Pelaksanaan Penelitian BAHAN DAN METODE

x x x x x x x x x x x x x x F 2 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x P 1 x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x P 2 x x x x x x x x x x x x x x Gambar 1. Tata letak penanaman benih kedelai hasil persilangan Tanggamus x B 3570 dan kedua tetuanya Keterangan : P1 tetua Tanggamus, P2 tetua galur B 3570 , dan F2 populasi F 2 persilangan Tanggamus x B 3570 . 3.5.5 Pemupukan Pemupukan Urea dilakukan dua kali yaitu pada awal tanam dan pada fase generatif sedangkan KCl dan SP-36 dilakukan pada awal tanam ketika tanaman berumur dua minggu setelah tanam. Pupuk yang diaplikasikan yaitu KCl 100 kgha, SP-36 100 kgha, dan Urea 50 kgha. Pupuk diaplikasikan dengan jarak 5 cm dari lubang tanam tanaman kedelai. 3m 4m 2m 3.5.6 Inokulasi Soybean Mosaic Virus di Lapangan Tanaman kedelai yang sudah memiliki daun terbuka sempurna 7 – 10 HST dapat diinokulasi dengan sap yang mengandung SMV. Pada daun sebelumnya telah ditaburi zeolit. Setelah daun dinokulasi, daun tersebut dicuci kembali dengan aquades secukupnya menggunakan hand sprayer. Gambar 2. Tahap-tahap inokulasi soybean mosaik virus di lapangan. 3.5.7 Pelabelan Masing-masing tanaman diberi label seperti tanggal inokulasi untuk mempermudah dalam pengamatan. 3.5.8 Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman Perawatan dan pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman tanaman yang mati, penyiangan gulma, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, memperbaiki label yang rusak, dan paranet yang rusakbergeser. Penyiangan gulma dilakukan secara mekanis yaitu menggunakan koret. Penyemprotan dengan insektisida dan fungisida dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Insektisida yang digunakan yaitu Decis dan fungisida yang digunakan yaitu Dithane. Penyiraman dilakukan pada sore hari dengan menggunakan gembor dan selang. 3.5.9 Pemanenan Ciri-ciri umum tanaman kedelai yang siap panen yaitu polong berwarna kuning kecoklatan secara merata dan matang. Pemanenan dilakukan dengan memanen tanaman kedelai secara utuh dengan mencabut satu per satu tanaman, kemudian dimasukkan ke dalam kantong panen yang telah diberi label. 3.5.10 Pengamatan Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas pengamatan sebelum panen dan pengamatan setelah panen. Pengamatan sebelum panen meliputi: a. Periode inkubasi, dihitung dari waktu inokulasi sampai dengan timbulnya gejala Mulia, 2008. b. Keparahan penyakit, diamati minggu ke enam setelah tanam dan dilakukan pengamatan pada daun trifoliat sebanyak 10 daun pada batang utama. Hal ini dilakukan karena pada umur enam minggu setelah tanam, jumlah daun trifoliat yang ada pada batang utama 9--12 daun. Diharapkan 10 daun yang diamati telah mewakili seluruh daun trifoliat yang terinfeksi SMV dan pengamatan dilakukan pada setiap individu tanaman Mulia 2008. KP = x 100 Keterangan: KP : Keparahan penyakit N : Jumlah sampel yang diamati Z : Nilai skor tertinggi n : Jumlah sampel untuk kategori serangan v : Nilai skor untuk kategori serangan Menurut Akin 2006, gejala serangan setiap jenis virus yang muncul memiliki rincian sebagai berikut: Gambar 3. Skor gejala penyakit Keterangan : Tidak bergejala = 0 A, klorosis dan tulang daun memucat = 1 B, mosaik dengan klorosis pada tulang daun dan permukaan daun = 2 C, mosaik berat, klorosis dan terjadi pembengkokan pada permukaan daun, daun melengkung ke bawah atau ke atas = 3 D, dan malformasi daun = 4 E. A C B E D Kategori ketahanan keparahan penyakit : 1 – 10 = Sangat tahan 11 – 25 = Tahan 26 – 35 = Agak tahan 36 – 50 = Agak rentan 51 – 75 = Rentan 76 – 100 = Sangat rentan Akin, 2013 komunikasi pribadi. Pengamatan yang dilakukan setelah panen meliputi: a. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai titik tumbuh tanaman. Pengukuran dilakukan setelah panen. b. Jumlah cabang produktif, dihitung berdasarkan jumlah cabang yang dapat menghasilkan polong. c. Total jumlah polong, dihitung berdasarkan jumlah polong yang muncul pada setiap tanaman. d. Jumlah polong bernas, dihitung berdasarkan jumlah polong bernas per tanaman. e. Jumlah polong hampa, dihitung berdasarkan jumlah polong hampa per tanaman . f. Total jumlah biji, dihitung berdasarkan jumlah total biji per tanaman. g. Persentase biji sehat, jumlah biji sehattotal biji x 100. h. Persentase biji sakit, jumlah biji sakittotal biji x 100. i. Bobot 10 butir biji per tanaman, diamati setelah dikeringanginkan sekitar 3 minggu setelah panen g sampai bobot konstan. j. Bobot biji per tanaman, dengan cara menimbang biji setiap tanaman. k. Umur berbunga, dihitung sejak tanam sampai tanaman muncul bunga pertama. l. Umur panen, dihitung sejak tanam sampai tanaman siap untuk dipanen.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah : 1. Karakter jumlah cabang produktif dan bobot 10 butir memiliki karagaman yang sempit baik keragaman genotipe dan fenotipe, sedangkan karakter yang lain memiliki keragaman yang luas. 2. Tidak terdapat korelasi antara keparahan penyakit dengan berbagai karakter agronomi yang diamati. Pada karakter bobot biji per tanaman berkorelasi positif nyata dengan jumlah cabang produktif, jumlah total polong, dan jumlah polong bernas. 3. Karakter yang memiliki kisaran nilai tengah yang paling luas dibandingkan karakter lain yaitu jumlah total polong dan jumlah polong bernas. 5.2 Saran Karena rata-rata nilai tengah karakter agronomi dan keparahan penyakit F 2 terpilih lebih besar dibandingkan dengan populasi F 2 dan tetua, perlu dilakukan penelitian lanjutan pada populasi F 2 terpilih. PUSTAKA ACUAN Adam, F. and R. W. Pearson. 1967. Crops respons to lime in the Southern United States and Puerto Rico. V. Factor of acid so infertility Am. Soc. Agron. 12:187-195. Adisarwanto, T. 2005. Kedelai: Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hlm. Agrios, G.N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada Univeritas Press. Yogyakarta. 713 hlm. Akin, H. M. 2006. Virologi Tumbuhan. Yogyakarta. Kanisius. 187 hlm. Akin, H. M. 2012. Virus Patogen Tumbuhan. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. 91 hlm. Arsyad, D. M. 2000. Varietas unggul dan strategi pemuliaan kedelai di Indonesia. Hlm. 39-42. Dalam: L. W. Gunawan, N. Sunarlim, T. Handayani, B. Soegiharto, W. Adil, B. Prianto, dan Suwarno Eds.. Penelitian Dan Pengembangan Produksi Kedelai di Indonesia. Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan pengembangan pertanian. Badan Pusat Statistik. 2013. Data produksi tanaman kedelai. Katalog. Jakarta. BPS 521. Baihaki, A. 2000. Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Universitas Padjajaran. Bandung. 91 hlm. Barmawi, M. 2007. Pola segregasi dan heritabilitas sifat ketahanan kedelai terhadap cowpea mild mottle virus populasi Willis x Mlg 2521. J. HPT Tropika. 7f : 48 – 52. Barmawi, M., A. Yushardi, N. Sa’diyah. 2013. Daya waris dan harapan kemajuan seleksi karakter agronomi kedelai generasi f 2 hasil persilangan antara Yellow bean dan Taichung. J. Agrotek Tropika. 11:20-24. Bizeti, H.S., C.G.P. de Carvalto, J. Souza, D. Desto. 2004. Path Analysis under multicollinearity in soybean. Brazilian Archives of Biology and Technology Journal. 475: 669-676. Belanger , F.C., K.A. Plumley, P.R. Day, and W.A. Mayer. 2003. Interspecific hybridization as a potential method for improvement of Agrostis species. 436: 2172-2176. Darlina, E.A., Bhaihaki, Drajat A., T. Herawati . 1992. Daya Gabung dan Heterosis Karakter Hasil dan Komponen Hasil Enam Genotipe Kedelai Dalam Silang Dialil. Zuriat. 32: 32 – 38. Gardner, F. P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Pertumbuhan Vegetatif. Diterjermahkan oleh Herawati, S. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta. Universitas Indonesia Press. 355-389 hlm. Hakim, L. 2010. Keragaman genetik, Heritabilitas dan Korelasi Beberapa Karakter Agronomi pada Galur F2 Hasil Persilangan Kacang Hijau Vigna radiate L. Wilczek. Berita Biologi. 101: 23-32. Hapsari, dan Adie. 2010. Pendugaan parameter genetik dan hubungan antara komponen hasil kedelai. PertanianTanaman Pangan. 291:18-23. Harmida, 2010. Respons pertumbuhan galur harapan kedelai Glycine max L.Merril pada lahan masam. J. Penelitian Sains. 13 2D. 13209. Hartati, S. 2012. Keragaman Genetik, Heritabilitas, dan Korelasi Antar Karakter 10 Genotipe Terpilih Jarak Pagar Jatropha Curcas L.. Jurnal Litri. 182: 74-80. Huda, A. 2006. Pola segregasi ketahanan kedelai populasi f2 persilangan Slamet dengan Taichung terhadap smv. Skripsi. Universitas lampung. Lampung. 49 hlm. Iroume, R. N. and D. A. Knauft. 1987. Heritabilities and correlations for pod yield and leafspot resistance in peanut Arachis hypogaea L.: implication for early generation selection. Peanut Sci. 141: 46-50. Irwan, A.W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai Glycine max [L.] Merril. http:pustaka.unpad.ac.idwp-contentuploads200903budidaya_tanaman_ kedelai.pdf. Diunduh tanggal 4 Februari 2014. Jain, J.P. 1982. Statistical Techniques in Quantitative Genetic. Tata McGraw-Hill publishing company Ltd. New Delhi. 327 hlm. Jamil, R. 2013. Estimasi nilai heterosis ketahanan sepuluh populasi F 1 tanaman kedelai Glycine max [L.] Merrill terhadap infeksi Soybean mosaic virus. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar lampung. 70 hlm.