Beyond Interdependence in Europe: Studi Neofungsionalis pada Perdebatan Cokelat Uni Eropa

Tugas Akhir Pengantar Hubungan Internasional
Beyond Interdependence in Europe: Studi Neofungsionalis pada Perdebatan
Cokelat Uni Eropa

Esai ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Hubungan
Internasional Semester 2 Program Studi Hubungan Internasional

Cecep Hermawan
170210150001

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR, 16 JUNI 2016

Cecep Hermawan | 170210150001

Beyond the Interdependence in Europe: Studi Neofungsionalis pada
Perdebatan Cokelat Uni Eropa.1
Cecep Hermawan
170210150001

Mahasiswa Strata-1 Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
Pendahuluan: Cokelat dan Pembentukan Uni Eropa
Dengan estimasi konsumsi per kapita cokelat sebesar 1,06 kg/ tahun pada 2020,
cokelat menjadi salah satu komoditas yang berkembang dari tahun ke tahun dengan
berbagai varietas.2 Cokelat merupakan komoditas yang populer dengan nilai transaksi
yang signifikan dari tahun ke tahun. Eropa sebagai salah satu benua yang signifikan dalam
perdagangan cokelat sering kali menjadi parameter penentuan perdagangan cokelat
global. Dengan adanya kerangka kerja Single European Act (SAC).3 perdagangan
komoditas dari dan ke Eropa mengalami standardisasi kualitas, komposisi, serta
keamanan dalam perdagangan komoditas. Selama tahun 1973-2003 terjadi perdebatan
terkait bagaimana cokelat harus di standardisasi. Namun, pernahkah Anda berpikir bahwa
perdebatan akan definisi cokelat mengakibatkan hilangnya keuntungan relatif hingga
US$ 30 Milyar dalam 30 tahun perdebatan di meja sidang Uni Eropa?.4
Dalam perdebatan cokelat ini, yang signifikan adalah karena dua negara dengan
kapabilitas ekspor cocoa terbesar di Eropa yakni Belgia dan Britania Raya bersaing
memperjuangkan definisi cokelat sebagai murni cokelat atau yang saat ini kita sebut
sebagai Converture Chocolate, sementara Perancis, Britania Raya dan beberapa negara
lainnya menginginkan efisiensi dalam produksi cokelat dengan menambahkan minyak
sayur dan susu sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan cita rasa cokelat. Isu ini

memiliki banyak dimensi yang bisa diamati, seperti peran aktor non-negara terutama
perusahaan multinasional, juga kita dapat mengamati perdagangan dan faktor sistem
internasional dalam menentukan pasar komoditas. Jika kita melihat pada level individu,
1

Essay berkisar 3000 kata dengan tambahan 300 kata daftar pustaka dan sekitar 160 kata catatan kaki.
Perhitungan dilakukan dengan menghitung data prediksi produksi cokelat 2020 dan estimasi penduduk
dunia pada tahun 2020;
3
Sebuah revisi akhir atas Perjanjian Roma yang diratifikasi pada 1985 dalam usaha membentuk common
market. Usaha untuk melaksanakan SEP ini telah diinisiasi oleh adanya Common Agricultural Policy 1967
yang merupakan bagian dari Perjanjian Roma 1957.
4
Data dikutip oleh Goldstein dan Pevehouse (2014: 363)

