POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN WILIS X B3570

(1)

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN

WILIS X B3570

(Skripsi)

Oleh SRI HARTATI

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(2)

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN

WILIS X B3570

Oleh SRI HARTATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(3)

Judul Skripsi : Pola segregasi Karakter Agronomi Tanaman Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F2 Hasil Persilangan Wilis x B3570

Nama Mahasiswa : Sri Hartati Nomor Pokok Mahasiswa : 0814013071 Program Studi : Agroteknologi Fakultas : Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Maimun Barmawi, M.S. Dr.Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P. NIP 195005151981032001 NIP 196002131986102001

2. a/n Ketua Jurusan Agroteknologi Sekertaris

Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si NIP 196305080988112001


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Pembimbing Utama : Dr.Ir. Maimun Barmawi, M.S ...

Anggota

Pembimbing : Dr.Ir. Nyimas Sa’diyah, M.P ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Ir. Ardian, M.Agr ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbaas Zakaria, M.S. NIP 196108261987021001


(5)

Kesempatan yang kecil seringkali merupakan permulaan dari pada usaha yang besar, tidak ada insan suci yang tidak mempunyai masa lampau,

dan tidak ada insan yang berdosa yang tidak mempunyai masa depan. (Adrieasa)

Jangan menolak perubahan hanya karena kita takut kehilangan yang telah dimiliki, karena dengannya kita merendahkan nilai yang bisa kita capai melalui

perubahan itu. (Mario Teguh)

Kasih sayang itu sederhana. Tetapi, tidak sederhana perannya dalam mencantikkan kehidupan kita. Belajarlah mengikhlaskan diri untuk mengasihi

pasangan kita sepenuhnya. (Mario Teguh)

Memilih sebuah hubungan adalah menerima risiko, cerminan diri kita dapat dilihat dari perilakunya terhadap kita.

(Anonim)

“Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara. Bisa jadi Anda rasakan dalam semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan

terasa selamanya” (Lance Armstrong)

“Rasa bahagia dan tak bahagia bukan berasal dari apa yang Anda miliki, bukan pula berasal dari siapa diri Anda, atau apa yang Anda kerjakan.

Bahagia dan tak bahagia berasal dari pikiran Anda” (Dale Carnegie)

Dengan cinta yang dalam, seseorang akan jadi pemberani. Dengan kesederhanaan, seseorang akan menjadi dermawan. Dengan ketidakberanian memenangkan dunia, seseorang akan menjadi

pemimpin dunia” (Lao-tzu, Filsuf China)


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pardasuka, Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan, pada 10 Juni 1991, sebagai anak ke tiga dari 3 bersaudara dari pasangan Bapak Suparwo (Alm) dan Ibu Khomisah. Pendidikan Sekolah Dasar

diselesaikan di SDN 2 Pardasuka Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan tahun 2002; Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Kecamatan Katibung, Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Utama 2 Bandar Lampung pada tahun 2008.

Tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah

menjadi asisten praktikum Teknologi Benih. Tahun 2008 pernah menjadi anggota Keluarga Muda FOSI Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Tahun

2008/2010 penulis aktif sebagai anggota Divisi Tari Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS) Universitas Lampung. Pada tahun yang sama penulis juga aktif sebagai anggota Bidang Fotografi Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Fotografi (UKM ZOOM) Universitas Lampung. Pada bulan Juli sampai Agustus 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Desa Daya Asri, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat.


(7)

Tanpa mengurangi rasa syukurku pada Allah Subhanahu Wata”ala, kupersembahkan karyaku untuk:

Keluargaku tercinta

Kedua orang tuaku Suparwo (Alm) dan Khomisah, serta kakak-kakakku Asep Nurmansyah dan Elis Lusiana yang selalu mendoakan dan mengharapkan keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian, dan dorongan semangatnya takkan

aku lupa.

Seseorang yang selalu mencintaiku, mengajarkanku arti cinta yang sesungguhnya, abang Reza Hari Kenda atas semua perhatian, cinta kasih,

dukungan dan bantuannya takkan aku berpaling darimu.

Teman-temanku

Atas dukungan, kesabaran dan bantuannya sehingga karya ini dapat selesai.

Serta

Almamater tercinta FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(8)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Maimun Barmawi, M. S., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan ilmu pengetahuan, saran, kritik, semangat dan bimbingan dalam penelitian.

2. Ibu Dr. Ir. Nyimas Sa’diyah, M. P., selaku Pembimbing ke dua sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan ilmu pengetahuan, saran, kritik, semangat dan bimbingan dalam penelitian ini.

3. Bapak Ir. Ardian, M. Agr., Selaku Penguji bukan Pembimbing atas saran, kritik, dan bimbingan dalam penelitian ini.

4. Ke dua orangtua penulis, Bapak Suparwo (Alm) dan Mama Khomisah atas semua pengorbanan, kesabaran, doa, motivasi, materi, cinta dan kasih sayang, semoga Allah senantiasa melindungi, merahmati, dan memuliakan bapak dan mama tercinta.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

6. Teman-teman seperjuangan penelitian (Lindiana, Elida Yantama, Sigit Ardiansyah, Andika Yushardi, Wastudiawan P. N., Maylinda Widyastuti)


(9)

iii terima kasih atas bantuan, kerja sama, saran, dan kritik selama penelitian berlangsung.

7. Teman-teman lain yang membantu penelitian (Mbak Mimin, Nay, Rara, Dewi, Rizki, Mas Juliardi, Martalina, Kresna, Dedi Gendon, Suprapto, Derry, dan Susi Putri Yani,) terima kasih atas bantuannya selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

8. Mas Dayat, Wawe, Endo, Nia, Aa Idin, Teh Yuli, M. Boy, Teh Ana, Mas Yanto, Teh Yeni, Aa Asep, Teh Lina, Abang Ijal, Teh Elis, atas nasihat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

9. Abang Reza Hari Kenda atas cinta, nasihat, dan bantuannya selama penelitian ini. Penulis selalu inginkan yang terbaik untukmu hingga akhir waktu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, 8 Oktober 2012 Penulis,


(10)

Halaman

iv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Landasan Teori ... 6

1.5 Kerangka Pemikiran ... 10

1.6 Hipotesis ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Sistematika Tanaman Kedelai ... 13

2.2 Morfologi Tanaman Kedelai ... 14

2.2.1 Biji Kedelai ... 14

2.2.2 Batang Kedelai ... 14

2.2.3 Bunga Kedelai ... 15

2.2.4 Buah Kedelai ... 15

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai ... 16

2.3.1 Tanah ... 16

2.3.2 Iklim ... 16

2.4 Varietas Kedelai ... 17


(11)

Halaman

v

2.6 Segregasi ... 19

2.7 Modifikasi Nisbah Mendel ... 20

2.7.1 Modifikasi nisbah 3:1 ... 20

2.7.2 Modifikasi nisbah 9:3:3:1 ... 21

III. BAHAN DAN METODE ... 24

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

3.2 Alat dan Bahan ... 24

3.3 Metode Penelitian ... 25

3.3.1 Analisis Segregasi Karakter Agronomi Tanaman Kedelai .... 25

3.3.2 Uji Signifikansi untuk Berbagai Nisbah Teoritis Generasi F2 ... 27

3.3.3 Uji Kemenjuluran Grafik Sebaran Normal ... 29

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 30

3.4.1 Penentuan Jumlah Populasi ... 30

3.4.2 Persiapan Tanam ... 31

3.4.3 Pemeliharaan ... 31

3.4.4 Pemanenan ... 32

3.4.5 Pengamatan ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Hasil ... 34

4.2 Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1 kesimpulan ... 49

5.2 saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(12)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik kesesuaian distribusi normal karakter umur berbunga

tanaman kedelai populasi F2 Wilis x B3570. ... 34 2. Grafik kesesuaian distribusi normal karakter tinggi tanaman kedelai

populasi F2 Wilis x B3570. .……….………... 37 3. Grafik kesesuaian distribusi normal karakter jumlah cabang

produktif tanaman kedelai populasi F2 Wilis x B3570. ... 38 4. Grafik kesesuaian distribusi normal karakter bobot 100 butir tanaman

kedelai populasi F2 Wilis x B3570. ... 39 5. Grafik kesesuaian distribusi normal karakter bobot biji per tanaman

kedelai populasi F2 Wilis x B3570. ………….………... 40 6. Grafik kesesuaian nisbah hasil pengamatan dengan nisbah harapan

karakter umur panen tanaman kedelai populasi F2 Wilis x B3570...….. 42 7. Grafik kesesuaian hasil pengamatan dengan nisbah harapan karakter

jumlah polong per tanaman kedelai populasi F2 Wilis x B3570. ... 44 8. Tata letak penanaman benih kedelai persilangan kultivar Wilis x B3570


(13)

Sri Hartati

ABSTRAK

CHARACTER SEGREGATION AGRONOMY SOYBEAN (Glycine max [L.] Merrill)

GENERATION F2 FROM CROSSES WILIS X B3570

By Sri Hartati

Segregation pattern of characters is one of the genetic parameters in the selection process. Soybean plant breeding will be effective when using patterns of

segregation. The research aimed to estimate the frequency distribution, patterns of segregation, and the number of genes controlling agronomic characters of soybean F2 generation from crosses Wilis x B3570. The research was conducted at the Experimental Farm and Seed and Plant Breeding Laboratory of the

University of Lampung in October 2011 until February 2012. Research carried out by the experimental design and data analysis without replicates using chi-square test for normal distribution and the suitability of the fit between the observed values and the expected value. The results showed the character frequency distribution flowering, plant height, number of productive branches, weight of 100 grains, and grain weight per plant normally distributed. The characters include a quantitative character controlled by many genes. Character harvest and number of pods per plant was not normally distributed. The

characters are included in the qualitative character that is controlled by two genes. Character harvest is controlled by two genes that duplicate dominant epistasis working with the ratio 15: 1, number of pods per plant character is controlled by two duplicate genes that work in epistasis with cumulative effect following the ratio 9: 6: 1.


