ASOSIASI PENGETAHUAN MENGENAI ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ROCHIMA RIDHA HIDAYAH G.0009192

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta,

Rochima Ridha Hidayah

NIM. G.0009192

Skripsi dengan judul : Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok pada Remaja

Rochima Ridha Hidayah, NIM: G.0009192, Tahun: 2012

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Pada Hari Senin, Tanggal 8 Oktober 2012

Pembimbing Utama

Nama : Ari Natalia Probandari, dr., MPH, PhD (.........................................) NIP : 19751221 200501 2 001

Pembimbing Pendamping

Nama : Muthmainah, dr.

NIP : 19840707 200912 2 003

Penguji Utama

Nama : Prof. Bhisma Murti dr., MPH, M.Sc., PhD (.........................................) NIP : 19551021 199412 1 001

Anggota Penguji

Nama : Sri Hartati, Dra., Apt., SU

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

Muthmainah, dr., M.Kes Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM

ABSTRAK

Rochima Ridha Hidayah, G0009192, 2012. Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok pada Remaja. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Tingkat pengetahuan mengenai rokok dan bahayanya merupakan faktor yang mungkin mempengaruhi sikap dan perilaku merokok seorang individu. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menemukan bahwa, perilaku merokok lebih banyak dimulai pada usia remaja awal (11-15 tahun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja awal.

Metode Penelitian: Penelitian yang dilakukan dengan jenis observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada Bulan Maret 2012 pada 98 siswa-siswi SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan multi-stage cluster sampling. Pengambilan data dari sampel penelitian menggunakan kuesioner yang berisi tingkat pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok, sikap, dan perilaku merokok, yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data menggunakan Fisher Exact Test dan Chi-Square Test .

Hasil Penelitian: Didapatkan hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan sikap terhadap rokok (p = 0,509; OR = 1,86; Cl95% = 0,45-7,66). Tingkat pengetahuan meningkatkan resiko perilaku merokok di masa lalu sebesar 0,7 kali (p = 0366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), namun hasil tersebut tidak signifikan. Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku merokok saat ini (p = 0,311; OR = 4,23; Cl95% = 0,42-42,20) dan perilaku merokok di masa lalu (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), juga mendapatkan hasil yang tidak signifikan.

Simpulan Penelitian: Pengetahuan memiliki hubungan dengan sikap remaja terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja, namun hasil tersebut tidak signifikan secara statistik. Perlu penelitian lebih lanjut dengan disain yang lebih optimal untuk membuktikan asosiasi antara pengetahuan dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja.

Kata Kunci: Tingkat pengetahuan tantang rokok, sikap, perilaku merokok.

ABSTRACT

Rochima Ridha Hidayah, G0009192, 2012. The Association of Knowledge on Cigarette with the Smoking Attitudes and Behavior in Adolescents. Mini Thesis. Medical Faculty Sebelas Maret University, Surakarta.

Background: The level of knowledge on smoking may influences the attitudes and behavior of smoking. A previous research found that, smoking behavior began in the early years of teenage (11-15 years old). This study aimed to determine the association between the level of knowledge about the dangers of smoking cigarettes and attitudes toward smoking and smoking behavior in early adolescence.

Methods: The study design was an observational analytic cross-sectional study which was conducted during March 2012 among 98 students of SMP Negeri 01 Colomadu, Karanganyar. Sampling technique in this study was multi-stage cluster sampling. We used a questionnaire to measure current knowledge on smoking and the dangers of smoking, attitudes, and smoking behavior, which had been tested validity and reliability. Data analysis used the Fisher Exact Test and Chi-Square Test.

Results: This study found no statistical significant relationship between the level of knowledge of the attitudes toward smoking (p = 0,509; OR = 1,86; Cl95% = 0,45- 7,66). The level of knowledge increased the risk of smoking behavior in the past by 0,7 times (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62), but not statistical significantly. There were no statistical significant relationship between the level of knowledge of the behavior of current smoking (p = 0,311; OR = 4,23; Cl95% = 0,42-42,20) and past smoking (p = 0,366; OR = 1,50; Cl95% = 0,62-3,62).

Conclusions: The knowledge has no statistical significant association with adolescent attitudes toward smoking and smoking behavior of adolescents. Further research with stronger study designs are needed to study the association between knowledge, attitude on smoking and smoking behavior among early teenagers.

