UJI DAYA HASIL BEBERAPA GENOTIPE HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN WILIS X B3570 GENERASI F5
ABSTRAK
UJI DAYA HASIL BEBERAPA GENOTIPE HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN WILIS X B3570 GENERASI F5
OLEH
Dimas Agung Nugroho
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi 15 galur F5kedelai hasil persilangan
Wilis x B3570 yang memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan dengan pembanding Wilis dan B3570. Penelitian ini menggunakan benih kedelai F5
persilangan varietas Wilis x B3570 dan benih tetua Wilis dan B3570. Perlakuan disusun dalam rancangan kelompok teracak sempurna dengan dua ulangan. Pemisahan nilai tengah menggunakan ujiLeast Significant Increasepada α 0.05.
Pada karakter umur panen, genotipe nomor 142-181-5, 142-161-2, 142-152-4, dan 142-159-1 memiliki umur panen lebih lama dibandingkan dengan Wilis. Jika dibandingkan dengan B3570 semua nomor genotipe memiliki umur panen yang lebih cepat. Pada karakter jumlah cabang hanya genotipe nomor 142-152-4 yang memiliki jumlah cabang lebih banyak dibandingkan dengan Wilis, sedangkan jika dibandingkan dengan B3570 semua nomor genotipe memiliki jumlah cabang yang lebih sedikit. Untuk karakter jumlah polong, semua nomor genotipe memiliki jumlah polong yang lebih sedikit dibandingkan dengan Wilis dan B3570. Seluruh genotipe yang diuji memiliki bobot biji per tanaman yang lebih ringan
(2)
Dimas Agung Nugroho
ii dibandingkan dengan Wilis. Jika dibandingkan dengan B3570 genotipe nomor 142-163-1, 142-130-2, 142-102-4, 142-140-1, dan 142-66-1 memiliki bobot biji per tanaman yang lebih berat. Terdapat 10 nomor genotipe yang memiliki rata-rata bobot 100 butir yang lebih berat dibandingkan dengan Wilis, sedangkan jika dibandingkan dengan B3570 terdapat 12 genotipe yang memiliki rata-rata bobot 100 butir yang lebih berat.
(3)
UJI DAYA HASIL BEBERAPA GENOTIPE HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN
WILIS DAN B3570 GENERASI F5
Oleh
Dimas Agung Nugroho
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1990, sebagai anak tunggal dari pasangan Ir. Supriyartono, S.H., M.B.A. dan Ir. Hermina ApriliaTji’Din.
Pendidikan Taman Kanak–kanak diselesaikan di Al–Azhar Bumi Serpong Damai pada tahun 1996. Menyelesaikan Sekolah Dasar di Al–Azhar Bumi Serpong Damai pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Menegah Pertama di Al–Azhar Bumi Serpong Damai, dan Sekolah Menengah Atas di Al–Azhar Bumi Serpong Damai diselesaikan pada tahun 2008. Pada tahun 2010, penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian melalui jalur Ujian Mandiri (UM).
Penulis pernah menjadi asisten D3 mata kuliah Pengelolaan Kebun Karet pada semester ganjil 2013/2014 dan pernah mengikuti pelatihan teknik budidaya tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara 7 unit usaha Way Berulu.
Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) dengan judul Metode Pemangkasan Teh di PT Perkebunan Nusantara 7 Unit Usaha Pagaralam, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan. Kemudian penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2014 di Desa Sedampah Indah, Kecamatan Balik Bukit, Kabupaten Lampung Barat.
(8)
Dengan Menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Kupersembahkan karya sederhana yang diiringi
rasa syukur dan bangga ini kepada
Mama tercinta, dan seorang pedampingku kelak sebagai ungkapan rasa kasih
sayang dan hormat kepada kalian yang kucintai karena Allah SWT.
(9)
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup
yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara
gembira menuju kegagalan.
(Mario Teguh)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari
betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(10)
SANWACANA
Dalam penulisan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, serta dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Maimun Barmawi, M.S., selaku pembimbing pertama dan dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran, nasehat, dan pemikiran, yang diberikan selama penulis menyelesaikan pendidikan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian.
2. Ibu Dr. Ir.Nyimas Sa’diyah, M.P., selaku pembimbing kedua dan dosen pengajar yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran, nasehat, dan pemikiran yang diberikan selama penulis menyelesaikan pendidikan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian.
3. Ibu Ir. Herawati Hamim, M.S., selaku penguji, dosen pengajar yang telah memberikan saran, nasehat, motivasi, pemikiran, dan bimbingan yang diberikan selama penulis menyelesaikan pendidikan.
4. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si., selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan yang diberikan selama penulis menyelesaikan pendidikan.
(11)
5. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi. 7. Ibu Ir. Hermina ApriliaTji’Din, selaku ibunda tersayang atas seluruh doa, kasih
sayang, cinta, dukungan, perjuangan, semangat, motivasi, dan perhatian kepada penulis.
8. Sri Nur Ariefta Oktavia Irwani, selaku pendampingku kelak atas seluruh doa, kasih sayang, cinta, dukungan, perjuangan, semangat, motivasi, dan perhatian kepada penulis.
9. Lindiana, S.P., selaku sahabat atas seluruh doa, dukungan, perjuangan, semangat, motivasi, dan perhatian.
10. Tibor Eka Saputra, S.P., selaku sahabat atas seluruh doa, dukungan, perjuangan, semangat, motivasi, dan perhatian.
11. Intan Zahara Arie, S.P., selaku sahabat atas seluruh doa, dukungan, perjuangan, semangat, motivasi, dan perhatian.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini.
Semoga tulisan ini bermanfaat.