(14)

Sri Hartati

ABSTRAK

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI

(Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F2 HASIL PERSILANGAN

WILIS X B3570

Oleh Sri Hartati

Pola segregasi karakter merupakan salah satu parameter genetik dalam proses seleksi. Pemuliaan tanaman kedelai akan efektif apabila menggunakan pola segregasi. Penelitian bertujuan untuk mengestimasi sebaran frekuensi, pola segregasi, dan jumlah gen yang mengendalikan karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Universitas Lampung pada Oktober 2011 sampai Februari 2012. Penelitian dilakukan dengan rancangan percobaan tanpa ulangan dan analisis data menggunakan uji

khi-kuadrat untuk kesesuaian distribusi normal dan kesesuaian antara nilai

pengamatan dan nilai harapan. Hasil penelitian menunjukkan sebaran frekuensi karakter umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, bobot 100 butir, dan bobot biji per tanaman berdistribusi normal. Karakter-karakter tersebut termasuk karakter kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen. Karakter umur panen dan jumlah polong per tanaman tidak berdistribusi normal. Karakter-karakter tersebut termasuk dalam Karakter-karakter kualitatif yang dikendalikan oleh dua gen. Karakter umur panen dikendalikan oleh dua gen yang bekerja secara epistasis dominan duplikat dengan nisbah 15 : 1, karakter jumlah polong per tanaman dikendalikan oleh dua gen duplikat yang bekerja secara epistasis dengan efek kumulatif mengikuti nisbah 9 : 6 : 1.


(15)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

dominan dalam menu pangan terutama dikonsumsi dalam bentuk tempe, tahu, kecap, dan susu. Jelas bahwa kedelai mempunyai potensi cukup besar untuk dikembangkan sebagai bahan makanan karena kandungan protein nabatinya cukup tinggi. Selain itu, sumber protein nabati dalam menu pangan masih didominasi oleh kacang-kacangan terutama kedelai (Wirnas, 2005).

Menurut Pitojo (2003, dikutip oleh Sari 2007), kebutuhan kedelai semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk di Indonesia yang mencapai 1,8% per tahun. Peningkatan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri harus ditutupi dengan impor.

Menurut Badan Pusat Statistik (2011), produksi kedelai di Indonesia tahun 2010 sebesar 908.111 ton, dan impor kedelai sepanjang tahun 2010 sebanyak 1.740.000 ton. Dewan Kedelai Nasional menyebutkan kebutuhan konsumsi kedelai dalam negeri tahun 2011 sebanyak 2.400.000 ton, sedangkan menurut angka ramalan I Badan Pusat Statistik (BPS) produksi biji kedelai kering selama tahun 2011


(16)

2 diperkirakan sebanyak 934.000 ton. Hal ini menunjukkan masih terdapat

kekurangan pasokan kedelai sebanyak 1.466.000 ton.

Peningkatan harga kedelai dunia menyebabkan harga kedelai di pasaran dalam negeri semakin mahal. Oleh karena itu, kebutuhan kedelai harus diupayakan untuk dipenuhi sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan sendiri tersebut, produksi kedelai dalam negeri harus ditingkatkan, sehingga ketergantungan pada kedelai impor dapat dikurangi. Adapun upaya peningkatan produksi baik secara kuantitas maupun kualitas dapat ditempuh melalui perakitan varietas unggul, salah satunya melalui program pemuliaan tanaman.

Menurut Fehr (1987), pemuliaan tanaman merupakan seni dan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman. Karena itu, persilangan antartetua tanaman merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui persilangan, terbentuk rekombinan di dalam kromosom tanaman. Dengan demikian, akan terjadi perubahan fenotipe baik vegetatif maupun generatif pada tanaman generasi berikutnya.

Genotipe kedelai Wilis dan B3570 memiliki keunggulan yang berbeda. Wilis mempunyai daya hasil yang tinggi, namun rentan terhadap penyakit virus kerdil SSV (soybean stunt virus), sedangkan kedelai varietas B3570 merupakan galur harapan kedelai tahan terhadap penyakit virus kerdil SSV (soybean stunt virus), namun demikian galur kedelai tersebut mempunyai daya hasil yang rendah (Barmawi, 2007). Pada persilangan antara Wilis dan B3570 akan terjadi

penggabungan sifat yang dimiliki masing-masing tetua, sehingga pada generasi F2 akan diperoleh keragaman genetik tanaman yang luas.


(17)

3 Dalam program pemuliaan tanaman terdapat tiga hal yang harus diperhatikan yaitu (1) karakter yang akan dikembangkan, (2) pewarisan karakter yang akan dikembangkan (3) keberadaan sumber plasma nutfah yang membawa karakter tersebut (Baihaki, 2000).

Pemuliaan tanaman bertujuan untuk memperoleh varietas baru dengan karakter-karakter keturunan yang lebih baik dari varietas yang telah diusahakan. Seperti halnya meningkatkan produktivitas; meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman; meningkatkan ketahanan terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan; serta memperbaiki mutu biji terutama warna, ukuran, dan mutu simpan. Berkenaan dengan sasaran pemuliaan, maka program pemuliaan tanaman kedelai ditujukan untuk menghasilkan varietas-varietas baru dengan memperhatikan stabilitas produksi, standar mutu dan keinginan konsumen atau pasar, baik untuk karakter kualitatif maupun untuk karakter kuantitatif. Untuk maksud tersebut diatas perlu dilakukan persilangan.

Persilangan merupakan proses penting dalam pemuliaan, karena persilangan berfungsi sebagai sumber untuk menimbulkan keragaman genetik pada

keturunannya di samping berpotensi menghasilkan galur homozigot yang menjadi landasan perakitan varietas baru yang memiliki keragaman genetik yang luas dan disertai dengan berbagai karakter agronomi yang diinginkan (Barmawi, 2007).

Menurut Mahendra (2010) benih F2 hasil persilangan merupakan populasi yang bersegregasi. Persentase heterozigot pada F2 adalah 50% (1/2 x 100%) dan homozigot masing-masing 25%. Menurut Christiana (1996, dikutip oleh


(18)

4 tergambar melalui sebaran frekuensi genotipenya. Sebaran frekuensi tersebut dapat digunakan sebagai penduga pola pewarisan sifat dan jumlah gen yang terlibat dalam pengendalian suatu sifat atau karakter.

Karakter agronomi suatu tanaman dikelompokkan menjadi dua yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif merupakan karakter yang dipengaruhi oleh satu sampai dua gen. Pola segregasi pada karakter ini mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya. Karakter kuantitatif merupakan karakter yang dipengaruhi oleh banyak gen yang pola segregasinya tidak mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya (Fehr, 1987).

Hasil penelitian Wardhani, Nur, dan Soetopo (2001) menunjukkan bahwa sebaran frekuensi karakter-karakter panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman dan bobot buah per buah pada populasi F2 membentuk sebaran yang unimodal (menyebar normal).

Menurut Allard (1960), sebaran unimodal pada suatu karakter dalam populasi F2 menunjukkan bahwa karakter tersebut diwariskan secara kuantitatif. Basuki (1995) dan Poespodarsono (1988) menyatakan bahwa karakter kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen (poligenik) yang masing-masing gen mempunyai kontribusi kecil terhadap penambahan karakter tersebut.

Hasil penelitian Kurniawan, Nasrullah, dan Murti (2006) juga menunjukkan bahwa distribusi frekuensi populasi F2 untuk sifat jumlah bunga tiap tandan dan untuk sifat ukuran buah tomat membentuk sebaran unimodal. Hal ini

mengindikasikan bahwa sifat jumlah bunga tiap tandan dan sifat ukuran buah tomat termasuk karakter kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen.


(19)

5 Hasil penelitian Millah dkk. (2004) menunjukkan bahwa karakter warna kulit biji tanaman kacang tanah dikendalikan secara kualitatif, ditunjukkan oleh distribusi frekuansi fenotipe populasi F2 yang diskontinu. Pola pewarisan warna kulit biji memperlihatkan rasio 7:4:3:2. Karakter warna kulit buah mentimun dan warna duri buah populasi F2 menunjukkan nisbah 3:1. Hal ini mengindikasikan bahwa warna kulit buah dan warna duri buah dikendalikan oleh satu gen dominan sempurna (Wardhani dkk., 2001).

Pengetahuan mengenai pola segregasi karakter agronomi sangatlah penting dalam menentukan strategi pemuliaan tanaman guna pencapaian tujuan pemuliaan itu sendiri. Hal tersebut karena karakter-karakter agronomi dikendalikan secara genetik dan diwariskan kepada keturunannya. Dengan pendugaan pewarisan karakter pada tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570 akan dapat memberi gambaran tentang sebaran frekuensi dan banyaknya gen yang terlibat dalam menampilkan suatu karakter. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pola segregasi karakter agronomi sebagai dasar seleksi dan penetapan metode pemuliaan suatu tanaman yang mungkin diterapkan dalam menangani generasi berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sebaran frekuensi dan pola segregasi karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570 ?

2. Berapa jumlah gen yang mengendalikan karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570 ?


(20)

6 1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengestimasi sebaran frekuensi dan pola segregasi karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570.

2. Mengestimasi jumlah gen yang mengendalikan karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Willis x B3570.

1.4 Landasan Teori

Produksi kedelai tidak sebanding dengan konsumsi kedelai yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk. Peningkatan produksi tanaman kedelai perlu terus diupayakan, salah satunya melalui program pemuliaan tanaman. Menurut Sofiari dan Kirana (2009) keragaman genetik merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemuliaan tanaman. Adanya keragaman genetik dalam suatu populasi berarti terdapat variasi nilai genotipe antara individu dalam populasi tersebut.

Persilangan antarspesies merupakan salah satu metode pemuliaan untuk perbaikan karakter suatu tanaman. Tetua yang lokusnya heterozigot akan menghasilkan turunan F1 yang beragam, sedangkan tetua yang lokusnya homozigot

menghasilkan turunan F1 yang seragam dan segregasi akan muncul pada generasi F2. Adanya segregasi mengakibatkan adanya keragaman genetik yang perlu diseleksi dan dievaluasi sesuai dengan tujuan pemuliaan. Keragaman genetik yang luas merupakan syarat berlangsungnya proses seleksi yang efektif karena akan memberikan keleluasaan dalam proses pemilihan suatu genotipe.


(21)

7 Selain itu, memberikan peluang yang lebih besar diperolehnya karakter-karakter yang diinginkan dalam suatu populasi (Rachmadi, 2000).

Seleksi adalah suatu proses pemuliaan tanaman dan merupakan dasar dari seluruh perbaikan tanaman untuk mendapatkan kultivar unggul baru. Keberhasilan seleksi tergantung pada kemampuan pemulia untuk memisahkan genotipe-genotipe unggul dari genotipe-genotipe yang tidak dikehendaki. Bagaimana cara membedakan antara genotipe unggul dengan genotipe yang tidak unggul atas dasar penilaian fenotipe individu atau kelompok tanaman yang dievaluasi

diperlukan pertimbangan tentang besaran beberapa parameter genetik (Barmawi, 2007). Pola segregasi suatu karakter merupakan salah satu parameter genetik yang perlu diestimasi dalam hubungannya dengan proses seleksi dan

penggabungan karakter-karakter penting dalam suatu genotipe (Alia dkk., 2004).

Melalui pendugaan pola segregasi dan jumlah gen yang terlibat dalam

mengendalikan suatu karakter akan dapat memberi gambaran tentang metode seleksi yang mungkin diterapkan dalam menangani generasi berikutnya, dan karakter yang berpeluang besar untuk diperbaiki (Wardhani dkk., 2001). Pola segregasi dan pendugaan jumlah gen yang terlibat dapat diduga dari sebaran frekuensi genotipe pada generasi F2. Pada generasi ini terjadi segregasi dan rekombinasi yang luas (Christiana, 1996).

Menurut Fehr (1987) kedelai memiliki kromosom rangkap 2 (diploid). Kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Dengan dilakukan selfing akan

mengakibatkan terjadi silang shingga terjadi peningkatan jumlah individu-individu homozigot dalam populasi yang bersangkutan (Kasno dkk., 1992).


(22)

8 Sesuai dengan mekanismenya setiap kali terjadi penyerbukan sendiri maka

frekuensi genotipe homozigot akan meningkat sedangkan frekuensi genotipe heterozigot akan menurun (Crowder, 1997).

Menurut Fehr (1987) Fenotipe individu ditentukan oleh genotipenya dan pengaruh lingkungan. Fenotipe mengacu kepada penampilan atau pengukuran karakter. Genotipe mengacu kepada gen yang mengendalikan karakter. Lingkungan meliputi seluruh faktor luar yang dapat mempengaruhi penampilan gen yang mengendalikan karakter. Karakter tanaman sering disebut sebagai kualitatif atau kuantitatif, tergantung kepada banyaknya gen yang mengendalikan mereka dan ada tidaknya pengaruh lingkungan atas penampilan gen itu. Karakter kualitatif memiliki fenotipe yang termasuk ke dalam kelas diskret. Mereka dikendalikan oleh satu atau beberapa gen utama yang penampilannya tidak dipengaruhi secara nyata oleh lingkungan. Pola segregasi pada karakter ini mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya. Karakter kuantitatif menunjukkan distribusi sinambung. Keragamannya dihubungkan dengan segregasi banyak gen atau poligen, yang mempunyai efek individual yang kecil dan dipengaruhi secara nyata oleh

lingkungan. Pola segregasi pada karakter ini tidak mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya.

Prinsip genetika yang digunakan oleh pemulia tanaman dalam seleksi karakter kualitatif dan kuantitatif didasarkan atas hukum hereditas yang ditemukan oleh Gregor Mendel dan pakar genetika sesudahnya. Pengertian tentang kaidah genetika memberikan kepada pemulia untuk memilih strategi pemuliaan yang sesuai untuk karakter yang diinginkan.


(23)

9 Menurut Allard (1995) ciri yang dapat digunakan untuk membedakan karakter kualitatif dan kuantitatif adalah dengan melakukan uji normalitas data pada karakter-karakter yang diamati. Aksi gen yang mengendalikan karakter yang diamati dapat diketahui melalui uji kecocokan atau kesesuaian (goodness of fit

test) sebaran frekuensi populasi F2 untuk karakter agronomi yang dipelajari

dengan menggunakan metode khi-kuadrat (Gomez dan Gomez, 1995).

Hasil penelitian Murti dkk. (2004) menunjukkan bahwa bentuk buah tomat masak pada tanaman tomat hasil persilangan GM1 dan GH memiliki nisbah genetik 12:3:1 yang dikendalikan oleh dua lokus dengan interaksi antar-lokus epistasis dominan. Penelitian Anderson dkk. (1993) menunjukkan bahwa jumlah polong dan jumlah biji per tanaman kacang tanah bersifat dominan dan dikendalikan oleh gen monogenik.

Penelitian Sriwidarti (2011) menunjukkan karakter jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman pada tanaman kacang panjang merupakan karakter kuantitatif yang menyebar normal dengan satu puncak. Hal ini menunjukkan bahwa karakter-karakter ini dikendalikan oleh banyak gen. Karakter umur berbunga, umur panen, dan tinggi tanaman yang dikendalikan oleh banyak gen termasuk dalam karakter kuantitatif. Penelitian Limbongan dkk. (2008)

menunjukkan bahwa umur berbunga pada tanaman padi sawah dikendalikan oleh banyak gen yang bersifat aditif dan ada efek dominansi. Untuk karakter umur panen dan tinggi tanaman dikendalikan oleh gen aditif x dominan.

Hasil penelitian Sofiari dan Kirana (2009) menunjukkan bahwa analisis pola segregasi dan distribusi beberapa karakter cabai seperti umur berbunga, panjang


(24)

10 buah, bobot buah per tanaman, dan jumlah buah per tanaman menunjukkan tipe segregasi kuantitatif, sedangkan bentuk buah menunjukkan tipe segregasi karakter kualitatif.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kedelai merupakan bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kebutuhan kedelai yang semakin meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk, menyebabkan Indonesia masih harus mengimpor kedelai. Hal ini karena produksi kedelai dalam negeri belum mampu memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut.

Adapun upaya peningkatan produksi kedelai baik secara kuantitas maupun kualitas dapat ditempuh melalui perakitan varietas unggul salah satunya melalui program pemuliaan tanaman yaitu dengan persilangan antartetua tanaman. Pada persilangan akan terjadi penggabungan sifat yang dimiliki oleh masing-masing tetua. Persilangan dua tetua yang memiliki sifat berbeda akan menciptakan keragaman genetik pada keturunannya. Keragaman genetik yang luas merupakan syarat berlangsungnya proses seleksi yang efektif karena akan memberikan keleluasaan yang lebih besar dalam memilih suatu genotipe yang memiliki karakter-karakter yang diinginkan dalam suatu populasi.

Generasi F2 yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil persilangan antara Wilis x B3570. Wilis dan B3570 memiliki ciri-ciri dan keunggulan masing-masing. Varietas Wilis mempunyai daya hasil yang cukup tinggi namun rentan terhadap penyakit virus kerdil SSV (Soybean Stunt Virus), sedangkan B3570


(25)

11 memilki daya hasil yang rendah, namun tahan terhadap penyakit virus kerdil SSV

(Soybean Stunt Virus). Benih F2 hasil persilangan Wilis x B3570 memiliki tingkat

segregasi yang tinggi serta rekombinan yang luas, sehingga mengakibatkan keragaman genetik yang besar untuk berbagai karakter agronomi. Persentase individu heterozigot pada generasi F2 adalah 50% dan homozigot masing-masing 25 %. pada generasi F2 ini dapat digunakan sebagai penduga pola segregasi dan jumlah gen yang terlibat dalam mengendalikan suatu karakter.

Pola segregasi suatu karakter merupakan salah satu parameter genetik yang perlu diestimasi dalam hubungannya dengan proses seleksi dan penggabungan karakter-karakter penting dalam suatu genotipe. Dengan pendugaan pola segregasi akan dapat memberi gambaran tentang sebaran frekuensi dan banyaknya gen yang terlibat dalam menampilkan suatu karakter. Estimasi suatu parameter genenik bertujuan agar proses seleksi dapat berjalan efektif dan efisien.

Karakter agronomi suatu tanaman adalah karakter-karakter yang berperan dalam penentuan atau pendistribusian potensi hasil suatu tanaman (karakter yang memiliki nilai ekonomi). Karakter agronomi suatu tanaman dikelompokkan menjadi dua yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif merupakan karakter yang dipengaruhi oleh satu sampai dua gen dan tidak

dipengaruhi lingkungan. Pola segregasi karakter ini mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya (diskontinu). Karakter kuantitatif merupakan karakter yang dikendalikan oleh banyak gen, dan penampilannya dipengaruhi oleh lingkungan. Pola segregasinya tidak mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya.


(26)

12 Adapun karakter agronomi yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi

tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir.

1.6 Hipotesis

1. Sebaran frekuensi karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570 yang meliputi tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir menyebar normal dan pola segregasi karakter tersebut tidak mengikuti nisbah Mendel atau modifikasinya.

2. Estimasi jumlah gen pengendali karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570 yang meliputi tinggi tanaman, umur berbunga, umur panen, jumlah cabang produktif, jumlah polong per tanaman, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir, dikendalikan oleh banyak gen.


(27)

1

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1Sistematika Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Tanaman ini berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, kedelai dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah

Mansyuria Jepang (Asia Timur) dan kenegara-negara lain di Amerika dan Afrika (Sutomo, 2011).

Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies:

Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak

putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). Glycine max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia. Beberapa kultivar kedelai putih budidaya di Indonesia, di antaranya adalah


(28)

2 berbiji besar berwarna hijau yang belum lama dikenal di Indonesia dan berasal dari Jepang.

1.2Morfologi Tanaman Kedelai

Kedelai merupakan ternadikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Tanaman ini berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Kondisi ini

menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman berbunga terlalu dini berbunga (Padjar, 2010).

1.2.1Biji Kedelai

Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrionya terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.

1.2.2Batang Kedelai

Tinggi tanaman kedelai berkisar 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi


(29)

3 terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (

semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan

mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya (Padjar, 2010).

1.2.3 Bunga Kedelai

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong (Padjar, 2010).

1.2.4 Buah Kedelai

Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman (Padjar, 2010).


(30)

4 1.3Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai

1.3.1Tanah

Tanaman kedelai dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan syarat drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air yang cukup selama masa pertumbuhan. Kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah alluvial, regosol grumosol, latosol dan andosol, podsolik merah kuning. Tanah yang mengandung pasir kuarsa, perlu diberi pupuk organik atau kompos, fosfat dan pengapuran dalam jumlah cukup.

Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5

pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik. Dalam budidaya tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.

2.3.2 Iklim

Umumnya pertumbuhan terbaik tanaman kedelai terjadi pada temperatur 2527 oC, dengan penyinaran penuh (minimal 10 jam/hari). Tanaman kedelai menghendaki curah hujan optimal 100 200 mm/bulan, dengan kelembaban rata-rata 50%. Kedelai dapat tumbuh pada ketinggian tempat 0 – 900 meter dari permukaan laut, namum optimalnya 650 meter dari permukaan laut (Sutomo, 2011).


(31)

5 1.4Varietas Kedelai

Kedelai varietas Wilis dilepas tahun 1983, oleh Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Wilis berasal dari galur F4 persilangan varietas No. 1682 dengan Orba, yang disilangkan di Bogor pada tahun 1975. Keturunan dari persilangan diseleksi dengan metode seleksi massa berstrata berdasarkan umur matang, mulai generasi F2 sampai F4. Pembuatan galur murni dilakukan pada generasi F4. Galur yang terbaik adalah No. 1682/1343-1-1-0, yang kemudian dilepas sebagai varietas baru, dengan nama Wilis. Dari 18 lingkungan percobaan, Wilis menghasilkan rata-rata 1626 kg/ha, sedangkan varietas pembanding Orba 1311 kg/ha, dan varietas lokal 1269 kg/ha. Umur matang Wilis 88 hari, bertipe tumbuh determinit, tinggi batang sedang (40 -50 cm), batang kokoh, bercabang dan tidak mudah rebah. Warna batang hijau, warna hipokotil ungu, warna daun hijau, warna bulu coklat tua, warna bunga ungu, warna polong tua coklat kehitaman, warna kulit biji kuning, dan umur berbunga 39 hari. Ukuran biji Wilis kecil (9–10 gram/l00 biji), berbentuk bundar lonjong (oval) dan agak pipih, berwama kuning seragam, dengan hilum berwama coklat tua. Kadar protein 37,0% dan kadar lemak 18,0%. Varietas ini agak tahan terhadap penyakit karat daun dan virus. Wilis nenunjukkan reaksi toleran, yakni gejala serangan karat hanya terjadi pada tanaman nenjelang matang dan tidak mengakibatkan penurunan hasil secara nyata (Balitkabi, 2011).

Wilis cocok ditanam pada lahan bekas padi sawah dengan pengolahan minimal atau tanpa pengolahan tanah. Kecambah mempunyai vigor yang baik,


(32)

6 baik. Kemurnian benih penjenis dipertahankan di Balai Penelitian Tanaman Pangan Bogor (Sumarno, 1982).

Kedelai varietas B3570 merupakan galur harapan kedelai tahan terhadap penyakit virus kerdil SSV (soybean stunt virus), namun demikian galur kedelai tersebut mempunyai daya hasil dan kualitas yang rendah (Barmawi, 2007).

1.5Karakter Agronomi Tanaman Kedelai

Karakter agronomi adalah karakter-karakter yang berperan dalam penentuan atau pendistribusian potensi hasil suatu tanaman, yang secara umum terbagi menjadi dua, yaitu karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter kualitatif adalah karakter-karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen, seperti tipe tumbuh, warna bunga, bentuk bunga, warna hipokotil, bentuk buah, bentuk biji, bentuk daun, dan bagian tanaman lain. Pengamatan karakter kualitatif didasarkan atas pedoman gambar atau kelas dan diwujudkan dalam bentuk skor angka (Sofiari dan Kirana, 2009).

Karakter kuantitatif merupakan karakter-karakter yang dikendalikan oleh banyak gen, dan pada karakter-karakter ini pengaruh lingkungan terhadap fenotipe sangat besar. Pengamatan karakter kuantitatif dilakukan melalui

perhitungan/pengukuran. Seperti halnya tinggi tanaman, jumlah biji per polong, bobot 100 biji, umur berbunga, jumlah cabang produktif dan hasil, adalah sifat kuantitatif (Baihaki, 2000).


(33)

7 1.6Segregasi

Pewarisan suatu sifat ditentukan oleh pewarisan materi tertentu. Mendel menyebut materi yang diwariskan ini sebagai faktor keturunan (herediter), yang pada

perkembangan berikutnya hingga sekarang dinamakan gen.

Menurut Gardner (1991 yang dikutip Muchsi 2006) hukum Mendel mendasari pemindahan gen-gen dari tetua ke keturunan, kemudian dari generasi ke generasi.

Sebelum melakukan suatu persilangan, setiap individu menghasilkan gamet-gamet yang kandungan gennya separuh dari kandungan gen pada individu. Prinsip inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum segregasi atau hukum Mendel I.

Hukum segregasi :

Pada waktu berlangsung pembentukan gamet, tiap pasang gen akan memisah ke dalam masing-masing gamet yang terbentuk.

Hukum Mendel 1 (Hukum Segregasi) mengemukakan bahwa pada saat

pembentukan gamet terjadi pemisahan alel secara bebas, sehingga setiap gamet yang akan terbentuk akan menerima salah satu dari alel yang terpisah tadi. Hal inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum pemilihan bebas (the law of

independent assortment) atau hukum Mendel II (Wisnu, 2011).

Hukum Perpaduan Bebas :

Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi


(34)

8 Dalam hal ini jelas bahwa pada saat pembentuan gamet akan terjadi perpasangan alel secara bebas dari kedua parental.

1.7Modifikasi Nisbah Mendel

Secara garis besar modifikasi nisbah Mendel dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu modifikasi nisbah 3 : 1 dan modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1.

1.7.1 Modifikasi Nisbah 3 : 1

Ada dua macam modifikasi nisbah 3 : 1 yang masing-masing menghasilkan nisbah fenotipe yang berbeda pada generasi F2.

1. Semi dominansi

Peristiwa semi dominansi terjadi apabila suatu alel dominan tidak menutupi pengaruh alel resesifnya dengan sempurna, sehingga pada individu heterozigot akan muncul sifat antara (intermedier). Dengan demikian, individu heterozigot akan memiliki fenotipe yang berbeda dengan fenotipe individu homozigot dominan. Akibatnya, pada generasi F2 tidak didapatkan nisbah fenotipe 3 : 1, tetapi menjadi 1 : 2 : 1 seperti halnya nisbah genotipe.

2. Kodominansi

Seperti halnya semi dominansi, peristiwa kodominansi akan menghasilkan nisbah fenotipe 1 : 2 : 1 pada generasi F2. Bedanya, kodominansi tidak memunculkan sifat antara pada individu heterozigot, tetapi menghasilkan sifat


(35)

9 yang merupakan hasil ekspresi masing-masing alel. Dengan perkataan lain, kedua alel akan sama-sama diekspresikan dan tidak saling menutupi.

2.7.2 Modifikasi Nisbah 9 : 3 : 3 : 1

Modifikasi nisbah 9 : 3 : 3 : 1 disebabkan oleh peristiwa yang dinamakan

epistasis, yaitu penutupan ekspresi suatu gen nonalelik. Jadi, dalam hal ini suatu gen bersifat dominan terhadap gen lain yang bukan alelnya. Ada beberapa macam epistasis, masing-masing menghasilkan nisbah fenotipe yang berbeda pada

generasi F2.

1. Epistasis resesif

Peristiwa epistasis resesif terjadi apabila suatu gen resesif menutupi ekspresi gen lain yang bukan alelnya. Akibat peristiwa ini, pada generasi F2 akan diperoleh nisbah fenotipe 9 : 3 : 4.

2. Epistasis dominan

Pada peristiwa epistasis dominan terjadi penutupan ekspresi gen oleh suatu gen dominan yang bukan alelnya. Nisbah fenotipe pada generasi F2 dengan adanya epistasis dominan adalah 12 : 3 : 1.

3. Epistasis resesif ganda

Apabila gen resesif dari suatu pasangan gen, katakanlah gen I, epistatis terhadap pasangan gen lain, katakanlah gen II, yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I,


(36)

10 maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis resesif ganda. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9 : 7 pada generasi F2.

4. Epistasis dominan ganda

Apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen dominan dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I, maka epistasis yang terjadi dinamakan epistasis dominan ganda. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 15 : 1 pada generasi F2.

5. Epistasis domian-resesif

Epistasis dominan-resesif terjadi apabila gen dominan dari pasangan gen I epistatis terhadap pasangan gen II yang bukan alelnya, sementara gen resesif dari pasangan gen II ini juga epistatis terhadap pasangan gen I. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 13 : 3 pada generasi F2.

6. Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif

Epistasis gen duplikat dengan efek kumulatif terjadi jika kondisi dominan (baik homozigot ataupun heterozigot) pada salah satu lokus (tapi bukan keduanya) menghasilkan fenotipe sama. Epistasis ini menghasilkan nisbah fenotipe 9:6:1 pada generasi F2.


(37)

11 Ada beberapa istilah yang perlu diketahui untuk menjelaskan prinsip-prinsip pewarisan sifat. Seperti telah disebutkan di atas, P (parental) adalah individu tetua, F1 ( filial) adalah keturunan generasi pertama, dan F2 adalah keturunan generasi ke dua. Selanjutnya, alel adalah bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Gen dominan adalah gen yang ekspresinya

menutupi ekspresi alelnya. Sebaliknya, gen resesif adalah gen yang ekspresinya ditutupi oleh ekspresi alelnya. Fenotipe adalah ekspresi gen yang langsung dapat diamati sebagai suatu sifat pada suatu individu. Dengan kata lain fenotip adalah manifestasi genotip yang dapat dilihat pada tingkat makroskopis. Sementara itu, susunan genetik yang mendasari pemunculan suatu sifat dinamakan genotipe. Homozigot adalah individu yang genotipenya memiliki alel yang sama. Heterozigot adalah individu yang genotipenya memiliki alel yang berbeda (Wisnu, 2011).


(38)

1

III. BAHAN DAN METODE

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2011 sampai bulan Februari 2012. Pengamatan kemudian dilanjutkan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gembor, selang air, cangkul, tugal, koret, meteran, tali rafia, benang, kertas label, gunting, bambu, jaring, plastik, golok, kantung panen, knapsack sprayer, mistar, dan alat tulis. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari benih kedelai varietas Wilis (P1), varietas B3570 (P2), F2 (benih kedelai hasil persilangan sendiri F1 antara Wilis x B3570), Furadan 3G, insektisida berbahan aktif Deltametrin dengan merk dagang Decis 2,5 EC, fungisida berbahan aktif Mankozep 80%, pupuk Urea 50 kg/ha, SP36 100 kg/ha, dan KCL 100 kg/ha. Benih-benih yang digunakan adalah benih galur-galur kedelai hasil pemuliaan Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S.


(39)

2 3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan rancangan tanpa ulangan. Pengulangan tidak dilakukan karena benih yang digunakan adalah benih F2 yang masih bersegregasi dan masih memiliki persentase heterozigot (1/2 x 100% = 50%) ( Mahendra 2010), dan benih belum homozigot secara genetik (Baihaki, 2000).

3.3.1Analisis segregasi karakter agronomi tanaman kedelai

Karakter agronomi masing-masing tanaman dari populasi F2 dikelompokkan ke dalam fenotipe/kelas tertentu, dan jumlahnya dihitung. Adapun rumus uji yang digunakan dalam analisis segregasi kesesuaian distribusi normal karakter agronomi tanaman kedelai dari populasi F2 adalah uji Khi-kuadrat.

Uji khi-kuadrat digunakan untuk menguji kesesuaian antara nilai pengamatan dan nilai harapan (Gomez dan Gomez, 1995) sebagai berikut:

1. Banyaknya data pengamatan (n) dinyatakan ke dalam tabel frekuensi. Kemudian ditentukan wilayah data sebagai perbedaan antara pengamatan terbesar dan terkecil, dan wilayah tersebut dibagi ke dalam kelas (p). Untuk setiap kelas, ditentukan nilai kelas (titik tengah wilayah kelas) dengan membuat rata-rata dari nilai batas terendah dan tertinggi

2. Dari tabel frekuensi yang telah dibuat, dihitung rataan (X ) dan ragam (s2) sebagai berikut:

  

   p i i p i i i f X f X 1 1


(40)

3

 

 

  

                      

    p i p i i p i i i i i p i i f X f X f f s 1 1 2 1 2 1 2 1 1

Keterangan: Xi = nilai kelas ke-i ; fi = frekuensi kelas ke-i ; dan p = banyaknya kelas

3. Frekuensi harapan dari setiap kelas dihitung berdasarkan hipotesis sebaran peluangnya.

- Untuk setiap kelas, dihitung nilai Z baku, satu untuk batas terendah (Zl) dan lainnya batas tertinggi (Zh)

s X L

Zll  dan

s X L Zhh

Keterangan: Li = batas kelas terendah; Lh = batas kelas tertinggi

- Peluang setiap selang kelas ditentukan berdasarkan hipotesis sebaran peluang sebagai berikut:

Z

l

X

Z

h

P

P

Z

l

X

Z

h

P

P

menunjukkan peluang bahwa X berada di antara Zldan Zh

- Frekuensi harapan untuk kelas ke-i (Fi) dihitung sebagai hasil kali peluang kelas ke-i (Pi) yang ditentukan pada langkah sebelumnya dan banyaknya pengamatan (n):

)

)(

(

i i

n

P

F


(41)

4

4. Rumus x2-hitung sebagai berikut:

i p

i

i i

F F f x

  1

2 2

Keterangan: fi = frekuensi pengamatan ; Fi = frekuensi harapan bagi kelas ke-i 5. Nilai hitung x2 dibandingkan dengan nilai tabelx2 dengan derajat kebebasan (p -3), dan hipotesis sebaran peluang ditolak apabila nilai hitung x2 melebihi nilai tabelx2 pada taraf nyata 0,01.

Hipotesis pertama (H0) menduga bahwa uji kesesuaian distribusi normal

karakter agronomi tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570 berdistribusi normal; dengan demikian H0 diterima bila X2hitung<X2tabel.

Sebalikknya, H0 ditolak jika X2hitung>X2tabel

3.3.2Uji signifikansi untuk berbagai nisbah teoretis generasi F2

Kesesuaian segregasi karakter agronomi populasi F2 Wilis x B3570 dengan tipe segregasi yang diharapkan diuji dengan 2

untuk goodness of fit (kesesuaian). 1) Dua kelas


(42)

5

Keterangan:

Oj = jumlah pengamatan dalam kelas/kelompok ke-i

Ej = jumlah pengamatan yang diharapan dalam kelas/kelompok ke-i j = 1, 2, 3, … c

Estimasi jumlah gen yang mengendalikan karakter yang memiliki nisbah kesesuaian antara nilai pengamatan dan harapan, dianggap sebagai jumlah gen yang mengendalikan karakter yang diamati.

Andaikan gen pengendali bersifat sederhana maka populasi F2 akan dicocokkan terhadap beberapa nisbah, tergantung dari bentuk grafik yang diperoleh (Snyder dan David, 1957; dikutip oleh Barmawi, 1998), sebagai berikut:

1. Jika grafik penyebaran populasi F2 menunjukkan dua puncak, maka

kemungkinan nisbah yang terjadi adalah 3:1 (1 gen dominan penuh), 9:7 (2 gen epistasis resesif duplikat), 13:3 (2 gen epistasis dominan resesif), 15:1 (2 gen epistasis dominan duplikat).

2. Jika grafik penyebaran populasi F2 menunjukkan tiga puncak, maka kemungkinan nisbah yang terjadi adalah 1:2:1 (1 gen dominan tidak sempurna), 9:3:4 (2 gen epistasis resesif), 9:6 :1 (2 gen dengan efek kumulatif), 12:3:1 (2 gen epistasis dominan).

3. Jika grafik penyebaran populasi F2 menunjukkan lebih dari tiga puncak, maka kemungkinan nisbah fenotipe yang terjadi adalah 9:3:3:1 (2 gen dominan penuh), atau 6:3:3:4 (1 pasang gen dominan sempurna dan 1 pasang gen dominan sebagian); apabila salah satu pasang gen homozigos resesif, pasangan


(43)

6 gen yang satu akan epistasis terhadap gen lainnya, sedangkan bila kedua gen homozigos resesif, pasangan gen yang kedua epistasis terhadap pasangan gen yang pertama.

4. Grafik yang unimodal (menyebar normal) menunjukkan pewarisan poligenik

Hipotesis pertama (H0) menduga bahwa pola segregasi karakter agronomi

tanaman kedelai generasi F2 hasil persilangan Wilis x B3570 sesuai dengan nisbah Mendel atau modifikasi nisbah Mendel; dengan demikian H0 diterima bila

X2hitung<X2tabel. Sebalikknya, H0 ditolak jika X2hitung>X2tabel

3.3.3 Uji kemenjuluran grafik sebaran normal

Sebaran frekuensi karakter yang berdistribusi normal diuji kemenjulurannya untuk mengetahui bahwa sebaran frekuensi karakter tersebut berdistribusi normal

dengan kurva setangkup. Sebaran frekuensi karakter dikatakan normal apabila nilai SK terletak antara -3 dan +3 (Walpole, 1997). Rumus hitung SK sebagai berikut:

Keterangan: SK= simpangan kemenjuluran; = nilai tengah; = median; = simpangan baku.


(44)

7

3.4Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Penentuan jumlah populasi

Menurut Baihaki (yang dikutip Barmawi, 1998) ada beberapa alasan dalam penentuan besarnya populasi F2 minimum agar diperoleh minimal satu genotipe yang diinginkan dari populasi yang ditelaah dan menjamin segregasi yang diharapkan. Beberapa alasan tersebut apabila:

a) Karakter yang diamati mahal dan pengamatannya membutuhkan waktu lama. b) Dugaan kontrol genetik dari karakter tersebut sederhana dan jumlah gen yang

mengendalikannya dua gen.

Rumus yang digunakan untuk penentuan jumlah populasi F2 minimum adalah rumus Burnham yang dikutip oleh Barmawi (1998) sebagai berikut:

Keterangan :

n : jumlah tanaman yang dibutuhkan F : α = 0,01

q : peluang kegagalan memperoleh genotipe yang diinginkan (genotipe yang tidak diharapkan)

Adapun jumlah populasi F2 minimum tanaman kedelai adalah F= 0.01 ; q= 15/16

n = log F/log q = log 0,01/log 15/16 = -2/-0,0280 n= 71,4286 tanaman ~ 80 tanaman.


(45)

8

3.4.2Persiapan tanam

Menurut Mahendra (2010), pengolahan tanah dilakukan dengan cara mencangkul lahan sedalam 30—50 cm sampai tanah remah, kemudian diratakan. Percobaan menggunakan tata letak tanpa ulangan. Benih kedelai ditanam pada petak percobaan berukuran 5 m x 5 m. Pada petak tersebut terdapat 6 baris tanaman, setiap baris terdapat 20 lubang tanam. Penanaman benih dilakukan secara tugal sedalam 3—5 cm dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm. Setiap lubang berisi dua benih. Setelah benih ditaman diaplikasikan juga Furadan ± 10—15 butir per tanaman untuk mencegah serangga yang akan merusak benih.

3.4.3Pemeliharaan

Menurut Muchsi (2006), penyiraman rutin dilakukan setiap hari jika tidak ada hujan. Pupuk yang digunakan adalah Urea 50kg/ha, SP36 100 kg/ha, dan KCl 100 kg /ha. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara membuat lubang ± 10 cm. Untuk mencegah serangan hama dan patogen maka dilakukan penyemprotan dengan insektisida berbahan aktif Deltametrin dengan merk dagang Decis 2,5 EC, dan fungisida berbahan aktif Mankozep 80% setiap satu minggu sekali, atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Pemasangan patok dilakukan setelah benih ditanam dan pemasangan label tiap tanaman yang berisikan nama benih kedelai hasil persilangan sendiri F1 antara Wilis x B3570 (F2) dan tanggal penanaman dilakukan setelah benih kedelai


(46)

9 tumbuh menjadi tanaman normal. Pengendalian gulma dilakukan setiap satu minggu secara mekanis.

3.4.4Pemanenan

Panen kedelai ditentukan berdasarkan umur tanaman dan kenampakan dari luar. Ciri-ciri umum tanaman kedelai sudah siap panen yaitu polong secara merata telah berwarna kuning kecokelatan, batang-batangnya sudah kering dan sebagian daun-daunnya sudah kering dan rontok. Pemanenan dilakukan dengan mencabut tanaman dan dikumpulkan berdasarkan populasinya. Setelah itu tanaman dijemur lalu dipisah polongnya. Kemudian polong kedelai dimasukkan ke dalam amplop yang terbuat dari kertas koran. Satu amplop untuk satu tanaman.

3.4.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada setiap tanaman. Peubah-peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah:

1. Tinggi tanaman (cm)

Diukur setelah panen, ketika pertumbuhan vegetatif sudah maksimal. Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari leher akar hingga titik tumbuh tanaman.

2. Umur tanaman berbunga pertama kali (hari)

Dihitung berdasarkan jumlah hari sejak tanam sampai tanaman mulai berbunga untuk yang pertama kali.

3. Umur panen (hari)

Dihitung berdasarkan jumlah hari sejak tanam sampai tanaman (polong) siap dipanen. Polong siap dipanen jika polong sudah kering berwarna coklat.


(47)

10

4. Jumlah cabang produktif per tanaman (buah)

Dihitung berdasarkan banyaknya cabang tanaman yang dapat menghasilkan polong.

5. Jumlah polong per tanaman (buah)

Dihitung berdasarkan jumlah seluruh polong yang dihasilkan pada setiap tanaman.

6. Bobot biji per tanaman (gram)

Ditimbang berdasarkan bobot biji per tanaman pada kadar air 12% yang dilakukan setelah pemanenan.

7. Bobot 100 biji (gram)

Diukur berdasarkan rata-rata bobot 100 butir pada kadar air 12% yang diambil secara acak.


(48)

34

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sebaran frekuensi karakter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang produktif, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir menyebar normal. Untuk karakter umur panen dan jumlah polong per tanaman tidak menyebar normal.

2. Estimasi jumlah gen pengendali karakter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang produktif, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir, dikendalikan oleh banyak gen. Estimasi jumlah gen yang mengendalikan karakter umur panen, dan jumlah polong per tanaman yaitu dua gen yang bekerja secara epistasis dominan duplikat mengikuti nisbah 15:1 untuk karakter umur panen, dan dua gen duplikat yang bekerja secara epistasis dengan efek kumulatif mengikuti nisbah 9:6 :1 untuk karakter jumlah polong per tanaman.

5.2 Saran

Perlu ditanam kembali benih kedelai hasil persilangan Wilis x B3570 sehingga seleksi karakter agronomi populasi tersebut dapat dilakukan pada generasi lanjut mulai pada generasi ke-5 atau ke-6.


(49)

1

DAFTAR PUSTAKA

Alia, Y., A. Baihaki, N. Hermiati, dan Y. Yuwariah. 2004. Pola pewarisan

karakter jumlah berkas pembuluh kedelai. Zuriat. 15 (1): 4-30.

Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons. Inc. New York-London. 485 pp.

Allard, R. W. 1995. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons. Inc. New York. 485 pp.

Anderson, W. F., M.S. Fitzner, T.G. Isleib. 1993. Combining ability for large pod

and seed traits in peanut. Peanut. 20 (1): 49-52.

Anggoro G. W., Susanto dan M. Muchlish Adie. 2008. Pola pewarisan karakter

bentuk daun tanaman kedelai. J. Agrivigor. 8 (1): 10-14.

Badan Pusat Statistik. 2011. Data Produksi Tanaman Kedelai. Jakarta : Katalog BPS 521. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?adodb_next_page=3&eng=0& pgn=3&prov=99&thn1=2009&thn2=2011&luas=1&produktivitas=1&produksi =1. Diakses 21 Okober 2011.

Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Universitas Padjajaran. Diktat mata kuliah: Bandung. 91 hlm.

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 2011.

Varietas Unggul Kedelai. http://www. litbang.deptan.go.id/varietas/?l=300

&k=310&n=&t=&sv=. Diakses 31 Oktober 2011.

Barmawi, M. 2007. Pola segregasi dan heritabilitas sifat ketahanan kedelai

terhadap Cowpea Mild Mottle Virus populasi Willis x MLG2521. J. HPT

Tropika. 7 (1): 48 – 52.

Basuki, N. 1995. Pendugaan Peran Gen. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang. 48 hlm.

Barmawi, M. 1998. Hubungan antara ketahanan tanaman kedelai terhadap Lalat Kacang (Ophiomyia Phaseoli Tryon) dengan aktivitas Peroksidase dan


(50)

2 Christiana, A. L. 1996. Pewarisan sifat ketahanan kedelai terhadap serangan

Ophyomia phaseoli Tryon di dalam kurungan kasa. Skripsi. Universitas

Padjajaran. Bandung. 64 hlm.

Crowder, L. V. 1993. Genetika Tumbuhan (Diterjemahkan oleh Lilik Kurdiati dan Sutarso) Cetakan III. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. 499 hlm Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan (Diterjemahkan oleh Lilik Kurdiati).

Gajah Mada University Press: Yogyakarta. 499 hlm.

Fehr, W. R. 1987. Principles of Cultivar Development: Theory and Technique.

Vol 1. Macmillan Publishing Company. New York. 536 pp.

Gani, J.A.2000. Kedelai varietas unggul. Lembar informasi pertanian (Liptan): Mataram.

Gomez, A. K., & A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia. 313 hlm.

Hembing, 2010. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembanagn Kesehatan. Departemen kesehatan. Jakarta. http://Kedelai. Cancer_Chemoprevention_Research _Center=(CCRC).Html. Diakses 31 Oktober 2011.

Kasno, A., M. Dahlan, Hasnam. 1992. Prosiding : Simposium pemuliaan tanaman I. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, Jawa Timur.

Kurniawan. H., Nasrullah, dan Murti, R. H. 2006. Pewarisan sifat jumlah bunga

tiap tandan dan ukuran buah tomat. Agrosains. 19 (3): 319-324.

Limbongan, Yusuf., Hajrial Aswidinnoor., Bambang S. Purwoko.,

Trikoesoemaningtyas. 2008. Pewarisan sifat toleran padi sawah (Oryza sativa

L.) terhadap cekaman suhu rendah. Bul. Agro. 36 (2): 111-117.

Mahendra, W. 2010. Pendugaan ragam, heritabilitas, dan kemajuan seleksi

kacang kanjang (Vigna Sinensis var. Sesquipedalis [L.] Koern.) populasi F2

keturunan persilangan Testa Hitam x Bernas Super. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung. 71 hlm.

Millah, Z., R. Setiamihardja, A. Baihaki, dan YS. Darsa. 2004. Pewarisan

karakter jumlah biji per polong dan warna biji tanaman kacang tanah (Arachis

hypogaea). Zuriat. 15 (1): 53-58.

Muchsi, Y. F. 2006. Pola segregasi dan heretabilitas sifat ketahanan kedelai populasi Willis x MLG 2521 terhadap serangan CPMMV (Cowpea Mild


(51)

3 Murti, RH., T. Kurniawati, dan Nasrullah. 2004. Pola pewarisan karakter buah

tomat. Zuriat. 15 (2) : 140-149.

Padjar, M. 2010. Varietas Kedelai. http://dedenia 72. wordpress.com /2009/09/02/ varietas-kedelai-soybean-part-1/html. Diakses tanggal 22 Oktober 2011.

Petr, F. C. dan K. I. Frey. 1966. Genotype Correlation, Dominance and

Heritability of Quantitive Characters in Oat. Crop. Sci. 6 : 259 –262

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor: Bogor. 163 hlm.

Rachmadi, Meddy. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Universitas Padjajaran : Bandung. 116 hlm.

Sari, D. Y. 2007. Uji vigor dan kekuatan tumbuh benih tiga varietas kedelai

(Glycine max [L.] Merr.) pada media beraluminium. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung. 87 hlm.

Snyder, L. H. dan R. P. David. 1957. The Principles of Heredity. Health and Company: USA. 507 pp.

Sofiari, E. dan R. Kirana. 2009. Analisis pola segregasi dan distribusi beberapa

karakter cabai. J. Hort. 19 (3) : 255-263.

Sriwidarti. 2011. Pola pewarisan karakter kualitatif dan kuantitatif kacang

panjang keturunan Testa Coklat x Testa Hitam. Tesis. Universitas Lampung.

Bandar Lampung. 1-25 hlm.

Stanfield, W. D. 1991. Teori dan Soal-soal Genetika. Edisi ke dua.

Diterjemahkan oleh Apandi, M. dan L.T. Hardy. Erlangga: Jakarta. 417 hlm Stansfield W. dan Susan Elrod. 2006. Genetika. Edisi ke empat. Erlangga. Jakarta.

328 hlm.

Sumarno.1982. Pembentukan Varietas Unggul Kedelai Wilis. Stensilan. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor: Bogor. 67 hlm.

Sutomo, 2011. Budidya tanaman kedelai unggul. http://www. gerbangpertanian. com/2010/04/budidaya-tanaman-kedelai-unggul.html. Diakses tanggal 22 Oktober 201.

Walpole, R. E. 1997. Pengantar Statistika. Edisi ke tiga. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 57—58 hlm.

Wardhani, Y., Nur B., dan Lita Soetopo. 2001. Pewarisan dan peran gen yang

mengendalikan karakter morfologi buah mentimun (Cucumis sativus L.). J.


(52)

4 Wirnas, D. 2005. Analisis kuantitatif dan molekular dalam rangka mempercepat

perakitan varietas baru kedelai toleran terhadap intensitas cahaya rendah.

Makalah Pribadi Falsafah Sains. Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Wiroatmojo, 2000. Kedelai. http://cerianet agricultur.blogspot.Com/2009/02/ manfaat – kedelai. html. Diakses tanggal 23 Maret 2011.

Wisnu, M. 2011. Dasar-dasar Pewarisan Mendel. http://pttipb.wordpress.com/ category/04-Dasar-dasar-Pewarisan-dan-Mendel/ Diakses tanggal 22 Oktober 2011.


(1)

4. Jumlah cabang produktif per tanaman (buah)

Dihitung berdasarkan banyaknya cabang tanaman yang dapat menghasilkan polong.

5. Jumlah polong per tanaman (buah)

Dihitung berdasarkan jumlah seluruh polong yang dihasilkan pada setiap tanaman.

6. Bobot biji per tanaman (gram)

Ditimbang berdasarkan bobot biji per tanaman pada kadar air 12% yang dilakukan setelah pemanenan.

7. Bobot 100 biji (gram)

Diukur berdasarkan rata-rata bobot 100 butir pada kadar air 12% yang diambil secara acak.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sebaran frekuensi karakter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang produktif, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir menyebar normal. Untuk karakter umur panen dan jumlah polong per tanaman tidak menyebar normal.

2. Estimasi jumlah gen pengendali karakter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah cabang produktif, bobot biji per tanaman, dan bobot 100 butir, dikendalikan oleh banyak gen. Estimasi jumlah gen yang mengendalikan karakter umur panen, dan jumlah polong per tanaman yaitu dua gen yang bekerja secara epistasis dominan duplikat mengikuti nisbah 15:1 untuk karakter umur panen, dan dua gen duplikat yang bekerja secara epistasis dengan efek kumulatif mengikuti nisbah 9:6 :1 untuk karakter jumlah polong per tanaman.

5.2 Saran

Perlu ditanam kembali benih kedelai hasil persilangan Wilis x B3570 sehingga seleksi karakter agronomi populasi tersebut dapat dilakukan pada generasi lanjut mulai pada generasi ke-5 atau ke-6.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alia, Y., A. Baihaki, N. Hermiati, dan Y. Yuwariah. 2004. Pola pewarisan

karakter jumlah berkas pembuluh kedelai. Zuriat. 15 (1): 4-30.

Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons. Inc. New York-London. 485 pp.

Allard, R. W. 1995. Principles of Plant Breeding. John Wiley and Sons. Inc. New York. 485 pp.

Anderson, W. F., M.S. Fitzner, T.G. Isleib. 1993. Combining ability for large pod

and seed traits in peanut. Peanut. 20 (1): 49-52.

Anggoro G. W., Susanto dan M. Muchlish Adie. 2008. Pola pewarisan karakter

bentuk daun tanaman kedelai. J. Agrivigor. 8 (1): 10-14.

Badan Pusat Statistik. 2011. Data Produksi Tanaman Kedelai. Jakarta : Katalog BPS 521. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php?adodb_next_page=3&eng=0& pgn=3&prov=99&thn1=2009&thn2=2011&luas=1&produktivitas=1&produksi =1. Diakses 21 Okober 2011.

Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Universitas Padjajaran. Diktat mata kuliah: Bandung. 91 hlm.

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 2011.

Varietas Unggul Kedelai. http://www. litbang.deptan.go.id/varietas/?l=300

&k=310&n=&t=&sv=. Diakses 31 Oktober 2011.

Barmawi, M. 2007. Pola segregasi dan heritabilitas sifat ketahanan kedelai

terhadap Cowpea Mild Mottle Virus populasi Willis x MLG2521. J. HPT

Tropika. 7 (1): 48 – 52.

Basuki, N. 1995. Pendugaan Peran Gen. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya: Malang. 48 hlm.

Barmawi, M. 1998. Hubungan antara ketahanan tanaman kedelai terhadap Lalat Kacang (Ophiomyia Phaseoli Tryon) dengan aktivitas Peroksidase dan


(4)

Christiana, A. L. 1996. Pewarisan sifat ketahanan kedelai terhadap serangan

Ophyomia phaseoli Tryon di dalam kurungan kasa. Skripsi. Universitas

Padjajaran. Bandung. 64 hlm.

Crowder, L. V. 1993. Genetika Tumbuhan (Diterjemahkan oleh Lilik Kurdiati dan Sutarso) Cetakan III. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. 499 hlm Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan (Diterjemahkan oleh Lilik Kurdiati).

Gajah Mada University Press: Yogyakarta. 499 hlm.

Fehr, W. R. 1987. Principles of Cultivar Development: Theory and Technique.

Vol 1. Macmillan Publishing Company. New York. 536 pp.

Gani, J.A.2000. Kedelai varietas unggul. Lembar informasi pertanian (Liptan): Mataram.

Gomez, A. K., & A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. Edisi Kedua. Penerbit Universitas Indonesia. 313 hlm.

Hembing, 2010. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembanagn Kesehatan. Departemen kesehatan. Jakarta. http://Kedelai. Cancer_Chemoprevention_Research _Center=(CCRC).Html. Diakses 31 Oktober 2011.

Kasno, A., M. Dahlan, Hasnam. 1992. Prosiding : Simposium pemuliaan tanaman I. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, Jawa Timur.

Kurniawan. H., Nasrullah, dan Murti, R. H. 2006. Pewarisan sifat jumlah bunga

tiap tandan dan ukuran buah tomat. Agrosains. 19 (3): 319-324.

Limbongan, Yusuf., Hajrial Aswidinnoor., Bambang S. Purwoko.,

Trikoesoemaningtyas. 2008. Pewarisan sifat toleran padi sawah (Oryza sativa

L.) terhadap cekaman suhu rendah. Bul. Agro. 36 (2): 111-117.

Mahendra, W. 2010. Pendugaan ragam, heritabilitas, dan kemajuan seleksi

kacang kanjang (Vigna Sinensis var. Sesquipedalis [L.] Koern.) populasi F2

keturunan persilangan Testa Hitam x Bernas Super. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung. 71 hlm.

Millah, Z., R. Setiamihardja, A. Baihaki, dan YS. Darsa. 2004. Pewarisan

karakter jumlah biji per polong dan warna biji tanaman kacang tanah (Arachis

hypogaea). Zuriat. 15 (1): 53-58.

Muchsi, Y. F. 2006. Pola segregasi dan heretabilitas sifat ketahanan kedelai populasi Willis x MLG 2521 terhadap serangan CPMMV (Cowpea Mild


(5)

Murti, RH., T. Kurniawati, dan Nasrullah. 2004. Pola pewarisan karakter buah

tomat. Zuriat. 15 (2) : 140-149.

Padjar, M. 2010. Varietas Kedelai. http://dedenia 72. wordpress.com /2009/09/02/ varietas-kedelai-soybean-part-1/html. Diakses tanggal 22 Oktober 2011.

Petr, F. C. dan K. I. Frey. 1966. Genotype Correlation, Dominance and

Heritability of Quantitive Characters in Oat. Crop. Sci. 6 : 259 –262

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor: Bogor. 163 hlm.

Rachmadi, Meddy. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Universitas Padjajaran : Bandung. 116 hlm.

Sari, D. Y. 2007. Uji vigor dan kekuatan tumbuh benih tiga varietas kedelai

(Glycine max [L.] Merr.) pada media beraluminium. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung. 87 hlm.

Snyder, L. H. dan R. P. David. 1957. The Principles of Heredity. Health and Company: USA. 507 pp.

Sofiari, E. dan R. Kirana. 2009. Analisis pola segregasi dan distribusi beberapa

karakter cabai. J. Hort. 19 (3) : 255-263.

Sriwidarti. 2011. Pola pewarisan karakter kualitatif dan kuantitatif kacang

panjang keturunan Testa Coklat x Testa Hitam. Tesis. Universitas Lampung.

Bandar Lampung. 1-25 hlm.

Stanfield, W. D. 1991. Teori dan Soal-soal Genetika. Edisi ke dua.

Diterjemahkan oleh Apandi, M. dan L.T. Hardy. Erlangga: Jakarta. 417 hlm Stansfield W. dan Susan Elrod. 2006. Genetika. Edisi ke empat. Erlangga. Jakarta.

328 hlm.

Sumarno.1982. Pembentukan Varietas Unggul Kedelai Wilis. Stensilan. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor: Bogor. 67 hlm.

Sutomo, 2011. Budidya tanaman kedelai unggul. http://www. gerbangpertanian. com/2010/04/budidaya-tanaman-kedelai-unggul.html. Diakses tanggal 22 Oktober 201.

Walpole, R. E. 1997. Pengantar Statistika. Edisi ke tiga. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 57—58 hlm.

Wardhani, Y., Nur B., dan Lita Soetopo. 2001. Pewarisan dan peran gen yang

mengendalikan karakter morfologi buah mentimun (Cucumis sativus L.). J.


(6)

Wirnas, D. 2005. Analisis kuantitatif dan molekular dalam rangka mempercepat

perakitan varietas baru kedelai toleran terhadap intensitas cahaya rendah.

Makalah Pribadi Falsafah Sains. Sekolah Pascasarjana / S3 Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Wiroatmojo, 2000. Kedelai. http://cerianet agricultur.blogspot.Com/2009/02/ manfaat – kedelai. html. Diakses tanggal 23 Maret 2011.

Wisnu, M. 2011. Dasar-dasar Pewarisan Mendel. http://pttipb.wordpress.com/ category/04-Dasar-dasar-Pewarisan-dan-Mendel/ Diakses tanggal 22 Oktober 2011.