Keywords: Level of knowledge challenged cigarettes, attitudes, smoking behavior.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan barokah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Asosiasi Pengetahuan Mengenai Rokok dengan Sikap dan

Perilaku Merokok pada Remaja”.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu tugas yang harus diselesaikan untuk memenuhi kurikulum di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan memenuhi syarat-syarat kesarjanaan pendidikan dokter di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini tidaklah dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

3. Ari Natalia Probandari, dr., MPH., PhD, selaku Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

4. Muthmainah, dr., selaku Pembimbing Pendamping yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan saran mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini.

5. Prof. Bhisma Murti dr., MPH, MSc., PhD, selaku Penguji Utama yang telah memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Sri Hartati, Dra., Apt., SU, selaku Anggota Penguji yang telah

memberi saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Udi Sasono, S.Pd, selaku Kepala Sekolah dan segenap staf yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan siswa-siswi SMP Negeri I Colomadu yang telah bersedia menjadi subjek penelitian.

8. Almarhum Ayah saya Muhammad Rosyid Ridho Asmuni, dr. Sp.A., yang telah memberikan kasih sayangnya selama ini, hingga saya selalu semangat untuk menyelesaikan naskah skripsi ini.

9. Ibu saya Aliyah Hidayati dan keempat kakak perempuan, Mbak Ika, Mbak Owik, Mbak Nuning, Mbak Himah, yang sangat saya cintai yang telah memberikan doa, bantuan, dan semangat yang begitu besar untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman dekat Nimfa, Krisma, dan Stefanny serta seluruh sahabat saya, yang tidak mampu saya sebut satu per satu di sini, terima kasih atas bantuan dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu, tenaga, pengetahuan, dan fasilitas yang dimiliki penulis sehingga dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Surakarta,

PRAKATA vi DAFTAR ISI

vii DAFTAR TABEL

x DAFTAR GAMBAR

xi DAFTAR LAMPIRAN

xii BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

5 BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan…………………………………………………. 6

a. Definisi Pengetahuan

b. Tingkatan Pengetahuan

c. Pengukuran Pengetahuan…………………………………. 9

2. Rokok…………………………………………………………9

a. Definisi Rokok……………………………………………. 9

b. Kandungan Rokok………………………...……………… 10

c. Jenis Rokok……………………………………………….. 14

3. Sikap

a. Definisi Sikap

b. Tingkatan Sikap

c. Ciri-ciri Sikap

d. Faktor yang Mempengaruhi Sikap

4. Perilaku Merokok

a. Definisi Perilaku

b. Definisi Merokok…………………………………………. 19

c. Tipe Perokok……………………………………………... 20 c. Tipe Perokok……………………………………………... 20

5. Remaja

a. Definisi Remaja

b. Tahapan Masa Remaja

c. Ciri-ciri Masa Remaja

d. Perubahan Sosial Remaja………………………………… 39

B. Kerangka Pemikiran…………………………………………... 40

C. Hipotesis……………………………………………………… 40 BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

B. Lokasi Penelitian

C. Subjek Penelitian

D. Besar Sampel

E. Teknik Sampling

F. Variabel Penelitian

G. Definisi Operasional Variabel

H. Rancangan Penelitian

I. Instrumen Penelitian

47 J. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data

50 K. Teknik Analisis Data

50 BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Sampel

B. Deskripsi Pengetahuan Mengenai Rokok

C. Deskripsi Sikap Terhadap Rokok

D. Deskripsi Perilaku Merokok

E. Asosiasi Pengetahuan Tentang Rokok dan Bahaya Merokok dengan Sikap dan Perilaku Merokok……………………………. 55

1. Asosiasi Pengetahuan dengan Sikap terhadap Rokok…….… 55

2. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok di Masa Lalu………………………………………...………. 56

Saat Ini……………………………………………….…....... 57

4. Asosiasi Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Selama Hidup………………………………………....…….. 59

BAB V. PEMBAHASAN…………………………………………………... 61 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN……………………………………….. 65

A. Simpulan………………………………………………………... 65

B. Saran……………………………………………………………. 65

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 67 LAMPIRAN

Tabel 3.1

Hasil Konsistensi Internal untuk Instrumen Pengukuran Variabel Pengetahuan tentang Rokok, dan Sikap Remaja terhadap Rokok……………………………...…………….. 50

Tabel 4.1

Deskripsi Data Sampel

Tabel 4.2

Deskripsi Tingkat Pengetahuan Mengenai Rokok

Tabel 4.3

Deskripsi Sikap terhadap Rokok

Tabel 4.4

Deskripsi Perilaku Merokok

Tabel 4.5

Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan tentang Rokok dan Bahayanya dengan Sikap terhadap Rokok

Tabel 4.6

Hasil Analisis Chi-Square Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Merokok Masa Lalu

Tabel 4.7

Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan

dengan Perilaku Merokok Saat Ini

Tabel 4.8

Hasil Analisis Fisher Exact Test Tingkat Pengetahuan terhadap Perilaku Merokok Selama Hidup……………….. 62

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Penelitian

40

Gambar 3.1

Rancangan Penelitian

49

Lampiran 1.

