PEDOMAN AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEGIATAN ILMIAH IKATAN APOTEKER INDONESIA PENDAHULUAN
LAMPIRAN 2 PEDOMAN AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KEGIATAN ILMIAH IKATAN APOTEKER INDONESIA PENDAHULUAN
Bahwa seorang apoteker dalam menjalankan tugas profesinya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa berpegang teguh kepada Sumpah/Janji Apoteker dan Kode Etik Apoteker Indonesia
Dalam melaksanakan kewajibannya terhadap masyarakat, seorang apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan kefarmasian serta menjadi sumber informasi bagi masyarakat dalam rangka pelayanan kefarmasian menurut standar yang tertinggi dan mutakhir, maka setiap apoteker berkewajiban selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang serba cepat dan meningkatkan mutu kinerja profesinya secara baku dengan mengikuti Program Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker secara sistematis.
Ikatan Apoteker Indonesia sebagai organisasi profesi apoteker mempunyai tanggungjawab dan wewenang untuk menjamin terselenggaranya pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan standar pelayanan (Standar Operating Procedure) yang berlaku dan dilaksanakan oleh apoteker yang memenuhi Standar Kompetensi Apoteker Indonesia melalui berbagai upaya yang dapat dipertanggungjawabkan demi terselenggaranya pelayanan yang berkualitas.
Oleh karena itu Ikatan apoteker Indonesia memandang sangat penting dan mendesak untuk menetapkan Pedoman Akreditasi dan sertifikasi Kegiatan Ilmiah Ikatan Apoteker Indonesia sebagai bagian tak terpisahkan dari sisten Sertifikasi dan Resertifikasi apoteker sebagai suatu pedoman untukmengukur kegiatan pendidikan berkelanjutan dan sebagai upaya pembakuan terhadap pelaksanaan pendidikan berkelanjutan bagi Apoteker Indonesia.
BAB I PENGERTIAN Pasal 1
Pedoman akreditasi dan sertifikasi kegiatan ilmiah Ikatan Apoteker Indonesia merupakan pedoman penilaian dan pengakuan kegiatan ilmiah yang berlaku bagi seluruh anggota Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)
BAB II JENIS KEGIATAN ILMIAH Pasal 2
1. Kegiatan ilmiah yang dapat dinilai dan diakui di lingkungan Ikatan Apoteker Indonesia meliputi :
a. Kegiatan ilmiah lisan
b. Kegiatan ilmiah tertulis
c. Kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan
d. Uji mandiri
2. Yang dimaksud kegiatan ilmiah lisan adalah :
a. Simposium/ temu ilmiah
b. Seminar
c. Lokakarya
d. Semiloka
e. Diskusi panel
f. Pertemuan klinik
g. Penataran etika profesi/ penyuluhan
3. Yang dimaksud dengan kegiatan imiah tertulis adalah kegiatan ilmiah yang dapat dilakukan secara perseorangan atau berkelompok tidak lebih dari lima orang yang hasil karya tulisnya dipublikasikan dan disebarluaskan, baik dalam bentuk buku, monograf maupun laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi
4. Yang dimaksud kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan adalah :
a. Pelatihan praktis lapangan
b. Magang praktek profesi
c. Pelatihan praktek laboratories c. Pelatihan praktek laboratories
e. Pengkajian pengembangan profesi apoteker
f. Kursus peningkatan keterampilan berkala berkesinambungan
5. Yang dimaksud dengan kegiatan ilmiah uji mandiri adalah kegiatan pengisian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam uji mandiri yang pelaksanaannya diatur dalam suatu ketetapan tersendiri dan dikoordinasikan langsung oleh PP IAI atau lembaga lain di tingkat nasional yang ditunjuk oleh PP IAI.
