik ini digunakan untuk pembedahan frenulum yang mengalami hipertrofi. Dengan teknik ini tegangan didistribusikan berseberangan bukan di sepanjang insisi sehingga jaringan parut kurang. Teknik ini menghancurkan garis jaringan parut sehingga jaringan parut tidak teralu terlihat. Prosedur pembedahannya adalah sebagai berikut (gambar-24) (Gans, 1972) :


(15)

 Periksa hipertrofi frenulum dan tentukan perluasannya ke papila insisivum. Visualisasi terbaik adalah dengan menarik bibir ke atas dan ke depan.

 Eksisi bagian tengah papila sedekat mungkin ke maksila. Akan terjadi defek jaringan selebar 2 mm.

 Buatlah dua segitiga sama besar di tiap sisi insisi sehingga apeks tiap segitiga beradap pada inisisi. Pilihlah flap yang sesuai untuk transposisi dan lakukan insisi menembus periosteum.

 Lepaskan flap dari kedudukannya dengan periostel elevator. Potong setiap ikatan jaringan ikat dengan skalpel.

 Transposisikan flap jaringan ke tempat yang sesuai.

 Jahit mukoperiosteum dengan benang silk 4-0 pada posisi transposisi.


(16)

BAB V

KOMPLIKASI dan PENANGGULANGANNYA

Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada pembedahan frenulum adalah sebagai berikut (Kruger 1974) :

1. Perdarahan

Perdarahan ini dapat terjadi selama operasi ( perdarahan primer ) atau beberapa jam sampai beberapa hari setelah pembedahan (perdarahan sekunder). Perdarahan ini dapat terjadi oleh sebab lokal atau sistemik. Penyebab lokal biasanya meliputi lepasnya bekuan darah, luka yang terinfeksi, trauma pada luka atau lepasnya jahitan. Sedangkan penyebab sistemik dapat berupa kelainan darah.

Penanggulangan dengan melakukan pembersihan daerah luka serta penekanan dengan kasa dibasahi vasokonstriktor lokal, kompres dingin dan penjahitan atau pemberian coagulation promoting agent seperti gelatin sponge, thrombin, dan lain-lain. Bila tindakan tersebut tidak dapat mengatasi perdarahan sebaiknya dikonsulkan ke bagian penyakit dalam.

2. Pembengkakan

Biasanya terjadi karena trauma yang berlebihan atau karena infeksi. Penanggulangannya dapat dikontrol dengan kompres dingin yaitu dengan kantung es atau kain dingin.

3. Infeksi

Untuk mencegah infeksi dianjurkan untuk memelihara kebersihan mulut dan diberi obat kumur antiseptik. Apabila infeksi telah terjadi, tindakan lokal yang perlu dilakukan adalah mengirigasi luka dengan NaCl fisiologis hangat serta pengulasan antiseptik pada tepi luka, diberikan pula obat antibiotik.

4. Rasa sakit yang berlebihan

Keadaan ini biasanya timbul karena pergerakan bibir, pipi, atau lidah pada saat berbicara atau pada waktu mengunyah. Penanggulangannya diberikan obat analgetik, obat kumur antiseptik yang hangat.


(17)

BAB VI KESIMPULAN

Kelainan frenulum tidak hanya menyebabkan gangguan estetik, diastema gigi dan stabilisasi serta retensi gigi tiruan, tetapi juga menyebabkan menurunnya kesehatan gingiva dan gangguan fisiologis seperti bicara, mengunyah serta kesukaran penelanan

Untuk menanggulangi kelainan bentuk anatomi frenulum terdapat beberapa teknik pembedahan. Pemilihan macam teknik yang dapat digunakan tergantung kasus dan ketrampilan operator.

Komplikasi yang dapat terjadi sesudah dilakukan pembedahan antara lain : perdarahan, pembengkakan, infeksi, rasa sakit yang berlebihan.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Fragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.

2. Gans, B. 1972. Atlas of Oral Surgery. 2nd ed. C.V Mosby. Saint Louis. 3. Kruger, O.G. 1975. Textbook of Oral Surgery. 4th ed. C.V. Mosby. Saint

Louis.

4. Pedlar, J. 2001. Oral and Maxillofacial Surgery. 1st ed. Churchill Livingstone. Spain.

5. Peterson, L.J. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed. Mosby. Saint Louis.


(1)

Gbr-17 a,b. Undermining / penggangsiran mukosa pada tepi luka dari jaringan asal. a. ilustrasi. b. gambaran klinis

Gbr-18 a,b. lokasi operasi setelah penjahitan. a. ilustrasi. b. gambaran klinis.

Tehnik Tanpa Bantuan Hemostat

Frenulum lingual dibuang dengan sebuah skalpel tanpa bantuan dari sebuah hemostat. Lebih rinci, setelah menarik lidah keatas, frenulum diinsisi dengan pemusatan insisi, pertama pada perlekatan lingual dan kemudian di sisi yang lain. Setelah frenulum bebas dan lidah bebas, lidah ditarik kembali lebih lanjut setinggi superior dan posterior untuk memudahkan pembuangan frenulum yang lebih, yang masih pada tempatnya. Setelah pembuangan frenulum, tepi luka di undermined/digangsir diikuti dengan penjahitan, seperti yang diuraikan dalam kasus sebelumnya (gbr.-19 s/d gbr.-23).