Kuesioner Penelitian

Lampiran 2.

Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Lampiran 3.

Uji Analisis Data Penelitian

Lampiran 4.

Surat Keterangan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Saat ini banyak penyakit yang diderita tidak disebabkan oleh kuman atau bakteri, tetapi lebih disebabkan oleh kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat. Salah satu pola hidup yang tidak sehat tersebut adalah kebiasaan merokok.

Rokok atau tembakau merupakan golongan dari zat aditif karena dapat menimbulkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan). Oleh karena itu, rokok termasuk dalam golongan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Aditif). Rokok diketahui mengandung 4.000 bahan kimia yang berbahaya. Tembakau mengandung alkaloid yang beracun yaitu nikotin, nikotinin, nikotein , dan nikotelin (Sukendro, 2007). Di antara bahan kimia yang bersifat toksik adalah nikotin; karsinogenik nitrosamine yang bersumber dari nitrit, amine , protein, dan alkaloid dalam daun tembakau; karsinogenik polisiklik; hidrokarbon aromatic bersumber sewaktu pemrosesan tembakau; elemen radioaktif yang diadobsi dari udara dan tanah; logam-logam berat yang diperoleh dari tanah dan udara yang tercemar (Sitepoe, 2000).

Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat

Di negara berkembang merokok merupakan penyebab kematian terbanyak. Pada tahun 2001 sebanyak 26% dari 3320 kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit yang berkaitan dengan kebiasaan merokok (Sukendro, 2007). Menurut WHO (2008) Indonesia merupakan negara ketiga yang memilki populasi perokok terbesar di dunia setelah China dan India. Indonesia merupakan negara dengan proporsi penduduk laki-laki perokok kedua setelah Rusia. Dari data WHO, tingkat partisipasi remaja laki-laki di Indonesia relative tinggi yaitu 24,10% lebih tinggi dari rata-rata remaja dunia sebesar 21,44% (Rachmat, 2010).

Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab utama kematian para perokok itu adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke. Merokok dapat juga menyebabkan bau nafas tidak sedap, warna kecoklatan pada kuku dan gigi, serta bau tidak enak pada rambut dan pakaian. Selain itu, merokok juga menyebabkan penurunan kecantikan yaitu keriput pada kulit lebih mudah Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab utama kematian para perokok itu adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke. Merokok dapat juga menyebabkan bau nafas tidak sedap, warna kecoklatan pada kuku dan gigi, serta bau tidak enak pada rambut dan pakaian. Selain itu, merokok juga menyebabkan penurunan kecantikan yaitu keriput pada kulit lebih mudah

Dengan mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh rokok dan dengan adanya kesadaran diri masing-masing individu dapat menurunkan tingkat mortalitas akibat rokok di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rochmayani (2007), tingkat pendidikan responden sebagai faktor redisposing kebiasaan merokok sebagian besar adalah tamat SMP yaitu sebesar 69%. Sedangkan pengetahuan responden tentang bahaya rokok sebagian besar (55%) masuk dalam kategori baik.

Menurut Smet (1994) dalam Komasari (2000), menyatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan pada umumnya individu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Menurut Erickson (1968) dalam Komasari (2000), remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika remaja sedang mencari jati dirinya.

