Pendekatan Masalah Sumber Data

3.4 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

3.4.1 Pengumpulan Data

1. Studi Pustaka, yaitu dengan mengidentifikasi dan mengumpulkan literature hukum serta dengan cara membaca, mempelajari, mengutip, merangkum dan memahami data-data yang diperoleh yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. 2. Studi Dokumen, yaitu dilakukan dengan cara membaca dokumen yang berupa perizinan yang berhubungan dengan pokok bahasan yang akan diteliti. 3. wawancara, yaitu wawancara yang dilakukan bertujuan sebagai pendukung data sekunder dengan diperolehnya informasi langsung pada Instansi terkait.

3.4.2 Pengolahan Data

Dalam prosedur pengolahan data yang sudah terkumpul dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Inventarisasi data, pada tahap ini seluruh data hasil studi dikumpulkan. b. Pemeriksaan data editing, yaitu mengoreksi data yang terkumpul sudah cukup lengkap, sudah benar, sudah sesuai relevan dengan masalah. c. Penandataan data coding, yaitu memberi catatan atau tanda yang menyatakan jenis sumber data. d. Rekonstruksi Data Reconstructing, yaitu menyusun ulang data secara teratur, beruntun dan logis. Sehingga mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan. e. Sistematisasi data systematizing, yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika pokok bahasan dan sub pokok bahasan berdasarkan urutan masalah.

3.5 Analisis Data

Dari hasil keseluruhan data yang sudah dikumpulkan dan telah dilakukan pemeriksaan, kemudian dilakukan analisis data yang dipergunakan ialah deskripsi kualitatif yaitu pembahasan skripsi ini dengan cara menyajikan dalam bentuk uraian kalimat yang secara sitematis, sehingga dapat ditarik kesimpulan dimulai dari bahan yang bersifat umum berdasarkan fakta yang bersifat khusus dari permasalahan yang diteliti dalam penelitian terhadap Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung Dalam Izin Trayek Angkutan Kota. BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap Kebijakan Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam Izin Trayek Angkutan Kota dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada dasarnya kebijakan pemerintah Kota Bandar Lampung sendiri tidak akan berjalan dengan baik apabila Dinas Perhubungan kota Bandar Lampung tidak mensosialisasikan secara menyeluruh peraturan dan ketentuan yang berhubungan dengan izin trayek angkutan kota terhadap para pengusaha angkutan kota baik pemilik dan pengemudi angkutan kotamikrolet. Karena pengawasan tanpa adanya pemberitahuan yang jelas hanya akan membuat jebakan bagi para pengusaha angkutan kota. 2. Sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran izin trayek angkutan kota ini merupakan tindak pidana ringan pelanggaran sesuai dengan Pasal 21 ayat 1 dan 2 peraturan daerah Kotamadya Daerah tingkat II Bandar Lampung Nomor 6 Tahun 1985 Tentang Pola Angkutan Umum Dalam Kotamadya Daerah tingkat II Bandar Lampung. Dan sanksi yang diberikan berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 2009 dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 menyebutkan sanksi bagi pelanggaran izin trayek adalah sanksi administratif berupa pencabutan izin, pembekuan izin, penundaan perluasan izin.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1. Untuk Pemerintah kota Bandar Lampung dalam hal ini Dinas Perhubungan kota Bandar Lampung sebaiknya melakukan sosialisasi, pengayoman, serta pengarahan kepada pihak pengusaha angkutan kota baik pemilik dan pengemudi angkutan kotamikrolet sehingga dapat memimalisir pelanggaran yang dilakukan oleh angkutan kota yang beroperasi dalam trayek. Idealnya Dinas Perhubungan kota Bandar Lampung lebih bekerjasama lagi dengan P3ABL agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam informasi yang ingin disosialisasikan, dan P3ABL sendiri harus bisa lebih mengkoordinir semua pemilik dan pengemudi Mikrolet yang beroperasi di Bandar Lampung guna terciptanya kerjasama yang baik dalam menciptakan kenyamanan dalam bertransportasi di dalam kota khususnya bagi para pengguna angkutan ini. 2. Untuk para pemilik dan pengemudi angkutan kota sebaiknya lebih cerdas dan peka terhadap regulasi yang mengatur tentang izin trayek sehingga tidak terjadi kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan secara terus menerus sehingga dapat beroperasi sebagaimana yang telah ditetapkan.