Bandar Lampung, 05 Juni 2015 Penulis,
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...
v
DAFTAR GAMBAR...
vii
I. PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1
1.2 Tujuan Penelitian... 4
1.3 Kerangka Pemikiran... 4
1.4 Hipotesis... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1 Tanaman Kedelai... 6
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai... 6
2.1.2 Morfologi Tanaman Kedelai... 7
2.1.3 Syarat Tumbuh... 7
2.2 Pemuliaan Kedelai... 8
2.3 Uji LSI (Least Significance Increase)... 10
(13)
iv
III. BAHAN DAN METODE... 12
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 12
3.2 Bahan dan Alat... 12
3.3 Metode Penelitian... 13
3.4 Pelaksanaan Penelitian... 14
3.4.1 Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan... 14
3.4.2 Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar... 14
3.4.3 Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman……… 15
3.4.4 Pemanenan…... 15
3.4.5 Peubahyang Diamati……… 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 17
4.1 Hasil Penelitan... 17
4.1.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam………. 17
4.1.2 Pemisahan Nilai Tengah berbagai Karakter Agronomi. 18 4.2 Pembahasan... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 29
5.1 Kesimpulan... 29
5.2 Saran... 29
PUSTAKA ACUAN... 31
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Silsilah genotipe yang digunakanpopulasi Wilis x B3570. ……...
2. Analisis ragam. ……….
3. Rekapitulasi hasil analisis ragam pada berbagai peubah. ... 4. Uji nilai tengah peubah umur berbunga dan umur panen dengan
pembanding tetua Wilis dan B3570. ... 5. Uji nilai tengah peubah tinggi tanaman, dan jumlah cabang dengan
pembanding tetua Wilis dan B3570. ... 6. Uji nilai tengah peubah jumlah polong, dan bobot biji per tanaman
dengan pembanding tetua Wilis dan B3570. ... 7. Rata-rata peubah bobot 100 butir yang tidak dianalis ragam. ... 8. Uji korelasi antara peubah. ...
9. Nomor-nomor harapan. .………...
10. Deskripsi Kacang Kedelai Varietas Wilis. ... 11. Rerata untuk karakter umur berbunga. ...
12. Uji homogenitas untuk karakter umur berbunga. ………
13. Analisis ragam untuk karakter umur berbunga. ... 14. Rerata untuk karakter umur panen. ... 15. Uji homogenitas untuk karakter umur panen. ……….. 16. Analisis ragam untuk karakter umur panen. ... 17. Rerata untuk karakter tinggi tanaman. ...
9 14 17 18 20 22 23 23 24 36 37 37 38 38 39 39 40
(15)
vi
18. Uji homogenitas untuk karakter tinggi tanaman. ………. 19. Analisis ragam untuk karakter tinggi tanaman. ... 20. Rerata untuk karakter jumlah cabang. ...
21. Uji homogenitas untuk karakter jumlah cabang. ………..
22. Analisis ragam untuk karakter jumlah cabang. ... 23. Rerata untuk karakter jumlah polong. ...
24. Uji homogenitas untuk karakter jumlah polong. ………..
25. Analisis ragam untuk karakter jumlah polong. ... 26. Rerata untuk karakter bobot biji per tanaman. ...
27. Uji homogenitas untuk karakter bobot biji per tanaman. ………….
28. Analisis ragam untuk karakter bobot biji per tanaman. ... 29. Rerata untuk karakter bobot 100 butir. ...
40 41 41 42 42 43
43 44 44 45 45 46
(16)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perkembangan produksi kedelai 2011-2014 ……… 2
2. Tata letak penanaman benih kedelai persilangan Wilis x B3570 dan
(17)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang dikandung cukup tinggi dan harganya tidak terlalu mahal, sehingga kedelai disukai masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia menggunakan kedelai sebagai bahan baku dalam pembuatan tempe, tahu, kecap, susu kedelai, dan keperluan industri pakan ternak.
Selama ini kebutuhan kedelai di Indonesia masih bergantung pada impor, karena produksi dalam negeri tidak dapat mencukupi kebutuhan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011, produksi kedelai nasional hanya 851.286 ton atau 29 persen dari total yang dibutuhkan. Indonesia harus mengimpor kedelai 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 persen kebutuhan kedelai dalam negeri. Pada tahun 2012 produksi kedelai Indonesia mengalami penurunan menjadi 843,15 ribu ton dari 851,29 ribu ton, dan kembali mengalami penurunan pada tahun 2013 menjadi 779,99 ribu ton. Pada tahun 2014 produksi kedelai Indonesia mengalami peningkatan menjadi 953,96 ribu ton (ASEM), namun masih tidak dapat memenuhi kebutuhan kedelai nasional (Gambar 1.).
(18)
2
Gambar 1. Perkembangan produksi kedelai 2011-2014 (Badan Pusat Statistik, 2015)
Karena ketergantungan pada impor harga kedelai di Indonesia tidak stabil sehinga pada tahun 2008 (Tempo, 2008), 2012 (Republika, 2012), dan 2013 (Tribunnews, 2013) harga kedelai mengalami gejolak. Oleh karena itu, produksi kedelai dalam negeri perlu ditingkatkan.
