Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI
UMUM, JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI TERHADAP BELANJA DAERAH
PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
MHD. ALI AKBAR
097017076/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
S E K
O LA H
P A
S C
A S A R JA
N
(2)
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI
UMUM, JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI TERHADAP BELANJA DAERAH
PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
MHD. ALI AKBAR
097017076/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
(3)
Judul Tesis : PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA
DI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Mhd. Ali Akbar
Nomor Pokok : 097017076
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak) (Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof.Dr. Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA,Ak) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
(4)
Telah diuji pada Tanggal: 8 Juni 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D, Ak
Anggota : 1. Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM,
JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Juni 2011
Mhd. Ali Akbar 097017076/Akt
(6)
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel Independen pada penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi sedangkan variabel dependennya adalah Belanja Daerah. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 Pemerintah
Kabupaten/Kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 17
Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 74,10%, yang berarti bahwa 74,10% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi, sisanya sebesar 25,90% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Daerah.
(7)
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze wheteher Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population and Economic Growth influence the Regional Expenditure of Regencies/Cities in Propinsi Sumatera Utara.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier model. The independent variable used in this research are Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population and Economic Growth, and dependent variable is Regional Expenditure. The population of this research are 33 regencies/cities, and by using purposive sampling technique, 17 regencies/cities in year 2006 up to year 2009 are chosen as samples.
The result proof that Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population and Economic Growth influence significanly and simultaneously the Regional Expenditure of Regencies and Cities in Propinsi Sumatera Utara. Adjusted R2 expressed that 74,10% influence given by independent variable. The rest 25,90% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population variable influence the Regional Expenditure. Economic Growth have no significant influence to the Regional Expenditure. Consequently, this research will be useful for Local Government to arrange their effective and efficient strategy and policy especially for implementation of local development planning activities.
Keywords: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population, Economic Growth and Regional Expenditure.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, karunia dan ridhonya kepada penulis sehingga dapat memberikan kekuatan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Belanja Daerah pada Pemda di Sumatera Utara. Sholawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah ke haribaan Baginda Rasulallah SAW., keluarga dan para sahabatnya. Adapun penulisan tesis ini merupakan tugas akhir untuk menyelesaikan derajat Strata Dua (S2) pada Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini penulis banyak mengalami kesulitan dan kendala, namun semuanya dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara;
3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Ak, selaku Ketua Program
(9)
yang juga bertindak sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan tesis ini;
4. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, MSi, Ak, selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang juga bertindak sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan yang konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini;
5. Ibu Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya bagi penulis untuk membantu, membimbing dan memotivasi hingga selesainya tesis ini;
6. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM., Ak., selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penyelesaian tesis ini;
7. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak., selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan saran dan masukan yang konstruktif untuk kesempurnaan tesis ini; 8. Dosen Pengajar, Pengelola dan Staf Sekretariat Magister Akuntansi yang telah
banyak membantu penulis selama mengikuti perkuliahan;
9. Bapak Sekretaris Utama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dan Bapak Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara yang telah memberikan Ijin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan Strata Dua (S2) Program Studi Magister Akuntansi di Universitas Sumatera Utara;
(10)
10. Ayahanda Syahril Tanjung dan Ibunda Umi Salamah, yang tidak pernah berhenti dan senantiasa memberikan dorongan, motivasi dan do’anya selama ini kepada penulis;
11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Akuntansi, yang penuh dengan rasa persahabatan dan kekeluargaan dalam memberikan masukan dan sumbangan pikiran selama perkuliahan hingga menjadi kenangan yang tak terlupakan;
12. Terakhir, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Istri Tercinta Dewina Januarita Harahap dan Anak-anakku tersayang; Athaya Anisah Akbar Tanjung, Alwi Aulia Akbar Tanjung dan Ahmad Abiyyu Akbar Tanjung, yang telah sabar dan terus memberikan dukungan dan do’anya kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari dengan kemampuan dan pengetahuan yang sangat terbatas, penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang konstruktif demi kesempurnaan tesis ini, dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis serta berbagai pihak yang membutuhkannya.
Medan, Juni 2011 Penulis,
(11)
RIWAYAT HIDUP
Nama : Mhd. Ali Akbar
Tempat/Tgl Lahir : Kisaran, 9 Mei 1976
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Komplek Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) No. 135 – Jalan Sunggal Medan
Nama Ayah : Syahril Tanjung
Nama Ibu : Umi Salamah
Istri : Dewina Januarita Harahap
Anak : - Athaya Anisah Akbar Tanjung
- Alwi Aulia Akbar Tanjung
- Ahmad Abiyu Akbar Tanjung
Pekerjaan : PNS pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara
Pendidikan :
- S-2 Program Studi Magister Akuntansi, Sekolah Pascasarjana – Universitas Sumatera Utara, Lulus Tahun 2011
- S-1 Fakultas Ekonomi – Universitas Sumatera Utara, Lulus Tahun 2004 - DIII – Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta, Lulus Tahun 1998
- SMEA PGRI – 4 Medan, Lulus Tahun 1994
- SMP Daerah – Medan, Lulus Tahun 1991
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 9
1.3. Tujuan Penelitian ... 9
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
1.5. Originalitas ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1. Landasan Teori ... 11
2.1.1. Belanja Daerah ... 12
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah ... 14
2.1.3. Dana Alokasi Umum ... 18
2.1.4. Kependudukan... 21
2.1.5. Pertumbuhan Ekonomi Daerah ... 23
2.2. Review Penelitian Terdahulu ... 25
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 28
3.1. Kerangka Konseptual ... 28
3.2. Hipotesis Penelitian ... 30
BAB IV METODE PENELITIAN ... 31
4.1. Jenis Penelitian ... 31
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 34
4.5. Variabel Penelitian ... 34
(13)
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
5.1. Hasil Penelitian ... 44
5.2. Pengujian Asumsi Klasik ... 53
5.2.1. Uji Normalitas ... 53
5.2.2. Uji Heteroskedastisitas ... 56
5.2.3. Uji Autokorelasi ... 58
5.2.4. Uji Multikolinieritas ... 59
5.3. Uji Hipotesis ... 61
5.3.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik – F) ... 61
5.3.2. Uji Signifikansi Parsial (Uji Statistik – t) ... 62
5.4. Koefisien Determinasi ... 65
5.5. Pembahasan ... 66
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 71
6.1. Kesimpulan ... 71
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 72
6.4. Saran ... 72
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Daftar Belanja Daerah Kabupaten/Kota ... 4
1.2. Daftar Surplus/Defisit APBD Kabupaten/Kota ... 5
1.3. Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja ... 7
2.1. Penelitian Terdahulu ... 27
4.1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
4.2. Definisi Operasional Variabel ... 36
5.1. Deskriptif Statistik – PAD ... 45
5.2. Deskriptif Statistik – DAU ... 48
5.3. Deskriptif Statistik – Jumlah Penduduk ... 49
5.4. Deskriptif Statistik – Pertumbuhan Ekonomi ... 50
5.5. Deskriptif Statistik – Belanja Daerah ... 51
5.6. Kolmogorov –Smirnov Test ... 56
5.7. Uji Glesjer... 58
5.8. Uji Autokorelasi ... 59
5.9. Collinearity Statistics ... 59
5.10. Covariance Matrix ... 60
5.11. Uji Statistik – F ... 62
5.12. Uji Statistik – t ... 63
5.13. Koefisien Determinasi ... 65
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Alur Perencanaan dan Penganggaran ... 2
1.2. Perkembangan Defisit Anggaran (dalam Juta Rupiah) ... 6
3.1. Kerangka Konseptual ... 28
5.1. Realisasi PAD 2006 – 2008 ... 47
5.2. Realisasi DAU 2006 – 2008 ... 49
5.3. Anggaran Belanja Daerah 2007 – 2009 ... 52
5.4. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual... 54
5.5. Histogram ... 55
5.6. Scatterplot ... 57
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Variabel Penelitian ... 78 2. Hasil Olah Data Menggunakan SPSS ... 79
(17)
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisa apakah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik sebelum mendapatkan model penelitian yang terbaik. Variabel Independen pada penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi sedangkan variabel dependennya adalah Belanja Daerah. Jumlah populasi penelitian ini sebanyak 33 Pemerintah
Kabupaten/Kota dan dengan menggunakan purposive sampling diperoleh 17
Kabupaten/Kota sebagai sampel dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan Adjusted R2 sebesar 74,10%, yang berarti bahwa 74,10% variabel Belanja Daerah dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi, sisanya sebesar 25,90% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Jumlah Penduduk berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara, sedangkan Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran Belanja Daerah. Dengan demikian bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam menyusun kebijakan dan strategi yang efektif dan efisien untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.
