Memutus Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

Organ atau lembaga yang diberi wewenang untuk menilai apakah Presiden danatau Wakil Presiden melakukan perbuatan sebagaimana ketentuan Pasal 7B ayat 1 di atas adalah Mahkamah Konstitusi. Wewenang tersebut tercantum secara konkret di dalam Pasal 24C ayat 2 UUD Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden danatau Wakil Presiden menurut Undang-Undang Dasar”. Ketentuan Pasal 24C ayat 2 UUD 1945 tersebut mengandung pengertian bahwa yang menjadi tugas Mahkamah Konstitusi adalah menilai benar atau tidaknya pendapat DPR bahwa Presiden danatau Wakil Presiden melanggar hukum atau tidak memenuhi syarat, bukan mengadili kesalahan yang dilakukan oleh Presiden danatau Wakil Presiden. Kewajiban Mahkamah Konstitusi memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan Presiden danatau Wakil Presiden berkaitan dengan kedudukannya sebagai lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman, yaitu memutus pro justicia, bukan sebagai lembaga politik. Kewajiban Mahkamah Konstitusi hanyalah memutus apakah dugaan DPR terbukti secara hukum dan tidak menyangkut pemberhentian. Apabila dugaan tersebut terbukti, lembaga yang berwenang mengambil keputusan tentang pemberhentiannya adalah MPR. Meskipun Mahkamah Konstitusi telah memutus Presiden danatau Wakil Presiden terbukti bersalah atau tidak lagi memenuhi syarat, tidak menjadi keharusan bagi MPR untuk memeberhentikan Presiden danatau Wakil Presiden. 34 Apabila MPR pada akhirnya tidak memberhentikan Presiden danatau Wakil Presiden yang sudah dinyatakan melanggar hukum atau tidak memenuhi syarat oleh Mahkamah Konstitusi, tidak dapat diartikan bahwa MPR mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi, karena wewenang pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden berada pada MPR. Hal tersebut terjadi karena dalam pemberhentian Presiden danatau Wakil Presiden tidak hanya berada pada dimensi hukum, melainkan juga berada pada dimensi politik. 35 Setidaknya ada 5 lima faktor menurut Jody C. Baumgartner yang mengakibatkan muncul dan berhasilnya usaha pemakzulan Presiden danatau Wakil Presiden, yaitu: 1 keseimbangan kekuasaan antara berbagai cabang kekuasaan, 2 ketentuan konstitusi dan perundang-undangan tentang pemakzulan, 3 struktur partai politik, 4 popularitas Presiden danatau Wakil Presiden sebelum tuduhan pelanggaran atas kesalahan bertindak dari Presiden danatau Wakil Presiden, 5 faktor lain-lain media massa, kondisi ekonomi, dan tekanan internasional. 36

2.3.6 Putusan Mahkamah Konstitusi

a. Jenis putusan

Putusan dalam suatu peradilan merupakan perbuatan hakim sebagai pejabat negara berwenang yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum 34 Harjono, Transformasi Demokrasi, Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MKRI, 2009, Hlm. 141-142. 35 Ibid, hlm. 142. 36 Hamdan Zoelva, Pemakzulan Presiden di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 39.