Remaja adalah generasi muda penerus bangsa, untuk itu suatu negara perlu mempersiapkan generasi muda. Salah satu persiapan dan perencanaan untuk membentuk generasi muda yang sehat. Merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi kebiasaan. Perilaku merokok di kalangan remaja hingga kini masih menjadi masalah yang cukup serius, dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun, dimulai dari usia yang sangat relatif muda yakni SMP. Ada pendapat di kelompok remaja pria bahwa kalau tidak Remaja adalah generasi muda penerus bangsa, untuk itu suatu negara perlu mempersiapkan generasi muda. Salah satu persiapan dan perencanaan untuk membentuk generasi muda yang sehat. Merokok bagi sebagian masyarakat Indonesia sudah menjadi kebiasaan. Perilaku merokok di kalangan remaja hingga kini masih menjadi masalah yang cukup serius, dengan jumlah yang meningkat dari tahun ke tahun, dimulai dari usia yang sangat relatif muda yakni SMP. Ada pendapat di kelompok remaja pria bahwa kalau tidak

10 tahun (Sukendro, 2007). Menurut Surjanto (2005) dalam penelitian perilaku merokok pelajar SMP Surakarta tahun 2004, menunjukkan kekerapan merokok pelajar SMP di Surakarta sebesar 16%, berdasarkan jenis kelamin kekerapan merokok pelajar laki-laki 30,2% dan perempuan 3,1%. Usia pertama kali merokok di bawah 10 tahun sebesar 36,9%, pelajar paling banyak menghabiskan rokok kurang dari satu batang per hari 45,8% dan jumlah rokok yang dihisap lebih dari enam batang per hari sebesar 3,13% (Surjanto, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, didapatkan hasil bahwa tingkat perilaku merokok lebih banyak dimulai pada usia remaja awal yaitu antara usia 11-15 tahun. Masa remaja awal merupakan masa pencarian jati diri sehingga sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Proses pencarian jati diri tersebut akan memberikan dampak pada pengalaman dan pengetahuan remaja awal sebagai proses pendewasaan dalam berperilaku. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana asosiasi pengetahuan tentang rokok dan bahaya merokok dengan sikap terhadap rokok dan perilaku merokok pada remaja.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah ada asosiasi pengetahuan mengenai rokok dengan sikap dan perilaku merokok pada remaja?”

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menilai pengetahuan remaja awal tentang rokok termasuk bahaya yang ditimbulkannya.

2. Untuk mengidentifikasi sikap dan perilaku merokok remaja. 3. Untuk menguji asosiasi tingkat pengetahuan mengenai rokok dengan sikap

dan perilaku merokok pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai asosiasi pengetahuan mengenai rokok dengan sikap dan perilaku merokok pada remaja.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai

dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah kecakapan mempertahankan dan memakai informasi, campuran pemahaman, pengalaman, ketajaman dan ketrampilan. Sifat pengetahuan bersandar pada cara berbeda seperti gagasan, persepsi, imajinasi, kenangan, pendapat, Pengetahuan adalah kecakapan mempertahankan dan memakai informasi, campuran pemahaman, pengalaman, ketajaman dan ketrampilan. Sifat pengetahuan bersandar pada cara berbeda seperti gagasan, persepsi, imajinasi, kenangan, pendapat,

b. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian hahikatnya merupakan suatu perilaku yang didasari oleh pengetahuan, dan akan lebih menetap atau langgeng jika dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Tahu diartikan sebagai keadaan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalamnya adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Memahami dapat diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara tepat dan benar. Individu yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut Tahu diartikan sebagai keadaan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk di dalamnya adalah mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Memahami dapat diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan dalam menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara tepat dan benar. Individu yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan dengan penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi tersebut, dan masih terkait satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, di mana dapat menggambarkan (membuat bagan atau tabel), membedakan, memisahkan, mengklasifikasikan, dan berbagai hal lainya (Notoatmodjo, 2005).

Sintesis menunjukkan pada suatu bentuk kemampuan dalam meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis dapat diartikan sebagai suatu bentuk kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang telah ada sebelumya. Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

(Notoatmodjo, 2005).

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan, yaitu tingkat pengetahuan baik bila skor 75%-100%, tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-75%, dan tingkat pengetahuan kurang bila skor kurang dari 60% (Notoatmodjo, 2003).

2. Rokok

a. Definisi Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiona tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (PP No 19 Tahun 2003).

Rokok (tobacco) adalah daun-daun kering yang diolah dari genus Nicotiana; daun-daun kering ini mengandung berbagai alkaloid, dengan yang utama adalah nikotin, memiliki sifat sedatif narkotik sekaligus emetik dan diuretik, serta merupakan depresan jantung dan antispasmodik (Dorland, 2002).

