Memutus Sengketa Kewenangan Lembaga Negara

secara eksplisit. Dalam rancangan tersebut hanya disebutkan sebagai kewenangan lain yang diberikan oleh undang-undang. Namun pada akhirnya para perumus perubahan UUD 1945 bersepakat untuk mempertegas wewenang tersebut secara terperinci, termasuk wewenang untuk memutus pembubaran partai politik. 32 Permohonan pembubaran partai politik di Mahkamah Konstitusi harus disertai alasan bahwa partai politik tersebut telah menggunakan ideologi, asas, tujuan, program, dan kegiatan yang bertentangan dengan konstitusi. Apabila cukup bukti dan permohonan dipandang beralasan, maka permohonan tersebut akan dikabulkan. Eksekusi putusan pembubaran partai politik cukup dengan hanya membatalkan pendaftarannya pada pemerintah. 33

2.3.4 Memutus Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang untuk memutus perselisihan hasil pemilihan umum sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 24C UUD 1945. Sengketa tersebut timbul biasanya terkait dengan hasil pemilihan umum mengenai jumlah suara yang diperoleh peserta pemilihan umum. Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan perselisihan hasil pemilihan umum berdasarkan Pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 adalah perorangan warga negara Indonesia calon anggota Dewan Perwakilan Daerah peserta pemilhan umum, pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden peserta pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden, dan partai politik peserta pemilihan umum. 32 Muchamad Ali Safaat, Pembubaran Partai Politik: Pengaturan dan Praktik Pembubaran Partai Politiik dalam Pergulatan Republik, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm. 267. 33 Maruarar Siahaan, Hukum Acara Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkmah Konstitusi, 2006, hlm. 166. Pasal 74 ayat 2 menentukan bahwa permohonan hanya dapat diajukan terhadap penetapan hasil pemilihan umum yang dilakukan secara nasional oleh Komisi Pemilihan Umum yang mempengaruhi: a. Terpilihnya calon anggota Dewan Perwakilan Daerah; b. Penentuan pasangan calon yang masuk pada putaran kedua pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta terpilihnya pasangan calon Presiden dan Wakil Prresiden; c. Perolehan kursi partai politik peserta pemilihann umum di suatu daerah pemilihan.

2.3.5 Pemakzulan terhadap Presiden danatau Wakil Presiden

Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar Tahun 1945 telah melahirkan ketentuan yang lebih rinci mengenai alasan dan mekanisme pemakzulan impeachment Presiden danatau Wakil Presiden. Pasal 7A UUD Tahun 1945 berisi alasan yang isinya memuat mengenai pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden sebagai berikut: Presiden danatau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden danatau Wakil Presiden. Kemudian, Pasal 7B ayat 1 UUD 1945 menentukan mekanisme pemakzulan terhadap Presiden danatau Wakil Presiden sebagai berikut: Usul pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konsttusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden danatauWakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, danatau pendapat bahwa Presiden danatau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden danatau Wakil Presiden.