Beberapa Energi Alternatif Yang Terbarukan Dan Proses Pembuatannya
BEBERAPA ENERGI ALTERNATIF YANG TERBARUKAN PROSES PEMBUATANNYA
Melvin Emil Simanjuntak*)
*)Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan
DAN
Abstrak Pada saat ini sangat dibutuhkan energi alternatif yang merupakan pengganti bahan bakar minyak yang cadangannya terus berkurang dan akan lebih baik bila lebih ramah lingkungan. Beberapa jenis tanaman ternyata telah terbukti dapat digunakan sebagai sumber energi. Selain mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, terbarukan, memiliki nilai ekonomis untuk dibudidayakan juga lebih ramah lingkungan. Dengan mengubah kandungan lemak yang ada pada beberapa tanaman melalui proses transesterifikasi dapat diperoleh senyawa ester yang dapat menggantikan minyak solar, dengan fermentasi gula dapat diperoleh etanol sebagai pengganti bensin, dan dengan memproses kotoran dengan bakteri anaerob dapat diperoleh biogas. Dengan pengolahan yang baik akan dapat diperoleh hasil yang memadai.
Kata-kata kunci: Biodiesel, Minyak jarak, Ethanol, Biogas
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling kaya sumber keanekaragaman hayatinya dan didukung dengan iklim yang sangat baik merupakan tempat tumbuhnya berbagai tanaman termasuk tanaman yang dapat menghasilkan energi alternatif. Tanaman-tanaman itu sudah cukup dikenal seperti sawit, kelapa, jarak, singkong, tebu dan lain-lain. Dengan kondisi itu juga otomatis akan mempengaruhi makhluk hidup lainnya seperti ternak dan manusianya. Beberapa proses pembuatan bahan bakar alternatif telah banyak diketahui tetapi belum cukup luas secara detail diketahui oleh masyarakat kita. Beberapa proses itu dapat diuraikan seperti yang ada di bawah ini:
Biodiesel dari minyak goreng bekas Biodiesel dari minyak nabati baik CPO,
CPKO/CNO ataupun minyak goreng baru/ bekas dengan proses transesterifikasi, yaitu mereaksikannya dengan alkohol (methanol atau ethanol) dengan katalis basa kuat. Reaksi Transesterifikasi:
CH2COOR
basa
CHCOOR + 3CH3OH
CH2OH2CH-OH
CH2COOR
+ 3CH3COOR
Trigliserida+Metanol
Metil ester+Gliserol
Metode yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: Tahap Pertama: 1. Bersihkan minyak bekas dari kotoran padat
dengan cara menyaring.
2. Buang kandungan airnya dengan cara memanaskan minyak sampai sekitar 1200C selama ± 10 menit sampai gelembung air tidak ada lagi.
3. Dinginkan kembali minyak 4. Ukur volume minyak yang akan diproses 5. Tuang minyak ke dalam tabung reaksi yang
terbuat dari stainless steel ataupun polypropilen yang dilengkapi mixer yang dapat berputar pada 500 ~ 600 rpm. 6. Panaskan pada temperature 45~520C selama ± 60 menit sambil terus diputar 7. Tuang ¾ bagian methoxide pada pertengahan proses perlahan-lahan 8. Setelah 60 menit hentikan pengadukan dan pemanasan serta endapkan campuran minyak selama ± 12 jam 9. Pisahkan gliserin yang terbentuk
Tahap Kedua: 1. Masukkan kembali minyak ke tabung reaksi 2. Panaskan kembali minyak pada suhu
48~550C dan aduk selama 60 menit 3. Pada pertengahan proses tuang ¼ bagian sisa
methoxide dan terus aduk selama 60 menit. 4. Setelah 60 menit hentikan pemanasan dan
pengadukan. 5. Endapkan selama ± 12 jam 6. Pisahkan gliserin yang bentuknya seperti agar-
agar berwarna coklat 7. Cuci minyak dari sabun dan sisa katalis dengan
air bersih caranya tuang air bersih ke dalam tabung dengan jumlah volume yang sama dengan minyak dan aduk terus sampai ± 3 jam kemudian diendapkan. Minyak akan mengambang di atas air buang airnya.
288 Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan… (Melvin Emil Simajuntak)
8. Lakukan pemanasan sampai 1200C sampai gelembung air habis. Setelah itu ukur pH minyak, di mana harus berada pada angka 7± 0,25.
Pembuatan methoxide: Methoxide merupakan campuran methanol
dengan KOH atau NaOH, lakukan titrasi terlebih dahulu untuk mengetahui berapa KOH yang dibutuhkan. Cara titrasi: 1. Buat larutan 0,1 % volume KOH yaitu larutkan 1
gram KOH ke dalam 1 liter air distilasi. 2. Larutkan 1 ml minyak bekas ke dalam 10 ml
isoprophyl alcohol murni dan 0,1 ml phenolphthalein untuk memudahkan pengukuran gunakan jarum suntik kecil 3. Masukkan larutan nomor 1 di atas ke dalam larutan nomor 2 di atas ml demi ml sambil diaduk dan catat banyaknya kemudian hentikan setelah larutan berwarna pink diam selama beberapa saat. 4. Jumlah KOH yang digunakan adalah 3,5 + jumlah mililiter larutan 0,1 % KOH yang dicampur ke larutan minyak-isoprophyl alkohol dan phenolphthalein
Setelah jumlah KOH yang harus dibuat diketahui maka dibuat methoxide dengan cara: Larutkan jumlah KOH yang dibutuhkan sesuai titrasi ke dalam methanol dan aduk dalam tempat yang tertutup. Jumlah methanol yang dibutuhkan untuk tiap liter minyak adalah 0,25 liter. Simpan di tempat yang tertutup sebelum dipakai
Untuk pembuatan biodiesel dengan minyak goreng yang masih baru maka tidak dibutuhkan titrasi, jumlah katalis basa yang dibutuhkan adalah 3,5 gram per liter minyak sedang langkah prosesprosesnya sama. Proses ini juga dapat dilakukan tanpa pemanasan tetapi akan membutuhkan waktu lebih lama.