Dari data yang disebutkan WHO (2002) dalam Darmawati (2010), terdapat lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam rokok dan asap rokok, termasuk di antaranya yaitu nikotin, tar, dan karbonmonoksida, yang merupakan racun utama pada rokok dan berbagai jenis zat kimia lainnya. Beberapa zat kimia yang terkandung dalam rokok dan asap rokok antara lain:

1) Karbon Monoksida (CO)

Karbon monoksida (CO) adalah sejenis gas yang tidak memiliki bau. Yang dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari unsur zat arang atau karbon ketika merokok. Gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3–6%, gas ini dapat dihirup oleh siapa saja, baik oleh orang yang merokok atau orang yang berada didekat si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seseorang yang merokok hanya akan menghisap sepertiga bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side – stream) akan tetap berada di luar. Selain itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi perokok menyemburkan asap tersebut pada udara sekitarnya.

2) Nikotin

Nikotin (nicotine) adalah alkaloid cair yang sangat beracun, tidak berwarna, dan mudah larut, dengan bau mirip Nikotin (nicotine) adalah alkaloid cair yang sangat beracun, tidak berwarna, dan mudah larut, dengan bau mirip

3) Tar

Tar adalah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru (Fawzani, 2005). Dalam Dorland (2002), disebutkan bahwa tar adalah cairan kental, hitam, atau coklat gelap, yang diperoleh dengan memanggang kayu berbagai spesies pinus atau sebagai produk samping pada distalasi destruktif batu bara bituminosa.

Kadar tar pada rokok berkisar 0,5-35 mg per batang. Di Indonesia, kadar tar pada berbagai jenis rokok kretek sebesar 28,1-52,3 mg tar per batangnya (Darmawati, 2010).

4) Akrolein

Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar Akrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna seperti aldehid. Zat ini sedikit banyak mengandung kadar

5) Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan hydrogen. Zat ini berbau tajam dan sangat merangsang indra penciuman. Begitu kerasnya racun yang ada pada ammonia sehingga jika masuk sedikit pun ke dalam peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma (Darmawati, 2010).

6) Asam Format

Asam format merupakan sejenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan dapat membuat lepuh pada kulit. Cairan ini sangat tajam dan bau yang menusuk (Darmawati, 2010).

7) Formaldehid

Formaldehid adalah sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam. Gas ini umumnya digunakan sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini sangat beracun terhadap berbagai organisme (Darmawati, 2010).

8) Fenol

Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan Fenol adalah campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, serta diperoleh dari tar arang. Zat ini beracun dan membahayakan

9) Asetol

Asetol adalah hasil pemanasan aldehid, yaitu sejenis zat yang tidak berwarna yang bebas bergerak serta mudah menguap dengan alkohol (Darmawati, 2010).

10) Piridin

Piridin adalah sejenis cairan tidak berwarna dengan bau tajam. Zat ini dapat digunakan mengubah sifat alkohol sebagai pelarut dan pembunuh hama (Darmawati, 2010).

11) Metil Klorida

Metil klorida adalah campuran dari zat-zat bervalensi satu antara hydrogen dan karbon merupakan unsurnya yang utama. Zat ini adalah senyawa organik yang beracun (Darmawati, 2010).

12) Metanol

Metanol adalah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah terbakar. Meminum atau menghisap metanol mengakibatkan kebutaan dan bahkan kematian (Darmawati, 2010).

13) Radikal Bebas

Pada rokok dan asap rokok terkandung berbagai jenis radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh dalam fase gas Pada rokok dan asap rokok terkandung berbagai jenis radikal bebas yang sangat berbahaya bagi tubuh dalam fase gas

Komisi perdagangan Federal Amerika (Federal Trade Commission) telah melakukan pengujian terhadap asap yang dihasilkan oleh pembakaran rokok, didapati lebih dari 5000 zat kimia berbahaya yang 40 di antaranya bersifat karsinogenik dan berbagai jenis logam berat seperti Br, Cr, dan Sb yang bersifat toksik (Mulyaningsih, 2007). Penelitian serupa juga dilakukan di Indonesia oleh Mulyaningsih pada tahun 2007 terhadap lima jenis merek rokok kretek dan empat merek rokok filter yang beredar di Indonesia. Dari hasil penelitian terhadap 13 unsur logam berat yang terkandung dalam tembakau, filter bersih, kertas rokok, putung rokok, dan abu rokok. Unsur tersebut antara lain Na, K, Br, Co, Cr, Sr, Ta, Cs, La, Au, Fe, Sc dan Zn (Mulyaningsih, 2007).

c. Jenis Rokok

Menurut Mulyaningsih (2007), secara umum jenis rokok terbagi menjadi dua yaitu rokok filter dan rokok non filter atau kretek. Perbedaan dari kedua rokok ini adalah dari ada tidaknya Menurut Mulyaningsih (2007), secara umum jenis rokok terbagi menjadi dua yaitu rokok filter dan rokok non filter atau kretek. Perbedaan dari kedua rokok ini adalah dari ada tidaknya

