Ketentuan yang Berkaitan dengan Perlindungan Saksi

tersebut, diharapkan tercipta suatu keadaan yang memungkinkan masyarakat tidak lagi merasa takut untuk melaporkan suatu tindak pidana yang diketahuinya kepada penegak hukum, karena khawatir atau takut jiwanya terancam oleh pihak tertentu.

B. Ketentuan yang Berkaitan dengan Perlindungan Saksi

Perlindungan saksi dan pelapor merupakan elemen penting dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, umumnya tindak pidana korupsi dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kesempatan, kewenangan ataupun sarana yang dimungkinkan oleh jabatan yang diperolehnya. Dengan demikian pada sebagian besar kasus korupsi dilakukan oleh pembuat keputusan bukan pada tingkat bawah. Dalam posisi semacam ini, apabila seorang yang katakanlah pegawai bawahan mengetahui bahwa atasannya melakukan tindak pidana korupsi, kemungkinan besar ia enggan melaporkan kasus tersebut karena khawatir akan mengancam pekerjaannya yang sudah jelas berada dibawah si pelaku tindak pidana korupsi. Tanpa adanya perlindungan hukum terhadap orang-orang seperti ini, kemungkinan besar kasus-kasus korupsi yang besar tidak akan pernah terungkap. Dalam hal keberhasilan suatu proses peradilan pidana sangat tergantung pada alat bukti yang berhasil dimunculkan di pengadilan, utamanya berkenaan dengan saksi. Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi dan atau Korban yang wajib dilaksanakan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban LPSK atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Sebagai jaminan terhadap perlindungan saksi dan pelapor tarhadap kasus korupsi yaitu dari tahap peristiwa baru terjadi sampai dengan pasca persidangan, diperlakukan gambaran mengenai bentuk perlindungan. Dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban telah mengatur mengenai hal-hal tersebut, yaitu : 1 Pasal 5 ayat 1 dan 2 2 Pasal 6 : Korban dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat, selain berhak atas hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, juga berhak untuk mendapatkan: a bantuan medis b bantuan rehabilitasi psiko-sosial 3 Pasal 7 ayat 1, 2,dan 3 : a Korban melalui LPSK berhak mengajukan ke pengadilan berupa: 1 hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat; 2 hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindakpidana. b Keputusan mengenai kompensasi dan restitusi diberikan oleh pengadilan. c Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi dan restitusi diatur dengan Peraturan Pemerintah. 4 Pasal 8 : Perlindungan dan hak Saksi dan Korban diberikan sejak tahap penyelidikan dimulai dan berakhir sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 5 Pasal 9 ayat 1, 2, dan 3 : b Saksi danatau Korban yang merasa dirinya berada dalam Ancaman yang sangat besar, atas persetujuan hakim dapat memberikan kesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan tempat perkara tersebut scdang diperiksa. c Saksi danatau Korban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat memberikan kesaksiannya secara tertulis yang disampaikan di hadapan pejabat yang berwenang dan membubuhkan tanda tangannya pada berita acara yang memuat tentang kesaksian tersebut. d Saksi danatau Korban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat pula didengar kesaksiannya secara langsung melalui sarana elektronik dengan didampingi oleh pejabat yang berwenang. 6 Pasal 10 ayat 1, 2, dan 3 : a Saksi, Korban, dan pelapor tidak dapat dituntut secara hukum baik pidana maupun perdata atas laporan, kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya. b Seorang Saksi yang juga tersangka dalam kasus yang sama tidak dapat dibebaskan dari tuntutan pidana apabila ia ternyata terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah, tetapi kesaksiannya dapat dijadikan pertimbangan hakim dalam meringankan pidana yang akan dijatuhkan. c Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku terhadap Saksi, Korban, dan pelapor yang memberikan keterangan tidak dengan itikad baik. Pasal 5 Undang-Undang No 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan Korban seorang saksi dan korban berhak: 1 memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, 2 serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang atau telah diberikannya 3 ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan 4 memberikan keterangan tanpa tekanan 5 mendapat penerjemah 6 bebas dari pertanyaan yang menjerat 7 mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus 8 mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan 9 mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan 10 mendapat identitas baru 11 mendapatkan tempat kediaman baru 12 memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan 13 mendapat nasihat hukum; danatau 14 memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir

C. Pengertian Tindak Pidana dan Tindak Pidana Korupsi