Biodiesel
Endapan air
1. Degumming: yaitu penghilangan getah (gum) di mana bahan baku minyak dicampur dengan larutan H3PO4 dan diaduk selama ± 30 menit
2. Bleaching: di mana bahan baku minyak dicampur dengan bleaching earth untuk memucatkan warna menjadi agak kuning dengan cara pengadukan
3. Deodorizing: penghilangan bau dengan beberapa tahap pemanasan
Setelah itu dilanjutkan dengan proses transesterifikasi. Perlu diketahui bahwa reaksi ini bersifat reversible maka jumlah alkoholnya diusahakan lebih supaya kesetimbangan reaksi bergeser ke kanan dan reaksi dapat berlangsung secara komplit. Sisa alkohol dapat diambil dengan penyulingan yaitu pemanasan minyak pada temperatur sekitar 67 ~ 70 0C, kemudian dievaporasikan dan sisa alkohol ini dapat digunakan kembali.
2. Minyak Jarak Pengganti Solar
Tanaman Jarak (Jatropha Curcas L) sangat potensial dikembangkan untuk mendapatkan biodiesel, tanaman ini merupakan tanaman semak yang tumbuh subur pada daerah beriklim panas/tropis dan curah hujan 200~1500 mm/tahun. Biji jarak mengandung sekitar 35 – 45% berbagai trigliserida yang berasal dari asam asam lemak risinoleat, palmitat, stearat, dan kurkolat. Kandungan yang terbesar adalah asam risinoleat yang dapat mencapai 90% dari bermacam-macam trigliserida tadi dan merupakan bahan dasar dari minyak jarak. Wujud minyak jarak ini seperti minyak goreng, kental, licin dan baunya tidak mencolok.
Gambar 1: Biodiesel setelah proses pencucian
Sedangkan untuk bahan baku yang berasal dari CPO/CPKO/CNO maka harus didahului dengan proses pretreatment yaitu pengkondisian minyak supaya siap direaksikan. Proses pretreatment ini adalah:
Gambar 2: Jarak pagar (Jatropha urcas)
Beberapa keuntungan dari tanaman jarak pagar adalah:
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 – April 2005: 287 – 293
289
1. Tahan terhadap kekeringan sehingga dapat ditanami pada daerah beriklim gurun dan dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, sekalipun berpasir, berbatu atau memiliki kadar garam.
2. hanya membutuhkan sedikit pengelolaan/ perawatan
3. tidak membutuhkan pengawasan khusus terhada gulma/hama
4. tumbuh dengan cepat dan stabil setelah beberapa bulan
5. mulai menghasilkan buah pada tahun kedua sampai berumur sekitar 40 tahun.
6. Daging buah setelah ekstraksi minyak merupakan pupuk organik yang unggul (38% protein dengan rasio NPK: 2,7:1,2:1)
7. dapat menghasilkan buah sepanjang tahun 8. selain menghasilkan minyak, daun dan kulit
dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri dan farmasi. 9. minyak yang dihasilkan dari biji dapat digunakan untuk mesin diesel tanpa modifikasi, vernish, penerangan, lilin, sabun, anti hama, 10. untuk keperluan industri lainnya: bijinya yang ditumbuk juga dapat untuk penyamaan kulit dan akar untuk keperluan pewarnaan tekstil. 11. untuk keperluan farmasi: biji sebagai obat pencahar, antihelminithic dan sebagai bahan pengisi pada obat – obatan untuk: reumatik, gatal dan penyakit kulit, demam, sakit kuning dan gonorrhoea, diuretic, pencuci mulut; daun sebagai haemostatic agent, penutup luka.
Proses pembuatan minyak jarak: 1. Biji jarak kering dikukus selama ± 1 jam 2. Kemudian diblender/giling supaya menjadi
seperti bubur dan mudah untuk diperas 3. Dipress untuk mengeluarkan minyaknya 4. Disaring untuk membuang kotoran
Pengupasan kulit biji
Perebusan
Penghancuran (Blender)
Pengepresan
Penyaringan
Gambar 3: Skema proses pembutan minyak jarak
Spesifikasi minyak jarak:
Kandungan Energi
39600~41800 kJ/kg
Berat spesifik (40 0C) 0,91 ~ 0,92 kg/ ltr
Titik beku (0C)
2,0
Flas point (0C)
110 ~ 240
Cetana value
51,0
Sulphur content
0,13 ppm
Pour point (0C)
8
Proses di atas dapat dipersingkat dengan menggabungkan proses penghancuran dan pengepresan sekaligus dengan menggunakan satu alat yaitu ekspeller. Alat ini digerakkan oleh motor listrik/mesin diesel. Alat ini juga melakukan penghancuran dan pengepresan secara kontinu sehingga dapat menyederhanakan kerja sekaligus memaksimalkan output proses pembuatan minyak jarak. Minyak jarak ini dapat langsung dipakai ke mesin atau dengan membuatnya menjadi biodiesel melalui proses transesterifikasi, sebagaimana halnya pada pembuatan biodiesel dari minyak sawit.
Gambar 4: Expeller sederhana
Gambar 5: Potongan expeller tampak samping
3. Bioethanol
Proses pembuatan ethanol ada 2 jenis yaitu: 1. Sintesa alkohol dengan bahan baku ethylene
hasilnya disebut ethanol sintetis.
290 Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan… (Melvin Emil Simajuntak)
2. Proses biokimia melalui fermentase produk pertanian seperti singkong atau tebu, ethanol ini dikenal dengan nama bioethanol.
Proses biokimia ini terdiri atas 4 langkah yaitu: 1. Persiapan bahan baku untuk fermentase
Hal ini bergantung pada bahan baku. Untuk molasses (tebu) persiapannya lebih sederhana yaitu penambahan air sesuai dengan yang diinginkan. Untuk singkong lebih kompleks lagi di mana singkong terlebih dahulu harus dirubah ke bentuk gula dengan menggunakan asam atau enzim sehingga diperoleh kondisi yang cocok untuk proses fermentasi. Proses pengubahan singkong ke bentuk gula/monosakarida (glukosa) dengan menggunakan enzim α amilase pada fasa liquefaction dan Glukoamilase atau β amilase untuk fasa saccarification.