Ada beberapa jenis rokok yang dikenal di masyarakat yaitu rokok putih, rokok kretek, rokok kelembak atau rokok siong, rokok cerutu, rokok tingwe, dan rokok pipa. Rokok putih adalah rokok yang dibuat dari daun tembakau saja tanpa dicampuri bahan-bahan yang lain, sedangkan rokok kretek adalah rokok yang terbuat dari tembakau dan juga cengkeh. Rokok kelembak yaitu rokok yang terbuat dari tembakau yang dicampuri dengan kelembak. Rokok cerutu adalah rokok yang terbuat dari tembakau kering yang dirajang lebar disusun sedemikian rupa yang kemudian dibalut dengan daun tembakau, pembalut cerutu yang termasyur di seluruh dunia adalah daun tembakau deli. Rokok tingwe adalah rokok yang dibuat sendiri oleh perokok yang bahan bakunya dari tembakau rajangan kering dan biasanya dicampuri cengkeh rajangan, kelembak, dan terkadang juga kemeyan (Susanna et al., 2003).

Perbedaan nikotin dalam berbagai merek rokok dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis dan campuran tembakau yang digunakan, jumlah tembakau dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan yang digunakan untuk meningkatkan aroma dan rasa, serta ada tidaknya filter dalam tiap batang rokok. Pada dasarnya Perbedaan nikotin dalam berbagai merek rokok dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain jenis dan campuran tembakau yang digunakan, jumlah tembakau dalam tiap batang rokok, senyawa tambahan yang digunakan untuk meningkatkan aroma dan rasa, serta ada tidaknya filter dalam tiap batang rokok. Pada dasarnya

3. Sikap

a. Definisi Sikap

Menurut Louise Thurstone (1928) dalam Azwar (2005) adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung dan memihak atau perasaan tidak mendukung atau memihak pada suatu obyek.

b. Tingkatan Sikap

Tingkatan sikap dapat dibagi menjadi empat yaitu menerima, merespon, menghargai, dan bertanggung jawab. Menerima yang berarti subyek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. Merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Menghargai yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Bertanggung jawab yaitu bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 2003).

c. Ciri-ciri Sikap

Menurut Azwar (2005) sikap mempunyai 5 ciri-ciri yaitu sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya, sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan Menurut Azwar (2005) sikap mempunyai 5 ciri-ciri yaitu sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya, sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap subyek terhadap suatu obyek tertentu. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama, dan faktor emosional (Azwar, 2005).

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional (Azwar, 2005).

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang dimiliki oleh orang lain yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut (Azwar, 2005).

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis yang mengarahkan sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah

Media massa juga mempengaruhi sikap individu terhadap suatu obyek. Hal tersebut terbukti dalam pemberitaan media massa, berita yang seharusnya disampaikan secara faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya yang berakibat mempengaruhi sikap konsumennya (Azwar, 2005).

Lembaga pendidikan dan agama juga mempengaruhi sikap individu. Lembaga pendidikan dan agama sangat menentukan sistem kepercayaan, sehingga pada akhirnya sangat menentukan sikap individu terhadap suatu obyek. Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2005).

4. Perilaku Merokok

a. Definisi Perilaku

Menurut Kartono (1987) dalam Perwitasari (2006), perilaku adalah suatu tindakan manusia yang dapat dilihat. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri (Notoatmodjo, 2007).

Perilaku hidup sehat dapat menunjang kesehatan seseorang. Perilaku hidup sehat di antaranya yaitu mengkonsumsi makanan Perilaku hidup sehat dapat menunjang kesehatan seseorang. Perilaku hidup sehat di antaranya yaitu mengkonsumsi makanan

b. Definisi Merokok

Merokok adalah menghirup asap dari pembakaran tembakau terbungkus dalam rokok, pipa, dan cerutu. Merokok kasual adalah tindakan merokok hanya sesekali, biasanya dalam situasi sosial atau untuk meredakan stress. Banyak ahli kesehatan sekarang menganggap kebiasaan merokok sebagai kecanduan psikologis dan juga konsekuensi kesehatan yang serius (Sari, 2008).