Karena perlekatan frenulum lingual dekat ke pembuluh darah vena lingual dalam dan kelenjar ludah submandibular, perhatian harus lebih hati-hati, sehinga dapat dihindarkan trauma atau luka sepanjang prosedur pembedahan. (Fragiskos, 2007).


(2)

Gbr-19 Eksisi frenulum lingual (kasus angkiloglosia) menggunakan tehnik tanpa bantuan hemostat.

Gbr-20 Lidah diangkat keatas dengan benang yang ditempatkan pada ujung lidah.

Gbr-21. Eksisi frenulum dengan memusatkan insisi ke arah dasar lidah.

Gbr-22. Undermining / penggangsiran tepi luka dengan gunting.

Gbr-23. Lokasi operasi setelah penjahitan ditempatkan.

IV.4. Teknik Z-Plasty

Teknik ini digunakan untuk pembedahan frenulum yang mengalami hipertrofi. Dengan teknik ini tegangan didistribusikan berseberangan bukan di sepanjang insisi sehingga jaringan parut kurang. Teknik ini menghancurkan garis jaringan parut sehingga jaringan parut tidak teralu terlihat. Prosedur pembedahannya adalah sebagai berikut (gambar-24) (Gans, 1972) :


(3)

 Periksa hipertrofi frenulum dan tentukan perluasannya ke papila insisivum. Visualisasi terbaik adalah dengan menarik bibir ke atas dan ke depan.

 Eksisi bagian tengah papila sedekat mungkin ke maksila. Akan terjadi defek jaringan selebar 2 mm.

 Buatlah dua segitiga sama besar di tiap sisi insisi sehingga apeks tiap segitiga beradap pada inisisi. Pilihlah flap yang sesuai untuk transposisi dan lakukan insisi menembus periosteum.

 Lepaskan flap dari kedudukannya dengan periostel elevator. Potong setiap ikatan jaringan ikat dengan skalpel.

 Transposisikan flap jaringan ke tempat yang sesuai.

 Jahit mukoperiosteum dengan benang silk 4-0 pada posisi transposisi.


(4)

BAB V

KOMPLIKASI dan PENANGGULANGANNYA

Komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi pada pembedahan frenulum adalah sebagai berikut (Kruger 1974) :

1. Perdarahan

Perdarahan ini dapat terjadi selama operasi ( perdarahan primer ) atau beberapa jam sampai beberapa hari setelah pembedahan (perdarahan sekunder). Perdarahan ini dapat terjadi oleh sebab lokal atau sistemik. Penyebab lokal biasanya meliputi lepasnya bekuan darah, luka yang terinfeksi, trauma pada luka atau lepasnya jahitan. Sedangkan penyebab sistemik dapat berupa kelainan darah.

Penanggulangan dengan melakukan pembersihan daerah luka serta penekanan dengan kasa dibasahi vasokonstriktor lokal, kompres dingin dan penjahitan atau pemberian coagulation promoting agent seperti gelatin sponge, thrombin, dan lain-lain. Bila tindakan tersebut tidak dapat mengatasi perdarahan sebaiknya dikonsulkan ke bagian penyakit dalam.

2. Pembengkakan

Biasanya terjadi karena trauma yang berlebihan atau karena infeksi. Penanggulangannya dapat dikontrol dengan kompres dingin yaitu dengan kantung es atau kain dingin.

3. Infeksi

Untuk mencegah infeksi dianjurkan untuk memelihara kebersihan mulut dan diberi obat kumur antiseptik. Apabila infeksi telah terjadi, tindakan lokal yang perlu dilakukan adalah mengirigasi luka dengan NaCl fisiologis hangat serta pengulasan antiseptik pada tepi luka, diberikan pula obat antibiotik.

4. Rasa sakit yang berlebihan

Keadaan ini biasanya timbul karena pergerakan bibir, pipi, atau lidah pada saat berbicara atau pada waktu mengunyah. Penanggulangannya diberikan obat analgetik, obat kumur antiseptik yang hangat.


(5)

BAB VI KESIMPULAN

Kelainan frenulum tidak hanya menyebabkan gangguan estetik, diastema gigi dan stabilisasi serta retensi gigi tiruan, tetapi juga menyebabkan menurunnya kesehatan gingiva dan gangguan fisiologis seperti bicara, mengunyah serta kesukaran penelanan

Untuk menanggulangi kelainan bentuk anatomi frenulum terdapat beberapa teknik pembedahan. Pemilihan macam teknik yang dapat digunakan tergantung kasus dan ketrampilan operator.

Komplikasi yang dapat terjadi sesudah dilakukan pembedahan antara lain : perdarahan, pembengkakan, infeksi, rasa sakit yang berlebihan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Fragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral Surgery. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany.

2. Gans, B. 1972. Atlas of Oral Surgery. 2nd ed. C.V Mosby. Saint Louis.

3. Kruger, O.G. 1975. Textbook of Oral Surgery. 4th ed. C.V. Mosby. Saint Louis.

4. Pedlar, J. 2001. Oral and Maxillofacial Surgery. 1st ed. Churchill Livingstone. Spain.

5. Peterson, L.J. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery. 4th ed. Mosby. Saint Louis.