2. Persiapan agen fermentase dan fermentase Persiapan agen fermentase: tahap ini disebut juga inoculum yaitu untuk memperoleh jumlah mikroba yang cukup sesuai dengan kemampuan mikrobanya dan harus bebas dari mikroba yang tidak diinginkan. Pada saat ini dilakukan penyesuaian untuk mengontrol kondisi fermentase seperti laju aerasi, laju agitasi, nilai pH dan temperatur. Untuk fermentasi singkong dibutuhkan ragi saccharomyces cerevisiae. Fermentasi: bahan baku yang sudah siap dituangkan ke dalam fermentor. Fermentasi adalah proses biokimia di mana ragi mengubah glukosa (gula) menjadi alkohol pada lingkungan yang bersifat anaerobik murni. Proses ini membutuhkan waktu 2 -3 hari dengan yield alkohol yang diperoleh adalah 8 – 12% volume. Secara teoritis ragi dapat mengkonversi sampai 51,1% alkohol dan 48,9% karbon dioksida dan ini merupakan suatu reaksi yang bersifat eksotermis.
Secara praktis hanya sekitar 95% glukosa yang
dirubah menjadi alkohol sedang sisanya 5% terdiri
dari beberapa unsur:
Acetaldehid
0,0 ~ 0,03 %
Acetic acid
0,05 ~ 0,25 %
Glycerine
2,4 ~ 3,6 %
Lactic acid
0,0 ~ 0,2 %
Succinic acid
0,5 ~ 0,77 %
Fusel oil
0,25 ~ 0,5 %
Furfural
sangat kecil
3. Pemisahan dan pemurnian ethanol Pada tahap ini ethanol yang berkadar
8~12% volume dipisahkan dari larutan fermentasi dengan pencucian, atau partial transformation di mana kemurnian ethanol yang diperoleh mencapai 95,6%. Sedang untuk bahan bakar kemurniannya harus mencapai 99,5% dan proses pemurnian selanjutnya adalah extractive transformation.
4. Pemanfaatan hasil samping dan limbah pabrik ethanol
- Air pencucian dapat dikonversi menjadi pupuk biologis, makanan ternak, dan biogas.
- Karbon dioksida dapat dimurnikan dan ditransformasi untuk pendingin soft drink, soda, es kering, dan industri pemadam kebakaran, insektisida, dan herbisida.
Spesifikasi Ethanol:
Rumus kimia Berat molekul
CH3-CH2-OH 46
Persen massa oksigen
34,8
Titik didih
78,3
Bilangan setana
8
Bilangan oktana
108
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 – April 2005: 287 – 293
291
Gambar 6: Skema proses pembuatan bioethanol
Biogas dari Kotoran Ternak
Biogas merupakan merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, karena diproses secara alami, gas ini merupakan campuran beberapa gas yang tergolong sebagai bahan bakar di mana gas yang dominan adalah CH4 dan yang lain yang jauh lebih kecil adalah CO2, NO2, SO2, dan lain-lain. Biogas ini memiliki nilai kalor yang cukup tinggi yaitu pada kisaran 4800~6700 kkal/m3, sedang gas methana murni nilai kalornya 8900 kkal/m3.
Bahan-bahan yang dapat menghasilkan biogas diantaranya adalah: kotoran hewan, kotoran manusia, dan limbah pertanian. Untuk kotoran sapi misalnya memiliki kandungan seperti tabel di bawah.
Tabel 1: Komposisi gas dari kotoran sapi
Jenis Gas
%
Methana (CH4) Karbondioksida (CO2) Nitrogen (N2) Karbonmonoksida (CO)
Oksigen (O2) Hidrogen Sulfida (H2S)
54 - 70 27 - 45 0,5 – 3,0
0,1 0,1 Sangat sedikit
Sedang potensi energi yang berasal dari kotoran mahluk hidup di Indonesia yang dapat menghasilkan biogas dapat dilihat seperti tabel di bawah.
Tabel 2: Potensi energi yang berasal dari
kotoran hewan di Indonesia
Jenis hewan
Populasi (juta)
Tinja (TBK sehari)
Biogas (m3/kg BK)
Energi (106 kcal sehari)
Sapi/
13,233 68,80 0,25 86,018
Kerbau
Kuda
0,675 2,43 0,25 3,038
Kambing 16,431 4,93 0,25 6,146
Domba
Babi 6,484 4,53 0,44 9,971
Itik, 117,654 4,11 0,60 12,330
Ayam
Manusia 185,000 112,44 0,40 24,880
Total
339,387
142,389
Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan biogas: 1. Bahan baku
Biogas akan terbentuk bila bahan baku berupa padatan berbentuk bubur halus atau butiran kecil 2. Derajat keasaman (pH) Bakteri anaerob akan giat bekerja pada pH 6,8 – 8 bila pH terlalu asam dapat ditambahkan bahan yang bersifat basa seperti kapur dan sebaliknya 3. Temperatur Suhu pembentukan biogas yang baik adalah sekitar 30–55 oC sesuai dengan lingkungan yang cocok untuk bakteri. 4. Pengenceran bahan baku Bahan baku perlu diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1
292 Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan… (Melvin Emil Simajuntak)
Metode Pembuatan Biogas Siapkan kotoran sapi dan air dalam jumlah
yang sama di mana volumenya hampir sama dengan digester. 1. Kedua bahan tersebut dicampur dalam wadah
terpisah agar cepat tercampur rata dapat dilakukan dengan pengaduk 2. Bila campuran masih tampak agak kental dapat ditambahkan sedikit lagi air. 3. Masukkan bahan kotoran ke dalam tangki pencerna dan biarkan selama 1 – 2 minggu. Gas yang diperoleh pada minggu pertama ini harus dibuang karena masih bercampur dengan udara.
Gambar 7: Instalasi biogas Keterangan gambar: 1. Saluran masuk kotoran 2. Digester ( tangki pemroses biogas) 3. Saluran masuk biogas (satu arah) 4. Tangki penampung biogas) 5. Sal uran keluar biogas ( satu arah) 6. Katup distribusi gas. 7. Tangki air (pemberi tekanan ke tangki 4) 8. Saluran air 9. Saluran keluar kotoran
5. Biogas dari Sampah Kota
Untuk menghasilkan biogas dari sampah kota pada prinsipnya sama seperti membuat biogas dari kotoran. Sampah diletakkan dalam suatu lubang raksasa yang sisi-sisinya kedap udara dan pada beberapa tempat dipasang sistem perpipaan. Pipa– pipa ini memiliki lubang-lubang sebagai jalan masuk gas yang dihasilkan bakteri kemudian ditempatkan di suatu tempat penampungan kemudian dimanfaatkan. Untuk sampah organik dalam jumlah yang sangat besar dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik.
