2 Data Jumlah Air Produksi dan Air Distribusi PDAM Tirta Meulaboh pada tahun 2013

Tabel 3.2 Data Jumlah Air Produksi dan Air Distribusi PDAM Tirta Meulaboh pada tahun 2013

Air Yang

Air Yang

Air Yang Air Yang No

Terjual (m ) hilang (m ) 1 Januari

Sumber : PDAM Tirta Meulaboh

4. Analisis tingkat kehilangan air. Analisis tingkat kehilangan air mengacu pada jumlah air yang didistribusikan dengan jumlah air yang dikonsumsi. Tingkat kehilangan air dapat dihitung berdasarkan persamaan 2.10 pada halaman 13.

5. Analisis perhitungan neraca air. Neraca air dilakukan untuk melakukan monitoring laju kehilangan air dengan menggunakan data-data seperti data debit yang masuk selama tahun 2013, data konsumsi bermeter berekening, ketidak akuratan pembacaan pada meter pelanggan, kehilangan air yang terjadi selama tahun 2013 dan kehilangan fisik air. Analisa perhitungan neraca air yang digunakan berdasarkan usulan neraca air internasional atau International Water Associations (IWA) pada konferensi di Berlin tahun 2001, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.3 halaman 14.

6. Analisis NRW (Non Revenued Water) Analisis NRW (air tak berekening) digunakan untuk meminimalkan tingkat kehilangan air yang terjadi akibat air hasil produksi PDAM yang tidak mendatangkan income sehinffa PDA merugi. Besarnya nilai NRW didapatkan dengan menggunakan metode ILI (Infrastructure Leakage Index) dan MAAPL (Minimum Achievable Annual Physical Losses) seperti yang terlihat pada persamaan 2.12 dan 2.13 pada halaman 15. Data-data yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai NRW dengan menggunakan metode ILI adalah: data panjang pipa induk (LM), jumlah sambungan rumah (NC), tinggi tekanan rata-rata (P), panjang rata-rata pipa dinas ke meter pelanggan (LP) yang dikalikan dengan jumlah sambungan rumah.

7. Data pelanggan, data rekening, data debit selama tahun 2013 dari sampel pelanggan.

- Data-data ini dibutuhkan untuk menganalisa kinerja sistem distribusi air bersih yang meliputi keandalan, kelentingan dan kerawanan berdasarkan debit pemakaian air yang sampai ke pelanggan. Data debit pemakaian air selama tahun 2013 (januari sampai desember 2013) didapat dari 99 sampel pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan diperlihatkan pada Lampiran B Tabel B.3.16 halaman 90. Persamaan yang digunakan untuk menganalisa kinerja jaringan distribusi air bersih sudah dibahas pada Bab II sebelumnya.

- Dari data debit pemakaian air, debit yang digunakan dalam menganalisis kinerja jaringan distribusi air bersih adalah debit minimum. Asumsi dasarnya adalah air yang tercatat pada meter air di tiap-tiap pelanggan tersebut mencerminkan kemampuan layanan jaringan air bersih. Debit minimum

normal kebutuhan air/pelanggan/bulan untuk Kabupaten Aceh Barat adalah 23,4 m³/bulan, dengan anggapan jumlah penduduk pada satu pelanggan berjumlah 6 jiwa dan kebutuhan air tiap orang per hari sebesar 130 liter ( BPPDU, 2006).

sebagai

perhitungan

batas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan penelitian berdasarkan metodologi penelitian yang telah dijabarkan pada Bab III sebelumnya. Hasil dan pembahasan penelitian ini menyangkut dengan belum baik dan belum optimalnya pelayanan kebutuhan air bersih yang diberikan oleh PDAM Tirta Meulaboh pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan. Sehingga dari hasil pembahasan penelitian ini nantinya akan menjadi masukan bagi PDAM Tirta Meulaboh terhadap perbaikan dan peningkatan kinerja dari sistem jaringan distribusi dalam hal pemenuhan kebutuhan layanan air bersih kepada pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan.

Hasil dan pembahasan pada bab ini meliputi:

1. Daerah studi dari PDAM Tirta Meulaboh seperti: ketersedian sumber air baku PDAM, bangunan intake, kapasitas produksi dari WTP Lapang dan reservoir, dan sistem distribusi dari WTP Lapang.

2. Hasil analisis data primer yang didapat adalah:  Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sistem layanan air bersih,

seperti, debit aliran air, tekanan air, kontinuitas aliran serta fluktuasi kebutuhan air bersih.

3. Hasil analisis data sekunder yang didapat adalah:  Hasil analisis tingkat kehilangan air serta pengendalian tingkat

kehilangan air dengan metode NRW.  Hasil analisis kinerja sistem jaringan distribusi air bersih PDAM Tirta Meulaboh yang menyangkut keandalan, kelentingan dan kerawanan.

4.1 Hasil kajian Daerah Studi PDAM Tirta Meulaboh

4.1.1 Ketersediaan sumber air baku

Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Tirta Meulaboh utuk pelayanan kebutuhan air bersih bersumber dari air permukaan yaitu Sungai Krueng Meureubo dan Sungai Beureugang. Namun untuk wilayah layanan zona Kecamatan Johan Pahlawan, air bakunya bersumber dari Sungai Krueng Meureubo, Sedangkan sumber air baku dari Sungai Beuregang untuk wilayah layanan Kecamatan Kaway XVI. Debit air yang dihasilkan oleh kedua sungai tersebut sangat besar, sehingga sangat berpotensi bila dijadikan sumber air baku untuk pengembangan. Debit rata-rata sungai yang dihasilkan oleh sungai Krueng

Meureubo sebesar 100 m 3 /detik atau sebesar 100.000 liter/detik, dengan kedalaman sungai mencapai 15 m.

Dari segi kuantitas, sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Tirta Meulaboh dari sungai Krueng Meureubo sangat mencukupi untuk memenuhi pasokan air baku pada instalasi pengolahan air bersih yang ada di WTP Lapang. Sedangkan dari segi kualitas, berdasarkan hasil dari pemeriksaan yang dilakukan oleh PDAM Tirta Meulaboh, tingkat pencemaran lingkungan yang ada di sungai Krueng Meureubo masih jauh di bawah ambang yang diizinkan, karena sumber pencemaran air sungai akibat limbah rumah tangga yang ditimbulkan dari aktivitas masyarakat/penduduk yang tinggal disekitar sungai Krueng Meureubo.