Untuk meningkatkan produksi kedelai di Indonesia dapat menggunakan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi. Cara ekstensifikasi yaitu dengan perluasan areal tanam, sedangkan cara intensifikasi ditekankan dalam budidaya dan
penggunaan kultivar unggul. Untuk mendapatkan kultivar unggul dapat dilakukan melalui pemuliaan tanaman. Pemuliaan konvensional adalah upaya dalam
mendapatkan tanaman yang unggul dengan cara menyilangkan tanaman-tanaman yang memiliki sifat unggul. Pada penelitian ini diawali dengan persilangan antara Wilis dan B3570. Tanaman kedelai varietas Wilis memiliki daya hasil yang tinggi namun rentan terhadap virus, sedangkan galur B3570 memiliki daya hasil yang rendah, namun tahan terhadap soybean stunt virus (SSV) (Barmawi, 2007)
(19)
3
dan cowpea mild mottlevirus (CPMMV) (Akin, 2003). Pada penelitian ini, seleksi dilakukan terhadap produksi biji dan tidak dilakukan ketahanan terhadap virus. Dari hasil persilangan diharapkan akan diperoleh keturunan yang memiliki hasil melebihi kedua tetuanya.
Penanaman generasi F1 dilakukan oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah
Pemuliaan Tanaman Lanjutan pada semester genap tahun 2011. Penelitian generasi F2 yang dilakukan oleh Lindiana (2012), dari 126 genotipe yang diuji
dipilih 25 genotipe harapan yang bobot biji per tanamannya melebihi kedua tetua. Penelitian berikutnya dilaksanakan oleh Wantini (2013) yaitu benih generasi F3,
genotipe nomor 142 dengan bobot biji per tanaman 75,52 g. Langkah selanjutnya adalah menanam benih generasi F4 dengan genotipe nomor 142-174, 142-48,
142-161, 142-140, 142-20, 142-32, 142-244, 142-17, 142-130, 142-111, 142-268, 142-10, 142-152, 142-66, 142-181, 142-163, 142-102, 142-235, 142-177, 142-159, 142-131, 142-151, 142-262, dan 142-99 yang dilakukan Barmawi dkk (2013). Lalu diteruskan dengan menanam benih generasi F5 dengan genotipe
nomor 142-161-2, 142-140-1, 142-163-1, 142-163-2, 142-130-2, 142-159-5, 142-151-2, 142-102-3, 142-102-4, 142-152-4, 142-102-5, 142-181-5, 142-66-1, 142-151-3, dan 142-159-1. Nonor-nomor harapan hasil penelitian Barmawi dkk (2013) adalah benih generasi F5 yang diteliti pada penelitian ini.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam
pertanyaan sebagai berikut: Apakah terdapat genotipe-genotipe yang produksinya melebihi kedua tetuanya (Wilis dan B3570)?
(20)
4
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi beberapa genotipe harapan kedelai hasil persilangan Wilis x B3570 yang memiliki produksi lebih tinggi
dibandingkan kedua tetuanya (Wilis dan B3570).
1.3 Kerangka Pemikiran
Penelitian ini diawali dengan seleksi tetua yang dilakukan pada tahun 2000 dan pada tahun 2009 dilakukan persilangan. Benih F2 ditanam oleh Lindiana (2012).
Hasil penelitian Lindiana (2012) menghasilkan genotipe nomor 142 yang memiliki potensi hasil melebihi tetuanya dengan bobot biji per tanaman sebesar 120,83 g dan menunjukkan bahwa keragaman genetik dan fenotipik termasuk ke dalam kriteria luas. Besaran heritabilitas dalam arti luas termasuk ke dalam kriteria tinggi, dan diperoleh genotipe-genotipe harapan yang diharapkan punya potensi hasil yang melebihi ke dua tetuanya.
Benih F3 ditanam oleh Wantini (2013). Hasil penelitian Wantini (2013)
menghasilkan genotipe nomor 142-268, 142-32, 142-111, 142-130, 142-151, 142-161, 142-262, 142-10, 142-99, 142-20, 142-152, 142-17, 142-181, 142-244, 142-66, 142-48, 142-174, 142-159, 142-140, 142-131, 142- 163, 142-177, 142-5, 142-235, 142-102 yang memiliki potensi hasil melebihi tetuanya dan
menunjukkan bahwa keragaman genetik dan fenotipik termasuk ke dalam kriteria sempit sampai luas. Besaran heritabilitas dalam arti luas termasuk ke dalam kriteria tinggi, dan diperoleh genotipe-genotipe harapan yang diharapkan punya potensi hasil yang tinggi.
(21)
5
Selanjutnya dilakukan penanaman benih generasi F4 pada bulan April 2013 oleh
Barmawi (2013). Genotipe yang ditanam pada generasi F4 sebanyak 25 genotipe
harapan hasil penelitian Wantini (2013). Hasil pengujian menghasilkan genotipe nomor 142-102-3, 142-152-4, 142-181-5, 142-159-1, 142-102-5, 142-140-1, 142-151-3, 142-161-2, 142-151-2, 142-159-5, 142-130-2, 142-163-1, 142-102-4, 142-66-1, 142-153-2 yang memiliki potensi hasil melebihi tetuanya dan
menunjukkan bahwa keragaman genetik dan fenotipik termasuk ke dalam kriteria sempit sampai luas. Besaran heritabilitas dalam arti luas termasuk ke dalam kriteria tinggi, dan diperoleh genotipe-genotipe harapan yang diharapkan punya potensi hasil yang melebihi kedua tetuanya.
Dari hasil penguji benih generasi F2, F3, dan F4 diperoleh informasi tentang
keragaman fenotipik dan keragaman genetik untuk karakter agronomi yang luas. Hal ini menunjukkan bahwa keragaman nilai tengah untuk karakter-karakter yang diamati termasuk luas. Demikian pula besaran nilai heritabilitas dalam arti luas untuk karakter-karakter agronomi termasuk tinggi. Oleh karena itu diharapkan pada generasi F5 terdapat peluang untuk memilih genotipe-genotipe harapan yang
berdaya hasil tinggi.
1.4 Hipotesis
Terdapat beberapa genotipe-genotipe harapan kedelai generasi F₅ hasil persilangan Wilis x B3570 yang memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan dengan tetuanya (Wilis dan B3570).
(22)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kedelai
Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani, yaituGlycine soja, atauSoja max. Namun demikian, pada tahun 1984 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah yaituGlycine max(L.) Merril. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Subdivisio :Angiospermae
Kelas :Dicotyledoneae
Ordo :Rosales
Famili :Leguminosae
Genus : Glycine
Species :Glycine max(L.) Merril (Adisarwanto, 2005).
(23)
7
2.1.2 Morfologi Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai terdiri atas dua organ yaitu organ vegetatif dan organ generatif. Organ vegetatif meliputi akar, batang dan daun yang berfungsi sebagai alat pengambil, pengangkut, pengedar dan penyimpan makanan. Organ generatif meliputi bunga, buah dan biji yang fungsinya sebagai alat perkembangbiakan (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).
Tanaman kedelai berbentuk semak, dengan tinggi antara 30-100 cm. Setiap batang dapat membentuk 3-6 cabang. Bila jarak antartanaman dalam barisan rapat,
cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang. Hal ini dapat terjadi karena adanya kompetisi makanan antartanaman sehingga tanaman tidak dapat tumbuh secara optimal. (Rukmana, 1996).
2.1.3 Syarat Tumbuh
Tanaman kedelai tumbuh baik pada dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 600 m dpl, curah hujan 150-200 mm/bulan, suhu 15-30˚C (Kasno dkk., 1992), beriklim kering, dan pH 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 kedelai dapat tetap tumbuh namun pertumbuhannya terhambat (Prihatman, 2000).
Tanaman kedelai pada umumnya dapat beradaptasi pada berbagai jenis tanah dan menyukai tanah yang bertekstur ringan hingga sedang, dan berdrainase baik. Tanaman ini peka terhadap kondisi salin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
(24)
8
2.2 Pemuliaan Kedelai
Benih hasil persilangan varietas Willis x B3570 yang disilangkan oleh Barmawi di tanam kembali sehingga mendapatkan F2terunggul dengan genotipe nomor 142
yang ditanam kembali sehingga diperoleh generasi F3paling unggul dengan 25
nomor genotipe yang menghasilkan benih F4. Selanjutnya, benih F4berupa
nomor-nomor paling unggul ditanam di Kebun Percobaan Polinela dan menghasilkan benih generasi F5. Genotipe-genotipe unggul dari generasi F5
tersebut akan dievaluasi karakter-karakter agronominya melalui uji daya hasil. Nomor-nomor genotipe tersebut adalah 161-2, 140-1, 163-1, 163-2, 130-2, 159-5, 151-2, 102-3, 102-4, 152-4, 142-102-5, 142-181-5, 142-66-1, 142-151-3, dan 142-159-1 (Tabel 1.).
Tanaman kedelai merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Pada tanaman
menyerbuk sendiri dengan pembuahan sendiri yang terus menerus menyebabkan populasi generasi berikutnya cenderung memiliki individu homozigot yang tinggi. Dengan terjadinya penyerbukan sendiri frekuensi individu heterozigot menurun sebesar 50% dan frekuensi individu homozigot meningkat sebesar 50%. Karena itu semakin banyak jumlah generasi menyerbuk sendiri, tingkat kehomozigotan dan keseragaman turunannya akan semakin tinggi.
Varietas unggul kedelai umumnya berupa varietas unggul galur murni. Perakitan varietas unggul galur murni tanaman menyerbuk sendiri dapat ditempuh melalui penciptaan populasi secara genetik beragam, silang dalam, seleksi, uji daya hasil, dan pelepasan varietas (Mc Kenzie dkk., 1987).
(25)
9
Tabel 1. Silsilah genotipe yang digunakan populasi Wilis x B3570.
Generasi Tahun Peneliti Genotipe yang digunakan
Genotipe yang diturunkan
F1 2011 Mahasiswa mata kuliah Pemuliaan Tanaman
2 benih 146 benih
F2 November 2011– Maret 2012 Lindiana Sri Hartati 146 butir benih F2hasil persilangan Wilis × B3570, tetua Wilis 40butir, dan tetua B3570 40 butir
25 nomor genotipe harapan yaitu 142, 145, 146, 134, 137, 144, 35, 121, 92, 81, 2, 8, 129, 62, 124, 127, 70, 79, 139, 93, 76, 125, 85, 140, dan 12
F3 Oktober 2012–
Februari 2013
Lilis Wantini
Ria Nur’anisa Putri
Satu genotipe terpilih yaitu genotipe nomor 142 dan ditanam sebanyak 300 benih
132 nomor genotipe harapan yaitu 268, 32, 111, 130, 151, 161, 262, 51, 10, 99, 20, 78, 152, 17, 181, 244, 7, 66, 48, 174, 159, 140, 131, 163, 177, 5, 108, 98, 54, 178, 13, 235, 102, 12, 58, 43, 88, 36, 29, 101, 86, 60, 183, 87, 4, 168, 185, 249, 201, 260, 24, 171, 300, 153, 167, 31, 264, 164, 137, 3, 16, 122, 56, 206, 219, 259, 275, 243, 262, 231, 175, 283, 6, 279, 57, 35, 158, 100, 144, 218, 271, 234, 273, 45, 26, 134, 194, 75, 248, 232, 222, 223, 65, 237, 191, 42, 277, 229, 133, 227, 2, 85, 247, 258, 141, 213, 90, 74, 288, 120, 146, 195, 233, 172, 254, 216, 63, 251, 117, 189, 207, 280, 34, 270, 82, 266, 61, 239, 192, 59, dan 53 F4 Maret–
Juli 2013
Maimun Barmawi
Nyimas Sa’diyah
Hasriasdi Mat Akin
Genotipe nomor 5, 174, 48, 161, 140, 20, 32, 244, 17, 130, 111, 268, 10, 152, 66, 181, 163, 102, 235, 177, 159, 131, 151, 262, 99
15 nomor genotipe harapan yaitu 102-3, 152-4, 181-5, 159-1, 102-5, 140-1, 151-3, 161-2, 151-2, 159-5, 130-2, 163-1, 102-4, 66-1, 163-2
(26)
10
2.3 Uji LSI (Least Significance Increase)
Dalam penelitian pemuliaan, pemulia sering dihadapkan pada materi dalam jumlah besar yang harus diseleksi, dan jumlah benih yang tersedia terbatas. Selain itu pemulia harus membandingkan genotipe baru dengan genotipe pembanding. Pembanding dapat berupa tetua, varietas lokal atau varietas unggul terbaik yang lama maupun yang baru, dan mengikut sertakan pembanding dalam penelitian pemulia. Untuk menguji perbedaan nilai tengah antara perlakuan menggunakan uji LSI (Least Significance Increase). Dengan uji LSI kontrol (varietas
pembanding) dapat dibandingkan dengan banyak perlakuan (genotipe) (Petersen, 1994).
Uji LSI bersifat satu arah sehingga memiliki nilai pembanding yang lebih rendah jika dibandingkan dengan uji nilai tengah yang lain seperti Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) (Petersen. 1994) dan Uji Dunneett yang bersifat dua arah (Torrie. 1989). Karena si peneliti ingin mendapatkan perbedaan yang sebanyak-banyaknya, sebab perlindungan terhadap kesalahan jenis pertama sangat rendah.
2.4 Uji Daya Hasil
Uji daya hasil merupakan tahap akhir dari program pemuliaan tanaman. Pada uji daya hasil akan dilakukan seleksi terhadap genotipe-genotipe unggul yang telah dihasilkan. Kriteria penilaian berdasarkan sifat yang memiliki arti ekonomi, seperti hasil tanaman (Kasno, 1992).
(27)
11
Menurut Roosaria (2010), uji daya hasil dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu uji adaptasi dan uji multilokasi. Uji adaptasi adalah kegiatan uji lapang terhadap tanaman di beberapa agroekologi bagi tanaman semusim untuk mengetahui keunggulan dan interaksi varietas terhadap lingkungan. Uji adaptasi dilakukan di beberapa lokasi sentra produksi atau target pengembangan atau laboratorium dengan jumlah unit pengujian yang disesuaikan dengan jenis tanamannya dan untuk pengujiannya dapat diselaraskan dengan uji kebaruan, keunikan,
keseragaman, dan kestabilan (BUSS) untuk kepentingan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT). Uji adaptasi dilakukan oleh penyelenggara yang kompeten : 1. Lembaga atau institusi yang memiliki 1 orang pemulia bukan pengusul. 2. Dua orang agronomis berpengalaman dalam melakukan pengujian.
3. Tiga orang petugas lapang serta sarana atau prasarana untuk melaksanakan uji adaptasi.
Perakitan varietas unggul memerlukan proses yang cukup panjang dan proses akhir dari perakitan varietas unggul adalah dengan dilakukannya uji multilokasi. Uji multilokasi dilakukan untuk mengetahui apakah tanaman beradaptasi luas atau beradaptasi spesifik untuk lingkungan tertentu, karena tidak semua tanaman memiliki daya adaptasi yang luas (Roosaria, 2010).
(28)
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari September 2013 sampai dengan Januari 2014. Penanaman dilakukan di Tanjung Senang. Pengamatan dilakukan di
Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 genotipe harapan generasi F5hasil persilangan Wilis x B3570, tetua Wilis, tetua B3570, furadan berbahan
aktif karbofuran, fungisida berbahan aktif mancozeb 80%, insektisida berbahan aktif delhtametrin 25g/l, pupuk Urea 50 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 100 kg/ha, dan pupuk organik 1 ton/ha. Benih yang di gunakan adalah benih galur kedelai hasil pemuliaan Maimun Barmawi.
Alat yang digunakan adalah cangkul, koret, meteran, gunting, tali rafia, patok, tugal, gembor, kantung panen, plastik, mistar, knapsack sprayer, dan alat tulis.
(29)
13
3.3 Metode Penelitian
Perlakuan disusun dalam rancangan kelompok teracak sempurna, yang terdiri atas tiga ulangan. Model linier aditifnya sebagai berikut:
= + + +
Keterangan:
= Setiap nilai pengamatan pada genotipe ke-i, kelompok ke-j µ = Nilai tengah populasi
= Pengaruh genotipe ke-i = Pengaruh kelompok ke-j
= Pengaruh galat percobaan pada genotipe ke-i, kelompok ke-j.
Homogenitas ragam diuji dengan menggunakan uji Bartlett, dan adivitas model menggunakan uji Tukey. Apabila ragam antara perlakuan homogen, selanjutnya data dianalisis ragam untuk menduga kuadrat nilai tengah galat. Pemisahan nilai tengah menggunakan uji LSI (Least Significance Increase). Uji LSI digunakan untuk membandingkan semua genotipe hasil persilangan dengan varietas standar (pembanding).
LSI = t ( 2 KNTG / n ) /
Keterangan
t = nilai t-student pada . n = jumlah ulangan.
(30)
14
Tabel 2. Analisis ragam Sumber
Keragaman
Derajat Kebebasan
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Nilai
Tengah KNT Harapan
Kelompok (k-1) JKk KNTk +
Genotipe (m-1) JKm KNTm +
Galat (k-1)(m-1) JKg KNTg
Total (km-1) JKT
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan
Pengolahan lahan dilakukan dengan cara dicangkul kemudian diratakan. Lahan penelitian di buat dengan ukuran 12 m x 10 m sehingga terdapat 17 baris tanaman dengan 15 lubang tanam pada 15 baris persilangan dan 2 baris tetua.
3.4.2 Penanaman dan Pemberian Pupuk Dasar
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 55 x 20 cm. Penanaman dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 3-5 cm. Tiap lubang tanam diisi 2 butir benih dan furadan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang, 50 kg Urea/ha, 100 kg SP36/ha, dan 100 kg KCl/ha. Pupuk kandang diberikan saat tanam sebanyak 10g/tanaman. Pupuk kimia diberikan selama tiga kali pada saat tanaman berumur 15-20 hari, menjelang pembungaan (25 hari setelah tanam), dan pengisian biji (40-45 hari setelah tanam). Pada lubang tanam diisi Furadan 10-15 butir per tanaman agar benih tidak dirusak oleh semut.
(31)
15
3.4.3 Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pengendalian hama penyakit, dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap sore hari ketika hari tidak hujan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif delhtametrin 25g/l dan fungisida berbahan aktif Mancozeb 80%. Penyiangan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan koret. Penyiangan, penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan setiap minggu atau sesuai dengan kebutuhan.
3.4.4 Pemanenan
Panen ditentukan berdasarkan penampilan tanaman. Dengan ciri-ciri penampilan yaitu, polong secara merata berwarna kuning kecoklatan, batangnya kering, dan sebagian besar daunnya telah kering dan rontok. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman kedelai secara utuh dan dimasukkan ke dalam kantung panen yang berbeda untuk setiap tanaman. Setiap kantung panen diberi label yang berisi nomor tanaman dan ulangan serta tanggal panen.
3.4.5 Peubah yang Diamati
Pengamatan dilakukan pada masing-masing tanaman dengan peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Umur berbunga
Dihitung dari sejak tanam sampai tanaman berbunga pada masing-masing genotipe.
(32)
16
2. Umur panen
Dihitung dari sejak tanam sampai tanaman siap panen untuk setiap genotipe. 3. Tinggi tanaman
Diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman pada saat setelah panen.
4. Jumlah cabang
Dihitung berdasarkan banyaknya cabang tanaman yang dapat menghasilkan polong.
5. Jumlah polong
Dihitung berdasarkan jumlah polong yang muncul pada setiap tanaman pada saat setelah panen.
6. Bobot 100 butir (g)
Ditimbang berdasarkan rata-rata bobot 100 butir biji kering. 7. Bibit biji per tanaman (g)
(33)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini tidak terdapat genotipe harapan yang memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan tetua Wilis, namun terdapat lima genotipe harapan yang memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan tetua B3570 yaitu nomor genotipe 142-163-1, 142-130-2, 142-102-4, 142-140-1, dan 142-66-1. Dari lima genotipe harapan terpilih tiga genotipe harapan memiliki umur panen sangat genjah (142-130-2, 142-102-4, dan 142-140-1), satu genotipe harapan memiliki umur panen genjah (142-163-1), dan satu genotipe harapan memiliki umur panen sedang (142-66-1).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan pada generasi selanjutnya yang diuji di beberapa lokasi minimal 3 lokasi dengan kondisi iklim yang berbeda.
(34)
PUSTAKA ACUAN
Adisarwanto, T. 2005.Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 6 hlm. Adie, M.M. 2007.Panduan Pengujian Individual, Kebaruan, Keunikan,
Keseragaman Dan Kestabilan Kedelai.Pusat Perlindungan Varietas Tanaman.Departemen Pertanian Republik Indonesia. 12 hlm.
Adie, M.M dan A. Krisnawati. 2007.Peluang Peningkatan Kualitas Biji Kedelai. Prosiding. Risalah Seminar. 23 November 2008. Badan Litbang Pertanian. pp.216-230.
Akin, M.H. 2003.Respon Beberapa Genotipe Kedelai Terhadap Infeksi CPMMV
(Cowpea Mild Mottle Virus).J. HPT Tropika, 3(2):40-43. Universitas Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2011.Data Produksi Tanaman Kedelai. Jakarta : Katalog BPS 521.
Badan Pusat Statistik. 2015.Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Sementara Tahun 2014). Berita Resmi Statistik. No. 28/03/Th. XVII, 2Maret 2015.
Barmawi, M., H. M. Akin, dan N. Sa’diyah. 2013.Perakitan Varietas Unggul Kedelai Yang Tahan Terhadap Soybean Stunt Virus dan Soybean Mosaic Virus.Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional (tahun ke-2). Universitas Lampung. Lampung.
Crowder, L. V. 1981.Genetika Tumbuhan. Diterjemahan oleh Lilik K.. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta. 499 hlm. Darjanto, Satifah S. 1990.Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. PT. Gramedia. Jakarta.
Darman,M,Arsyad,M,Muchlish Adie dan H,Kuswantoro,2007.Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi,Dalam Kedelai Tehnik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
(35)
32
Kasim, H. dan Djuninah, 1993.Deskripsi Varietas Unggul Palawija Jagung, Sorgum, Kacang-Kacangan Dan Umbi-Umbian,1918-1993, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. 85 Hlm.
Kasno, A., M. Dahlan, dan Hasnam. 1992.Pemuliaan Tanaman Kacang-Kacangan. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman Indonesia. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia. Komisariat Daerah Jawa Timur. 39-66
Lamadji, S. 1980.Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Hasil Kedele (Glycine max [L] Merr) dengan Pemuliaan Tanaman : Pengujian Varietas dan Pengujian Diallel Cross. Laporan penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Jember. Jember.
Lindiana. 2012.Estimasi Parameter Genetik Karakter Agronomi Kedelai(Glycine max[L]. Merrill) Generasi F2 Hasil Persilangan Willis x B3570. Skripsi. Universitas Lampung. 28 hlm.
Mc Kenzie, K. S., C. N. Bollich, J.N. Rutger, and K. A. K. Moldenhaeur. 1987. Rice, PP 487-531. In W.R. Fehr (ed).Principles of Cultivar Development Crop Species : vol 2. Iowa State University, Ames, Iowa, USA.
Ohorella Z, 2011.Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai Pada Sistem Olah Tanah Yang Berbeda. Jurnal Agronomika.1(2): 92-98. Pandiangan, M. B. S. P. K. 2012.Uji Daya Hasil Kedelai (Glycine Max (L.)
Merril) Berdaya Hasil Tinggi Di Kampung Sidey Makmur Sp 11 Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negri Papua. Papua.
Petersen, G. 1994.Agricultural Field Experiment Design and Analysis. Marcel Dekken, Inc. New York.
Prihatman, K. 2000.Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jakarta: Kantor Deputi Menegristek. Bidang Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Rachmadi, M.. 2000.Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif.
Universitas Padjajaran : Bandung. 159 hlm.
Republika. 2012.Kopti Krisis Harga Kedelai 2012 Terparah.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/26/m7rb4q-kopti-krisis-harga-kedelai-2012-terparah. Diakses tanggal 22 Mei 2013
Roosaria. 2010.Uji Daya Hasil Dan Pengujian Mutu Benih Empat Galur Padi Sawah Umur Genjah Di Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung.
(36)
33
Rubatzky, V. E. dan Yamaguchi M. 1998.Sayuran Dunia ke 2; Prinsip, Produksi, dan Gizi. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Herison C. Penerbit ITB, Bandung. 113-114 hlm.
Rukmana, S.K. dan Y. Yuniarsih. 1996.Kedelai, Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 92 hlm.
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasi (Eds), 2007.Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan.Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor.
Tempo. 2008.Produsen Tahu Tempe Protes Kenaikan Harga Kedelai.
http://www.tempo.co/read/news/2008/01/12/056115302/Produsen-Tahu-Tempe-Protes-Kenaikan-Harga-Kedelai. Diakses tanggal 9 Januari 2015 Tribunnews. 2013.Produsen Tempe Tahu Menjerit, Negara Pengekspor Kedelai
Gembira. http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/08/27/produsen-tempe-tahu-menjerit-negara-pengekspor-kedelai-gembira. Diakses tanggal 9 Januari 2015
Torrie, H.J. dan R.G.D. Steel. 1989. Prinsip Dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Jakarta.
Wantini, L. 2013.Keragaman Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai(Glycine max[L]. Merrill) Famili F3Persilangan Wilis x B3570. Skripsi. Universitas Lampung.
(1)
15
3.4.3 Perawatan dan Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, pengendalian hama penyakit, dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap sore hari ketika hari tidak hujan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menggunakan insektisida berbahan aktif delhtametrin 25g/l dan fungisida berbahan aktif Mancozeb 80%. Penyiangan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan koret. Penyiangan, penyemprotan insektisida dan fungisida dilakukan setiap minggu atau sesuai dengan kebutuhan.
3.4.4 Pemanenan
Panen ditentukan berdasarkan penampilan tanaman. Dengan ciri-ciri penampilan yaitu, polong secara merata berwarna kuning kecoklatan, batangnya kering, dan sebagian besar daunnya telah kering dan rontok. Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman kedelai secara utuh dan dimasukkan ke dalam kantung panen yang berbeda untuk setiap tanaman. Setiap kantung panen diberi label yang berisi nomor tanaman dan ulangan serta tanggal panen.
3.4.5 Peubah yang Diamati
Pengamatan dilakukan pada masing-masing tanaman dengan peubah yang diamati adalah sebagai berikut:
1. Umur berbunga
Dihitung dari sejak tanam sampai tanaman berbunga pada masing-masing genotipe.
(2)
16
2. Umur panen
Dihitung dari sejak tanam sampai tanaman siap panen untuk setiap genotipe. 3. Tinggi tanaman
Diukur dari pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman pada saat setelah panen.
4. Jumlah cabang
Dihitung berdasarkan banyaknya cabang tanaman yang dapat menghasilkan polong.
5. Jumlah polong
Dihitung berdasarkan jumlah polong yang muncul pada setiap tanaman pada saat setelah panen.
6. Bobot 100 butir (g)
Ditimbang berdasarkan rata-rata bobot 100 butir biji kering. 7. Bibit biji per tanaman (g)
(3)
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini tidak terdapat genotipe harapan yang memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan tetua Wilis, namun terdapat lima genotipe harapan yang memiliki produksi lebih tinggi dibandingkan tetua B3570 yaitu nomor genotipe 142-163-1, 142-130-2, 142-102-4, 142-140-1, dan 142-66-1. Dari lima genotipe harapan terpilih tiga genotipe harapan memiliki umur panen sangat genjah (142-130-2, 142-102-4, dan 142-140-1), satu genotipe harapan memiliki umur panen genjah (142-163-1), dan satu genotipe harapan memiliki umur panen sedang (142-66-1).
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sebaiknya perlu dilakukan penelitian lanjutan pada generasi selanjutnya yang diuji di beberapa lokasi minimal 3 lokasi dengan kondisi iklim yang berbeda.
(4)
PUSTAKA ACUAN
Adisarwanto, T. 2005.Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta. 6 hlm. Adie, M.M. 2007.Panduan Pengujian Individual, Kebaruan, Keunikan,
Keseragaman Dan Kestabilan Kedelai.Pusat Perlindungan Varietas Tanaman.Departemen Pertanian Republik Indonesia. 12 hlm.
Adie, M.M dan A. Krisnawati. 2007.Peluang Peningkatan Kualitas Biji Kedelai. Prosiding. Risalah Seminar. 23 November 2008. Badan Litbang Pertanian. pp.216-230.
Akin, M.H. 2003.Respon Beberapa Genotipe Kedelai Terhadap Infeksi CPMMV (Cowpea Mild Mottle Virus).J. HPT Tropika, 3(2):40-43. Universitas Lampung.
Badan Pusat Statistik. 2011.Data Produksi Tanaman Kedelai. Jakarta : Katalog BPS 521.
Badan Pusat Statistik. 2015.Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Sementara Tahun 2014). Berita Resmi Statistik. No. 28/03/Th. XVII, 2Maret 2015.
Barmawi, M., H. M. Akin, dan N. Sa’diyah. 2013.Perakitan Varietas Unggul Kedelai Yang Tahan Terhadap Soybean Stunt Virus dan Soybean Mosaic Virus.Laporan Akhir Penelitian Strategis Nasional (tahun ke-2). Universitas Lampung. Lampung.
Crowder, L. V. 1981.Genetika Tumbuhan. Diterjemahan oleh Lilik K.. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta. 499 hlm. Darjanto, Satifah S. 1990.Pengetahuan Dasar Biologi Bunga Dan Teknik
Penyerbukan Silang Buatan. PT. Gramedia. Jakarta.
Darman,M,Arsyad,M,Muchlish Adie dan H,Kuswantoro,2007.Perakitan Varietas Unggul Kedelai Spesifik Agroekologi,Dalam Kedelai Tehnik Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
(5)
32
Kasim, H. dan Djuninah, 1993.Deskripsi Varietas Unggul Palawija Jagung, Sorgum, Kacang-Kacangan Dan Umbi-Umbian,1918-1993, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. 85 Hlm.
Kasno, A., M. Dahlan, dan Hasnam. 1992.Pemuliaan Tanaman Kacang-Kacangan. Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman Indonesia. Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia. Komisariat Daerah Jawa Timur. 39-66
Lamadji, S. 1980.Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Hasil Kedele (Glycine max [L] Merr) dengan Pemuliaan Tanaman : Pengujian Varietas dan Pengujian Diallel Cross. Laporan penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Jember. Jember.
Lindiana. 2012.Estimasi Parameter Genetik Karakter Agronomi Kedelai(Glycine max[L]. Merrill) Generasi F2 Hasil Persilangan Willis x B3570. Skripsi. Universitas Lampung. 28 hlm.
Mc Kenzie, K. S., C. N. Bollich, J.N. Rutger, and K. A. K. Moldenhaeur. 1987. Rice, PP 487-531. In W.R. Fehr (ed).Principles of Cultivar Development Crop Species : vol 2. Iowa State University, Ames, Iowa, USA.
Ohorella Z, 2011.Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai Pada Sistem Olah Tanah Yang Berbeda. Jurnal Agronomika.1(2): 92-98. Pandiangan, M. B. S. P. K. 2012.Uji Daya Hasil Kedelai (Glycine Max (L.)
Merril) Berdaya Hasil Tinggi Di Kampung Sidey Makmur Sp 11 Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negri Papua. Papua.
Petersen, G. 1994.Agricultural Field Experiment Design and Analysis. Marcel Dekken, Inc. New York.
Prihatman, K. 2000.Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jakarta: Kantor Deputi Menegristek. Bidang Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Rachmadi, M.. 2000.Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif.
Universitas Padjajaran : Bandung. 159 hlm.
Republika. 2012.Kopti Krisis Harga Kedelai 2012 Terparah.
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/07/26/m7rb4q-kopti-krisis-harga-kedelai-2012-terparah. Diakses tanggal 22 Mei 2013
Roosaria. 2010.Uji Daya Hasil Dan Pengujian Mutu Benih Empat Galur Padi Sawah Umur Genjah Di Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung.
(6)
33
Rubatzky, V. E. dan Yamaguchi M. 1998.Sayuran Dunia ke 2; Prinsip, Produksi, dan Gizi. Jilid 2. Diterjemahkan oleh Herison C. Penerbit ITB, Bandung. 113-114 hlm.
Rukmana, S.K. dan Y. Yuniarsih. 1996.Kedelai, Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 92 hlm.
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, H. Kasi (Eds), 2007.Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan.Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor.
Tempo. 2008.Produsen Tahu Tempe Protes Kenaikan Harga Kedelai.
http://www.tempo.co/read/news/2008/01/12/056115302/Produsen-Tahu-Tempe-Protes-Kenaikan-Harga-Kedelai. Diakses tanggal 9 Januari 2015 Tribunnews. 2013.Produsen Tempe Tahu Menjerit, Negara Pengekspor Kedelai
Gembira. http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/08/27/produsen-tempe-tahu-menjerit-negara-pengekspor-kedelai-gembira. Diakses tanggal 9 Januari 2015
Torrie, H.J. dan R.G.D. Steel. 1989. Prinsip Dan Prosedur Statistika. PT. Gramedia. Jakarta.
Wantini, L. 2013.Keragaman Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai(Glycine max[L]. Merrill) Famili F3Persilangan Wilis x B3570.