Karakterisasi Senyawa Fraksi 7 G

B. Karakterisasi Senyawa Fraksi 7 G

1. Analisis Data UV Hasil analisis dengan spektroskopi UV isolat fraksi 7 G dalam pelarut methanol dan dengan penambahan pereaksi geser NaOH ditunjukkan dengan gambar.

Gambar 12. Spektrum UV isolat fraksi 7 G , a. (MeOH); b. (MeOH + NaOH)

Pada spektrum UV senyawa isolat fraksi 7 G menunjukkan adanya serapan

pada λ maks 207; 231; dan 289 nm. Pada serapan 231 dan 289 nm menunjukkan adanya serapan gugus kromofor yang khas untuk suatu sistem ikatan rangkap terkonjugasi dari suatu cincin aromatik.

Penambahan pereaksi geser NaOH pada senyawa isolat, menyebabkan pergeseran serapan menjadi 280 dan 297 nm yang merupakan suatu pergeseran bathochromic yaitu pergeseran kearah panjang gelombang yang lebih besar, dimana pergeseran ini mempunyai makna adanya gugus hidroksi fenolik pada senyawa isolat

7 G.

2. Analisis Data IR Dari data IR dapat diketahui gugus fungsi yang terdapat pada isolat fraksi 7 G . Dari hasil IR yang muncul dari isolat fraksi 7 G , menunjukkan adanya serapan melebar

dari suatu gugus hidroksi pada bilangan gelombang 3433 dan 3423 cm -1 . Serapan C-

H alifatik muncul pada bilangan gelombang 2956; 2924; dan 2852 cm -1 yang menyusun suatu gugus isopren bebas. Serapan C=O muncul pada bilangan gelombang 1708 cm -1 , adanya ikatan C=C aromatik muncul pada bilangan gelombang 1649 dan 1620 cm -1 . Adanya C=C alkena terlihat pada serapan 1581 cm -1 . Pada bilangan gelombang 1219 menunjukkan adanya C-O ulur.

Spektra IR hasil isolat fraksi 7 G terlihat pada gambar 13.

%T

ν (cm -1 )

Gambar 13. Spektrum IR senyawa isolat fraksi 7 G .

3. Analisis Data NMR Hasil isolat senyawa fraksi 7 G dalam pelarut CDCl 3 dengan spektroskopi NMR meliputi 1 H NMR, 13 C NMR, HSQC, HMBC, dan COSY. Dari data 13 C NMR didapatkan data berapa jumlah karbon dalam isolat fraksi 7 G . Geseran kimia proton,

multiplisitas, dan konstanta kopling (J). Banyaknya proton dari setiap jenis proton dapat diketahui dari luasan masing-masing sinyal proton sedangkan posisi proton – proton yang berdekatan dapat diketahui dari nilai konstanta kopling (J). Hubungan karbon dengan proton dalam satu ikatan dapat dilihat di spektra HSQC sehingga dapat diketahui jenis karbonnya. Dan dari HMBC, dapat diketahui hubungan proton dan karbon 2 – 3 ikatan. Sehingga dapat diketahui proton-proton tetangganya.

Spektrum karbon senyawa isolat 13 C NMR memperlihatkan adanya satu gugus

karbonil δC pada 181,0 ppm. Karbon alkana terlihat pada geseran δC 21,4 ppm

berupa suatu metilen (–CH 2 –), metil (–CH 3 ) muncu l pada δC 17,6 -28,1 ppm dan

78,3 ppm untuk karbon kuartener yang mengikat suatu O (CH n -O), karbon-karbon alkena senyawa muncul pada δC 127,5 – 119,8 ppm (=CH–) dan karbon-karbon kuartener alkena muncul pada geseran 144,4 – 103,3 ppm. Sinyal proton pada pita atau daerah geseran kimia karbon-karbon alkana, terdapat pengotor – pengotor lain sehingga jumlah sinyal karbon yang muncul lebih dari jumlah karbon senyawa target. Hal ini dapat didukung dengan data-data dari HMBC dan COSY. Sisa pelarut CDCl 3

m uncul pada δC 77,3; 77,0; dan 76,7 ppm. Intepretasi dari data 13 C NMR ditunjukkan pada tabel 3.

Gambar 14. Spektra 13 C NMR senyawa isolat fraksi 7 G.

Tabel 3. Intepretasi sinyal karbon pada isolat fraksi 7 G

δC (ppm)

ƩC

Jenis Karbon

C Karbonil

C Alkena / Aromatik

C Alkana

C Alkana

Selain data 13 C NMR, didapatkan pula data spektrum 1 H NMR. Pada sinyal

1 H NMR yang muncul, dapat diketahui geseran kimia proton, multiplisitas dan konstanta kopling (J). Dari data 1 H NMR (gambar 15) isolat fraksi 7 G ,

mengindikasikan adanya 12 sinyal proton, yang merupakan 3 sinyal proton aromatis,

3 sinyal proton alkena,dan 6 sinyal proton alkana.

Gambar 15. Spektra 1 H NMR isolat fraksi 7 G (Perbesaran & harga luasan

dapat dilihat pada halaman lampiran)

Spektra 1 H NMR isolat fraksi 7 G dari sinyal-sinyal proton yang muncul dapat diintepretasikan pada tabel 4.

H Hidroksi terkhelat

H Aromatik

H Alkena

H Alkana

Tabel 4. Geseran kimia, multiplisitas, konstanta kopling dan jenis proton

pada senyawa fraksi 7 G

δH (ppm)

Multiplisitas (J)

ƩH

Jenis Proton

7,78

dd (8,0 dan 2,5)

1H

7,24 Proton Aromatis d (8,0)* 1H 7,21

5,63 Proton Alkena d (10,0) 1H 5,21

1,84 Proton Alkana s 3H 1,69

1H Proton Hidroksi

Keterangan : * = Sinyal pada geseran 7,24 ppm overlapping oleh sinyal proton residu CDCl 3.

Dari spektra 1 H NMR, mengindikasikan adanya 3 sinyal proton aromatik yaitu

pada δH 7,73 ppm (dd, J = 8,0 dan 2,5); 7,24 ppm (d, J=7,8); dan 7,21 ppm (t, J = 7,2). Dari multiplisitasnya, didapatkan harga kopling dari ketiganya yang hampir mirip. Hal ini mengidikasikan letak proton yang berdekatan. Proton pada geseran 7,24 ppm (d, J=7,8), sinyal proton pada geseran ini adanya overlapping dengan

proton dari sisa pelarut CDCl 3 sehingga cukup menggangu puncak sinyal proton yang

muncul sehingga sinyal proton. Kemudian adanya 3 sinyal proton yang mengindikasikan sinyal proton alkena, yaitu pada δH 6,72 ppm (d, J = 10,0); 5,63 ppm (d, J = 10,0); dan 5,21 ppm (t). Dari harga tetapan kopling keduanya memiliki harga tetapan kopling yang sama yang mengindikasikan bahwa kedua proton itu terletak berdekatan. Selain itu, adanya sinyal proton alkana pada 3,48 ppm (d, J = 7,0) yang merupakan suatu sinyal metilen (-CH2-); 1,84 ppm (s); 1,69 ppm (s); 1,48 ppm (s); dan 1,45 ppm (s) yang merupkan suatu metil yang terdapat pada suatu gugus prenil. munculnya sinyal proton yang berupa suatu hidroksi pada δH 13,06 ppm. Hidroksi pada geseran δH 13,06 ppm biasanya merupakan suatu hidroksi terkhelat oleh suatu karbonil.

Dari sinyal karbon dan proton yang didapat, dapat diduga kerangka umum dari suatu senyawa tersebut. Dari spektra karbon dan proton, menunjukkan adanya suatu proton aromatis sehingga diduga bahwa senyawa isolat memiliki suatu cincin aromatis. Senyawa bahan alam yang memiliki cincin aromatis yaitu suatu flavonoid, kumarin, alkaloid juga dapat berupa santon dan turunannya. Akan tetapi dari data IR tidak ditunjukkan adanya serapan yang khas untuk suatu N-H sehingga dimungkinkan senyawa isolat tersebut merupakan suatu turunan santon atau flavanoid, Suatu flavonoid yang memilikli gugus karbonil adalah suatu flavanon. Akan tetapi kepastian struktur senyawa dapat dilihat dari data-data lain seperti COSY, HSQC, dan HMBC. Pada penelitian sebelumnya, p roton pada δH 6,72 ppm (d, J = 10,0) dan 5,63 ppm (d, J = 10,0) biasanya merupakan suatu proton yang dari suatu cicin piran yang tersubstitusi dalam suatu santon (Yimdjo et al, 2004). Sinyal pada δH 1,48 ppm (s) dan 1,45 ppm (s) mengindikasikan proton metil yang menyusun suatu isopren, hal ini didukung adanya suatu sinyal metin (-CH- ) pada δH 5,21 ppm (t), dimana metin tersebut memiliki tetangga proton dengan kelimpahan 2H dan diperkuat dengan

adanya sinyal proton metilen (-CH 2 - ) pada δH 3,48 ppm, hal ini terlihat pada spektra

COSY dimana proton δH 3,48 ppm bertetangga dengan proton δH 5,21 ppm. Hubungan antara karbon dengan proton dalam satu ikatan, dapat diketahui dari spektra HSQC. Hubungan karbon dan proton dalam satu ikatan ditunjukkan pada gambar 16.

Gambar 16. Spektra HSQC senyawa fraksi 7 G (Perbesaran gambar dapat

dilihat di lampiran)

Dari spektra HSQC senyawa isolat fraksi 7 G , didapatkan 11 sinyal proton

dan karbon dalam satu ikatan. Enam sinyal diantaranya merupakan suatu proton metin yang masing- masing terikat pada δC 127,5 ppm; 123,9 ppm; 122,6 ppm; 119,8 ppm; 116,7 ppm; dan 115,6 ppm. Adanya 4 sinyal proton yang merupakan suatu metil yang masing-masin g terikat pada δC 28,3 ppm; 25,6 ppm; dan 17,9 ppm.

Adanya sebuah sinyal proton metilen (-CH 2 - ) yang terikat pada karbon δC 3,48 ppm. Hubungan proton dengan karbon 1 ikatan ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 5. Hubungan karbon dan proton dalam satu ikatan dari data HSQC.

δC (ppm)

δH (ppm)

Jenis Karbon

C=O 158,3

=C-O 156,0

=C-O 153,7

=C-O 144,5

=C-O 144,3

=C-O 131,6

=C

5,63 (d, J=10,0)

=CH- 123,9

7,21 (t, J=7,21)

7,24 (d, J = 8,0)

=CH- 116,7

7,78 (dd, J= 8,0 dan 2,5)

=CH- 115,7

6,72 (d, J = 10,0)

-CH 3 (2C)

3,48 (d, J=7,0)

Dari data-data 1 H NMR, 13 C NMR, dan HSQC, dapat diindikasikan bahwa

senyawa tersebut memiliki satu gugus isopren bebas, yang ditandai dengan adanya

sinyal metil (CH 3 ), metilen (CH 2 ), dan metin (CH). Dari 23 sinyal karbon, 5 karbon

diindikasikan merupakan karbon-karbon dari suatu isopren bebas dan 5 karbon berasal dari suatu cincin piran. Adanya gugus tambahan suatu 10 karbon dan dari sisa karbon diindikasikan bahwa kerangka dasarnya memiliki 13 karbon, dari studi pustaka, diketahui bahwa senyawa bahan alam flavonoid memiliki kerangka dasar 15 karbon dan santon 13 karbon. Dari sini dapat diketahui bahwa senyawa isolat fraksi

7 G merupakan suatu santon dengan kerangka dasar 13 karbon dan adanya dua cincin aromatis yang dihubungkan dengan suatu cincin eter (gambar 17).

Gambar 17. Kerangka dasar santon.

Untuk mengetahui letak proton-proton secara tepat dan untuk mengetahui posisi prenil dan cincin piran, diketahui dari data HMBC. Dari data HMBC (gambar

17), dapat diketahui hubungan proton dan karbon 2 – 3 ikatan sehingga dapat diketahui karbom atau proton tetangganya. Intepretasi dari gambar 18 disajikan dalam tabel 6.

Gambar 18. Spektra data HMBC senyawa isolat fraksi 7 G (Perbesaran spektra

dapat dilihat di lampiran)

Tabel 6. Hubungan korelasi proton dan karbon 2-3 ikatan dari data HMBC

δH (ppm)

δC HMBC (ppm)

Dari data-data yang diperoleh, menunjukkan adanya sinyal proton yang muncul dan berasal dari suatu cincin aromatik yang menyusun suatu kerangka dasar santon. Selain itu, adanya suatu metil, metilen dan metin yang berasal dari suatu

prenil bebas. Dari data-data 13 C NMR, 1 H NMR, HSQC, dan HMBC, potongan mengenai struktur senyawa isolat fraksi 7 G meliputi kerangka aromatik dan kerangaka

prenil bebas serta hubungan proton ke karbon 2-3 ikatan pada cincin aromatik (A, B, dan C) dan prenil bebas (D) ditunjukkan pada gambar 19.

7,78 dd

7,21 t

7,24 d

(A) (B)

7,78 dd

7,21 t

7,24 d

A 144,3

3,48 d 21,4

25,6 1,69 s

1,84 s 17,9

7,78 dd

7,21 t

7,24 d

(C)

(D)

Gambar 19. Hubungan proton ke karbon 2-3 ikatan.

A, B, C : Hubungan proton ke karbon 2-3 ikatan proton aromatik

D : Hubungan proton ke karbon 2-3 ikatan proton pada isopren Dari data HMBC menunjukkan bahwa suatu proton metilen (-CH 2 - ) pada δH

3,48 ppm berkorelasi dengan karbon 107,1; 122,6; 131,6; 158,3; 153,7 ppm.

Gambar 20. Korelasi proton δH 3,48 ppm

Dari data HSQC, tidak ada proton yang berikatan satu ikatan dengan karbon 158,3; 156,0; 153,7; 144,5; 144,3 ppm, hal ini menandakan bahwa jenis karbon- karbon ini merupakan suatu karbon kuartener, dilihat juga dari intensitasnya. Dari data HMBC, karbon pada δC 144,5 ppm hanya berkorelasi dengan proton pada δH 7,21; 7,24; dan 7,78 ppm. Oleh karena itu, dimungkinkan posisi hidroksi terikat pada δC 144,5 ppm. Hal ini didukung dengan spektra UV dimana dengan adanya penambahan reagen geser NaOH, adanya pergeseran batokromik. Hal ini mengindikasikan adanya hidroksi yang tersubstitusi pada cincin fenolik / aromatik.