Selain itu, perubahan tata guna lahan yang ada di Kabupaten Aceh Barat juga berpengaruh terhadap ketersediaan debit air baku sebagai sumber air bersih masyarakat. Sehingga dibutuhkan pola tata guna lahan yang baik, karena akan sangat mempengaruhi terhadap ketersediaan sumber air bersih untuk masyarakat dimasa-masa mendatang.

4.1.2 Kondisi bangunan intake

Pengambilan sumber air baku dari sungai Krueng Meureubo ke bangunan sadap (intake) yang dipompa ke WTP Lapang dengan mengguakan dua unit pompa Submersible yang memiliki kapasitas masing-masing 40 liter/detik dengan head 25 meter. Sistem produksi yang digunakan dalam pendistribusian air ke

WTP Lapang menggunakan sumber energi Tenaga Listrik dari PLN Cabang Meulaboh dan dibantu oleh satu genset yang digunakan jika terjadi pemadaman listrik oleh PLN.

4.1.3 Kapasitas produksi WTP Lapang dan reservoir

WTP Lapang sampai saat ini memiliki kapasitas desain sebesar 2x40 liter/detik atau sebesar 80 liter/detik. Jam operasi produksi dan operasi distribusi kebutuhan air bersih dari WTP Lapang berjalan selama 24 jam per hari. Dari hasil kebutuhan layanan masyarakat yang ada di kecamatan Johan pahlawan dari PDA Tirta Meulaboh, untuk tahun 2013 kapasitas produksi yang dihasilkan oleh WTP Lapang dapat mencukupi terhadap layanan kebutuhan air bersih bagi pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan. Untuk pemenuhan layanan kebutuhan masyarakat berdasarkan tahun perencanaan sampai dengan tahun 2032 dapat dilihat pada analisa kebutuhan masyarakat berdasarkan tahun perencanaan pada lampiran Tabel 4.6 halaman 52.

Reservoir yang ada saat ini pada sistem pelayanan kebutuhan air bersih adalah reservoir distribusi yang pengalirannya dengan menggunakan sistem pemompaan dari unit instalasi pengolahan air bersih. Reservoir yang ada pada

3 WTP Lapang memiliki 3 (tiga) unit reservoir dengan kapasitas 250 m 3 , 400 m , dan 450 m 3 . Dan sampai saat ini, reservoir yang ada pada WTP Lapang masih

berfungsi dengan baik secara optimal dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.

4.1.4 Sistem distribusi dari WTP Lapang

Sistem distribusi layanan kebutuhan air bersih dari WTP Lapang menggunakan sistem perpipaan. Panjang keseluruhan dari pipa distribusi dari WTP Lapang 92,55 km. Proses pendistribusian dan pengaliran air bersih dari WTP Lapang menggunakan Continous System dan cara pemompaan, dikarenakan air dialirkan ke pelanggan secara terus menerus selama 24 jam per hari dan cara pemompaan digunakan karena perbedaan elevasi antara sumber air atau WTP dengan daerah layanan Kecamatan Johan Pahlawan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup. Sistem distribusi air bersih menggunakan 4 (empat) buah Sistem distribusi layanan kebutuhan air bersih dari WTP Lapang menggunakan sistem perpipaan. Panjang keseluruhan dari pipa distribusi dari WTP Lapang 92,55 km. Proses pendistribusian dan pengaliran air bersih dari WTP Lapang menggunakan Continous System dan cara pemompaan, dikarenakan air dialirkan ke pelanggan secara terus menerus selama 24 jam per hari dan cara pemompaan digunakan karena perbedaan elevasi antara sumber air atau WTP dengan daerah layanan Kecamatan Johan Pahlawan tidak dapat memberikan tekanan yang cukup. Sistem distribusi air bersih menggunakan 4 (empat) buah

Sistem distribusi air bersih yang ada pada PDAM Tirta Meulaboh yaitu sumber air baku – pipa utama – reservoir – pipa induk – pipa distribusi. Sedangkan infrastruktur yang ada mencakup sungai sebagai sumber air baku - bangunan sadap/intake – WTP – reservoir – jaringan distribusi.

4.2 Hasil Analisis Data Primer

4.2.1 Hasil analisis debit air

Data pengukuran debit dilakukan pada 99 sampel pelanggan yang tersebar pada 3 zona layanan PDAM Tirta Meulaboh yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan. Lokasi penelitian pada wilayah studi dapat dilihat pada Lampiran A Gambar A.3.3 halaman 69. Pengamatan debit aliran air pada 99 sampel pelanggan dilakukan selama seminggu atau 7 hari dimulai hari Minggu tanggal 20 April 2014 sampai dengan Sabtu 26 April 2014, dengan melakukan pencatatan debit air dalam 1 hari sebanyak 5 kali pengamatan, yaitu pada pukul 06:00, pukul 10:00, pukul 14:00, pukul 18:00 dan pukul 22:00, untuk melihat kondisi pemakaian air oleh pelanggan.