Gambar 8: Instalasi pembuatan biogas dari sampah kota.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan: 1. Bahan bakar alternatif dapat diperoleh dari
beragam mahluk hidup 2. Sebagai pengganti bahan bakar minyak dapat
dibuat biodiesel dan bioethanol. Sedang pengganti gas dapat dibuat dari biogas 3. Proses produksi bahan bakar ini tidak membutuhkan teknologi yang rumit dan hasilnya lebih ramah terhadap lingkungan.
Saran: 1. Diperlukan usaha yang lebih giat untuk
mensosialisasikan pemakaian energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 2. Perlu dukungan dari semua pihak untuk menggali teknologi dan potensi untuk pemanfaatan dan pengembangan energi dari alternatif yang terbarukan.
Daftar Pustaka
B. Rice, W. Korbitz, 1997, Biodiesel Production Based on Waste Cooking Oil: Promotion of the Establishment of an Industry in Ireland, Oak Park Research Center
Graham Solomon, T. W, 1996., Organic Chemistry, University of South Florida 6th edition, John Wiley and Son Inc
Marek Walisewicz, 2002, Energi Alternatif, Erlangga
Paimin, Farry B., 1999, Alat Pembuat Biogas dari Drum, Penebar Swadaya
Ponten M. Naibaho, 2000Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.
Rose Ratzer and Max Norris, 2002, Evaluate Biodiesel made from Waste Fats and Oils, LCMR Work Program, Agriculture Utilization Research Institute
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 – April 2005: 287 – 293
293
Widiarto, Ir dan F.X Sudarto C, 2004, Membuat Biogas, Kanisius
Wiranto Arismunandar, 2002, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, ITB.
Yan Fauzi, Ir, Kelapa Sawit, 2004, edisi revisi, Penebar Swadaya
www.Biodiesel today.com www.bppt.go.id www.dede.gov.th www.jatropha.org www.HKTI.org www.journey to forever/Mike Pelly’s recipe www.journey to forever/Two Stage biodiesel
process www.journey to forever/Biodiesel in Hongkong www.journey to forever/Bubble Washing www.journey to forever/Make your own Biodiesel www.journey to forever/Is ethanol energy efficient? www.Kompas.com
294 Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan… (Melvin Emil Simajuntak)
Lampiran: Tumbuhan Indonesia penghasil minyak lemak
No Nama Tumbuhan
Nama Latin
Kadar (%-bk)
1 Akar kepayang
Hodgnosia macrocarpa
~ 65
2 Alpukat
Persea Gratissima
40 - 80
3 Bidara
Ximenia Americana
49 - 61
4 Bintara
Cerbera manghas/odollam
43 - 64
5 Bulungan
Gmelina asiatica
n/a
6 Cerakin/Kratan
Croton tiglium
50 - 60
7 Coklat
Theobroma cacao
54 - 58
8 Gatep pait
Samadera indica
~ 35
9 Jagung
Zea mays
~ 33
10 Jarak kaliki
Ricinus communis
45 - 50
11 Jarak pagar
Jatropha curcas
40 - 60
12 Kacang Suuk
Arachis Hypogea
35 - 55
13 Kampis
Hernandia peltata
n/a
14 Kapuk randu
Ceiba petandra
24 - 40
15 Karet
Hevea brasiliensis
40 - 50
16 Kayu manis
Cinnamomun burmanni
~ 30
17 Kecipir
Psophocarpus tetrag
15 - 20
18 Kelapa
Cocos nucifera
60 - 70
19 Kelor
Moringa oleifera
30 - 49
20 Kemiri
Aleurites moluccana
57 - 69
21 Kemiri Cina
Aleurites trisperma
n/a
22 Kenaf
Hibiscus cannabinus
18 - 20
23 Kepah
Sterculia foetida
45 - 55
24 Ketiau
Madhuca mottyleyana
50 - 57
25 Kopi Arab
Hibiscus esculentus
16 - 22
26 Kusambi 27 Labu Merah
Scleichera trijuga Cucurbitha moschata
55 - 70 35 - 38
28 Malapari
Ponggapia pinnata
35 - 40
29 Mayangbatu
Madhuca cuneata
45 - 55
30 n/a
Taractogenos kurzii
48 - 55
31 n/a
Vernonia anthelmintica
~ 19
32 Nagasari
Mesua ferrea
35 - 50
33 Nimba
Azadirachta indica
40 - 50
34 Nyamplung
Callophyllum inophyllum
45 - 70
35 Padi
Oryza sativa
~ 20
36 Pepaya
Carica papaya
20 - 25
37 Pulasan
Nephelium mutabile
62 - 72
38 Rambutan
Nephelium lappaceum
37 - 43
39 Randu alas
Bombax malabaricum
18 - 26
40 Rosela
Hibiscus sabdariffa
~ 17
41 Saga utan
Adenanthera pavonina
14 - 28
42 Sawit
Elais guineensis
45 - 70
43 Seminai
Madhuca utilis
50 - 57
44 Sirsak
Annona muricata
20 - 30
45 Siur
Xanthophylum lanceatum
35 - 40
46 Srikaya
Annona squamosa
15 - 20
47 Tangkalak
Litsea sebifera
~ 35
48 Teng. Terindak
Isoptera borneensis
45 - 70
49 Tengkawang tungkul
Shorea stenoptera
45 - 70
50 Wijen
Sesamun orientale
45 - 55
Sumber: KOMPAS 18 Agustus 2005 hal 13
Ket: n/a = tidak ada
bk = berat kering
P = Pangan
NP = Non Pangan
P/NP P
P NP NP NP NP P NP P NP NP P NP NP NP P P P P NP NP NP NP P NP NP P NP P NP NP NP NP NP P P P P NP NP P P P NP P NP P P P P
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 – April 2005: 287 – 293
295
Melvin Emil Simanjuntak*)
*)Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan
DAN
Abstrak Pada saat ini sangat dibutuhkan energi alternatif yang merupakan pengganti bahan bakar minyak yang cadangannya terus berkurang dan akan lebih baik bila lebih ramah lingkungan. Beberapa jenis tanaman ternyata telah terbukti dapat digunakan sebagai sumber energi. Selain mempunyai nilai kalor yang cukup tinggi, terbarukan, memiliki nilai ekonomis untuk dibudidayakan juga lebih ramah lingkungan. Dengan mengubah kandungan lemak yang ada pada beberapa tanaman melalui proses transesterifikasi dapat diperoleh senyawa ester yang dapat menggantikan minyak solar, dengan fermentasi gula dapat diperoleh etanol sebagai pengganti bensin, dan dengan memproses kotoran dengan bakteri anaerob dapat diperoleh biogas. Dengan pengolahan yang baik akan dapat diperoleh hasil yang memadai.