Aritonang (1997) dalam Sari (2008) menulis bahwa merokok adalah perilaku yang kompleks, karena merupakan hasil

interaksi dari aspek kognitif, lingkungan sosial, kondisi psikologis, conditioning , dan keadaan fisiologis. Secara kognitif, para perokok tidak memperlihatkan keyakinan yang tinggi terhadap bahaya yang didapat dari merokok. Perokok beranggapan bahwa merokok tidak merusak kesehatan asal diimbangi dengan olahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan bergizi. Bila ditinjau dari aspek sosial, sebagian besar perokok menyatakan bahwa dirinya merokok karena terpengaruh oleh orang-orang lain di sekitarnya. Secara psikologis, perilaku merokok dilakukan untuk relaksasi interaksi dari aspek kognitif, lingkungan sosial, kondisi psikologis, conditioning , dan keadaan fisiologis. Secara kognitif, para perokok tidak memperlihatkan keyakinan yang tinggi terhadap bahaya yang didapat dari merokok. Perokok beranggapan bahwa merokok tidak merusak kesehatan asal diimbangi dengan olahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan bergizi. Bila ditinjau dari aspek sosial, sebagian besar perokok menyatakan bahwa dirinya merokok karena terpengaruh oleh orang-orang lain di sekitarnya. Secara psikologis, perilaku merokok dilakukan untuk relaksasi

Subanada (2004) dalam Deanarizki (2010) menyatakan, merokok adalah sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk baik bagi si perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya.

c. Tipe Perokok

Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal dan Clearly (1976) dalam Komasari dan Helmi (2000), terdapat empat tahapan dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu tahap prepatory , tahap initiation, tahap becoming a smoker, dan tahap maintenance of smoking . Tahap prepatory adalah tahap di mana seseorang menadapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. Tahap initiation atau tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. Tahap becoming a smoker adalah tahap apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. Tahap meintenance of smoking merupakan tahap dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating), dimana Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal dan Clearly (1976) dalam Komasari dan Helmi (2000), terdapat empat tahapan dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu tahap prepatory , tahap initiation, tahap becoming a smoker, dan tahap maintenance of smoking . Tahap prepatory adalah tahap di mana seseorang menadapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan. Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok. Tahap initiation atau tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok. Tahap becoming a smoker adalah tahap apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok. Tahap meintenance of smoking merupakan tahap dimana merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating), dimana

Menurut Silvan dan Tomkins (1991) dalam Mu’tadin (2002), ada empat tipe perilaku merokok berdasarkan Management of Affect Theory , yaitu tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif, perilaku merokok yang adiktif, perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.

Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif dibagi menjadi 3 tahapan yaitu pleasure relaxation, stimulation to pick them up , dan pleasure of handling the cigarette. Pleasure relaxation adalah suatu kondisi di mana perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan. Stimulation to pick them up adalah suatu kondisi di mana perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan. Pleasure of handling the cigarette adalah suatu kondisi di mana kenikmatan yang diperoleh dari memegang rokok (Mu’tadin, 2002).

Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya, seperti merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Orang menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam dirinya, seperti merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Orang menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan

d. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok

Menurut Lewin (1964) dalam Komasari dan Helmi (2000), perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan invidu. Perilaku merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor lingkungan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Komasari dan Helmi (2000), menunjukkan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasaan psikologis, sikap pesimisif orang tua terhadap perilaku merokok pada usia remaja, dan pengaruh teman sebaya.

Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan mengapa remaja merokok yaitu karena pengaruh orang tua, pengaruh teman, dan faktor kepribadian. Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga pesimisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figure contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali

anak yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok dan demikian juga sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau remaja tersebut yang mempengaruhi teman-temannya. Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada pada iklan tersebut (Mu’tadin, 2002).

Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (1994) dalam Indri (2007), tentang faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku

merokok yaitu faktor biologis, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial, faktor demografis, dan faktor sosial-kultural. Faktor biologis dipengaruhi dari bahan-bahan yang terkandung dalam rokok. Nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Dalam sisi psikologis, merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan merokok yaitu faktor biologis, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial, faktor demografis, dan faktor sosial-kultural. Faktor biologis dipengaruhi dari bahan-bahan yang terkandung dalam rokok. Nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Dalam sisi psikologis, merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan

terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya (Indra, 2007). Namun, berdasarkan hasil penelitian oleh Wulandari (2008), untuk melakukan suatu perilaku, juga diperlukan suatu keyakinan bahwa seseorang mampu melakukan perilaku tersebut (self efficacy). Individu yang memilki self efficacy yang tinggi akan menolak ajakan untuk merokok meskipun memiliki biaya yang cukup untuk membeli rokok.

Faktor demografis meliputi jenis kelamin dan usia. Menurut Smet (1994) dalam Indra (2007), orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak, sedangkan jenis kelamin mempunyai pengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian oleh Wulandari (2008), responden dengan jenis kelamin laki-laki akan cenderung mencoba merokok atau menjadi perokok tetap dibandingkan dengan perempuan. Menurut Chatrou (1992) dalam Wulandari (2008), pengaruh tradisi dan keluarga mempengaruhi perilaku merokok pada negara-negara berkembang, sedangkan agama, umur, jumlah pengeluaran, tidak memiliki peranan yang signifikan dalam perilaku merokok.

faktor-faktor yang menyebabkan perilaku merokok yaitu faktor psikologis, faktor biologis, faktor lingkungan, dan faktor regulatori. Faktor psikologis mempunyai arti yaitu merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stres, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-hal yang dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu dengan gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan kecemasan yang dialami.

mengkontribusi perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin (Deanerizki, 2010). Seperti halnya heroin dan kokain, nikotin juga memiliki karakteristik efek adiktif dan psikoaktif. Hal inilah yang menyebabkan mengapa para perokok walaupun sudah memiliki niat, masih sulit untuk berhenti merokok (Darmawati, 2010).

Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung, teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, maupun artis pada reklame tembakau di media. Orang tua memegang peranan terpenting dalam berperilaku tetapi reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua Faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain orang tua, saudara kandung, teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, maupun artis pada reklame tembakau di media. Orang tua memegang peranan terpenting dalam berperilaku tetapi reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua

Faktor regulatori, peningkatan harga jual atau diberlakukan cukai yang tinggi, akan menurunkan pembelian dan konsumsi. Pembatasan fasilitas untuk merokok, dengan menetapkan ruang atau daerah bebas rokok, diharapkan mengurangi konsumsi rokok. Tetapi kenyataannya, terdapat peningkatan kejadian mulai merokok pada remaja, walaupun telah dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya (Deanerizki, 2010).

e. Dampak Merokok

Paparan asap rokok yang dialami terus-menerus pada orang dewasa yang sehat dapat menambah risiko terkena penyakit paru- paru dan penyakit jantung sebesar 20-30%. Merokok bukanlah suatu penyakit, tetapi dapat memicu suatu jenis penyakit sehingga dapat dikatakan merokok tidak menyebabkan kematian, tetapi dapat mendorong munculnya suatu jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian (Riny, 2009).

Di dalam rokok terdapat gas karbonmonoksida (CO), Gas CO dapat bereaksi dengan hemoglobin (Hb) membentuk karbon monoksi-hemoglobin (karboksihemoglobin). Afinitas hemoglobin

untuk O 2 jauh lebih rendah daripada afinitasnya terhadap karbon monoksida, sehingga CO menggantikan O 2 pada hemoglobin dan

2002).

Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkat yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan vasokonstriksi atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus-menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses arterioschlerosis atau penyempitan arteri. Cara menghisap rokok yang dalam, akan meningkatkan jumlah gas CO yang masuk ke dalam tubuh, sehingga mempertinggi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Darmawati, 2010).

Tingginya kadar CO dalam tubuh akan menurunkan jumlah perfusi O 2 dalam tubuh. Sebagai kompensasi maka akan terjadi pengurangan antaran O 2 ke jaringan lain, misalnya kulit. Kulit yang terus-menerus kekurangan O 2 ini akan rusak bahkan mati, sehingga memicu terjadinya penuaan dini (Darmawati, 2010). Rokok juga terkandung Tar, merupakan suatu zat yang bersifat toksik dan karsinogenik, sehingga dapat memicu terjadinya kanker baik pada jalan nafas maupun paru-paru. Tar juga mengandung benzopyrene, yang menyebabkan noda di gigi, kuku dan paru-paru. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada mulut, gigi, gusi dan sistem pencernaan

antara lain neoplasma (kanker), penyakit saluran pernafasan, peningkatan tekanan darah, memperpendek umur, penurunan fertilitas (kesuburan) dan nafsu seksual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambatan pengeluaran air seni, amblyopia (penglihatan kabur), kulit menjadi kering, pucat, dan keriput, serta menyebabkan polusi udara dalam ruangan (sehingga menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan) (Sitepoe, 2000).