Hasil analisis data debit pemakaian air dari 99 sampel pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan menunjukkan bahwa debit yang sampai kepada pelanggan sangat berhubungan dengan kondisi jaringan distribusi air bersih. Data pemakaian air dari sampel pelanggan disetiap zona layanan untuk melihat kondisi nyata debit yang dihasilkan di lapangan seperti yang diperlihatkan pada Lampiran B Tabel B.3.7 halaman 81 sampai dengan Tabel B.3.9 halaman 83. Berdasarkan hasil analisis data debit pemakaian air dari kondisi nyata di lapangan, didapatkan volume pemakaian air rata-rata yang sampai kepada pelanggan pada 3 Hasil analisis data debit pemakaian air dari 99 sampel pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan menunjukkan bahwa debit yang sampai kepada pelanggan sangat berhubungan dengan kondisi jaringan distribusi air bersih. Data pemakaian air dari sampel pelanggan disetiap zona layanan untuk melihat kondisi nyata debit yang dihasilkan di lapangan seperti yang diperlihatkan pada Lampiran B Tabel B.3.7 halaman 81 sampai dengan Tabel B.3.9 halaman 83. Berdasarkan hasil analisis data debit pemakaian air dari kondisi nyata di lapangan, didapatkan volume pemakaian air rata-rata yang sampai kepada pelanggan pada 3

Tabel 4.1 Hasil Analisis Pemakaian Air Rata-Rata Pada Zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan

Volume Volume Lokasi

Volume Rata-Rata Hasil Lapangan

Total Total No

(m3/jiwa)

Penelitian (m3/Org/ (Liter/

hari) Org/hari)

0,130 129,759 2 Zona Layanan 2

1 Zona Layanan 1

0,099 99,000 3 Zona Layanan 3

Grafik 4.1 Grafik Debit Air Rata-Rata Pada Zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan

Grafik pola pemakaian air di atas menunjukkan kondisi real pemakaian air rata-rata selama satu minggu pengamatan di lapangan zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan, dimana pemakaian air harian antara hari satu dengan hari lainnya berbeda untuk setiap lokasi pengamatan/lokasi studi. Dari grafik di atas terlihat jelas bahwa volume pemakaian air pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan Grafik pola pemakaian air di atas menunjukkan kondisi real pemakaian air rata-rata selama satu minggu pengamatan di lapangan zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan, dimana pemakaian air harian antara hari satu dengan hari lainnya berbeda untuk setiap lokasi pengamatan/lokasi studi. Dari grafik di atas terlihat jelas bahwa volume pemakaian air pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan

pemakaian air rata-rata di zona layanan 1 sebesar 0,130 m 3 /orang, zona layanan 2

sebesar 0,099 m 3 /orang dan pada zona layanan 3 sebesar 0,092 m /orang. Pada zona layanan 1 menunjukkan pemakaian airnya tertinggi yaitu pada

pukul 06:00 dan 10:00, pada zona layanan 2 pemakaian air tertinggi pada pukul

06: 00 dan 14:00 dan pada zona layanan 3 pemakaian airnya tertinggi yaitu pada pukul 06:00. Dapat disimpulkan bahwa waktu penggunaan air tertinggi merupakan waktu puncak pemakaian air. Pada zona layanan 1 Kecamatan Johan Pahlawan, waktu puncaknya terjadi pada pagi hari, untuk zona layanan 2 pada pagi dan siang hari, dan malam hari untuk zona layanan 3. Ini menunjukkan bahwa masyarakat menjalankan aktifitasnya pada waktu-waktu tersebut. Kondisi nyata dari setiap pelanggan yang diperlihatkan pada Lampiran B Tabel B.3.7 halaman 81 sampai dengan Tabel B.3.8 halaman 83. Data pemakaian air 99

sampel pelanggan di lapangan memperlihatkan adanya debit pemakaian 0 m 3 dari waktu-waktu pengamatan, dimana pemakaian 0 m 3 dapat disimpulkan

kemungkinan tidak adanya air dalam jaringan pipa sehingga tidak mampu melayani kebutuhan air pelanggan, kemungkinan adanya kebocoran, dan kerusakan serta penyempitan pada pipa distribusi di lokasi pengamatan sampel pelanggan.

Secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa debit rata-rata yang sampai ke pelanggan atau volume pemakaian air rata-rata selama waktu

pengamatan untuk Kecamatan Johan Pahlawan sebesar 0,107 m 3 /jiwa atau sebesar 106,92 liter/orang/hari. Ini berarti konsumsi kebutuhan air bersih nyata dari

sampel pelanggan rata-rata sebesar 106,92 liter/orang/hari tersebut kurang dari 130 liter/orang/hari konsumsi unit sambungan rumah menurut kriteria pemakaian air bersih setiap kota/kabupaten. Sehingga dengan kondisi tersebut maka PDAM Tirta Meulaboh belum mampu memenuhi kebutuhan pelanggan, dimana kekurangan kebutuhan air bersih rata-rata setiap pelanggan > 23 liter/orang/hari.

4.2.2 Hasil analisis tekanan air

Hasil pengamatan tekanan dengan menggunakan Pressure Gauge, tekanan yang dihasilkan secara acak pada sampel pelanggan yang ada di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan tidak mencapai 1 atm. Dimana persyaratan penyediaan air bersih terhadap tekanan dirancang untuk dapat melayani pelanggan hingga yang terjauh adalah minimal 1 atm.

Dengan kondisi tersebut, maka analisa terhadap tekanan air dilakukan dengan menampung air pada sebuah wadah 1 liter yang mengalir pada pipa pelanggan berdiameter 1/2 inchi dengan mencatat waktu air mengalir disamping stand meter. Hasil dari kecepatan aliran tersebut kemudian dikonversikan ke dalam perhitungan tekanan dari persamaan 2.4 dan 2.5 halaman 11. Hasil tekanan untuk setiap sampel pelanggan yang ada di setiap zona layanan dapat dilihat pada Lampiran B Tabel B.3.10 halaman 84 sampai dengan Lampiran B Tabel B.3.12 halaman 86. Hasil analisis dari data tekanan air disetiap sampel pelanggan yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan ini untuk melihat kondisi nyata tekanan air yang terjadi di lapangan baik tekanan maksimum dan tekanan minimum, seperti yang diperlihatkan pada Tabel dan Grafik di bawah ini.

