Alokasi Anggaran Belanja Daerah
15
prasarana Publik merupukan pengeluaran Pemerintah Daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang mempunyai hubugan langsung dengan
pelayanan publik. c. Belanja modal merupakan pengeluaran Pemerintah Daerah yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi
dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi: 1. Belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara
langsung oleh masyarakat umum. 2. Belanja aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung
dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan langsung oleh aparatur. d. Belanja transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah kepada
pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Kelompok belanja ini
terdiri atas pembayaran: 1. Angsuran pinjaman.
2. Dana bantuan. 3. Dana cadangan.
e. Belanja tak tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan kejadian-kejadian luar biasa. Menurut Nurlan 2008 menyatakan bahwa belanja tidak terduga
merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial
yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan
16
penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. 3.
Dana Alokasi Umum
Menurut UU No. 25 tahun 1999, DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU
ditetapkan minimal 25 dari penerimaan Dalam Negeri. 10 untuk DAU daerah provinsi, 90 untuk DAU daerah kabupatenkota. DAU Provinsi = jml DAU seluruh
provinsi x bobot daerah provinsi yang bersangkutan bobot seluruh daerah provinsi DAU KabKota = jml DAU seluruh kabkota x bobot daerah kabkota yang bersangkutan bobot
seluruh daerah kabkota. Menurut UU No. 32 tahun 2004, DAU adalah dana yang bersumber dari APBN yang bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antar daerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
daerah. UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang “Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan
Daerah” menyebutkan bahwa Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemeratan kemampuan
keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat Block Grant yakni hibah yang penggunaannya cukup
fleksibel dalam artian tidak banyak larangan seperti halnya hibah kategori. Hibah ini dapat digunakan untuk banyak tujuan sesuai dengan kebutuhan. Dana alokasi umum
merupakan jenis transfer dana antar tingkat pemerintahan yang tidak terikat dengan program pengeluaran tertentu. Adapun tujuan dari transfer ini adalah untuk menutup
17
kesenjangan fiskal fiscal gap dan pemerataan kemampuan fiskal antara daerah antar daerah sehingga dana alokasi umum tiap daerah tidak akan sama besarnya.
Selain itu, DAU juga berfungsi sebagai equalization grant yang menetralisir ketimpangan keuangan karena adanya dana bagi hasil yang diterima daerah. Daerah yang
mempunyai pendapatan asli daerah rendah akan mendapatkan dana alokasi umum yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya daerah yang mempunyai pendapatan asli daerah tinggi
akan mendapatkan dana alokasi umum yang rendah Prakosa, 2004. Mengacu pada Peraturan Pemerintah PP No. 1042000 tentang “Dana Perimbangan” Mardiasmo,
2002 mengatakan bahwa tujuan DAU adalah untuk horizontal equity dan suffiency. Tujuan horizontal equity merupakan kepentingan pemerintah pusat dalam rangka
melakukan distribusi pendapatan secara adil dan merata agar tidak terjadi kesenjangan yang lebar antar daerah. Sementara itu, yang menjadi kepentingan daerah adalah
suffiency kecukupan terutama adalah untuk menutupi fiscal gap. Suffiency dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kewenangan, beban, dan Standar Pelayanan Minimum SPM.
Mardiasmo 2002 menyatakan bahwa sebagaimana dijelaskan oleh sekretariat bidang perimbangan keuangan pusat dan daerah tahun 2001 bahwa penyeimbang.
Faktor murni adalah perhitungan dana alokasi umum berdasarkan formula, sedangkan faktor penyeimbang adalah suatu mekanisme untuk menghindari kemungkinan
penurunan kemampuan daerah dalam pembiayaan beban pengeluaran yang menjadi tanggung jawab daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Ta
hun 2005 tentang “Dana Perimbangan” menyatakan bahwa jumlah keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-
kurangnya 26 dari Pendapatan Dalam Negeri Neto yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah
18
fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal Daerah. Alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Kebutuhan fiskal Daerah
merupakan kebutuhan pendanaan Daerah untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum. Setiap kebutuhan pendanaan diukur secara berturutturut dengan jumlah
penduduk, luas wilayah, Indeks Kemahalan Konstruksi, Produk Domestik Regional Bruto per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia. Kapasitas fiskal Daerah merupakan
sumber pendanaan Daerah yang berasal dari PAD dan Dana Bagi Hasil.