BAB II SATUAN KREDIT PROFESI Pasal 3
1. Pengakuan dan Penilaian akreditasi diberikan dalam bentuk Satua Kredit Partisipasi
2. 1 (satu) Satuan Kredit Partisipasi adalahukuran kegiatan ilmiah yang merupakan standar atau acuan bagi setiap kegiatan ilmiah yang diakreditasi yang setara dengan mengikuti kegiatan ilmiah lisan sebagai peserta aktis selama 3-4 jam atau mengikuti kegiatan ilmiah laboratories atau lapangan selama 3-4 jam.
3. Nilai SKP merupakan ukuran kegiatan pendidikan berkelanjutan profesi yang dilakukan dan diperlukan antara lain sebagai salah satu persyaratan dalam mengajukan resertifikasi apoteker serta hal-hal lain yang ada hubungannya dengan legalitas kewenangan sebagai apoteker
BAB III PENGAKUAN DAN PENILAIAN Pasal 4 Kegiatan Ilmiah Lisan
1. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat internasional atau regional memperoleh pengakuan dan penilaian 7 SKP.
2. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional memperoleh pengakuan dan penilaian 5 SKP.
3. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah memperoleh pengakuan dan penilaian 3 SKP.
4. Pembicara/pembawa makalah/pemakalah dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang memperoleh pengakuan dan penilaian 2 SKP
5. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat internasional/regional mendapat pengakuan dan penilaian 3 SKP.
6. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional mendapat pengakuan dan penilaian 2 SKP.
7. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah mendapat pengakuan dan penilaian 1 SKP.
8. Moderator dalam kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang mendapat pengakuan dan penilaian 1 SKP
9. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat internasional/regional mendapat pengakuan dan penilaian 3 SKP.
10. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat nasional mendapat pengakuan dan penilaian 2 SKP.
11. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat daerah mendapat pengakuan dan penilaian 1 SKP.
12. Anggota panitia kegiatan ilmiah lisan tingkat Cabang mendapat pengakuan dan penilaian 1 SKP
13. Peserta kegiatan ilmiah lisan memperoleh pengakuan dan penilaian sejumlah SKP sesuai dengan jumlah partisipasinya, sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (2) di atas
Pasal 5 Kegiatan Ilmiah Tertulis
1. Tulisan ilmiah memperoleh pengakuan dan penilaian yang dilakukan oleh suatu tim atau lembaga yang dibentuk oleh Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI) dengan acuan sebagai berikut :
a. Buku ilmiah yang diakui memperoleh nilai antara 5-20 SKP
b. Monograf yang diakui memperoleh nilai antara 3-10 SKP
c. Laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi memperoleh nilai antara 3-10 SKP.
2. Apabila tulisan ilmiah dilakukan oleh kelompok, maka penulis yang dapat diberikan pengakuan skp tidak boleh lebih dari 5 orang (1 orang penulis utama dan 4 orang penulis pembantu)
3. Pembagian jumlah SKP diantara para penulis sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 5 ayat 2 di atas diatur sebaga berikut :
a. Penulis utama mendapat 60% dari SKP yang diberikan
b. Penulis pembantu mendapat 40% dari SKP yang diberikan, dibagi rata untuk semua penulis pembantu yang tercantum namanya dalam karya ilmiah, maksimum 4 penulis pembantu.
Pasal 6 Kegiatan Ilmiah Peningkatan Keterampilan
1. Pelatihan praktis lapangan, magang profesi dan pelatihan praktis laboratoris memperoleh pengakuan dan penilaian sesuai dengan lamanya kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus, dengan batasan maksimal 7 jam per hari, 40 jam seminggu dan
24 hari sebulan.
2. Peserta kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan memperoleh pengakuan dan penilaian sejumlah SKP sesuai dengan jumlah jam partisipasinya, sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 ayat (2).
3. Bilamana pada awal dan akhir kegiatan dilakukan pra dan pasca test, dapat memperoleh tambahan pengakuan dan penilaian sejumlah 2 SKP. Dalam hal ini dapat diperolehnya hasil pelatihan/ magang yang sangat signifikan, nilai kredit dapat ditambah dengan 5 SKP.