Tabel 3 Hasil Analisis Tekanan Air Maksimum dan Minimum di Zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan

Lokasi Tinggi Tekanan Air Harian (m) Maksimum No

Jum'at Sabtu Minggu

0,026 0,030 0,031 2 Zona layanan 2

1 Zona layanan 1

0,015 0,010 0,013 3 Zona layanan 3

Lokasi Tinggi Tekanan Air Harian (m) Minimum No

Jum'at Sabtu Minggu

0,018 0,017 0,017 2 Zona layanan 2

1 Zona layanan 1

0,009 0,010 0,010 3 Zona layanan 3

Grafik 3 Grafik Tinggi Tekanan Air di 3 Zona Layanan Kecamatan Johan

Pahlawan

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pola tekanan air di tiap zona layanan sangatlah beragam, dimana tekanan tersebut menunjukkan perbedaan antara waktu yang satu dengan waktu lainnya dan perbedaan antara hari yang satu dengan hari lainnya. Dari tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa tinggi tekanan air maksimum tertinggi di zona layanan 1 adalah pada hari selasa dan kamis dengan tinggi tekanan 0,032 m, sedangkan tinggi tekanan air minimum adalah pada hari rabu dan jum’at dengan tinggi tekanan 0,026 m. Untuk zona layanan 2, tekanan air maksimum tertinggi di hari Jum’at dengan tekanan maksimum 0,015 m dan tinggi tekanan air minimum pada hari sabtu dengan 0,010 m. Sedangkan pada zona layanan 3, tekanan air maksimum tertinggi di hari kamis dan minggu dengan tekanan maksimum 0,008 m dan tinggi tekanan air minimum pada hari rabu dengan 0,006 m. Ini menyatakan bahwa selama pengamatan dalam 1 hari untuk 5 kali pengamatan, air dinyatakan bertekanan dan ada air mengalir pada waktu tersebut.

Analisis dari tekanan air yang dihasilkan ini belum mencapai persyaratan tekanan air untuk sampai ke pelanggan sebesar 1 atm, dimana tinggi tekanan air rata-rata maksimum untuk Kecamatan Johan Pahlawan sebesar 0,03 m. Ini diakibatkan karena kapasitas pipa yang digunakan tidak memadai, sehingga menyebabkan pelanggan tidak memperoleh air dalam tekanan yang cukup. Penggunaan pompa air oleh pelanggan sekitarnya mengakibatkan terjadinya penarikan tekanan disetiap titik, sehingga pada titik lain menjadi hilang.

4.2.3 Hasil analisis kontinuitas aliran

Hasil pengamatan kontinuitas aliran air dari PDAM Tirta Meulaboh pada minggu pertama saat pencatatan debit dan tekanan dapat dikatakan ada air mengalir pada waktu tersebut dan air mengalir selama 24 jam. Pengamatan kontinuitas aliran 3 minggu berikutnya pada intake juga dinyatakan mengalir secara terus menerus selama 24 jam dan tidak terjadi pemadaman listrik. Kontinuitas ini berkaitan dengan kebiasaan pemakaian air, karena pada jam-jam puncak pemakaian terjadi pemakaian air secara bersama-sama.

4.2.4 Hasil analisis fluktuasi kebutuhan air bersih

Analisis terhadap fluktuasi kebutuhan air bersih pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan dilakukan dengan melihat jumlah pemakaian air pada tiap jam dimana kebutuhan air berubah untuk setiap jamnya. Untuk analisis fluktuasi kebutuhan air bersih dilakukan random 1 sampel pelanggan yang ada disetiap zona layanan PDAM Kecamatan Johan Pahlawan. Data kebutuhan air harian maksimum, kebutuhan air pada jam puncak dan kebutuhan air rata-rata dari sampel 3 pelanggan selama seminggu di 3 zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Lampiran C Tabel C.4.1 halaman 91 sampai dengan Tabel C.4.3 halaman 93.

Berdasarkan Tabel tersebut terlihat bahwa fluktuasi kebutuhan pemakaian air harian maksimum terbesar terdapat pada zona layanan 1 dibandingkan dengan dua zona layanan lainnya. Dari hasil analisis terlihat bahwa pada zona layanan 1, memiliki nilai faktor harian maksimum dan faktor jam puncaknya lebih tinggi dibandingkan dengan 2 zona layanan lainnya. Pada zona layanan 1, fluktuasi

kebutuhan pemakaian air harian maksimum sebesar 0,810 m 3 /jam dengan nilai kebutuhan air harian rata-rata sebesar 0,682 m 3 /jam, sehingga nilai faktor harian

maksimum sebesar 1,19. Sedangkan untuk besarnya nilai kebutuhan air jam pun- cak berdasarkan hasil analisa pengamatan di lapangan, didapat nilai rata-rata kebutuhan air jam puncak terbesar pada pukul 09.00-10.00 yaitu sebesar 103.714,29 liter/detik dengan nilai faktor jam puncak sebesar 1,59. Dimana nilai maksimum sebesar 1,19. Sedangkan untuk besarnya nilai kebutuhan air jam pun- cak berdasarkan hasil analisa pengamatan di lapangan, didapat nilai rata-rata kebutuhan air jam puncak terbesar pada pukul 09.00-10.00 yaitu sebesar 103.714,29 liter/detik dengan nilai faktor jam puncak sebesar 1,59. Dimana nilai

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pola pemakaian air dan keseragaman aktivitas penggunanan air disetiap zona layanan sangat mempengaruhi besarnya nilai faktor pemakaian air. Hasil analisis fluktuasi pemakaian air pada sampel pelanggan di 3 zona layanan kecamatan Johan Pahlawan diperlihatkan pada Tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Analisis Fluktuasi Pemakaian Air Pada Sampel Pelanggan di 3 Zona Layanan Kecamatan Johan Pahlawan

Total Pemakaian Air (liter/detik) selama seminggu

Pemakaian Air No

Jam Rata-Rata

Zona 1

Zona 2

Zona 3 Liter/detik

89.142,86 Kebutuhan Air Harian

61.714,29 70.928,57 (liter/detik)

Kebutuhan Air Harian

45.642,86 Rata-Rata (liter/detik)

Grafik 4.3 Grafik Pola Pemakaian Air Rata-Rata Pada Zona Layanan

Kecamatan Johan Pahlawan

4.3 Hasil Analisis Data Sekunder

Hasil analisis data sekunder ini mencakup analisis kehilangan air dengan analisis NRW menggunakan metode ILI dan analisis kinerja sistem distribusi air bersih berdasarkan keandalan, kelentingan dan kerawanan.