Kata-kata kunci: Biodiesel, Minyak jarak, Ethanol, Biogas
1. Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling kaya sumber keanekaragaman hayatinya dan didukung dengan iklim yang sangat baik merupakan tempat tumbuhnya berbagai tanaman termasuk tanaman yang dapat menghasilkan energi alternatif. Tanaman-tanaman itu sudah cukup dikenal seperti sawit, kelapa, jarak, singkong, tebu dan lain-lain. Dengan kondisi itu juga otomatis akan mempengaruhi makhluk hidup lainnya seperti ternak dan manusianya. Beberapa proses pembuatan bahan bakar alternatif telah banyak diketahui tetapi belum cukup luas secara detail diketahui oleh masyarakat kita. Beberapa proses itu dapat diuraikan seperti yang ada di bawah ini:
Biodiesel dari minyak goreng bekas Biodiesel dari minyak nabati baik CPO,
CPKO/CNO ataupun minyak goreng baru/ bekas dengan proses transesterifikasi, yaitu mereaksikannya dengan alkohol (methanol atau ethanol) dengan katalis basa kuat. Reaksi Transesterifikasi:
CH2COOR
basa
CHCOOR + 3CH3OH
CH2OH2CH-OH
CH2COOR
+ 3CH3COOR
Trigliserida+Metanol
Metil ester+Gliserol
Metode yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: Tahap Pertama: 1. Bersihkan minyak bekas dari kotoran padat
dengan cara menyaring.
2. Buang kandungan airnya dengan cara memanaskan minyak sampai sekitar 1200C selama ± 10 menit sampai gelembung air tidak ada lagi.
3. Dinginkan kembali minyak 4. Ukur volume minyak yang akan diproses 5. Tuang minyak ke dalam tabung reaksi yang
terbuat dari stainless steel ataupun polypropilen yang dilengkapi mixer yang dapat berputar pada 500 ~ 600 rpm. 6. Panaskan pada temperature 45~520C selama ± 60 menit sambil terus diputar 7. Tuang ¾ bagian methoxide pada pertengahan proses perlahan-lahan 8. Setelah 60 menit hentikan pengadukan dan pemanasan serta endapkan campuran minyak selama ± 12 jam 9. Pisahkan gliserin yang terbentuk
Tahap Kedua: 1. Masukkan kembali minyak ke tabung reaksi 2. Panaskan kembali minyak pada suhu
48~550C dan aduk selama 60 menit 3. Pada pertengahan proses tuang ¼ bagian sisa
methoxide dan terus aduk selama 60 menit. 4. Setelah 60 menit hentikan pemanasan dan
pengadukan. 5. Endapkan selama ± 12 jam 6. Pisahkan gliserin yang bentuknya seperti agar-
agar berwarna coklat 7. Cuci minyak dari sabun dan sisa katalis dengan
air bersih caranya tuang air bersih ke dalam tabung dengan jumlah volume yang sama dengan minyak dan aduk terus sampai ± 3 jam kemudian diendapkan. Minyak akan mengambang di atas air buang airnya.
288 Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan… (Melvin Emil Simajuntak)
8. Lakukan pemanasan sampai 1200C sampai gelembung air habis. Setelah itu ukur pH minyak, di mana harus berada pada angka 7± 0,25.
Pembuatan methoxide: Methoxide merupakan campuran methanol
dengan KOH atau NaOH, lakukan titrasi terlebih dahulu untuk mengetahui berapa KOH yang dibutuhkan. Cara titrasi: 1. Buat larutan 0,1 % volume KOH yaitu larutkan 1
gram KOH ke dalam 1 liter air distilasi. 2. Larutkan 1 ml minyak bekas ke dalam 10 ml
isoprophyl alcohol murni dan 0,1 ml phenolphthalein untuk memudahkan pengukuran gunakan jarum suntik kecil 3. Masukkan larutan nomor 1 di atas ke dalam larutan nomor 2 di atas ml demi ml sambil diaduk dan catat banyaknya kemudian hentikan setelah larutan berwarna pink diam selama beberapa saat. 4. Jumlah KOH yang digunakan adalah 3,5 + jumlah mililiter larutan 0,1 % KOH yang dicampur ke larutan minyak-isoprophyl alkohol dan phenolphthalein
Setelah jumlah KOH yang harus dibuat diketahui maka dibuat methoxide dengan cara: Larutkan jumlah KOH yang dibutuhkan sesuai titrasi ke dalam methanol dan aduk dalam tempat yang tertutup. Jumlah methanol yang dibutuhkan untuk tiap liter minyak adalah 0,25 liter. Simpan di tempat yang tertutup sebelum dipakai
Untuk pembuatan biodiesel dengan minyak goreng yang masih baru maka tidak dibutuhkan titrasi, jumlah katalis basa yang dibutuhkan adalah 3,5 gram per liter minyak sedang langkah prosesprosesnya sama. Proses ini juga dapat dilakukan tanpa pemanasan tetapi akan membutuhkan waktu lebih lama.
Biodiesel
Endapan air
1. Degumming: yaitu penghilangan getah (gum) di mana bahan baku minyak dicampur dengan larutan H3PO4 dan diaduk selama ± 30 menit
2. Bleaching: di mana bahan baku minyak dicampur dengan bleaching earth untuk memucatkan warna menjadi agak kuning dengan cara pengadukan
3. Deodorizing: penghilangan bau dengan beberapa tahap pemanasan
Setelah itu dilanjutkan dengan proses transesterifikasi. Perlu diketahui bahwa reaksi ini bersifat reversible maka jumlah alkoholnya diusahakan lebih supaya kesetimbangan reaksi bergeser ke kanan dan reaksi dapat berlangsung secara komplit. Sisa alkohol dapat diambil dengan penyulingan yaitu pemanasan minyak pada temperatur sekitar 67 ~ 70 0C, kemudian dievaporasikan dan sisa alkohol ini dapat digunakan kembali.
2. Minyak Jarak Pengganti Solar
Tanaman Jarak (Jatropha Curcas L) sangat potensial dikembangkan untuk mendapatkan biodiesel, tanaman ini merupakan tanaman semak yang tumbuh subur pada daerah beriklim panas/tropis dan curah hujan 200~1500 mm/tahun. Biji jarak mengandung sekitar 35 – 45% berbagai trigliserida yang berasal dari asam asam lemak risinoleat, palmitat, stearat, dan kurkolat. Kandungan yang terbesar adalah asam risinoleat yang dapat mencapai 90% dari bermacam-macam trigliserida tadi dan merupakan bahan dasar dari minyak jarak. Wujud minyak jarak ini seperti minyak goreng, kental, licin dan baunya tidak mencolok.
Gambar 1: Biodiesel setelah proses pencucian
Sedangkan untuk bahan baku yang berasal dari CPO/CPKO/CNO maka harus didahului dengan proses pretreatment yaitu pengkondisian minyak supaya siap direaksikan. Proses pretreatment ini adalah:
Gambar 2: Jarak pagar (Jatropha urcas)
Beberapa keuntungan dari tanaman jarak pagar adalah:
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 – April 2005: 287 – 293
289
1. Tahan terhadap kekeringan sehingga dapat ditanami pada daerah beriklim gurun dan dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah, sekalipun berpasir, berbatu atau memiliki kadar garam.
2. hanya membutuhkan sedikit pengelolaan/ perawatan
3. tidak membutuhkan pengawasan khusus terhada gulma/hama
4. tumbuh dengan cepat dan stabil setelah beberapa bulan
5. mulai menghasilkan buah pada tahun kedua sampai berumur sekitar 40 tahun.
6. Daging buah setelah ekstraksi minyak merupakan pupuk organik yang unggul (38% protein dengan rasio NPK: 2,7:1,2:1)
7. dapat menghasilkan buah sepanjang tahun 8. selain menghasilkan minyak, daun dan kulit
dapat digunakan untuk berbagai keperluan industri dan farmasi. 9. minyak yang dihasilkan dari biji dapat digunakan untuk mesin diesel tanpa modifikasi, vernish, penerangan, lilin, sabun, anti hama, 10. untuk keperluan industri lainnya: bijinya yang ditumbuk juga dapat untuk penyamaan kulit dan akar untuk keperluan pewarnaan tekstil. 11. untuk keperluan farmasi: biji sebagai obat pencahar, antihelminithic dan sebagai bahan pengisi pada obat – obatan untuk: reumatik, gatal dan penyakit kulit, demam, sakit kuning dan gonorrhoea, diuretic, pencuci mulut; daun sebagai haemostatic agent, penutup luka.
Proses pembuatan minyak jarak: 1. Biji jarak kering dikukus selama ± 1 jam 2. Kemudian diblender/giling supaya menjadi
seperti bubur dan mudah untuk diperas 3. Dipress untuk mengeluarkan minyaknya 4. Disaring untuk membuang kotoran
Pengupasan kulit biji
Perebusan
Penghancuran (Blender)
Pengepresan
Penyaringan
Gambar 3: Skema proses pembutan minyak jarak
Spesifikasi minyak jarak:
Kandungan Energi
39600~41800 kJ/kg
Berat spesifik (40 0C) 0,91 ~ 0,92 kg/ ltr
Titik beku (0C)
2,0
Flas point (0C)
110 ~ 240
Cetana value
51,0
Sulphur content
0,13 ppm
Pour point (0C)
8
Proses di atas dapat dipersingkat dengan menggabungkan proses penghancuran dan pengepresan sekaligus dengan menggunakan satu alat yaitu ekspeller. Alat ini digerakkan oleh motor listrik/mesin diesel. Alat ini juga melakukan penghancuran dan pengepresan secara kontinu sehingga dapat menyederhanakan kerja sekaligus memaksimalkan output proses pembuatan minyak jarak. Minyak jarak ini dapat langsung dipakai ke mesin atau dengan membuatnya menjadi biodiesel melalui proses transesterifikasi, sebagaimana halnya pada pembuatan biodiesel dari minyak sawit.
Gambar 4: Expeller sederhana
Gambar 5: Potongan expeller tampak samping
3. Bioethanol
Proses pembuatan ethanol ada 2 jenis yaitu: 1. Sintesa alkohol dengan bahan baku ethylene
hasilnya disebut ethanol sintetis.
290 Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan… (Melvin Emil Simajuntak)
2. Proses biokimia melalui fermentase produk pertanian seperti singkong atau tebu, ethanol ini dikenal dengan nama bioethanol.
Proses biokimia ini terdiri atas 4 langkah yaitu: 1. Persiapan bahan baku untuk fermentase
Hal ini bergantung pada bahan baku. Untuk molasses (tebu) persiapannya lebih sederhana yaitu penambahan air sesuai dengan yang diinginkan. Untuk singkong lebih kompleks lagi di mana singkong terlebih dahulu harus dirubah ke bentuk gula dengan menggunakan asam atau enzim sehingga diperoleh kondisi yang cocok untuk proses fermentasi. Proses pengubahan singkong ke bentuk gula/monosakarida (glukosa) dengan menggunakan enzim α amilase pada fasa liquefaction dan Glukoamilase atau β amilase untuk fasa saccarification.