2

1

Cecep Hermawan | 170210150001


kita dapat melihat eksploitasi dari pekerja cokelat yang berada di negara-negara Afrika,
yang berimplikasi pada negara dalam teori ketergantungan. Namun yang menarik adalah
saat kita melihat pembentukan Uni Eropa sebagai sebuah akar dari masalah perdebatan
ini. Dalam menangani masalah seperti halnya perdebatan cokelat ini, yang perlu kita
pahami adalah akar masalah yang berasal dari Single European Act yang pada akhirnya
diratifikasi pada 1986 dengan persiapan dari tahun- tahun sebelumnya termasuk
standardisasi dari setiap produk komoditas yang dimulai dari standardisasi produk migas,
lalu produk non- migas seperti halnya komoditas- komoditas agrikultur, mekanika,
industri hilir, dan lainnya.
Pendekatan: Neofungsionalisme
Dalam memahami peran dari pembentukan serta integrasi dari negara- negara
anggota Uni Eropa yang menyebabkan standardisasi komoditas agrikultur, terutama
cokelat yang membawa Uni Eropa ke dalam perdebatan cokelat ini penulis akan
menggunakan teori Liberal Institusionalis dalam memahami pembentukan sebuah
institusi atau proses integrasi dari negara-negara anggota Uni Eropa melalui pembentukan
perjanjian- perjanjian yang mendukung terbentuknya integrasi dan juga mendukung
pembentukan Uni Eropa pada perjanjian Lisbon pada 2007. Menggunakan teori
Institusionalis, seperti teori integrasi milik Ernst B. Haas, selalu ada asumsi utama, yang
dalam teori Haas adalah asumsi Spill-over miliknya.

Dalam memahami teori Institusionalisme, teori liberal menjadi akar utama
dalam pemecahan masalah yang bersifat institusionalis, karena saat berbicara teori liberal,
maka sarana yang akan digunakan dalam pembentukan perdamaian atau ‘peace’ adalah
institusi internasional yang menjadi wadah bagi negara-negara ini untuk mewujudkan
kepentingannya. Tema sentral dari teori liberal menurut Heywood (2011: 61-2) adalah
segala bentuk dari gagasan- gagasan yang menekankan pada harmoni dan keseimbangan
di antara berbagai kepentingan. Individu, kelompok, dan dalam hal ini negara akan
cenderung untuk mengedepankan kepentingannya sendiri, namun keseimbangan akan
secara natural tercapai. Liberal hirau mengenai bagaimana hakikat manusia sebagai
sebuah entitas yang pada dasarnya rasional, menganggap bahwa manusia adalah sebuah
kelompok sosial yang akan selalu berkembang dan tidak melulu berhadapan dengan
konflik. Di mana proses ini akan menghasilkan keinginan untuk melakukan kerja sama
di antara para aktor yang akan merujuk pada proses modernisasi yang mana merupakan

2

Cecep Hermawan | 170210150001

sebuah perkembangan kepada bentuk negara yang modern yang diterjemahkan berbedabeda oleh para teoretisi liberal (Sorensen & Jackson, 2013: 102). Bisa saja seperti
Immanuel Kant yang mengharapkan terbentuknya perpetual peace di mana negaranegara bergabung menjadi satu dalam sebuah federasi. Ataupun seperti mimpi dari

Woodrow Wilson yang menginisiasi pembentukan LBB sebagai sebuah bentuk World
Government yang mengasumsikan bahwa negara- negara akan aman dan tidak akan
saling serang karena mereka berada pada satu wadah yang sama, di mana akan ada
pembentukan identitas kolektif dari semua anggotanya, yang terbukti gagal setelah
meletusnya perang dunia kedua.5
Dalam melakukan analisis terhadap Integrasi Eropa yang menghasilkan
perdebatan cokelat ini, kita harus mengasumsikan bahwa Eropa dalam konteks Liberal
Interdependence. Di mana masyarakat dan negara akan terpengaruh oleh kegiatan di
daerah lain, wilayah lain, hingga di negara yang lain (Sorensen & Jackson, 2013:102).
Hal ini hanya dapat terjadi pada sebuah wilayah yang terintegrasi seperti Eropa yang telah
membentuk Uni Eropa dimulai dari ECSC pada 1951 dengan Perancis, Jerman, Italia, dan
negara- negara Benelux yang meratifikasi perjanjiannya.6 David Mitrany (1966) pertama
kali mengungkapkan teori integrasi fungsionalis miliknya yang menekankan bahwa
semakin besar interdependensi antar negara dalam bentuk ikatan transnasional antar
negara dapat mengantarkan sistem pada kondisi perdamaian. Dalam kasus Uni Eropa
sendiri, kita dapat mengatakan bahwa setelah Perang Dunia II berakhir, anggota- anggota
Uni Eropa ini tidak banyak mengalami pertentangan kepentingan, justru mulai
membentuk jaring- jaring interdependensi antar negara. Proses integrasi menurut Mitrany
akan berkembang dan meluas saat setiap anggotanya menemukan keuntungan bersama,
yang semuanya diatur oleh para ahli. Hal inilah yang dibantah oleh Haas yang

mengatakan bahwa tidak selamanya integrasi harus diatur oleh aktor-aktor atau teknisi
negara yang ahli. Unsur- unsur politik ini harusnya menjadi sebuah hal yang menyatu
dalam proses integrasi. Teori sentral dari Haas adalah spill-over. Namun Berdasarkan
Tranholm-Mikkelsen (1991:5) mengatakan bahwa Haas juga melihat bahwa munculnya
integrasi adalah munculnya kepentingan- kepentingan politik. Maka, saat kita berbicara
5

Woodrow Wilson menggunakan istilah zoo dalam menggambarkan world government yang ia analogikan.
Mengumpamakan bahwa negara-negara yang berada dalam kondisi anarki sebagai binatang yang dapat
diatur dalam sebuah kebun binatang (dikutip dari Sorensen dan Jackson, 2013).
6
Belgium, Netherlands, and Luxemburg

3

Cecep Hermawan | 170210150001

mengenai integrasi ekonomi. Maka kita juga berbicara mengenai integrasi dalam hal lain
seperti keamanan, migrasi, dan lainnya. Haas dalam Dosenrode (2010: 22)
mendefinisikan integrasi ekonomi yang mengarah pada integrasi kepentingan politik ini

sebagai sebuah proses di mana aktor-aktor politik dari berbagai negara dipengaruhi untuk
memberikan loyalitas, ekspektasi, dan aktivitas politik mereka pada satu pusat yang baru,
di mana institusi atau sentral yang baru ini akan memiliki yurisdiksi pada negara- negara
anggotanya, dan membentuk sebuah komunitas politik.
Dalam integrasi Uni Eropa sendiri, menurut perjanjian Lisbon 2007 tentang
penegasan dan Pembentukan Uni Eropa berdasarkan pada Perjanjian Maastricht 1992
dan Perjanjian Roma 1957 tentang pendirian komunitas ekonomi Uni Eropa. Dalam
mewujudkan pembentukan Uni Eropa yang disahkan pada perjanjian Lisbon 2007 dan
berlaku pada 2009 ini diperlukan 50 tahun proses pembentukan identitas bersama dari
semua anggota hingga membentuk Uni Eropa. Salah satu tantangan terberat dalam
membentuk Uni Eropa adalah SAC yang merupakan sebuah perjanjian dalam
pembentukan sebuah kebijakan bersama bagi seluruh anggota Uni Eropa. Yang menjadi
masalah adalah sering kali proses standardisasi dalam kebijakan ini mengundang banyak
perdebatan terutama pada aspek ekonomi, di mana beberapa negara yang merasa
dirugikan karena proses standardisasi ini. Namun, proses pembentukan SAC ini adalah
sebuah proses yang menunjukkan adanya proses perluasan (spill-over) dari integrasi Uni
Eropa dari kebijakan Ekonomi, yang masuk ke kebijakan- kebijakan strategis lainnya,
yang bisa ditunjukkan melalui proses integrasi melalui perdebatan cokelat yang dimulai
pada 1973.
Common Agricultural Policy (CAP): Perdebatan Cokelat dan Proses Integrasi

Common Agricultural Policy (CAP). Hal inilah yang menjadi masalah dalam
perdebatan cokelat. Kebutuhan untuk melakukan standardisasi menjadi problematika
bagi negara- negara yang di untungkan oleh perdagangan cokelat. Dalam memahami
pembentukan sebuah pasar komoditas bersama kita harus memahami pembentukan
institusinya itu sendiri. Neofungsionalis menawarkan sebuah gagasan mengenai
bagaimana sebuah integrasi ekonomi akan melebar dan menyebabkan dinamika politik
yang nantinya akan memberikan efek pengeratan integrasi di antara negara-negaranya
sehingga pembentukan sebuah badan yang bersifat supranasional akan lebih mudah
terbentuk. Seperti dalam proses integrasi yang dilakukan oleh negara- negara anggota Uni

4

Cecep Hermawan | 170210150001

Eropa yang berawal dari European Coal and Steel Community (ECSC) pada 1955 yang
melebar kepada integrasi dan perluasan pada negara dan komoditas lain.
Dalam proses integrasi serta realisasi SAC ini akan ditemui berbagai konflik
dalam pembentukan standardisasi, salah satunya adalah dalam perdebatan akan definisi
cokelat dalam sidang- sidang pembentukan CAP selama tahun 1973-2003. Dalam konflik
ini ada Belgia sebagai negara yang mendapatkan surplus ekonomi paling tinggi dari

penjualan cokelat mentah (cocoa) mengatakan bahwa hanya cokelat yang secara eksklusif
menggunakan cocoa butter yang dapat disebut dengan cokelat. Sementara negara- negara
lain seperti Britania Raya, dan Jerman sebagai penghasil cokelat terbesar setelah Belgia
menginginkan sebuah proses produksi yang lebih efisien dan menguntungkan dengan
menggunakan produk substitusi seperti susu dan minyak sayur. Hal ini tidak dapat
dibiarkan, karena usaha-usaha pembentukan CAP menuntut setiap negara anggota untuk
bersepakat dalam standar produksi setiap komoditas agrikultur yang dihasilkan dalam
kawasan. Belgia sebagai negara yang menggunakan cokelat sebagai identitas dan
komoditas ekspor utama merasa khawatir bahwa ia akan kehilangan keuntungan
kompetitifnya sebesar $30 Milyar dari perdagangan cokelatnya ke seluruh dunia. Britania
Raya dan enam negara lain eksportir cokelat lainnya yang bergabung dengan EU mulai
1973 memenangkan perdebatan ini dengan sebuah pembentukan kebijakan pengecualian
dalam produksi dan perdagangan cokelat yang sekarang ini kita kenal sebagai Coverture
Chocolate dan Compound Chocolate yang dikenal sebagai cokelat kualitas kedua yang
lebih murah.7 Perdebatan akan cokelat ini telah menunjukkan adanya sebuah hubungan
yang kompleks mengenai bagaimana konsep integrasi ekonomi yang sederhana seperti
cokelat dapat memunculkan sebuah upaya-upaya yang mengubah setiap sisi dalam
masyarakat dan memengaruhi kehidupan dari banyak orang.
Proses Integrasi: Kebutuhan Pra-Integrasi
Proses integrasi ini tidak dapat secara langsung terjadi, ada beberapa hal yang

perlu dilakukan dalam pembentukan sebuah institusi yang secara kuat dapat mengikat
setiap aktor di dalamnya. Scmhitter (2005:258) menjelaskan mengenai prasyarat dalam
teori neofungsionalisme Haas yakni: (1) Meningkatnya interdependensi antar negara; (2)

7

Converture Chocolate adalah istilah untuk menyebutkan cokelat yang murni dibentuk dari cocoa.
Sementara Compound Chocolate adalah istilah untuk menyebutkan cokelat yang telah dicampur dengan
bahan lainnya seperti minyak sayur dan susu.

5

Cecep Hermawan | 170210150001

krisis dalam besaran tertentu; (3) perkembangan sebuah birokrasi regional yang kuat ; (4)
perkembangan sebuah organisasi regional yang independen dan mampu untuk membuat
kebijakan dalam sebuah kawasan.
Dalam memahami krisis cokelat ini melalui proses neofungsionalisme Haas,
ECSC adalah sebuah titik awal yang menunjukkan adanya interdependensi antar negaranegara Eropa Barat pasca perang dunia kedua. ECSC yang diinisiasi melalui Paris Treaty
ini dibentuk untuk menghindari adanya perang antara Jerman dan Perancis pada masa itu.

Dalam proses perkembangan komunitas Eropa sendiri, yang dalam Perjanjian Roma 1957
berkembang menjadi 3 pilar komunitas Eropa yakni European Atomic Energy
Community, European Coal and Steel Community, dan European Economic Community
yang menghasilkan sebuah rencana pembentukan kebijakan Single European Act yang
pada akhirnya diratifikasi pada 1985 dan berjalan secara efektif pada 1992.
Dalam pembentukan komunitas- komunitas ini, terutama dalam pembentukan
Single European Act, krisis standardisasi komoditas sebagai usaha pembentukan pasar
bersamalah yang paling sulit. Adanya krisis cokelat yang baru selesai 14 tahun ke
belakang ini menunjukkan sulitnya proses integrasi dapat terjadi. Cokelat sebagai
komoditas strategis yang mengalami titik perdagangan tertinggi pada dekade 1970an ini
menjadi alasan utama mengapa perdebatan ini terjadi. Cidell dan Alberts (2006:1000)
mengatakan bahwa negara- negara yang berada dalam konflik ini adalah negara negaranegara yang dominan dalam perdagangan dan manufaktur produk cokelat. Kualitas
cokelat dari proses produksi ini tidak hanya menjadikan negara tersebut sebagai negara
yang terkenal sebagai cokelat namun juga mengonstruksi bagaimana cokelat menjadi
identitas negara tersebut. Belgia dan Switzerland sebagai negara yang menjadikan cokelat
sebagai identitas mereka tentu tidak ingin keistimewaan mereka yang mendatangkan
keuntungan dan surplus ekonomi yang tinggi di tengah titik tertinggi perdagangan cokelat
dunia hilang begitu saja karena negara lain yang memiliki lebih sedikit cokelat ingin
meningkatkan efisiensi dan keuntungan produksi.
Dilansir dari BBC News pada Oktober 1999 mengatakan bahwa produksi cokelat
Eropa amat mempengaruhi perkebunan cokelat milik negara- negara Eropa di benua
Afrika. Dengan kebijakan pengecualian produksi cokelat yang tidak menggunakan
cokelat murni akan menyebabkan hilangnya keuntungan ekonomi dari negara- negara
berkembang hingga mencapai angka $500 Milyar pada setiap tahunnya. Hal ini

6

Cecep Hermawan | 170210150001

menunjukkan bahwa kebijakan yang dibuat pada satu region dapat mempengaruhi
kebijakan ataupun aktivitas di belahan dunia lain seperti yang dikatakan oleh Keohane
dan Nye, Jr (1977: 24-6) bahwa sebuah aktivitas politik/ ekonomi pada satu wilayah akan
memengaruhi pembuatan kebijakan ekonomi/ politik di negara lain, tanpa melulu
memengaruhi melalui cara militeristik. Keohane dan Nye ini sedikit banyak juga
mempengaruhi teori neofungsionalisme milik Haas, di mana Haas juga mengamini
bagaimana sebuah proses integrasi yang membawa pada stabilitas sistem internasional
didapatkan melalui adanya proses integrasi ekonomi dan politik oleh negara- negara
dalam sistem. Standardisasi komoditas Cokelat (atau cocoa) secara khusus dan
pembentukan Single European Act ini, saat mulai diinisiasi oleh Perjanjian Roma ini
sekalipun ada Perang Dingin yang terjadi tidak banyak menunjukkan adanya
pengangkatan senjata, yang berarti Haas dan Nye sama- sama menunjukkan sebuah
kesamaan pendekatan mengenai proses pembentukan institusi sebagai sebuah determinan
perdamaian.
Proses ketiga dalam integrasi Haas yang dikatakan oleh Shmitter adalah
pembentukan sebuah birokrasi yang kuat. Sebenarnya dalam permasalahan cokelat ini
sendiri, birokrasi terbentuk dalam kerangka European Community terutama dalam hal
ekonomi adalah European Economy Community yang memutuskan untuk melakukan
pengecualian dalam standardisasi produk cokelat oleh Britania Raya. Dalam prosesnya,
Italia dan Spanyol melakukan embargo terhadap produk-produk Cokelat Britania Raya
yang memiliki campuran minyak sayur dan susu seperti Cadbury.8 Dalam upaya
penyelesaian permasalahan cokelat ini juga, pada 2002, melalui Mahkamah Tinggi Uni
Eropa di Brussels memaksa Italia dan Spanyol untuk menghentikan pelarangan produk
cokelat, dan memutuskan segala jenis cokelat dalam proporsi berapapun tetaplah sebuah
cokelat. Hanya dibedakan melalui nama dan jenis- jenisnya. Sehingga negara—negara
yang memiliki keuntungan lebih tinggi dari perdagangan komoditas cokelat dapat
diuntungkan.
Inside Integration: Karakteristik dan Analisis Integrasi
Dalam proses Integrasi dan spill-over Haas. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan analisis, yang menurut Philip Shmitter (2005:258-260)