4.3.1 Hasil analisis proyeksi jumlah penduduk

Metode proyeksi penduduk ini dihitung berdasarkan perhitungan laju pertumbuhan penduduk dengan menggunakan persamaan 2.2 halaman 7. Dari hasil perhitungan laju pertumbuhan penduduk, untuk Kecamatan Johan Pahlawan rata-rata laju pertumbuhan penduduknya adalah 2,99 %. Hasil dari perhitungan proyeksi jumlah penduduk dari tahun 2013 sampai dengan 2032 untuk Kecama- tan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

Tabel 4.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dari Tahun 2014 sampai dengan 2032

No Tahun Jumlah penduduk (jiwa) no Tahun Jumlah penduduk (jiwa)

4.3.2 Hasil analisis kebutuhan air

Perhitungan kebutuhan air pada wilayah studi dilakukan berdasarkan jumlah penduduk dari hasil perhitungan proyeksi penduduk Kecamatan Johan Pahlawan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2032. Pada perhitungan kebutuhan air ini dibagi atas dua kelompok pemakai air yaitu pemakai air untuk kebutuhan rumah tangga (domestik) dan kebutuhan non domestik. Kebutuhan air domestik dihitung berdasarkan standar kebutuhan air minum untuk Sambungan Rumah (SR) 80% dan kebutuhan Hidran Umum (HU) 20%.

Untuk pemakaian air bersih dilihat berdasarkan hasil perhitungan proyeksi penduduk seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.4 di atas. Dari tabel proyeksi penduduk Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2022 berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen PU (2006) dari Tabel 2.2 halaman 9, maka digolongkan ke dalam golongan IV dengan kategori kecil, dimana kisaran penduduknya 20.000-100.000 jiwa. Dengan kategori tersebut, kebutuhan air domestik dilihat terhadap konsumsi unit sambungan rumah (SR) pada tahun tersebut sebesar 130 liter/orang/hari atau

sebesar 23,4 m 3 /bulan. Sedangkan dari tahun 2023 sampai dengan tahun 2032 berdasarkan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen PU (2006) dari

Tabel 2.2 halaman 9, maka digolongkan ke dalam golongan III dengan kategori sedang, dimana kisaran penduduknya 100.000-500.000 jiwa. Dengan kategori Tabel 2.2 halaman 9, maka digolongkan ke dalam golongan III dengan kategori sedang, dimana kisaran penduduknya 100.000-500.000 jiwa. Dengan kategori

Pada awal tahun rencana 2013 berdasarkan Tabel 2.1 halaman 7, jumlah penduduk pada Kecamatan Johan Pahlawan sebesar 75.473 jiwa dengan cakupan pelayanan kebutuhan air bersih baru tercapai 47%, sehingga diharapkan sampai tahun proyeksi 2032 PDAM Tirta Meulaboh dapat memenuhi layanan kebutuhan air bersih bagi pelanggan Kecamatan Johan Pahlawan sebesar 100% sesuai dengan target bidang PU Cipta Karya. Kebutuhan air bersih rata-rata merupakan akumulasi dari jumlah kebutuhan air bersih domestik dan kebutuhan air bersih non domestik. Hasil perhitungan cakupan pelayanan kebutuhan air bersih yang terlayani oleh Sambungan Rumah dan Hidran Umum diperlihatkan pada Tabel 4.5 di bawah.

Tabel 4.5 Hasil Analisis Cakupan Pelayanan Kebutuhan Air Bersih dari Tahun 2014 Sampai 2032

Jumlah Sistem No

Jumlah

Jumlah

Tahun

Penduduk

Penduduk

Penduduk

Pelayanan

(jiwa)

Terlayani

Terlayani

SR 80% HU 20%

Hasil perhitungan kebutuhan air bersih domestik, kebutuhan air bersih non domestik dan kebutuhan air bersih rata-rata dari tahun 2014-2032 untuk Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat diperlihatkan pada Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.6 Kebutuhan Air Bersih Domestik dan Non Domestik Tahun 2014 Sampai 2032

Jumlah Sistem

Kebutuhan Kebutuhan Pelayanan

Standard Kebutuhan

Domestik Domestik

no (Qnd) Tahun

Sambungan Hidran

SR+HU =20%. Qd Rumah

liter/orang/ liter/orang liter/orang liter/orang

hari

/hari

/hari /hari

Tabel 4.7 Kebutuhan Air Bersih Rata-Rata Tahun 2014 Sampai 2032

Kebutuhan Kebutuhan Air Rata-Rata (Qr) Air Domestik

Kebutuhan

Air Non Domestik

no Tahun (Qd) =

(Qnd) =20%.

SR+HU

Qd

Qnd Qr total

Qd

Liter/hari

Liter/hari

Liter/detik

Liter/detik Liter/hari

Dengan melihat kebutuhan air bersih rata-rata untuk setiap tahun perencanaan dari tahun 2014 sampai tahun 2032 berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.7 di atas, didapat bahwa kebutuhan air rata-rata (kebutuhan air domestik dan non domestik) untuk setiap tahun perencanaan sebesar 170 liter/detik. Dari kebutuhan air rata-rata tersebut jelas pelanggan dari tahun ke tahun membutuhkan air yang jauh lebih besar, dimana melebihi kapasitas produksi air yang dihasilkan oleh WTP Lapang sebesar 80 liter/detik.

Dengan kebutuhan tersebut, menunjukkan bahwa dengan kapasitas produksi dari WTP lapang yang hanya mampu berproduksi sebesar 80 liter/detik,

4.3.3 Hasil analisis tingkat kehilangan air

Kapasitas sumber air baku yang tersedia dari sungai Meureubo cukup mampu memenuhi kebutuhan air untuk wilayah Kecamatan Johan Pahlawan, dimana memiliki debit rata-rata 100 m³/detik atau sebesar 100.000 liter/detik. Kapasitas produksi dari bangunan Intake dan Water Treatment Plant (WTP) Lapang saat ini adalah sebesar 2x 40 liter/detik atau 80 liter/detik atau sebesar 2.522.880 m³/tahun. Data kapasitas produksi dan distribusi air bersih dari WTP Lapang untuk Kecamatan Johan Pahlawan pada Tahun 2013 diperlihatkan pada Tabel 3.2 halaman 36.