Kata Kunci: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Daerah.
(18)
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM, JUMLAH PENDUDUK DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP
BELANJA DAERAH PADA PEMDA DI SUMATERA UTARA
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze wheteher Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population and Economic Growth influence the Regional Expenditure of Regencies/Cities in Propinsi Sumatera Utara.
The analyze method that is used in this research is quantitative method with multiple linier regression with bring about classical assumption test before finding out the best linier model. The independent variable used in this research are Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population and Economic Growth, and dependent variable is Regional Expenditure. The population of this research are 33 regencies/cities, and by using purposive sampling technique, 17 regencies/cities in year 2006 up to year 2009 are chosen as samples.
The result proof that Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population and Economic Growth influence significanly and simultaneously the Regional Expenditure of Regencies and Cities in Propinsi Sumatera Utara. Adjusted R2 expressed that 74,10% influence given by independent variable. The rest 25,90% influence given by other variables is not mentioned in this research model. Partially Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population variable influence the Regional Expenditure. Economic Growth have no significant influence to the Regional Expenditure. Consequently, this research will be useful for Local Government to arrange their effective and efficient strategy and policy especially for implementation of local development planning activities.
Keywords: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Population, Economic Growth and Regional Expenditure.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan alat dalam menentukan pendapatan dan pengeluaran, implementasi dari perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya, otorisasi pengeluaran, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja, alat untuk memobilisasi pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja. Perencanaan APBD sebagai perwujudan keseluruhan aktivitas dan kegiatan pemerintah menuntut adanya partisipasi aktif yang menampung berbagai aspirasi masyarakat sehingga akan mencerminkan kebutuhan riil masyarakat, seperti yang telah tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang telah disusun.
Jika melihat dari proses perencanaan yang dihubungkan dengan proses penganggaran maka dapat diketahui bahwa untuk memulai proses penyusunan anggaran (APBD) maka pemerintah daerah mempedomani dokumen perencanaan yang telah dibuatnya yaitu RKPD, seperti yang terlihat dalam Gambar 1.1. Dengan mempedomani dokumen perencanaan (RKPD) dalam menyusun APBD maka akan memudahkan bagi pemerintah daerah untuk mengalokasikan pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan riil daerah. Selain itu jika mempedomani RKPD yang telah ditetapkan sebelumnya maka kecil kemungkinan bagi pemerintah daerah untuk mengalokasikan
(20)
anggaran belanja da pendapatan daerahny penentuan perencana tercantum pada bagia rancangan kerangka e tersebut umumnya pertumbuhan ekonom atas perencanaan pem
Gamb Namun selam terutama yang dilaksa anggaran tradisional y
daerah yang lebih besar jika dibandingka nya, karena salah satu pertimbangan pemerin
naan pembangunan (pengeluaran) daerah ad agian dari isi RKPD yaitu bagian yang m
a ekonomi daerah beserta kerangka pendanaa menjelaskan hal-hal mengenai perkemba omi, kependudukan dan sumber-sumber penda embangunan yang telah ditetapkan dalam RKPD
mbar 1.1. Alur Perencanaan dan Penganggar ama ini penentuan besarnya alokasi dana un
sanakan oleh unit-unit kerja daerah ditentukan l yang didasarkan atas pendekatan incremental
kan dengan alokasi erintah daerah dalam adalah sebagaimana menjelaskan tentang aannya. Pada bagian bangan PDRB, laju danaan bagi realisasi KPD.
garan
untuk suatu kegiatan an dengan pendekatan
(21)
incremental menurut Mardiasmo (2002: 76) adalah alokasi anggaran dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar dalam menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan dengan jumlah atau persentase tertentu tanpa dilakukan kajian yang mendalam. Suatu unit kerja dalam mengajukan usulan program/proyek kurang memperhatikan pada kenyataan yang sesungguhnya, yaitu kenyataan yang dapat memprediksi kebutuhan-kebutuhan yang seharusnya diperlukan, melainkan berlomba-lomba mengajukan usulan program/proyek sebanyak-banyaknya dan menganggarkannya melebihi kebutuhan riil (overestimate). Akibatnya jumlah belanja daerah di wilayah Provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya semakin besar, seperti yang terlihat pada Tabel 1.1.
Besarnya alokasi anggaran belanja daerah tersebut ternyata tidak didukung dengan alokasi pendapatan daerah sebagai sumber pendanaan bagi belanja daerah, sehingga alokasi anggaran belanja lebih besar dibanding dengan alokasi pendapatan daerah yang mengakibatkan terjadinya defisit anggaran bagi pemerintah daerah itu sendiri. Fenomena terjadi pada hampir di seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami defisit anggaran (belanja daerah lebih besar dari pada pendapatan daerah). Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1.2.