2. Persiapan agen fermentase dan fermentase Persiapan agen fermentase: tahap ini disebut juga inoculum yaitu untuk memperoleh jumlah mikroba yang cukup sesuai dengan kemampuan mikrobanya dan harus bebas dari mikroba yang tidak diinginkan. Pada saat ini dilakukan penyesuaian untuk mengontrol kondisi fermentase seperti laju aerasi, laju agitasi, nilai pH dan temperatur. Untuk fermentasi singkong dibutuhkan ragi saccharomyces cerevisiae. Fermentasi: bahan baku yang sudah siap dituangkan ke dalam fermentor. Fermentasi adalah proses biokimia di mana ragi mengubah glukosa (gula) menjadi alkohol pada lingkungan yang bersifat anaerobik murni. Proses ini membutuhkan waktu 2 -3 hari dengan yield alkohol yang diperoleh adalah 8 – 12% volume. Secara teoritis ragi dapat mengkonversi sampai 51,1% alkohol dan 48,9% karbon dioksida dan ini merupakan suatu reaksi yang bersifat eksotermis.
Secara praktis hanya sekitar 95% glukosa yang
dirubah menjadi alkohol sedang sisanya 5% terdiri
dari beberapa unsur:
Acetaldehid
0,0 ~ 0,03 %
Acetic acid
0,05 ~ 0,25 %
Glycerine
2,4 ~ 3,6 %
Lactic acid
0,0 ~ 0,2 %
Succinic acid
0,5 ~ 0,77 %
Fusel oil
0,25 ~ 0,5 %
Furfural
sangat kecil
3. Pemisahan dan pemurnian ethanol Pada tahap ini ethanol yang berkadar
8~12% volume dipisahkan dari larutan fermentasi dengan pencucian, atau partial transformation di mana kemurnian ethanol yang diperoleh mencapai 95,6%. Sedang untuk bahan bakar kemurniannya harus mencapai 99,5% dan proses pemurnian selanjutnya adalah extractive transformation.
4. Pemanfaatan hasil samping dan limbah pabrik ethanol
- Air pencucian dapat dikonversi menjadi pupuk biologis, makanan ternak, dan biogas.
- Karbon dioksida dapat dimurnikan dan ditransformasi untuk pendingin soft drink, soda, es kering, dan industri pemadam kebakaran, insektisida, dan herbisida.
Spesifikasi Ethanol:
Rumus kimia Berat molekul
CH3-CH2-OH 46
Persen massa oksigen
34,8
Titik didih
78,3
Bilangan setana
8
Bilangan oktana
108
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 – April 2005: 287 – 293
291
Gambar 6: Skema proses pembuatan bioethanol
Biogas dari Kotoran Ternak
Biogas merupakan merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, karena diproses secara alami, gas ini merupakan campuran beberapa gas yang tergolong sebagai bahan bakar di mana gas yang dominan adalah CH4 dan yang lain yang jauh lebih kecil adalah CO2, NO2, SO2, dan lain-lain. Biogas ini memiliki nilai kalor yang cukup tinggi yaitu pada kisaran 4800~6700 kkal/m3, sedang gas methana murni nilai kalornya 8900 kkal/m3.
Bahan-bahan yang dapat menghasilkan biogas diantaranya adalah: kotoran hewan, kotoran manusia, dan limbah pertanian. Untuk kotoran sapi misalnya memiliki kandungan seperti tabel di bawah.
Tabel 1: Komposisi gas dari kotoran sapi
Jenis Gas
%
Methana (CH4) Karbondioksida (CO2) Nitrogen (N2) Karbonmonoksida (CO)
Oksigen (O2) Hidrogen Sulfida (H2S)
54 - 70 27 - 45 0,5 – 3,0
0,1 0,1 Sangat sedikit
Sedang potensi energi yang berasal dari kotoran mahluk hidup di Indonesia yang dapat menghasilkan biogas dapat dilihat seperti tabel di bawah.
Tabel 2: Potensi energi yang berasal dari
kotoran hewan di Indonesia
Jenis hewan
Populasi (juta)
Tinja (TBK sehari)
Biogas (m3/kg BK)
Energi (106 kcal sehari)
Sapi/
13,233 68,80 0,25 86,018
Kerbau
Kuda
0,675 2,43 0,25 3,038
Kambing 16,431 4,93 0,25 6,146
Domba
Babi 6,484 4,53 0,44 9,971
Itik, 117,654 4,11 0,60 12,330
Ayam
Manusia 185,000 112,44 0,40 24,880
Total
339,387
142,389
Faktor–faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan biogas: 1. Bahan baku
Biogas akan terbentuk bila bahan baku berupa padatan berbentuk bubur halus atau butiran kecil 2. Derajat keasaman (pH) Bakteri anaerob akan giat bekerja pada pH 6,8 – 8 bila pH terlalu asam dapat ditambahkan bahan yang bersifat basa seperti kapur dan sebaliknya 3. Temperatur Suhu pembentukan biogas yang baik adalah sekitar 30–55 oC sesuai dengan lingkungan yang cocok untuk bakteri. 4. Pengenceran bahan baku Bahan baku perlu diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1
292 Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan… (Melvin Emil Simajuntak)
Metode Pembuatan Biogas Siapkan kotoran sapi dan air dalam jumlah
yang sama di mana volumenya hampir sama dengan digester. 1. Kedua bahan tersebut dicampur dalam wadah
terpisah agar cepat tercampur rata dapat dilakukan dengan pengaduk 2. Bila campuran masih tampak agak kental dapat ditambahkan sedikit lagi air. 3. Masukkan bahan kotoran ke dalam tangki pencerna dan biarkan selama 1 – 2 minggu. Gas yang diperoleh pada minggu pertama ini harus dibuang karena masih bercampur dengan udara.
Gambar 7: Instalasi biogas Keterangan gambar: 1. Saluran masuk kotoran 2. Digester ( tangki pemroses biogas) 3. Saluran masuk biogas (satu arah) 4. Tangki penampung biogas) 5. Sal uran keluar biogas ( satu arah) 6. Katup distribusi gas. 7. Tangki air (pemberi tekanan ke tangki 4) 8. Saluran air 9. Saluran keluar kotoran
5. Biogas dari Sampah Kota
Untuk menghasilkan biogas dari sampah kota pada prinsipnya sama seperti membuat biogas dari kotoran. Sampah diletakkan dalam suatu lubang raksasa yang sisi-sisinya kedap udara dan pada beberapa tempat dipasang sistem perpipaan. Pipa– pipa ini memiliki lubang-lubang sebagai jalan masuk gas yang dihasilkan bakteri kemudian ditempatkan di suatu tempat penampungan kemudian dimanfaatkan. Untuk sampah organik dalam jumlah yang sangat besar dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik.
Gambar 8: Instalasi pembuatan biogas dari sampah kota.
5. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan: 1. Bahan bakar alternatif dapat diperoleh dari
beragam mahluk hidup 2. Sebagai pengganti bahan bakar minyak dapat
dibuat biodiesel dan bioethanol. Sedang pengganti gas dapat dibuat dari biogas 3. Proses produksi bahan bakar ini tidak membutuhkan teknologi yang rumit dan hasilnya lebih ramah terhadap lingkungan.
Saran: 1. Diperlukan usaha yang lebih giat untuk
mensosialisasikan pemakaian energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 2. Perlu dukungan dari semua pihak untuk menggali teknologi dan potensi untuk pemanfaatan dan pengembangan energi dari alternatif yang terbarukan.
Daftar Pustaka
B. Rice, W. Korbitz, 1997, Biodiesel Production Based on Waste Cooking Oil: Promotion of the Establishment of an Industry in Ireland, Oak Park Research Center
Graham Solomon, T. W, 1996., Organic Chemistry, University of South Florida 6th edition, John Wiley and Son Inc
Marek Walisewicz, 2002, Energi Alternatif, Erlangga
Paimin, Farry B., 1999, Alat Pembuat Biogas dari Drum, Penebar Swadaya
Ponten M. Naibaho, 2000Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.
Rose Ratzer and Max Norris, 2002, Evaluate Biodiesel made from Waste Fats and Oils, LCMR Work Program, Agriculture Utilization Research Institute
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 – April 2005: 287 – 293
293
Widiarto, Ir dan F.X Sudarto C, 2004, Membuat Biogas, Kanisius
Wiranto Arismunandar, 2002, Penggerak Mula Motor Bakar Torak, ITB.
Yan Fauzi, Ir, Kelapa Sawit, 2004, edisi revisi, Penebar Swadaya
www.Biodiesel today.com www.bppt.go.id www.dede.gov.th www.jatropha.org www.HKTI.org www.journey to forever/Mike Pelly’s recipe www.journey to forever/Two Stage biodiesel
process www.journey to forever/Biodiesel in Hongkong www.journey to forever/Bubble Washing www.journey to forever/Make your own Biodiesel www.journey to forever/Is ethanol energy efficient? www.Kompas.com
294 Beberapa Energi Alternatif yang Terbarukan… (Melvin Emil Simajuntak)
Lampiran: Tumbuhan Indonesia penghasil minyak lemak
No Nama Tumbuhan
Nama Latin
Kadar (%-bk)
1 Akar kepayang
Hodgnosia macrocarpa
~ 65
2 Alpukat
Persea Gratissima
40 - 80
3 Bidara
Ximenia Americana
49 - 61
4 Bintara
Cerbera manghas/odollam
43 - 64
5 Bulungan
Gmelina asiatica
n/a
6 Cerakin/Kratan
Croton tiglium
50 - 60
7 Coklat
Theobroma cacao
54 - 58
8 Gatep pait
Samadera indica
~ 35
9 Jagung
Zea mays
~ 33
10 Jarak kaliki
Ricinus communis
45 - 50
11 Jarak pagar
Jatropha curcas
40 - 60
12 Kacang Suuk
Arachis Hypogea
35 - 55
13 Kampis
Hernandia peltata
n/a
14 Kapuk randu
Ceiba petandra
24 - 40
15 Karet
Hevea brasiliensis
40 - 50
16 Kayu manis
Cinnamomun burmanni
~ 30
17 Kecipir
Psophocarpus tetrag
15 - 20
18 Kelapa
Cocos nucifera
60 - 70
19 Kelor
Moringa oleifera
30 - 49
20 Kemiri
Aleurites moluccana
57 - 69
21 Kemiri Cina
Aleurites trisperma
n/a
22 Kenaf
Hibiscus cannabinus
18 - 20
23 Kepah
Sterculia foetida
45 - 55
24 Ketiau
Madhuca mottyleyana
50 - 57
25 Kopi Arab
Hibiscus esculentus
16 - 22
26 Kusambi 27 Labu Merah
Scleichera trijuga Cucurbitha moschata
55 - 70 35 - 38
28 Malapari
Ponggapia pinnata
35 - 40
29 Mayangbatu
Madhuca cuneata
45 - 55
30 n/a
Taractogenos kurzii
48 - 55
31 n/a
Vernonia anthelmintica
~ 19
32 Nagasari
Mesua ferrea
35 - 50
33 Nimba
Azadirachta indica
40 - 50
34 Nyamplung
Callophyllum inophyllum
45 - 70
35 Padi
Oryza sativa
~ 20
36 Pepaya
Carica papaya
20 - 25
37 Pulasan
Nephelium mutabile
62 - 72
38 Rambutan
Nephelium lappaceum
37 - 43
39 Randu alas
Bombax malabaricum
18 - 26
40 Rosela
Hibiscus sabdariffa
~ 17
41 Saga utan
Adenanthera pavonina
14 - 28
42 Sawit
Elais guineensis
45 - 70
43 Seminai
Madhuca utilis
50 - 57
44 Sirsak
Annona muricata
20 - 30
45 Siur
Xanthophylum lanceatum
35 - 40
46 Srikaya
Annona squamosa
15 - 20
47 Tangkalak
Litsea sebifera
~ 35
48 Teng. Terindak
Isoptera borneensis
45 - 70
49 Tengkawang tungkul
Shorea stenoptera
45 - 70
50 Wijen
Sesamun orientale
45 - 55
Sumber: KOMPAS 18 Agustus 2005 hal 13
Ket: n/a = tidak ada
bk = berat kering
P = Pangan
NP = Non Pangan
P/NP P
P NP NP NP NP P NP P NP NP P NP NP NP P P P P NP NP NP NP P NP NP P NP P NP NP NP NP NP P P P P NP NP P P P NP P NP P P P P
Jurnal Teknik SIMETRIKA Vol. 4 No. 1 – April 2005: 287 – 293
295