Tabel 3.2 tersebut memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 debit air yang diproduksi oleh WTP Lapang untuk zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan sebesar 2.522.800 m³/tahun. Namun yang mampu didistribusikan kepada pelanggan hanya sebesar 2.235.470 m³/tahun dan air yang terjual pada tahun 2013 hanya sebesar 1.451.503 m³/tahun. Data tersebut di atas memperlihatkan bahwa terjadi kehilangan air yang cukup besar pada tahun 2013 yaitu sebesar 783.967 m³/tahun, maka tingkat kehilangan air yang terjadi selama tahun 2013 dengan menggunakan persamaan 2.10 halaman 13 pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan adalah sebesar 35,07%. Besarnya nilai kehilangan air tersebut melebihi Tabel 3.2 tersebut memperlihatkan bahwa pada tahun 2013 debit air yang diproduksi oleh WTP Lapang untuk zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan sebesar 2.522.800 m³/tahun. Namun yang mampu didistribusikan kepada pelanggan hanya sebesar 2.235.470 m³/tahun dan air yang terjual pada tahun 2013 hanya sebesar 1.451.503 m³/tahun. Data tersebut di atas memperlihatkan bahwa terjadi kehilangan air yang cukup besar pada tahun 2013 yaitu sebesar 783.967 m³/tahun, maka tingkat kehilangan air yang terjadi selama tahun 2013 dengan menggunakan persamaan 2.10 halaman 13 pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan adalah sebesar 35,07%. Besarnya nilai kehilangan air tersebut melebihi

Kehilangan air tersebut disebabkan oleh kehilangan air akibat faktor teknis maupun non teknis. Kehilangan air yang cukup tinggi ini disebabkan jaringan pipa yang sudah berumur tua dan belum pernah digantikan semenjak PDAM Tirta Meulaboh ini beroperasi dari tahun 1983 dan setelah terjadinya Tsunami tahun 2004. Selain kondisi pipa yang sudah usang, kondisi meteran pelanggan yang tidak akurat atau tidak berfungsi juga mempengaruhi kehilangan air, dimana konsumsi pelanggan jauh lebih kecil dari pada yang tercatat ataupun sebaliknya. Analisis tingkat kehilangan air dan kebocoran yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8 Jumlah Tingkat Kehilangan Air dan Kebocoran Yang Terjadi Pada Tahun 2013

Jumlah Air Jumlah Air yang Kebocoran

Tingkat yang

Jumlah Air

Tercatat Dalam Yang Yang Hilang Kehilangan Didistribusikan Rekening Tagihan

Terjadi

Air (%) (M³/tahun )

(M³/tahun)

(M³/tahun)

(M³/hari)

Analisis total kehilangan air pada PDAM Tirta Meulaboh yang terjadi selama tahun 2013 di wilayah Kecamatan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Tabel 4.9 di bawah ini:

Tabel 4.9 Analisis Kehilangan Air Pada Tahun 2013

Debit rata-rata yang masuk sebesar

(m /bulan) Total air yang terjual selama tahun 2013 = 1.451.503/12 bulan

(m 3 /bulan)

3 Debit rata-rata per bulan (m 3 /bulan) = 0,95% x186.289,17 m /bulan akibat ketidak akuratan meter pelanggan 3 = 1.768,81 m /bulan

Tingkat kebocoran/kehilangan air = 35,07% x 186.289,17 (m 3 /bulan)

Dari Tabel 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa, tingkat kehilangan air yang terjadi pada PDAM Tirta Meulaboh adalah sebesar 65.330,58 m 3 / bulan.

4.3.4 Hasil analisis neraca air

Neraca air dilihat berdasarkan data-data seperti data debit yang masuk selama tahun 2013, data konsumsi bermeter berekening, ketidak akuratan pem- bacaan pada meter pelanggan, kehilangan air yang terjadi selama tahun 2013 dan kehilangan fisik air. Hasil dari analisis terhadap neraca air dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah ini :

Tabel 4.10 Analisis Neraca Air Pada Tahun 2013

Data

Tahun 2013

Debit yang masuk selama januari sampai dengan

= 2.235.470,00 desember (m /tahun) Konsumsi bermeter rekening (m 3 /tahun)

3 = 1.768,81 m /bulan Kehilangan non teknis (m /tahun) = 21.225,67 m 3 /tahun

= 2.235.470,00 – Kehilangan air = debit yang masuk dikurangi dengan

3 1.451.503,00 konsumsi air resmi (m /tahun) = 783.967,00

= 783.967,00 – Kehilangan fisik = kehilangan air dikurangi

3 21.225,67 kehilangan non teknis (m /tahun) = 762.741,33

Berdasarkan data debit yang masuk dengan air yang terjual/debit konsumsi bermeter rekening selama tahun 2013, didapat kehilangan air yang terjadi sebesar

783.967 m 3 /tahun. Nilai kehilangan fisik merupakan nilai kehilangan air dengan kehilangan non teknis akibat ketidakakuratan meter pelanggan. Dari Tabel di atas,

didapat kehilangan fisik air sebesar 762.741,33m 3 /tahun. Sebagai bahan untuk audit/laju kontrol kehilangan air, maka pada Tabel 4.11 di bawah ini menunjukkan

perhitungan untuk neraca air. Neraca air ini sangat diperlukan sebagai laju kontrol dalam menghitung kehilangan air baik kehilangan fisik maupun kehilangan non fisik. Namun dari Tabel neraca air di bawah menunjukkan bahwa, ada beberapa data dari besarnya air tak berekening (ATR) belum ada seperti konsumsi tak bermeter berekening termasuk di dalamnya estimasi meter pelanggan rusak dan estimasi pemakaian pada instansi tertentu, pemakaian ilegal, kebocoran pada pipa transmisi dan pipa induk serta kebocoran dan limpahan pada tanki reservoir. Ini dikarenakan pihak PDAM tidak memiliki data rekapitulasi hasil survei jumlah dan alokasi ketidakakuratan meter air pelanggan. Ketidakakuratan meter pelanggan dapat menyumbang kehilangan air dan menyebabkan pendapatan PDAM hilang.

Tabel 4.11 Perhitungan Neraca Air

8. Konsumsi bermeter

m³/tahun

9. Konsumsi bermeter tak

2. Konsumsi

berekening = estimasi meter resmi

m³/tahun

pelanggan rusak berekening =

10. Konsumsi bermeter tak 1.451.503

berekening = pemakaian pada m³/tahun

5. Konsumsi

instansi tertentu

bermeter tak

11. Konsumsi tak bermeter tak

berekening

berekening = penggunaan air

1. Volume oleh pemadam kebakaran dan suplai input

pencucian pipa ke dalam

6. 12. Konsumsi tak resmi = sistem =

pemakaian ilegal 2.235.470

Kehilangan

non teknis/

m³/tahun

13. Ketidak akuratan meter

komersial =

pelanggan dan kesalahan

penanganan data = 21.225.67

m³/tahun

3. Kehilangan m³/tahun air = 783.967

14. Kebocoran pada pipa m³/tahun

transmisi dan pipa induk

15. Kebocoran dan limpahan

Kehilangan

pada tanki reservoir

fisik/teknis =

16. Kebocoran pada pipa dinas

hingga meter pelanggan =

m³/tahun

762.741,33 m3/tahun x 10% = 76.274,13 m3/tahun

4.3.5 Hasil analisis NRW (Non Revenued Water)

Dalam mengurangi atau meminimalisir tingkat kehilangan air sebesar 35,07% dibutuhkan suatu metode pengendalian tingkat kehilangan air yang disebut dengan NRW (Non Revenued Water). Nilai NRW dapat diperhitungkan dengan menggunakan metode ILI (Infrastructure Leakage Index) yang dihitung berdasarkan kehilangan fisik dikurang dengan kehilangan non teknis dengan menggunakan Tabel Matriks Target yang dikeluarkan oleh Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta.

Analisis NRW menggunakan metode metode ILI (Infrastructure Leakage Index ) atau menganalisa seberapa besar indikator kehilangan fisik, seperti yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Data di wilayah studi Kecamatan Johan Pahlawan: Panjang pipa induk (LM)

= 39 km= 39.000 m

Jumlah sambungan rumah (NC)

= 5.522 SR

Tekanan air rata-rata (P)

= 0,03 m

Panjang rata-rata pipa dinas (LP) = 8 m x 5.522 SR = 44.176 m

Berdasarkan neraca air didapat nilai CAPL/kehilangan fisik saat ini sebesar 762.741,325 m 3 /tahun atau sebesar 762.741.325 liter/tahun. Sedangkan

nilai MAAPL/kehilangan fisik yang dapat dicapai secara minimal didapat sebesar 19.828.452,72 liter/tahun berdasarkan persamaan 2.12 halaman 14 di bawah ini:

MAAPL  (( 18 xLM )  ( 0 , 8 xNC )  ( 25 xLP )) xP

 ((18x 39 . 000 )  (0,8x5 . 52 2)  (25x 44 . 176 ))x 0 , 03  54 . 324 , 53 liter/hari  19 . 828 . 452 , 72 liter/tahu n

Setelah mendapatkan nilai CAPL dan nilai MAAPL, maka nilai ILI berdasarkan persamaan 2.11 halaman 14 didapat sebesar:

ILI 

CAPL

762 . 741 . 325 liter/tahu n

MAAPL 19 . 828 . 452 , 72 liter/tahu n

Dari analisis besarnya nilai ILI yang dihasilkan 38,5 dan dibandingkan dengan tekanan rata-rata hanya 0,03 m, maka berdasarkan Tabel 3.3 Matriks Target halaman 15 pada bab 2, dapat disimpulkan bahwa kebocoran atau kehilangan air di zona layanan PDAM Tirta Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan termasuk ke dalam golongan D dengan nilai ILI >16 dan tingkat kebocoran >200 liter/sambungan/hari. Jika dibandingkan dengan kehilangan air sebesar 783.967

m 3 /tahun, maka berdasarkan analisis NRW dengan metode ILI didapat kehilangan air adalah di atas 403.106 m 3 /tahun atau di atas 51,42% air yang hilang namun

dapat diukur dan dipertanggung jawabkan, tapi tidak dapat diuangkan.

4.3.6 Hasil analisis keandalan, keletingan dan kerawanan

Analisis kinerja pada jaringan distribusi air bersih ini dilakukan terhadap pemakaian debit dari 99 sampel pelanggan yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan. Data jumlah 99 sampel pelanggan serta debit pemakaian selama tahun 2013 (Bulan Januari sampai dengan Desember 2013) dapat dilihat pada Lampiran

B Tabel B.3.16 halaman 90. Debit minimum yang digunakan sebagai dasar dalam menganalisa kinerja jaringan distribusi air bersih adalah sebesar 23,4 m³/bulan. Dengan anggapan bahwa jumlah penduduk dalam satu pelanggan terdiri atas 6 orang dan jumlah kebutuhan air untuk tiap orang per harinya adalah 130 liter.

Analisis terhadap tingkat layanan air bersih kepada pelanggan dilakukan berdasarkan debit aliran yang sampai ke pelanggan, dengan asumsi dasar bahwa air yang tercatat pada meteran air pelanggan merupakan kemampuan layanan jaringan air bersih. Hasil analisis kinerja jaringan distribusi air bersih pada 99 pelanggan yang ada di Kecamatan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Lampiran C Tabel C.4.4 halaman 94. Dari hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dari 99 sampel pelanggan, yang mengalami kejadian gagal/kurang sebanyak 41 sampel, dimana mendapatkan debit air kurang dari kebutuhan minimal yang harus

terpenuhi sebesar 23,4 m 3 /bulan. Kegagalan ini dapat disebabkan oleh kondisi jaringan distribusi yang tidak baik, adanya penyambungan ilegal yang

menyebabkan tingginya kehilangan air, dan pengaruh pompa yang digunakan oleh masyarakat disekitar wilayah studi juga mengakibatkan terjadinya kehilangan tekanan yang cukup besar, sehingga debit tidak sampai kepada pelanggan, dan menyebabkan kebutuhan minimal pelanggan tidak terpenuhi.