(22)
Tabel 1.1. Daftar Belanja Daerah Kabupaten/Kota
Pemerintah Daerah 2007 2008 2009
Kab. Asahan 772.635.947.305,47 654.116.000.000,00 648.828.000.000,00
Kab. Dairi 431.024.940.000,00 527.963.000.000,00 439.818.000.000,00
Kab. Deli Serdang 1.044.195.088.107,00 1.179.033.000.000,00 1.318.989.000.000,00
Kab. Tanah Karo 489.497.999.826,00 527.259.000.000,00 655.106.000.000,00
Kab. Labuhan Batu 738.317.105.892,00 950.381.000.000,00 572.873.000.000,00
Kab. Langkat 815.410.984.597,00 840.144.000.000,00 938.838.000.000,00
Kab. Madina 470.812.657.329,00 483.401.000.000,00 574.656.000.000,00
Kab. Nias 559.324.810.695,00 606.886.000.000,00 630.251.000.000,00
Kab. Simalungun 798.418.785.994,00 880.994.000.000,00 937.193.000.000,00
Kab. Tapsel 756.764.308.648,00 921.650.000.000,00 529.958.000.000,00
Kab. Tapteng 372.313.772.874,29 366.656.000.000,00 467.120.000.000,00
Kab. Tapanuli Utara 472.661.575.538,16 498.939.000.000,00 547.347.000.000,00
Kab. Toba Samosir 413.846.785.062,00 396.567.000.000,00 490.243.000.000,00
Kota Binjai 338.622.621.823,00 385.023.000.000,00 407.488.000.000,00
Kota Medan 1.727.143.563.600,00 1.870.914.000.000,00 2.138.439.000.000,00
Kota P. Siantar 374.993.944.175,00 502.653.000.000,00 487.196.000.000,00
Kota Sibolga 265.168.544.847,00 327.106.000.000,00 324.942.000.000,00
Kota Tanjung Balai 260.708.347.204,00 389.010.000.000,00 380.370.000.000,00
Kota Tebing Tinggi 292.630.519.274,00 358.807.000.000,00 362.546.000.000,00
Kota P. Sidempuan 320.662.520.310,00 420.839.000.000,00 351.044.000.000,00
Kab. Pakpak Barat 241.048.833.115,00 257.670.000.000,00 296.942.000.000,00
Kab. Nias Selatan 412.409.101.281,00 418.920.000.000,00 590.514.000.000,00
Kab.Humbahas 328.008.178.020,18 345.806.000.000,00 388.606.000.000,00
Kab. Sergai 462.874.000.000,00 450.551.000.000,00 621.646.000.000,00
Kab. Samosir 343.473.808.840,00 420.694.000.000,00 419.421.000.000,00
Kab. Batu Bara - 242.884.000.000,00 441.614.000.000,00
Kab. Padang Lawas - - 212.867.000.000,00
Kab. Paluta - - 281.352.000.000,00
Kab. Labusel - - 206.423.000.000,00
Kab. Labura - - 195.959.000.000,00
Kab. Nias Utara - - -
Kab. Nias Barat - - -
Kota Gunung Sitoli - - -
(23)
Tabel 1.2. Daftar Surplus/Defisit APBD Kabupaten/Kota
Daerah Surplus/Defisit APBD
2007 2008 2009
Kab. Asahan (72.635.947.305,47) (66.984.000.000,00) (21.280.000.000,00)
Kab. Dairi (46.235.877.000,00) (79.071.000.000,00) (20.727.000.000,00)
Kab. Deli Serdang (44.697.937.496,00) (37.786.000.000,00) (27.443.000.000,00)
Kab. Tanah Karo 28.926.808.026,00 (13.279.000.000,00) (135.069.000.000,00)
Kab. Labuhan Batu (25.829.718.702,00) (128.408.000.000,00) (94.811.000.000,00)
Kab. Langkat 136.303.524,00 (20.695.000.000,00) (51.327.000.000,00)
Kab. Mandailing Natal (19.013.608.547,00) 51.085.000.000,00 (23.085.000.000,00)
Kab. Nias (100.548.573.878,00) (71.747.000.000,00) (69.450.000.000,00)
Kab. Simalungun (26.807.405.324,00) (27.861.000.000,00) (18.903.000.000,00)
Kab. Tapanuli Selatan (52.596.395.510,00) (194.625.000.000,00) (31.065.000.000,00)
Kab. Tapanuli Tengah (22.693.523.424,29) 34.154.000.000,00 (30.036.000.000,00)
Kab. Tapanuli Utara (37.257.878.828,16) (10.234.000.000,00) (15.953.000.000,00)
Kab. Toba Samosir (58.253.000.000,00) (4.912.000.000,00) (55.948.000.000,00)
Kota Binjai 14.300.000.000,00 5.300.000.000,00 0,00
Kota Medan (4.915.710.000,00) (122.998.000.000,00) (287.775.000.000,00)
Kota Pematang Siantar (5.924.550.694,00) (55.084.000.000,00) (16.067.000.000,00)
Kota Sibolga (25.587.405.820,00) (38.321.000.000,00) (25.847.000.000,00)
Kota Tanjung Balai (3.208.820.000,00) (59.802.000.000,00) (48.070.000.000,00)
Kota Tebing Tinggi (21.984.673.274,00) (61.883.000.000,00) (13.226.000.000,00)
Kota Padang Sidempuan 12.479.690,00 (47.902.000.000,00) (8.365.000.000,00)
Kab. Pakpak Barat (35.087.608.115,00) (28.089.000.000,00) (46.937.000.000,00)
Kab. Nias Selatan (111.807.783.209,00) (73.490.000.000,00) (229.000.000.000,00)
Kab. Humbahas (13.753.869.812,18) 19.373.000.000,00 1.513.000.000,00
Kab. Serdang Bedagai (9.000.000.000,00) 71.999.000.000,00 (24.771.000.000,00)
Kab. Samosir (61.500.000.000,00) (108.040.000.000,00) (61.243.000.000,00)
Kab. Batu Bara - (826.000.000,00) (9.322.000.000,00)
Kab. Padang Lawas - - (2.736.000.000,00)
Kab. Paluta - - (3.132.000.000,00)
Kab. Labusel - - 0,00
Kab. Labuhanbatu Utara - - 0,00
Kab. Nias Utara - - -
Kab. Nias Barat - - -
Kota Gunung Sitoli - - -
(24)
Dari data tersebut diketahui bahwa hampir seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara mengalami defisit anggaran yang besarannya bervariasi antara (Rp. 826.000.000,00) sampai dengan (Rp. 287.775.000.000,00). Hal ini terjadi karena pertumbuhan anggaran belanja daerah tidak diimbangi dengan pertumbuhan anggaran pendapatan daerah sehingga perbedaan tersebut mengakibatkan terjadinya defisit anggaran. Hal ini dapat diketahui pada Tabel 1.3 di mana rata-rata besaran pertumbuhan anggaran pendapatan dan belanja dari 2007 ke 2008 sebesar 11,67% dan 12,76%. Demikian juga rata-rata besaran pertumbuhan anggaran pendapatan dan belanja dari 2008 ke 2009 sebesar 5,82% dan 8,64%.
Adapun gambaran defisit anggaran secara totalnya dapat dilihat dalam Gambar 1.2 berikut ini.
Gambar 1.2. Perkembangan Defisit Anggaran (dalam Juta Rupiah) (755.964,70)
(1.070.126,00)
(1.370.075,00) (1.600.000,00)
(1.400.000,00) (1.200.000,00) (1.000.000,00) (800.000,00) (600.000,00) (400.000,00) (200.000,00) 0,00
Tahun
2007 2008 2009
(25)
Tabel 1.3. Pertumbuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah 2007 ke 2008 2008 ke 2009
Pendapatan Belanja Pendapatan Belanja
Kab. Asahan -16.12% -15.34% 6.88% -0.81%
Kab. Dairi 16.66% 22.49% -6.64% -16.70%
Kab. Deli Serdang 14.18% 12.91% 13.17% 11.87%
Kab. Tanah Karo -0.86% 7.71% 1.18% 24.25%
Kab. Labuhan Batu 15.37% 28.72% -41.84% -39.72%
Kab. Langkat 0.48% 3.03% 8.31% 11.75%
Kab. Mandailing Natal 18.30% 2.67% 3.20% 18.88%
Kab. Nias 16.64% 8.50% 4.80% 3.85%
Kab. Simalungun 10.57% 10.34% 7.64% 6.38%
Kab. Tapanuli Selatan 3.25% 21.79% -31.38% -42.50%
Kab. Tapanuli Tengah 14.64% -1.52% 9.05% 27.40%
Kab. Tapanuli Utara 12.24% 5.56% 8.74% 9.70%
Kab. Toba Samosir 10.14% -4.18% 10.89% 23.62%
Kota Binjai 10.60% 13.70% 4.40% 5.83%
Kota Medan 1.49% 8.32% 5.88% 14.30%
Kota Pematang Siantar 21.27% 34.04% 5.26% -3.08%
Kota Sibolga 20.54% 23.36% 3.57% -0.66%
Kota Tanjung Balai 27.85% 49.21% 0.94% -2.22%
Kota Tebing Tinggi 9.71% 22.61% 17.65% 1.04%
Kota Padang Sidempuan 16.30% 31.24% -8.11% -16.58%
Kab. Pakpak Barat 11.47% 6.90% 8.90% 15.24%
Kab. Nias Selatan 14.91% 1.58% 4.66% 40.96%
Kab. Humbang Hasundutan 16.20% 5.43% 6.83% 12.38%
Kab. Serdang Bedagai 15.13% -2.66% 14.22% 37.97%
Kab. Samosir 10.88% 22.48% 14.56% -0.30%
Kab. Batu Bara - - 78.59% 81.82%
Kab. Padang Lawas - - - -
Kab. Padang Lawas Utara - - - -
Kab. Labuhanbatu Selatan - - - -
Kab. Labuhanbatu Utara - - - -
Kab. Nias Utara - - - -
Kab. Nias Barat - - - -
Kota Gunung Sitoli - - - -
(26)
Defisit anggaran yang dialami oleh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara jika dilihat dari jumlah defisit anggarannya mengalami kecenderungan peningkatan, hal ini dapat dilihat dalam Gambar 1.2 di mana pada tahun 2007 defisit anggaran sebesar Rp. 755.964.695.699,10, mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi sebesar Rp.1.070.126.000.000,00 dan tahun 2009 defisit anggaran juga mengalami peningkatan menjadi Rp. 1.370.075.000.000,00. Jika dilihat dari kecenderungan semakin besarnya defisit anggaran tersebut maka hal tersebut akan berdampak buruk bagi suatu wilayah.
Defisit anggaran itu ibaratnya seperti penyakit hipertensi yang dampaknya bisa mempengaruhi kerja jantung, ginjal, mata, otak yang berakibat kelumpuhan. Demikian pula defisit anggaran juga berdampak pada beberapa variabel ekonomi makro, antara lain: (1) Tingkat bunga; (2) Neraca pembayaran; (3) Tingkat inflasi; (4) Konsumsi dan tabungan; (5) Tingkat pengangguran; dan (6) Tingkat pertumbuhan (Kunarjo, 2001).
Berdasarkan fenomena di atas, penelitian ini akan mencoba menganalisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Daerah”, dengan melihat besaran koefisien determinasi sehingga dapat diukur seberapa besar variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan Belanja Daerah.
(27)
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah diuraikan pada latar belakang, maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk (JP), dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) berpengaruh terhadap Belanja Daerah (BD) pada Pemda di Provinsi Sumatera Utara?”
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: Untuk mengetahui adanya pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk (JP), dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) terhadap Belanja Daerah (BD) pada Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pelatihan intelektual, mengembangkan wawasan berfikir yang dilandasi konsep ilmiah khususnya ilmu akuntansi sektor publik.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja
(28)
Daerah dan dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung pembuatan keputusan atau kebijakan mengenai penganggaran.
3. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan terhadap ilmu pengetahuan untuk dijadikan bahan pembelajaran. Serta bermanfaat untuk menambah wacana dalam perkembangan ilmu akuntansi sektor publik.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan replikasi dan konstruksi pemikiran yang terdapat pada penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Prakosa (2004). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada:
1. Variabel penelitian, seperti penambahan pada variabel jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi.
2. Daerah penelitian yang dilakukan pada wilayah Provinsi Sumatera Utara. 3. Waktu penelitian yang dilakukan adalah untuk periode 2006 - 2009 dan
(29)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Di era otonomi daerah seperti saat ini kemandirian suatu daerah adalah tuntutan utama yang tidak dapat dielakkan lagi. Kesiapan sumber daya pun harus dapat diatasi, mengingat kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam hal mengatur pemerintahan daerahnya masing- masing. Kemandirian yang dituntut tersebut adalah di mana daerah harus mampu mengatur dan mengelola segala bentuk penerimaan dan pembiayaan tanpa harus tergantung kembali dengan pemerintah pusat seperti yang terjadi di era sebelum otonomi daerah direalisasikan.
Untuk menjalankan kewenangan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat tersebut, daerah memerlukan suatu instrumen kebijakan. Instrumen kebijakan yang paling utama bagi daerah adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD mempunyai peranan penting dalam perencanaan, implementasi, dan pengendalian kinerja pemerintah daerah dalam satu periode. APBD memuat segala bentuk penerimaan, pengeluaran dan pembiayaan daerah dalam bentuk moneter atau rupiah. APBD seharusnya dapat mengakomodir seluruh kebutuhan suatu daerah namun di sisi lain juga tidak membebani secara berlebihan daerah yang bersangkutan. Untuk itu APBD harus disusun dengan memperhatikan aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
(30)
APBD adalah rencana operasional keuangan pemerintah daerah, di mana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
APBD sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 1 angka 9 menyebutkan bahwa APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
2.1.1. Belanja Daerah
Pendapatan daerah yang diperoleh baik dari pendapatan asli daerah maupun dari dana perimbangan tentunya digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai belanja daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Halim (2007: 322) menyatakan bahwa Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah yang mengurangi nilai kekayaan bersih. Lebih lanjut Yuwono dkk, (2005: 108) menyatakan bahwa belanja daerah adalah semua pengeluaran kas daerah atau kewajiban yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
(31)
Di dalam ketentuan umum Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 pada Pasal 1 ayat (16) disebutkan bahwa belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Pasal 20 ayat (3) menyebutkan bahwa Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (a) meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/ kota yang terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Belanja daerah dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Sementara belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
(32)
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah
Dengan adanya otonomi daerah maka daerah mempunyai kewenangan sendiri dalam mengatur urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah pusat sebagaimana yang telah ditetapkan dalam undang-undang. Dengan kewenangan tersebut maka daerah juga berwenang juga berwenang membuat kebijakan daerah guna menciptakan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka pendapatan asli daerah juga harus mampu menopang kebutuhan-kebutuhan daerah (belanja daerah) bahkan diharapkan tiap tahunnya akan selalu meningkat. Dan tiap daerah diberi keleluasaan dalam menggali potensi pendapatan asli daerahnya sebagai wujud asas desentralisasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Yuwono dkk (2005: 107) menyatakan bahwa pendapatan daeah adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Lebih lanjut Halim (2007: 96) menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber- sumber pendapatan daerah dan dikelola sendri oleh pemerintah daerah. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 26 ayat (1) disebutkan bahwa pendapatan asli
(33)
daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
a. Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai badan hukum publik dalam rangka membiayai rumah tangganya. Dengan kata lain pajak daerah adalah pajak yang wewenang pungutannya ada pada pemerintah daerah.
Pajak daerah merupakan salah satu bentuk pendapatan asli daerah. Secara umum pajak dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah yang mana bersifat memaksa. Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 menyebutkan bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilaksanakan oleh orang pribadi/badan kepada daerah tanpa adanya imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Halim (2007: 96) menyatakan Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari pajak. Lebih lanjut Simanjuntak (2003: 32) menyatakan bahwa pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh daerah-daerah seperti provinsi, kabupaten maupun kota berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya masing- masing. Kesit (2003: 2) menyatakan bahwa pajak daeah merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan tanpa imbalan langsung yang seimbang,
(34)
yang dapat dipaksakan berdasarkan undang-undang yang berlaku, yang hasilnya digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah.
b. Retribusi Daerah
Sumber pendapatan lain yang dapat dikategorikan dalam pendapatan asli daerah adalah retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Prakosa, 2003).
Retribusi daerah dapat dibagi dalam beberapa kelompok yakni retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan (Prakosa, 2003). Yang mana dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
b. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atau jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
c. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintahan daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
(35)
barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjada kelestarian lingkungan.
Retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberkan pemerintah kepada yang membutuhkan.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Salah satu penyebab diberlakukannya otonomi daerah adalah tingginya campur tangan pemerintah pusat dalam pengelolaan roda pemerintah daerah. Termasuk di dalamnya adalah pengelolaan kekayaan daerah berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan sektor industri. Dengan adanya otonomi daerah maka inilah saatnya bagi daerah untuk mengelola kekayaan daerahnya seoptimal mungkin guna meningkatkan pendapatan asli daerah.
Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara, selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Undang-undang mengizinkan pemerintah daerah untuk mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). BUMD
(36)
ini bersama sektor swasta atau Asosiasi Pengusaha Daerah diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi daerah sehingga dapat menunjang kemandirian daerah dalam pembangunan perekonomian daerah.
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari:
- Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD. - Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN. - Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan asli daerah tidak seluruhnya memiliki kesamaan, terdapat pula sumber-sumber pendapatan lainnya, yaitu lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kelompok lain-lain pendapatan asli daerah yang sah mencakup berbagai penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan bunga deposito, tuntutan ganti kerugian daerah (TGR), komisi, potongan dan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan dan penerimaan lain-lain.
2.1.3. Dana Alokasi Umum
Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah bahwa yang dimaksud dengan
(37)
pembiayaan pemerintah dalam rangka negara kesatuan yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, temasuk pengelolaan dan pengawasan keuangan. Dana perimbangan yang diperoleh pemerintah daerah terdiri dari dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan dana bagi hasil. Dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat ini sungguhnya berasal dari dana yang dikumpulkan dari bagi hasil penerimaan PBB dan bea perolehan hak atas bumi dan bangunan (Sri Nawatmi, 2006).
Dana alokasi umum merupakan jenis transfer dana antar tingkat pemerintahan yang tidak terkait dengan program pengeluaran tertentu. Dana alokasi umum ini dimaksudkan untuk menggantikan transfer berupa subsidi daerah otonom dan inpres. Adapun tujuan dari transfer ini adalah untuk menutup kesenjangan fiskal (fiscal gap) dan pemerataan kemampuan fiskal antar daerah dan pusat dan antar daerah. Sehingga dana alokasi umum tiap daerah tidak akan sama besarnya. Daerah yang mempunyai pendapatan asli daerah rendah akan mendapatkan dana alokasi umum yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya daerah yang mempunyai pendapatan asli daerah tinggi akan mendapatkan dana alokasi umum yang rendah.
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pembelanjaan. Dalam menjalankan tugasnya sebagai daerah otonom,
(38)
Pemerintah Daerah sangat bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat berupa bagi hasil pajak, bagi hasil SDA, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Dana Alokasi Umum yang merupakan penyanggah utama pembiayaan APBD sebagian besar terserap untuk belanja pegawai, sehingga belanja untuk proyek-proyek pembangunan menjadi sangat berkurang.
Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Proporsi PAD yang rendah di lain pihak juga menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran pemerintah dibiayai dari dana perimbangan, terutama dana alokasi umum. Adapun cara menghitung DAU menurut ketentuan adalah sebagai berikut:
a. Dana Alokasi Umum (DAU) ditetapkan sekurang-kurangnya 25% dari
penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN.
b. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk daerah provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan masing-masing 10% dan 90% dari dana alokasi umum sebagaimana ditetapkan di atas.
c. Dana Alokasi Umum (DAU) untuk suatu daerah kabupaten/kota tertentu ditetapkan berdasarkan perkalian jumlah dana alokasi umum untuk darah kabupaten/kota yang ditetapkan APBN dengan porsi daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
(39)
d. Porsi daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud di atas merupakan proporsi bobot daerah kabupaten/kota di seluruh Indonesia (Prakosa, 2004). 2.1.4. Kependudukan
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan dampak adanya batas, bukan batas absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial, mengenai sumber daya alam serta kemampuan biosfer menyerap pelbagai pengaruh dari kreativitas manusia. Teknologi dan organisasi dapat dikelola dan ditingkatkan guna memberi jalan bagi era baru pembangunan ekonomi.
Dengan demikian strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud
mengembangkan keselarasan baik antara umat manusia dengan alam. Keselarasan tersebut tentunya tidak bersifat tetap, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis. Proses pemanfaatan sumber daya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan diselenggarakan secara konsisten dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah dalam pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi penduduk serta sumber daya alam dan lingkungan yang ada di suatu wilayah tertentu.
Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah (Tjiptoherijanto, 2002).
Pertama, kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Dalam GBHN dengan jelas dikemukakan bahwa penduduk adalah subyek dan obyek
(40)
pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.
Kedua, keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.
Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam jangka yang panjang. Karena dampaknya baru terasa dalam jangka waktu yang panjang, sering kali peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan. Sebagai contoh, beberapa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun ke depan atau satu generasi. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kondisi sumber daya manusia Indonesia pada generasi mendatang, 25 tahun setelah tahun 1997. Demikian pula, hasil program keluarga berencana yang dikembangkan
(41)
Dengan demikian, tidak diindahkannya dimensi kependudukan dalam rangka pembangunan nasional sama artinya dengan “menyengsarakan” generasi berikutnya.
Perhatian pemerintah terhadap kependudukan dimulai sejak pemerintah Orde Baru memegang kendali. Konsep “pembangunan manusia seutuhnya” yang tidak lain adalah konsep “pembangunan kependudukan” mulai diterapkan dalam perencanaan pembangunan Indonesia yang sistematis dan terarah sejak Repelita 1 pada tahun 1986. Namun sedemikian jauh, walaupun dalam tatanan kebijaksanaan telah secara sungguh-sungguh mengembangkan konsep pembangunan yang berwawasan
kependudukan, pemerintah nampaknya belum dapat secara optimal
mengimplementasikan dan mengintegrasikan kebijaksanaan tersebut.
Jargon pembangunan berwawasan kependudukan sudah lama didengar dalam bentuk dan format lain, namun masih mengalami banyak hambatan dalam pelaksanaannya. Sudah lama didengung-dengungkan mengenai penduduk sebagai subyek dan obyek pembangunan. Atau jargon mengenai pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Atau pembangunan bagi segenap rakyat. Sudah saatnya jargon tersebut diimplementasikan dengan sungguh-sungguh jika tidak ingin mengalami krisis ekonomi yang lebih hebat lagi di masa mendatang.
2.1.5. Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi; pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
(42)
Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian teknologi, institusional (kelembagaan) dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro, 2000).
Selanjutnya dijelaskan bahwa kenaikan output yang secara berkesinambungan yang terkandung dalam definisi tersebut adalah perwujudan dari apa yang disebut sebagai pertumbuhan ekonomi, sedangkan kemampuan menyediakan berbagai jenis barang itu sendiri merupakan tanda kematangan ekonomi (economic maturity) di suatu negara yang bersangkutan.
Menurut pendapat lain pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pengertian ini terdapat tiga aspek yang ditekankan yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dan bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Lebih lanjut dapat dijelaskan bahwa ada aspek dinamis dari suatu perekonomian, yang artinya suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
Sedangkan aspek yang kedua yaitu pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output perkapita, di sini jelas ada dua sisi yang perlu diperhatikan yaitu sisi
output totalnya (GDP) dan sisi jumlah penduduknya. Kemudian aspek ketiga adalah perspektif waktu jangka panjang. Suatu perekonomian tumbuh apabila dalam jangka
(43)
output perkapita. Oleh karena itu proses pertumbuhan ekonomi harus bersifat self-generation yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu menelurkan kekuatan bagi timbulnya kelanjutan pertumbuhan tersebut dalam periode-periode selanjutnya (Boediono, 1999).
Oleh karena itu angka total pendapatan perkapita merupakan konsep yang paling sering dipakai sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu negara (Todaro, 2000).
2.2. Review Penelitian Terdahulu
Prakosa (2004) meneliti pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik di Wilayah Provinsi Jawa Tengah dan DIY). Penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya belanja daerah dipengaruhi jumlah dana alokasi umum yang diterima dari pemerintah pusat. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah berpengaruh secara signifikan terhadap belanja daerah.
Halim (2004) meneliti pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Daerah terhadap Belanja Pemerintah Daerah (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Jawa dan Bali). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara terpisah, dana alokasi umum dan pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan terhadap belanja pemerintah daerah.
Maulida (2007) meneliti pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap prediksi Belanja Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
(44)
Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah secara terpisah dan serentak berpengaruh terhadap prediksi Belanja daerah.
Bawono (2008) yang meneliti tentang Pengaruh Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja pemerintah daerah (Studi pada Kabupaten/ Kota di Jawa Barat dan Banten). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PAD dan DAU baik secara serentak dan baik dengan lag ataupun tanpa lag mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah.
(45)
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian
Variabel yang
Digunakan Hasil Penelitian
1. Kesit
Bambang Prakosa 2004
Pengaruh Dana
Alokasi Umum
dan Pendapatan
Asli Daerah
terhadap Prediksi
Belanja Daerah
(Studi Empirik
di Wilayah
Provinsi Jawa
Tengah dan DIY)
- Dana Alokasi Umum (DAU)
- Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
- Belanja Daerah
Dana Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh secara
signifikan terhadap Belanja Daerah
2. Abdul
Halim 2004
Pengaruh Dana
Alokasi Umum
dan Pendapatan
Asli Daerah
terhadap Belanja Pemerintah
Daerah (Studi
Kasus Kab/Kota di Jawa dan Bali)
- Dana Alokasi Umum
- Pendapatan Asli Daerah
- Belanja Daerah
Bahwa Dana Alokasi
Umum dan Pendapatan Asli
Daerah berpengaruh
signifikan terhadap belanja pemerintah daerah
3. Novi
Pratiwi Maulida 2007
Pengaruh Dana
Alokasi Umum
dan Pendapatan
Asli Daerah
terhadap Prediksi Belanja Daerah
- Dana Alokasi Umum
- Pendapatan Asli Daerah
- Belanja Daerah
Bahwa Dana Alokasi
Umum dan Pendapatan Asli Daerah secara terpisah dan
serentak berpengaruh
terhadap Belanja Daerah
-4. Bernanda
Gatot Tri
Bawono 2008
Pengaruh Dana
Alokasi Umum
dan Pendapatan
Asli Daerah
terhadap Belanja Pemerintah
Daerah (Studi
pada Kab/Kota
di Jawa Barat dan Banten
- Dana Alokasi Umum
- Pendapatan Asli Daerah
- Belanja Pemerintah Daerah
Bahwa PAD dan DAU baik secara serentak dan baik dengan lag ataupun tanpa lag mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap belanja daerah
(46)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang dan landasarn teori dapat dibuat kerangka konseptual yang akan diteliti seperti yang terlihat dalam Gambar 3.1. Dari gambar tersebut dapat dilihat pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi secara parsial terhadap Belanja Daerah. Dan pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi secara simultan terhadap Belanja Daerah.
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Pendapatan daerah yang diperoleh baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun dari dana perimbangan seperti Dana Alokasi Umum (DAU) tentunya
PENDAPATAN ASLI DAERAH (X1)
JUMLAH PENDUDUK (X3)
DANA ALOKASI UMUM (X2)
BELANJA DAERAH (Y)
PERTUMBUHAN EKONOMI (X4)
(47)
digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai belanja daerah. Sehingga setiap kenaikan atas PAD maupun DAU maka akan mempengaruhi juga terhadap belanja daerah suatu pemerintahan, hal ini dapat dilihat dari beberapa penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara PAD dan DAU terhadap Belanja Daerah.
Dalam pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi penduduk serta sumber daya alam dan lingkungan yang ada di suatu wilayah. Penduduk merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional antara lain adalah (Tjiptoherijanto, 2002) kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Dalam GBHN dengan jelas dikemukakan bahwa penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sehingga dengan semakin besarnya jumlah penduduk suatu daerah, maka akan semakin meningkatkan pengalokasian anggaran belanja suatu pemerintahan daerah.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi; pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya
(48)
pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menurut Kuznets adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan barang ekonomi kepada penduduknya. Pertumbuhan ekonomi adalah sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dari tahun ke tahun, peningkatan terhadap pertumbuhan eknomi suatu daerah akan mengakibatkan pengalokasian anggaran belanja daerah yang semakin dinamis.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Pemerintah Daerah di Sumatera Utara.
(49)
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan ilmiah dengan menggunakan struktur teori untuk membangun satu atau lebih hipotesis yang membutuhkan pengujian secara kualitatif dan statistik. Penelitian ini melihat pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Belanja Daerah dan melakukan penafsiran di masa mendatang. Jenis penelitian ini adalah penelitian uji hipotesis yang mengambil sampel dari populasi dan menetapkan kriteria sesuai dengan tujuan penelitian.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dan waktu penelitian dilakukan secara bertahap yang dimulai pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Mei 2011.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara berjumlah 33 Kabupaten/Kota. Data sampel yang diambil menggunakan purposisve sampling dengan kriteria sebagai berikut:
(50)
1. Kabupaten/Kota yang mempublikasikan Anggaran dan Realisasi APBD nya secara konsisten dari tahun 2006 - 2009.
2. Data jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota yang dipublikasikan secara konsisten dari tahun 2006 - 2008.
Dari 33 Pemerintah Daerah yang dijadikan populasi, pemerintah daerah yang memenuhi kriteria sampel penelitian sebanyak 17 kabupaten/kota, yang terdiri dari 13 kabupaten dan 4 kota seperti yang terlihat dalam Tabel 4.1.
Penelitian ini menggunakan pooling data yaitu data runtun waktu (time series) selama 3 tahun yaitu 2006 - 2009 dan crossection untuk 17 kabupaten/kota. Objek yang diteliti adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.
(51)
Tabel 4.1. Populasi dan Sampel Penelitian
No Daerah Kriteria Sampel
Terpilih
1 2
1 Kab. Asahan √ √ Sampel 1
2 Kab. Dairi √ √ Sampel 2
3 Kab. Deli Serdang x √ -
4 Kab. Tanah Karo √ √ Sampel 3
5 Kab. Labuhan Batu x √ -
6 Kab. Langkat x √ -
7 Kab. Mandailing Natal √ √ Sampel 4
8 Kab. Nias x √ -
9 Kab. Simalungun x √ -
10 Kab. Tapanuli Selatan √ √ Sampel 5
11 Kab. Tapanuli Tengah √ √ Sampel 6
12 Kab. Tapanuli Utara √ √ Sampel 7
13 Kab. Toba Samosir √ √ Sampel 8
14 Kota Binjai √ √ Sampel 9
15 Kota Medan x √ -
16 Kota Pematang Siantar √ √ Sampel 10
17 Kota Sibolga x √ -
18 Kota Tanjung Balai √ √ Sampel 11
19 Kota Tebing Tinggi x √ -
20 Kota Padang Sidempuan √ √ Sampel 12
21 Kab. Pakpak Barat √ √ Sampel 13
22 Kab. Nias Selatan √ √ Sampel 14
23 Kab. Humbang Hasundutan √ √ Sampel 15
24 Kab. Serdang Bedagai √ √ Sampel 16
25 Kab. Samosir √ √ Sampel 17
26 Kab. Batu Bara x x -
27 Kab. Padang Lawas x x -
28 Kab. Padang Lawas Utara x x -
29 Kab. Labuhanbatu Selatan x x -
30 Kab. Labuhanbatu Utara x x -
31 Kab. Nias Utara x x -
32 Kab. Nias Barat x x -
(52)
4.4. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian adalah data sekunder yaitu pooling data berupa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berupa realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), realisasi Dana Alokasi Umum (DAU), jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi dan anggaran Belanja Daerah (BD) dari masing-masing Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara untuk periode tahun 2006 - 2008 untuk variabel independen dan periode tahun 2007 - 2009 untuk variabel Dependen, yang diperoleh dari situs Sistem Informasi Keuangan Daerah – Departemen Keuangan Republik Indonesia yaitu www.depkeu.djpk.go.id dan sistus Badan Pusat Statistik yaitu www.bps.go.id/sumut, melalui internet.
4.5. Variabel Penelitian
Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk (JP) dan Pertumbuhan Ekonomi (PE) Adapun variabel dependen (Y) adalah Belanja Daerah (BD).
4.6. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
4.6.1. Variabel Independen Pendapatan Asli Daerah
(53)
daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tahun 2006 - 2008. Sekala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum adalah jumlah realisasi penerimaan yang diperoleh daerah sebagai salah satu bentuk pendapatan dari Dana Perimbangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat selain dari Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Bukan Pajak dan Dana Alokasi Khusus tahun 2006 - 2008. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk adalah jumlah penduduk yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2006 - 2008. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi adalah tingkat pertumbuhan ekonomi daerah yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2006 - 2008. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
4.6.2. Variabel Dependen
Belanja daerah merupakan jumlah seluruh anggaran belanja daerah baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung tahun 2007 - 2009. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
(54)
Tabel 4.2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Skala Ukur
Belanja Daerah (Y)
Jumlah seluruh anggaran belanja baik belanja tidak langsung maupun belanja langsung tahun 2007 - 2009
Rasio
Pendapatan Asli Daerah (X1)
Jumlah realisasi penerimaan yang diperoleh daerah yang bersumber dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain- lain pendapatan asli daerah yang sah tahun 2006 - 2008
Rasio
Dana Alokasi Umum (X2)
Dana Alokasi Umum adalah jumlah realisasi penerimaan yang diperoleh daerah sebagai salah satu bentuk pendapatan dari Dana Perimbangan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat tahun 2006 - 2008
Rasio
Jumlah Penduduk (X3)
Jumlah penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2006 - 2008
Rasio Pertumbuhan
Ekonomi (X4)
Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2006 - 2008
Rasio
4.7. Model dan Teknik Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan metode analisa regresi linier berganda, yang merupakan metode statistik deskriptif dan infrensial yang digunakan untuk menganalisa data lebih dari dua variabel penelitian
4.7.1. Perumusan Model
Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan metode Regresi Linier Berganda. Dengan analisis ini pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent yang diteliti bisa diketahui. Model persamaan regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis yang berbunyi Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
(55)
Umum, Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Belanja Daerah di Provinsi Sumatera Utara, adalah sebagai berikut:
BDt = d0 + d1PADt-1 + d2DAU t-1 + d3JP t-1 + d4PE t-1 + e Di mana:
BD t = Anggaran Belanja Daerah t
d0 = Konstanta
d1d2,d3,d4 = Koefisien estimasi
PAD t-1 = Realisasi Pendapatan Asli Daerah t-1
DAU t-1 = Realisasi Dana Alokasi Umum t-1
JP t-1 = Jumlah Penduduk t-1
PE t-1 = Pertumbuhan Ekonomi t-1
4.7.2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas, dan tidak terdapat autokorelasi. Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir masih tetap bias dan
(56)
masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien. Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan.
Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2008). Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk menguji apakah distribusi normal atau tidak dapat dilihat melalui
normal probability plot dengan membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Data normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2005).
Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar analisisnya dapat dilihat:
a) Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar
(57)
b) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu –y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Pengujian asumsi ini, dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (Durbin Watson Test), yaitu untuk menguji apakah terjadi serial atau tidak dengan menghitung nilai d
statistik. Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya autokorelasi adalah dengan memakai uji statistik Durbin Watson (DW test). Jika nilai Durbin Watson berada antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi (Nugroho, 2005). Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen (Erlina, 2008). Pengujian ini diperlukan untuk mengetahui apakah ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas. Pada model regresi yang baik tidak
terdapat korelasi diantara variabel independen. Pendeteksiannya dengan
menggunakan tolerance value dan Variance Inflation Faktor (VIF). Jika nilai
(58)
4.7.3. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak, maka dilakukan pengujian terhadap variabel-variabel penelitian secara parsial dan simultan. Pengujian secara parsial digunakan uji statistik t. Uji koefisien regresi dengan uji t (t-test) diperlukan untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengujian secara simultan digunakan uji signifikansi simultan (uji statistik F) dan penentuan Koefisien Determinasi (R2) yang bermaksud untuk menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Uji Signifikansi Parsial (Uji – t)
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003).
Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (d1, d2, d3, d4 ), sama dengan nol, maksudnya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen,
Ho : d1 = 0, Ho : d2 = 0; Ho : d3 = 0; dan Ho : d4 = 0
Artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah.
(59)
Hipotesis alternatifnya (Ha) apakah suatu parameter (d1, d2, d3, d4 ), tidak sama dengan nol, maksudnya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ha : d1 ≠ 0, Ho : d2 ≠ 0; Ho : d3 ≠ 0; dan Ho : d4 ≠ 0
Artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Kriteria pengambil keputusan terhadap uji – t, adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas < 0,05, Ha diterima Jika probabilitas > 0,05, Ha ditolak
Uji Signifikansi Simultan (Uji – F)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam metode mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2003).
Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, maksudnya apakah suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ho : d1 = d2 = d3 = d4 = 0
Artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap Belanja Daerah.
(60)
Hipotesis alternatifnya (Ha), tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, maksudnya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Ha : d1 ≠ d2 ≠ d3 ≠ d4 ≠ 0
Artinya Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi secara simultan berpengaruh terhadap Belanja Daerah (BD). Kriteria pengambilan keputusan terhadap uji F, adalah sebagai berikut:
Jika probabilitas < 0,05, Ha diterima Jika probabilitas > 0,05, Ha ditolak
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Kuncoro, 2003). Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, dan apabila nilai R2 semakin kecil mendekati nol, berarti variabel-variabel independen hampir tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Menurut Ghozali (2009: 87), kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai
(61)
nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.
(62)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Data Penelitian
Sebelum melakukan pembahasan mengenai data secara statistik harus terlebih dahulu memperhatikan deskripsi data Kabupaten/Kota yang telah ditentukan sebagai sampel. Populasi pada penelitian ini berjumlah 33 Kabupaten/Kota, terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota di Provinsi Sumatera Utara. Diantara 33 Kabupaten/Kota tersebut yang memenuhi kriteria mejadi anggota sampel sesuai dengan maksud penelitian adalah sebanyak sebanyak 17 kabupaten/kota, yang terdiri dari 13 kabupaten dan 4 kota seperti yang terdapat pada Tabel 4.1 pada bab sebelumnya.
Data kuantitatif yang dipergunakan pada penelitian ini adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara yaitu APBD tahun 2007 s/d tahun 2009 dan laporan realisasi anggaran tahun 2006 s/d tahun 2008. Dari APBD dan Laporan Realisasi APBD tersebut yang menjadi objek penelitian adalah realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), realisasi Dana Alokasi Umum (DAU), Jumlah Penduduk, Pertumbuhan Ekonomi dan Anggaran Belanja Daerah. Data diperoleh dari situs Sistem Informasi Keuangan Daerah – Departemen Keuangan Republik Indonesia
(1)
Lampiran : 2
Deskripsi Statistik
Statistics PAD (puluh milyar rupiah)
N Valid 51
Missing 0
Mean 1.26
Median 1.03
Mode 1.03
Std. Deviation .59578
Variance .355
Range 2.61
Minimum .30
Maximum 2.91
Statistics
Dana Alokasi Umum (ratus milyar rupiah)
N Valid 51
Missing 0
Mean 2.85
Median 2.59
Std. Deviation 1.0088
Variance 1.018
Range 4.71
Minimum 1.28
Maximum 5.99
Statistics
Jumlah Penduduk (ratus ribu jiwa)
N Valid 51
Missing 0
Mean 3.02
(2)
Statistics Pertumbuhan Ekonomi (%)
N Valid 51
Missing 0
Mean 5.34
Median 5.49
Mode 5.68
Std. Deviation .68332
Variance .467
Range 3.45
Minimum 3.54
Maximum 6.99
Statistics
Belanja Daerah (ratus milyar rupiah)
N Valid 51
Missing 0
Mean 4.61
Median 4.31
Std. Deviation 1.345
Variance 1.811
Range 6.81
Minimum 2.41
(3)
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 51
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .65734543
Most Extreme Differences Absolute .096
(4)
Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.050 .523 -.095 .925
PAD (puluh milyar) -.091 .165 -.123 -.553 .583
DAU (ratus milyar) .107 .107 .243 .997 .324
JP (ratus ribu) .034 .048 .151 .699 .488
PE .045 .094 .070 .479 .634
(5)
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .873a .761 .741 .68533 2.175
a. Predictors: (Constant), PE, JP (ratus ribu), PAD (puluh milyar), DAU (ratus milyar) b. Dependent Variable: BD (ratus milyar)
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model T Sig.
Collinearity Statistics Tolerance VIF
1 (Constant) .855 .397
PAD (puluh milyar) 2.520 .015 .398 2.510
DAU (ratus milyar) 2.381 .021 .331 3.018
JP (ratus ribu) 3.363 .002 .423 2.363
PE 1.524 .134 .932 1.073
a. Dependent Variable: BD
Coefficient Correlationsa
Model PE
JP (ratus ribu) PAD (puluh milyar) DAU (ratus milyar)
1 Correlations PE 1.000 -.014 .234 -.211
JP (ratus ribu) -.014 1.000 -.265 -.473
PAD (puluh milyar) .234 -.265 1.000 -.515
DAU (ratus milyar) -.211 -.473 -.515 1.000
Covariances PE .022 .000 .009 -.005
JP (ratus ribu) .000 .006 -.005 -.006
PAD (puluh milyar) .009 -.005 .066 -.022
(6)
Uji Hipotesis
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 68.932 4 17.233 36.691 .000a
Residual 21.605 46 .470
Total 90.538 50
a. Predictors: (Constant), PE, JP (ratus ribu), PAD (puluh milyar), DAU (ratus milyar) b. Dependent Variable: BD (ratus milyar)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .697 .816 .855 .397
PAD (puluh milyar) .649 .258 .288 2.520 .015
DAU (ratus milyar) .397 .167 .298 2.381 .021
JP (ratus ribu) .254 .075 .372 3.363 .002
PE .224 .147 .114 1.524 .134