didapat dari t
m
=MQ+M. Persamaan 2.5 menunjukkan hubungan yang negatif antara profit sebagai proksi dari kinerja perusahaan dan elastisitas permintaan
domestik dan penetrasi impor.
2.1.5.2 Perdagangan Intra-Industri
Pada era modern, teori perdagangan internasional klasik gagal untuk menjelaskan adanya fenomena
intra industry trade,
yakni fenomena suatu negara mengimpor dan mengekspor barang-barang yang berada pada industri yang sama.
Contohnya, Korea Selatan mengekspor dan mengimpor produk
handphone
. Logika perdagangan intra indutri dimulai dari pelepasan asumsi spesialisasi
penuh pada teori perdagangan internasional terdahulu. Jika kelimpahan faktor produksi antara kedua negara sama, maka menurut Heckscher-Ohlin tidak akan
terjadi perdagangan internasional. Namun, dalam kenyataannya dua negara yang memiliki kelimpahan faktor produksi identik pun masih dapat melakukan
perdagangan internasional. Hal ini didukung dengan dominasi jual-beli produk- produk yang mirip namun berbeda gaya, jenis kemasan, dan hal-hal yang
menunjukkan diferensiasi produk, dalam transaksi internasional Salvatore, 2013. Perdagangan intra industri ini juga merupakan implikasi dari skala ekonomis yang
didapatkan perusahaan di masing-masing negara. Perdagangan intra-industri dihitung dengan suatu indeks yang disebut
Intra- Industry Trade Index.
Indeks ini digunakan oleh Grubel dan Lloyd pada tahun 1967 untuk mengukur indeks perdagangan intra industri di 10 negara maju pada tahun
1967. Indeks perdagangan intraindustri ada di interval 0 hingga 1. Indeks yang
menunjukkan angka 0 menunjukkan sebuah negara hanya mengekspor atau mengimpor saja, sedangkan angka 1 menunjukkan perdagangan intra-industri yang
mencapai tingkat maksimal Salvatore, 2013. Dalam konteks liberalisasi perdagangan, perdagangan intra industri juga
menunjukkan perluasan pasar atas produk hasil industri. Artinya, selain mengimpor barang hasil industri tertentu, suatu negara juga mengekspor barang hasil industri
yang identik dengan barang impor tersebut. Oleh karena itu, perdagangan intra- industri ini menguatkan argumen bahwa liberalisasi perdagangan merupakan
perluasan pasar bagi produk-produk industri manufaktur, dan tidak hanya berkaitan dengan industri domestik yang semakin tertekan oleh produk impor.
Kurva P pada Gambar 2.3 menunjukkan hubungan yang negatif antara total jumlah perusahaan dengan harga sedangkan kurva C menunjukkan hubungan positif
antara jumlah perusahaan di dalam industri dengan biaya rata-rata AC. Hubungan negatif antara jumlah perusahaan dan harga menunjukkan jika perusahaan semakin
banyak, kompetisi yang dihadapi perusahaan akan semakin ketat sehingga sulit untuk mencapai abnormal profit. Hubungan negatif antara jumlah perusahaan dan
biaya rata-rata menunjukkan semakin banyak perusahaan, semakin kecil proporsi output masing-masing perusahaan terhadap total industri, semakin besar biaya rata-
rata yang dihadapi perusahaan.
Gambar 2.4 Perdagangan Intra Industri pada Struktur Pasar Monopolistik
Sumber: Salvatore, 2013
2.1.6 Kinerja Perusahaan dalam Kerangka