Hasil dari analisis kinerja jaringan distribusi air bersih yang meliputi keandalan, kelentingan dan kerawanan pada wilayah studi zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini:

Tabel 4.12 Analisis Kinerja Jaringan Distribusi Air Bersih Di Kecamatan Johan Pahlawan Tahun 2013 No

Parameter

Nilai unit

1 KEANDALAN

Kejadian "kekurangan" 41,41 % Keandalan

2 KERAWANAN

A Defisit Maksimum

Kekurangan rerata 8,7 m³/bulan Kekurangan maksiumm

13,4 m³/bulan Kekurangan minimum

1,4 m³/bulan Rasio kekurangan rerata

37,18 m³/bulan Rasio kekurangan maksimum

57,26 % Rasio kekurangan minimum

B Defisit rerata

Kekurangan rerata 2,94 m³/bulan Kekurangan maksimum

5,07 m³/bulan Kekurangan minimum

1,23 m³/bulan Rasio kekurangan rerata

12,55 % Rasio kekurangan maksimum

21,65 % Rasio kekurangan minimum

3 KELENTINGAN

Lama rerata dalam keadaan gagal secara kontinuitas 4,65 Bulan Frekuensi terjadinya

2 Kali

Berdasarkan Tabel tersebut, analisis kinerja jaringan distribusi air bersih dari jumlah sampel sebanyak 99 pelanggan di zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan menunjukkan bahwa didapatkan debit andalan sebesar 58,59% dengan kejadian kekurangannya sebesar 41,41%. dimana debit minimum rerata

bulanannya kurang dari nilai batas normal sebesar 23,4 m 3 /bulan. Untuk analisis tingkat kerawanan diukur dari seberapa besar terjadinya kekurangan/defisit rerata

debit maksimum maupun debit minimum. Berdasarkan hasil analisis tingkat kerawanan didapatkan nilai defisit rerata sebesar 2,94 m 3 /bulan, dimana nilai

defisit maksimumnya adalah 5,07 m 3 /bulan dengan rasio defisit maksimumnya sebesar 21,65%. Sedangkan untuk nilai defisit minimumnya adalah sebesar 1,23

terhadap 99 sampel pelanggan yang ada di zona Kecamatan Johan Pahlawan adalah sebesar 12,55%.

Dari analisis kejadian “kegagalan” berdasarkan Lampiran C Tabel C.4.4 halaman 94, dapat dilihat bahwa lamanya rerata kejadian gagal terbesar adalah sebanyak 11 bulan pada 4 pelanggan yang ada di lokasi studi. Jumlah kejadian gagal sebanyak 5 kali terjadi hanya pada 5 pelanggan, kejadian gagal yang paling sedikit adalah 1 kali gagal yang terjadi pada 15 pelanggan, dan lama rerata kegagalan terkecil terjadi pada 15 pelanggan. Jika melihat terhadap kinerja kelentingan berdasarkan hasil analisa tersebut, maka secara keseluruhan lamanya rerata sistem mengalami defisit/kekurangan air adalah sekitar 4,65 bulan dengan frekuensi terjadinya kegagalan secara rerata adalah sebanyak 2 kali. Ini berarti bahwa setiap terjadinya kegagalan, maka sistem akan terus berada dalam kondisi gagal sekitar 2,33 bulan. Sehingga indeks kelentingan sistem atau kemampuan sistem untuk kembali pada kondisi normal adalah 0,43.

Dengan tingkat keandalan dari kinerja jaringan distribusi air bersih oleh PDAM Tirta Meulaboh untuk zona Kecamatan Johan Pahlawan hanya sebesar 58,59%, dan dengan lamanya sistem berada pada kondisi gagal selama 4,65 bulan, maka sistem kinerja jaringan distribusi air bersih pada zona layanan Kecamatan Johan Pahlawan dikatakan belum memuaskan. Sistem kinerja jaringan akan dikatakan memuaskan jika tingkat keandalan minimumnya terpenuhi sebesar 80%.

4.4 Hasil Analisis Kinerja Jaringan Distribusi Air Bersih

Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian ini sebelumnya adalah untuk meninjau kondisi kinerja dari sistem pelayanan distribusi air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Meulaboh terhadap layanan kebutuhan pelanggan yang belum berjalan baik dan optimal melalui beberapa analisis dari data primer maupun data sekunder. Hasil analisis meliputi data debit pemakaian air rata-rata dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa debit rata-rata yang memenuhi Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian ini sebelumnya adalah untuk meninjau kondisi kinerja dari sistem pelayanan distribusi air bersih yang dihasilkan oleh PDAM Tirta Meulaboh terhadap layanan kebutuhan pelanggan yang belum berjalan baik dan optimal melalui beberapa analisis dari data primer maupun data sekunder. Hasil analisis meliputi data debit pemakaian air rata-rata dari pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa debit rata-rata yang memenuhi

Hasil analisis tingkat kehilangan air pada PDAM Tirta Meulaboh, didapat besarnya nilai kehilangan air melebihi dari batas angka toleransi kehilangan air sebesar 20% yaitu 35,07 %, dengan tingkat kehilangan air yang terjadi pada

PDAM Tirta Meulaboh adalah sebesar 65.330,58 m 3 /bulan. Untuk mengurangi dan meminimalkan tingkat kehilangan air dengan metode NRW melalui

pendekatan metode ILI, didapat nilai ILI yang didapat 38,5. Menurut Tabel Matriks Target didapat kebocoran/kehilangan air pada PDAM Tirta Meulaboh rata-rata >200 liter/sambungan/hari. Berdasarkan analisis NRW dengan metode ILI didapat kehilangan air yang tidak dapat diuangkan adalah sebesar 403.106

m 3 /tahun atau sebesar 51,42% air yang hilang. Analisis berdasarkan tingkat keandalan hanya sebesar 58,59 % atau kurang

dari keandalan minimum 80% dengan lamanya sistem berada pada kejadian gagal selama 4,65 bulan dan rata-rata frekuensi terjadinya kegagalan sebanyak 2 kali. Dari hasil analisis tersebut, maka sistem kinerja jaringan PDAM Tirta Meulaboh dikatakan belum memuaskan serta belum berjalan baik dan optimal dalam hal pemenuhan layanan kebutuhan bagi pelanggan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN