2. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasihat-nasihat
atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh
hati mereka. 3.
Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak
memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan pada komunitas yang menjadi sasaran dakwah.
13
3. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah merupakan salah satu faktor yang sangat penting. Dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam
pelaksanaan aktivitas dakwah.
14
Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Tuhan, jalan yang benar, yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan
untuk mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
15
Tujuan dakwah secara umum adalah megubah perilaku sasaran dakwah agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkannya dalam dataran
kenyataan kehidupan sehari-hari baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, keluarga, maupun sosial kemasyarakatannya, agar terdapat kehidupan
yang penuh dengan keberkahan samawi dan keberkahan ardhi al-A’raf:96. .
13
Munir. M, Ilahi. Wahyu, Manajemen Dakwah, op.cit, hlm. 32-34.
14
H. Hasanuddin, Hukum Dakwah Tinjauan Aspek Dalam Berdakwah Di Indonesia, Jakarta: PT. Pedoman Ilmu Jaya, 1996, h. 33.
15
Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi, op.cit, h. 32.
4. Hakikat Dakwah Islam
Ismail R. al-Faruqi dan istrinya Lois Lamnya membagi hakikat dakwah Islam pada tiga term: kebebasan, rasionalitas dan universalisme. Ketiganya
saling berkaitan dan melengkapi. Kebahagiaan, ketenangan itulah cita-cita setiap orang. Manusia
berusaha untuk menggapainya. Kadang mereka harus berebut kursi, bahkan banyak menghalalkan yang nyata haram. Mereka mengira ketika mencapai
tujuan, itulah kebahagiaan. Mungkin benar itu bahagia, tapi sesaat. ”Bahagianya manusia adalah ketika ia menggapai apa yang diinginkannya”.
Di sinilah manusia harus memiliki gapaian yang positif, di mana agama memberi bimbingan spritual yang transendental.
Kebebasan sangat dijamin dalam agama Islam, termasuk kebebasan meyakini agama. Objek dakwah harus merasa bebas sama sekali dari
ancaman, harus benar-benar yakin kebenaran ini hasil penilaiannya sendiri. Jelas ”dakwah” tidak bersifat memaksa. Dakwah adalah ajakan yang
tujuannya dapat dicapai hanya dengan persetujuan tanpa paksaan dari subjek dakwah.
Dakwah Islam merupakan ajakan untuk berpikr, berdebat, berargumen, dan untuk menilai suatu kasus yang muncul. Dakwah Islam tidak dapat
disikapi dengan keacuhan kecuali oleh orang bodoh atau berhati dengki. Hak berpikir merupakan sifat dan milik semua manusia. Tak ada orang yang dapat
mengingkarinya.
Adapun yang dimaksud dengan dakwah yang komprehensif takamul adalah dakwah yang tidak membatasi diri hanya pada satu aspekbidang saja
sembari mengesampingkan aspekbidang lainnya. Sebab, di antara kekhususan metode Islami adalah bahwa di dalamnya ada sistem ibadah, sistem ekonomi,
sistem sosial, sistem politik dan sistem militer. Sebaliknya, ada juga kalangan yang beranggapan bahwa parsialitas
dalam dakwah Islam berarti membatasi dakwah pada aspek-aspek yang memang harus dilaksanakan-tidak boleh melampauinya dan meyakini hal itu
saja sembari menolak selainnya. Gagasan parsialitas dakwah ini telah menyebabkan berbilangnya dan tumpah tindihnya dakwah, serta memecah
belah kekuatan yang ada.
16
Di antara aktivitas dakwah Islam, ada juga yang melontarkan keharusan adanya ide mengenai komprehensivitas dan keseimbangan dalam
aktivitas dakwah di masa sekarang ini. Sebaliknya, ada juga pihak yang melontarkan gagasan dakwah yang bersifat parsial dan terkesan ”ekstrem”.
B. Konsepsi Strategi 1. Pengertian Strategi Dakwah
Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Pengunaannya diwali atau bersumber
dari dan populer di lingkungan militer.
16
Ahmad Mahmud, Dakwah Islam, Jilid 2, Kajian Kritis Terhadap Metode Dakwah Rasulullah, Jakarta: Pustaka Thariqul Izzah, 2003, hlm. 47.