Pasal 7 Kegiatan Ilmiah Uji Mandiri
Jawaban dalam paket uji mandiri diberikan oleh suatu lembaga khusus yang dibentuk oleh PP IAI serta diberikan pengakuan dan penilaian maksimum 3 SKP sesuai dengan yang tercantum dalam paket yang bersangkutan, yang dikukuhkan dengan sertifikat yang diberikan oleh PP IAI.
BAB IV KOMITE SERTIFIKASI DAN RESERTIFIKASI PROFESI APOTEKER Pasal 2
1. Untuk Pelaksanaan pengakuan dan penilaian sehubungan dengan akreditasi dan sertifikasi bagi para anggota Ikatan Apoteker Indonesia , Pengurus Pusat ikatan Apoteker Indonersia membentuk suatu badan semi otonom yang disebut Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker yang disingkat KSR- Apoteker.
2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker (KSR- Apoteker). Berkedudukan di Pusat dan di daerah dibentuk Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia.
3. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker (KSR- Apoteker) dan Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia merupakan bagian kelengkapan organisasi yang bersifat semi otonom dan tetap dalam koordinasi Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia baik tingkat Pusat maupun daerah.
Pasal 9
1. Pengakuan dan penilaian bagi kegiatan ilmiah lisan di tingkat internasional, regional dan nasional dilakukan oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI.
2. Pengakuan dan penilaian bagi kegiatan ilmiah lisan di tingkat cabang dan daerah dilakukan oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker PD IAI.
Pasal 10
Pengakuan dan penilaian kegiatan ilmiah tertulis, termasuk karya tulis berupa buku ilmiah, monograf, laporan hasil penelitian atau pembahasan ilmiah yang dimuat dalam jurnal ilmiah yang terakreditasi maupun tulisan bermuatan kefarmasian dalam majalah ilmiah populer, surat kabar dan sejenisnya, dipusatkan pada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI.
Pasal 11
Pengakuan dan penilaian paket uji mandiri yang dapat dilakukan melalui pos ataupun internet serta kegiatan ilmiah peningkatan keterampilan berkala dipusatkan pada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi Apoteker PP IAI.
BAB V TATA CARA PERMOHONAN AKREDITASI Pasal 12 Permohonan akreditasi kegiatan ilmiah lisan
1. Panitia pelaksana kegiatan ilmiah lisan mengajukan surat permohonan akreditasi kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI sesuai dengan yang tercantum pada Bab IV pasal 8 dengan melampirkan :
a. Kerangka acuan (Term Of Reference/TOR)
b. Susunan panitia pelaksana
c. Susunan acara lengkap dengan rincian waktu, judul/ topik pembicaraan, daftar nama pembicara dan moderator
d. Target yang diharapkan dapat dicapai
2. Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi akan mengevaluasi dan mempertimbangkan permohonan yang diajukan. Apabila diputuskan layak, maka selanjutnya Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi akan menerbitkan surat keputusan akreditasi yang berisi jumlah SKP bagi peserta, pembicara, panitia dan moderator sesuai ketentuan Bab III tentang Pengakuan dan Penilaian.
3. Nomor Surat Keputusan dan Nilai SKP dicantumkan dalam piagam penghargaan atau sertifkat yang dikeluarkan panitia sebagai tanda keikutsertaan aktif baik bagi peserta maupun penyelenggara.
4. Jumlah SKP dapat dicantumkan dalam surat edaran atau poster penyelenggaraan acara yang dimaksud.
5. Surat Keputusan akreditasi yang dibuat oleh Tim Sertifikasi dan Resertifikasi PD IAI harus dikirimkan tembusannya kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah pelaksanaan kegiatan. Tembusan Surat Keputusan ini sangat penting sebagai bahan pemantauan tentang sah tidaknya akreditasi yang diperoleh seseorang apoteker dalam rangka menghimpun jumlah SKP yang dipersyaratkan dalam kegiatan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan.
6. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah lisan tetapi sertifikatnya belum/ tidak diberi SKP dapat meminta akreditasi susulan dari Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi sesuai tingkatannya dengan melampirkan informasi tentang jenis kegiatan, jadwal acara, susunan panitia pelaksana dan fotokopi sertifikat disertai keterangan dari PP/PD/PC IAI tentang kebenaran adanya kegiatan tersebut.
Sertifikasi atas kegiatan ilmiah lisan yang dimohonkan akreditasinya tidak boleh melebihi masa 2 tahun sejak pelaksanaannya.
Pasal 13 Permohonan Akreditasi Kegiatan Ilmiah Tertulis Berupa Buku atau Monograf
1. Pengarang/ penulis/ editor buku ilmiah mengajukan permohonan akreditasi kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan melampirkan satu kopi buku dan daftar pengarang/ penulis/ editor dan makalah yang ditulis, serta kompetensi masing- masing pengarang/ penulis/ editor.
Pasal 14 Permohonan Akreditasi Kegiatan Ilmiah Berupa Tulisan Dalam Majalah Ilmiah
1. Dewan redaksi majalah ilmiah dapat mengajukan surat permohonan kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan mencantumkan susunan dewan redaksi dan menyerahkan 1 (satu) kopi contoh majalah edisi terakhir untuk meminta akreditasi bagi majalahnya.
2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan mengkaji dan menilai apakah kategori dan majalah/jurnal tersebut termasuk ilmiah/ semi ilmiah/ ilmiah populer/ non ilmiah dan kemudian menetapkan nilai skp yang diakui untuk setiap jenis tulisan yang dimuat/ akan dimuat dalam majalah/jurnal tersebut.
3. Akreditasi majalah diperbaharui setiap lima tahun sekali.
4. Pengajuan akreditasi bagi majalah IAI dan Himpunan Seminat Apoteker IAI tidak dikenakan biaya administrasi, demikian juga majalah ilmiah yang diterbitkan oleh badan regulasi (pemerintah).
5. Setelah mendapat surat keputusan akreditasi dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI, dewan redaksi dapat mengeluarkan sertifikat akreditasi bagi setiap tulisan yang dimuat dalam majalah/jurnal yang dikelolanya dan ikut ditandatangani oleh Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI.
6. Dalam hal dewan redaksi majalah/jurnal tidak mengajukan permohonan akreditasi kepada Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi, maka penulis dapat mengajukan 6. Dalam hal dewan redaksi majalah/jurnal tidak mengajukan permohonan akreditasi kepada Komite atau Tim Sertifikasi dan Resertifikasi, maka penulis dapat mengajukan
7. Pengajuan permintaan akreditasi sebagaimana yang disebutkan dalam pasal 14 ayat 6 di atas, hanya berlaku untuk tulisan yang dipublikasi kurang dari 2 tahun dari saat pengajuan.
Pasal 15 Permohonan akreditasi kegiatan ilmiah Pelatihan peningkatan keterampilan
1. Lembaga-lembaga yang berencana mengadakan kegiatan pelatihan mengajukan surat permohonan akreditasi kepada lembaga akreditasi dan sertifikasi nasional dengan melampirkan kerangka acuan yang antara lain memuat informasi tentang :
a. Penyelenggara kegiatan
b. Susunan panitia pelaksana
c. Susunan acara lengkap dengan rincian waktu, judul/topik, narasumber, moderator dan pembicara
d. Jenis kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan lamanya kegiatan
e. Target yang akan dicapai
f. Metoda evaluasi yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pelatihan termasuk pra dan pasca test.
2. Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan mengevaluasi dan mempertimbangkan permohonan yang diajukan. Apabila diputuskan layak, maka selanjutnya Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI akan menerbitkan surat keputusan akreditasi, yang berisi jumlah kredit bagi pesrta, pembicara dan penyelenggara/pelaksana sesuai ketentuan yang tercantum dalam bab iii tentang pengakuan dan penilaian.