8

Sebuah perusahaan penganan manis yang berasal Perancis, bersaing dengan Delfie.

7

Cecep Hermawan | 170210150001

adalah: (1) pembentukan loyalitas bersama terhadap satu institusi supranasional; (2)
Keputusan tidak sempurna dalam integrasi; (3) Isu fungsional dalam proses integrasi; (4)
peran aktor- aktor supranasional; (5) stategi dalam perwujudan integrasi; (6) hasil akhir
integrasi.
Dalam proses integrasi ekonomi dan politik negara- negara Eropa ini, benih- benih
Uni Eropa (European Communities)-lah yang berperan secara signifikan dalam proses
integrasi. Negara- negara Eropa yang pada saat perang dunia kedua terpecah- pecah mulai
terintegrasi dan menyatu pada sebuah komunitas. European Community yang terbentuk
melalui Rome Treaty yang akhirnya dimodifikasi menjadi European Union melalui
Lisbon Treaty 2007 yang berjalan pada 2009 ini menunjukkan adanya pergeseran dari
peran negara yang biasanya signifikan dalam menangani masalah bergeser saat setiap
negara setuju untuk melakukan kerja sama dalam beberapa aspek yang akan mereka
jadikan sebagai kepentingan bersama. Dalam pembentukan ECSC pada 1951 melalui
perjanjian Paris. Salah satu alasannya adalah untuk melakukan tindakan pencegahan
perang antara Perancis dan Jerman sert negara lainnya dengan menghilangkan akar
masalahnya.9 Pembentukan Uni Eropa yang terinisiasi karena ECSC ini pada dasarnya
adalah untuk mempertemukan Jerman dan Perancis bersama untuk menghilangkan
sebuah tipe oposisi tua antara kedua negara yang rawan peperangan (Price, 2000). Yang
artinya ada kepercayaan dari negara- negara ini untuk lebih memberikan loyalitas mereka
terhadap organiasasi regional yang telah terbentuk sehingga peperangan tidak hanya tidak
akan terpikirkan, tapi juga tidak akan mungkin terjadi secara material. (Price, 2000).
Proses integrasi yang dilakukan ini juga memiliki beberapa kepentingan yang sifatnya
kolektif, seperti meningkatkan kapasitas produksi batu bara dan baja yang semakin
dibutuhkan efisiensinya semenjak masa revolusi industri pada abad ke-19 (Orlow, 2002:
168).
Begitupun dalam proses perdebatan cokelat pada dekade 1970an, yang merupakan
dampak dari CAP yang diterapkan EU pada awal 1960an untuk mencapai SIngle
European Act pada 1986. CAP merupakan sebuah perjanjian sekaligus kebijakan yang
menekankan pada standardisasi produk-produk komoditas agrikultur strategis (Goldstein
dan Pevehouse, 2014: 360). yang pada dasarnya diinisiasi atas adanya kepentingan yang

9

Dikutip dari Schumann Declaration 1951 dengan penggubahan secukupnya.

8

Cecep Hermawan | 170210150001

dimiliki oleh dua kelompok negara penghasil produk olahan cokelat, yakni Belgia dan
sekutunya seperti Italia, Spanyol dan the Benelux, serta Britania Raya dan sekutunya
seperti Perancis, dan lainnya. Pada awalnya adanya kepentingan antara negara- negara ini
untuk meempertahakan keunggulan negara mereka, karena memang sifat alamiah sebuah
negara adalah untuk mempertahankan kepentingan nasionalnya (Sorensen dan Jackson,
2013: 22-4). Pergeseran loyalitas dan juga kepentingan dalam hal standardiasasi
komoditas baru terjadi pada awal abad ke dua pulih satu, saat perjanjian- perjanjian
pembentukan Uni Eropa sebagai identitas bersama diinisiasikan lebih lanjut melalui
Lisbon Treaty saat perjanjian- perjanjian yang membentuk European Communities mulai
kadaluwarsa.
Hasil Akhir Integrasi: Uni Eropa yang Damai
Perdebatan cokelat berakhir pada 2003 dengan putusan Mahkamah Tinggi Eropa
atas penghentian embargo Italia dan Spanyol atas produk- produk cokelat Britania Raya.
Akhir dari putusan ini merupakan salah satu kesuksesan Single European Act, Sejak awal
1950an, Uni Eropa adalah negara yang menjadi pioneer dalam proses pembentukan
sebuah institusi yang mampu menghindarkan diri dari perang yang berkepanjangan.
Sebenarnya ada beberapa alasan mengapa Uni Eropa dapat damai daripada kawasankawasan yang lain, jika disimpulkan dari berbagai literatur, ada 4 alasan utama kenapa
Uni Eropa berhasil melewati krisis- krisisnya dalam Single European Act. Yakni (1)
politisi yang visioner; (2) Kepemimpinan aksis Franco-German; (3) kesukarelaan dalam
menyerahkan sebagian kedaulatannya ; (4) konsensus bersama dikombinasikan dengan
solidaritas dan toleransi.
Dalam Single European Act yang berawal dari gagasan ECSC 1951 pada
perjanjian Paris 1951 menunjukkan adanya Robert Schumann dan Konrad Adenauer yang
secara visioner membentuk sebuah basis baru dalam integrasi yakni ‘komunitas’ yang
dianggap mampu dalam menghindarkan sebuah kawasan daripada perang. Posisi dari
ECSC yang membawa sebuah bentuk baru dari badan supranasional ini dianggap lebih
baik daripada sistem perimbangan kekuatan yang di bawa dalam tradisi realis. Dalam
perdebatan cokelat sendiri, konsep komunitas ini memberikan ruang yang lebih banyak
seperti dalam hal Inggris yang mampu untuk meloloskan kebijakan pengecualian bagi
produksi cokelat, yang sekalipun membawa banyak perdebatan, namun pada akhirnya
tetap membawa integrasi bagi Uni Eropa karena adanya fungsi hukum dan birokrasi yang

9

Cecep Hermawan | 170210150001

kuat seperti yang dikatakan Haas dan Schmitter dalam prasyarat integrasi dan proses spillover dalam ranah tradisi neofungsionalis.
Yang paling penting dalam proses integrasi Uni Eropa ini adalah kesukarelaan
dari setiap negara anggota untuk berbagi kedaulatan dalam proses integrasi. Kedaulatan
yang menurut Mingst (2011: 11) adalah sebuah harga yang paling tinggi dari sebuah
negara, dibagi dalam konteks kawasan, yang artinya ada sebuah pergeseran dari loyalitas
negara dan hirauan negara dari negara pada konteks kawasan. Bayangkan dalam konteks
cokelat ini jika ada satu negara yang menolak konsensus dari Uni Eropa maka akan ada
perpecahan yang dampaknya juga akan merembet seperti halnya proses spill-over dalam
proses integrasi.

Beyond Chocolate of the European Union
Memahami proses perdebatan cokelat ini tidak hanya menunjukkan bagaimana
sebuah krisis terjadi dalam sebuah proses integrasi. Perdebatan cokelat yang dimulai pada
awal 1970an yang disebabkan klaim Belgia atas haknya mempertahankan definisi cokelat
sebagai cokelat murni yang harus di standardisasi dalam Common Agricultural Policy
(CAP). Proses integrasi Uni Eropa yang dimulai dengan pembentukan European Coal
and Steel Community 1955 yang merupakan produk dari Paris Treaty 1951 yang
bertujuan melakukan efisiensi produksi batu bara dan baja. Yang beranjak menjadi
pembentukan perjanjian lain seperti Rome Treaty 1957 yang membentuk European
Community, di mana European Economic Community membentuk sebuah kebijakan yang
dinamakan CAP sebagai bentuk common market dari Uni Eropa. Dengan demikian, maka
proses spill-over dalam perdebatan cokelat ini merupakan sebuah implikasi atas
pembentukan ECSC pada 1951 hingga pembentukan Uni Eropa melalui Perjanjian
Lisbon 2007 yang dianggap sebagai salah satu kawasan yang sukses berintegrasi dan
menghindarkan dari bahaya perang.

10

Cecep Hermawan | 170210150001

Daftar Pustaka

Alberts, H. C., & Cidell, J. L. (2006). Chocolate Consumption, Manufacturing, and
Quality in Western Europe and the United States. Geography Volume 93 No.1,
218-226.
Andrews, E. L. (1997, October 24). Great Chocolate War Reveals the Dark Side of
Europe.
Diambil
kembali
dari
The
New
York
Times:
http;//thenytimes.com/1997/10/24/world/great-chocolate-warreveals-dark-sideof-europe.html
BBC. (1999, October 2008). World: Africa Economy Threatened by the Chocolate
Compromise.
Diambil
kembali
dari
BBC
News:
http;//news/bbc.co.uk/2/hi/africa/492460.stm
Blane, C. (2000, May 25). Euro Chocolate War Ends. Diambil kembali dari BBC News:
http;//news.bbc.co.uk/2/hi/europe/764305.stm
Cidell, J. L., & Alberts, H. C. (2006). Constructing quality: The multinational histories of
chocolate. Geoforum 37, 999-1007.
Dosenrode, S. (2010). Federalism Theory and Neo-Functionalism: Element for an
Analytical Framework. Perspective on Federalism, Vol 2, Issue 3, E1-E28.
Gehring, T. (1996). Integrating Integration Theory: Neo-functionalism and International
Regimes. Global Society, Vol. 10, No. 3, 225-253.
Goldstein, J., & Pevehouse, J. C. (2014). International Relations: 2013-2014 Update.
New York: Pearson Publishing.
Haas, E. B. (1975). The Obsolescence of Regional Integration. Berkeley, CA: Institute of
International Studies.
Mings, K. A. (2003). Essentials of International Relations, 2nd ed. London and New
York: W.W. Norton and Company, Ltd.
N., N. (2016, May 25). Cocoa Trend: 1959-2016. Diambil kembali dari Trading
Economics: http://id.tradingeconomics.com/commodity/cocoa/
N.N. (2016, May 18). Population of World 1950-2100. Diambil kembali dari Population
Pyramids: http;//populationpyramids.net/world/2020/
Orlow, D. (2002). Common Destiny: A Comparative History of the Dutch, French, and
German Social Democratic Parties, 1945–1969. New York: Berghahn Book.
Osborn, A. (2003, January 17). Chocolate war over after 30 years. Diambil kembali dari
The Guardian: http;//theguardian.com/uk/2003/jan/17/foodanddrink
Price, H. (2000, Januari 01). Robert Schuman's proposal of 9 May 1950. Diambil kembali
dari Schumann Project: http://www.schuman.info/9MayProp.htm#war

11

Cecep Hermawan | 170210150001

Schmitter, P. (2005). Ernst B. Haas and the legacy of neofunctionalism, . Journal of
European Public.
Sorensen, G., & Jackson, R. (2013). Introduction to International Relations: Theories
and Approaches, 5th Edition. New York: Oxford University Press.
The Consumption Chocolate Worldwide by 1999-2020. (2016, May 18). Diambil kembali
dari The Statistics Portal: http;//statista.com/statistics/238849/ global-chocolateconsumption/
Tranholm-Mikkelsen, J. (1991). Neofunctionalism: Obstinate or Obsolete?, . Millennium
Journal of International Studies, vol. 20, no. 1,.

12