Strategi Dakwah Rasul Allah

3. Integral integrated, yaitu strategi harus dapat cocoksesuai dengan seluruh tingkatan dalam organisasi. 25

3. Strategi Dakwah Rasul Allah

Banyak sekali manfaat serta pelajaran yang dapat kita ambil dengan menelusuri jejak dakwah Rasulullah SAW, pada saat mulai menyebarkan agama Islam di luar lingkungan keluarganya hingga mencapai batas-batas kesukuan maupun teritorial. Kita dapat memperhatikan bahwa keberhasilan dakwah Rasasulullah disebakan strategi yang strategis. Dengan menganalisis strategi yang strategis sebagaimana telah dikemukakan oleh Drs. H. Hisyam Alie di atas, yaitu memperhitungkan kondisi intern dan ekstern, strategi dakwah diawali dengan menggalang kekuatan di kalang keluarga terdekat dan tokoh kunci yang sangat berpengaruh di masyarakat. Tahap awal yang dilakukan oleh Rasul menghasilkan kekuatan yang sangat tangguh, seperti adanya bantuan dan dorongan dana yang besar dari istrinya Khadijah, dan memperoleh motivasi dari Abu Bakar Siddiq, seorang tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh serta disegani. Kita benar-benar yakin bahwa keberhasilan Rasul itu tidak terlepas dari bimbingan dan petunjuk Allah. Ketika menerima wahyu pertama, beliau tidak langsung mengislamkan seluruh warga Quraisy, tetapi memulainya dengan sabar dari keluarga terdekatnya, meskipun Beliau kerap menerima berbagai hasutan, hinaan, siksaan, bahkan usaha-usaha pembunuhan dan 25 Agustinus Sri Wahyuni, Manajemen Strategik; Pengantar Proses Berpikir Strategik, Jakarta: Binarupa Aksara, 1996, Cet. ke-1, h. 16. penjegalan. Semua itu merupakan pelajaran yang sangat berharga yang diberikan oleh Rasulullah SAW, tentang perlunya penggunaan strategi. Dengan menyimak hal-hal di atas, maka strategi dakwah memerlukan beberapa faktor yang harus benar-benar diperhatikan dan dipertimbangkan, di antaranya adalah: 1. Umat Islam harus mengembangkan pola pikir dan wawasan keilmuan. 2. Pola pikir dan wawasan yang luas tersebut akan mempengaruhi umat Islam dalam hal kepribadian, sehingga tidak mudah larut terbawa watak tradisional emosional dan sikap-sikap negatif lainnya, termasuk tidak menghargai pendapat orang lain-lain. Dari situlah terwujud persaudaraan Islam ukhuwah Islamiah akan terwujud. 3. Memiliki khazanah ilmu termasuk iptek, sehingga dalam melaksanakan dakwah mampu membawakan materi-materi yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. 26 26 Rafi’udin, Maman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi, op.cit, h. 77.

BAB III PROFIL MUHAMMADIYAH DAN NAHDATUL ULAMA

A. Sejarah Pendirian dan Perkembangan 1. Muhammadiyah di Indonesia

Indonesia di akhir abad ke-19 adalah sebuah negeri yang muram. Setelah runtuhnya kekuasaan-kekuasaan monarkis di nusantara, negeri ini terkoyak oleh kolonialisme, sebuah pengalaman kolektif sebagai bangsa yang menimbulkan trauma dan cedera historis. Pengalaman pahit sebagai bangsa di bawah penindasan kolonialisme itu dialami sebagian besar rakyat yang tenggelam dalam kemiskinan struktural maupun kultural, kebodohan dan keterbelakangan. 27 Di tengah kemuraman mayoritas pendududk pribumi yang tidak berdaya dalam kapitalisme kolonial itu, ada juga sekelompok kecil masyarakat pribumi yang muncul sebagai pengusaha industri dan pedagang yang kuat seperti pengusaha undustri batik, rokok, kerajinan, pedagang perantara, dan pedagang keliling di daerah-daerah seperti Pekalongan, Yogyakarta, Surakarta, Kudus, Pariaman, Palembanga dan Banjarmasin. Kelompok ini merupakan kelas menengah pribumi dan juga merupakan sebagian kecil dari wiraswastawan pribumi yang mampu bersaing pada tingkat lokal dengan para pengusaha dan pedagang asing seperti eropa, Cina, arab dan India yang mendominasi sektor ekonomi pada masa itu. 27 Profil Muhammadiyah 2005, Yogyakarta: Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2005,h. 1.