3. Nilai akreditasi dicantumkan dalam piagam penghargaan atau sertifikat yang dikeluarkan panitia sebagai tanda keikutsertaan aktif baik bagi peserta maupun penyelenggara.
4. Jumlah SKP dapat dicantumkan dalam surat edaran atau poster penyelenggaraan acara yang dimaksud.
5. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah pelatihan peningkatan keterampilan tetapi sertifikatnya belum/ tidak diberi nilai akreditasi dapat meminta akreditasi susulan dari Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dengan melampirkan informasi tentang jenis kegiatan, jadwal acara, susunan panitia pelaksana dan fotokopi sertifikat disertai keterangan dari PP/PD/PC IAI tentang kebenaran adanya kegiatan tersebut. Sertifikasi atas kegiatan ilmiah lisan yang dimohonkan akreditasinya tidak boleh melebihi masa 2 tahun sejak pelaksanaannya.
Pasal 16 Biaya pengajuan SKP
1. Untuk permohonan akreditasi dan penilaian, pemohon dikenakan biaya.
2. Besarnya biaya dihitung berdasarkan Nilai SKP yang disetujui.
3. Penerimaan tersebut merupakan pendapatan PP IAI atau PD IAI.
4. Biaya tersebut harus sudah lunas dibayarkan sebelum kegiatan dilaksanakan.
5. Untuk permohonan akreditasi, setiap SKP yang disetujui, pemohon dikenakan biaya dengan ketentuan dan besarannya sebagai berikut :
a. Kegiatan ilmiah lisan yang diadakan oleh PP, PD, PC atau Himpunan Seminat Apoteker IAI di semua tingkatan tidak dikenakan biaya.
b. Kegiatan ilmiah lisan yang diadakan oleh Institusi Pendidikan Tinggi Farmasi dikenakan biaya Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per SKP yang disetujui.
c. Kegiatan ilmiah yang diadakan oleh Lembaga Pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah dikenakan biaya Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) per SKP yang disetujui.
d. Apabila kegiatan ilmiah sebagaimana dimaksud Pasal 16 ayat (1) huruf b dan c tidak memungut biaya dari peserta, maka pengakuan SKP tidak dikenakan biaya.
e. Kegiatan ilmiah yang diadakan oleh Lembaga lain di luar Ikatan apoteker Indonesia dan Himpunan Semiant Apoteker di semua tingkatan atau lembaga pemerintah atau Institusi Pendidikan Tinggi Farmasi dengan atau tanpa memungut biaya kepada para peserta dikenakan biaya Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) per SKP yang disetujui.
6. Untuk perseorangan anggota IAI yang telah mengikuti kegiatan ilmiah pelatihan peningkatan keterampilan tetapi sertifikatnya belum/ tidak diberi nilai akreditasi dan mengajukan akreditasi maka dikenakan biaya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setiap SKP yang disetujui.
7. Pengarang/ penulis/ editor buku ilmiah yang mengajukan permohonan akreditasi kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI dikenakan biaya Rp. 50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) setiap SKP yang disetujui.
8. Dewan redaksi majalah ilmiah yang mengajukan surat permohonan kepada Komite Sertifikasi dan Resertifikasi PP IAI untuk mendapatkan akreditasi maka dikenakan biaya Rp. 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) setiap SKP yang disetujui .
BAB VI ATURAN PERALIHAN Pasal 14
1. Semua SKP yang telah diterbitkan baik oleh pengurus daerah IAI maupun Pengurus Pusat ISFI serta pengurus daerah ISFI sebelum diterbitkannya surat keputusan ini tetap berlaku.
Pasal 15
1. Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudian dalam keputusan tersendiri yang dikeluarkan oleh PP IAI
2. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan bilamana terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
BAB VI PENUTUP Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur kemudian dalam ketetapan tersendiri yang dikeluarkan oleh PP IAI.
Ditetapkan Di : Jakarta 15 Februari 2013 Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia