Pacitan Tahun 2006-2007
Pacitan Tahun 2006-2007
Tahun No
Sumber: Pacitan Dalam Angka 2008
Produksi perikanan yang paling besar adalah perikanan laut sebesar 3115 ton sedangkan produksi perikanan yang paling rendah adalah perikanan darat sebesar 390 ton.
B. Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis Location Quotient merupakan alat analisis untuk mengetahui subsektor unggulan atau ekonomi basis suatu perekonomian wilayah. Berdasarkan hasil perhitungan LQ dari komoditi sektor pertanian pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah (tahun 1997-2000) maupun selama diterapkan otonomi daerah (tahun 2001-2007) di Kabupaten Pacitan, didapatkan hasil sebagai berikut : Analisis Location Quotient merupakan alat analisis untuk mengetahui subsektor unggulan atau ekonomi basis suatu perekonomian wilayah. Berdasarkan hasil perhitungan LQ dari komoditi sektor pertanian pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah (tahun 1997-2000) maupun selama diterapkan otonomi daerah (tahun 2001-2007) di Kabupaten Pacitan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tahun 1997-2000 Komoditi
Rata-rata Keterangan TABAMA
Padi 1.10 0.99 0.95 0.87 0.98 Non Basis Jagung
0.89 0.70 0.98 0.92 0.87 Non Basis Ubi kayu
4.35 6.55 6.56 6.65 6.03 Basis Ubi jalar
0.52 0.27 0.34 0.25 0.35 Non Basis Kacang tanah
1.72 1.91 1.72 1.97 1.83 Basis Kedelai
0.97 0.88 0.91 0.86 0.91 Non Basis Kacang hijau
0 0.00 0.00 0.00 0.00 Non Basis Sorgum
2.17 1.86 1.92 1.84 1.95 Basis
PERKEBUNAN 2.93 2.74 2.67 2.71 2.76 Basis
Kelapa 3.95 3.67 3.62 3.72 3.74 Basis Cengkeh
9.77 9.12 8.87 8.67 9.11 Basis Kopi
1.00 0.95 0.91 0.94 0.95 Non Basis Jambu mente
1.47 1.40 1.14 1.05 1.27 Basis Kapuk randu
0.34 0.31 0.28 0.27 0.30 Non Basis Kakao
1.05 1.10 1.19 1.48 1.21 Basis
PETERNAKAN 0.67 0.67 0.62 0.64 0.65 Non Basis
Sapi 0.67 0.67 0.62 0.64 0.65 Non Basis Kerbau
0.17 0.17 0.16 0.09 0.15 Non Basis Kambing
1.15 1.05 1.02 1.01 1.06 Basis Domba
1.01 1.06 1.03 1.03 1.03 Basis Ayam ras
0.02 0.01 0.01 0.01 0.01 Non Basis Itik
0.20 0.25 0.24 0.22 0.23 Non Basis
KEHUTANAN 0.01 0.03 0.00 0.00 0.01 Non Basis
Jati 0.01 0 0 0 0.00 Non Basis rimba
0.07 0.18 0.03 0.02 0.07 Non Basis bakar
0.05 0.20 0.01 0.02 0.07 Non Basis
PERIKANAN 0.39 0.47 0.34 0.34 0.39 Non Basis
perikanan darat 0.30 0.37 0.28 0.28 0.31 Non Basis perikanan laut
0.45 0.51 0.37 0.37 0.42 Non Basis
Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata LQ dalam kurun waktu sebelum diterapkan otonomi daerah (tahun 1997-2000), dapat dijelaskan bahwa di Kabupaten Pacitan terdapat komoditi yang teridentifikasi sebagai basis, yaitu : 1). Subsektor Tanaman Bahan Makanan, meliputi :
Ubi Kayu, Kacang Tanah dan Sorgum
2). Subsektor Perkebunan, meliputi : Kelapa, Cengkeh, Jambu Mente, dan Kakao 3). Subsektor Peternakan, meliputi : Kambing dan Domba
b. Masa Selama diterapkan Otonomi Daerah Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Location Quotient Kabupaten Pacitan
Tahun 2001-2007 Rata- Keterangan Komoditi
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 rata TABAMA
1.20 1.26 1.21 1.19 1.18 1.20 1.46 1.24 Basis
Padi 0.80 0.81 0.74 0.77 0.75 0.74 0.80 0.77 Non Basis Jagung
0.80 0.89 0.86 0.91 0.81 0.91 1.25 0.92 Non Basis Ubi kayu
6.17 6.22 6.41 5.63 6.26 6.00 10.58 6.75 Basis Ubi jalar
0.23 0.48 0.38 0.57 0.58 0.45 0.38 0.44 Non Basis Kacang tanah
1.98 2.33 2.05 2.01 1.89 2.26 2.39 2.13 Basis Kedelai
0.75 0.72 0.82 0.79 0.72 0.84 1.28 0.85 Non Basis Kacang hijau
0.01 0.01 0.03 0.04 0.02 0.06 0.04 0.03 Non Basis Sorgum
1.80 2.75 7.08 2.74 2.15 1.68 2.64 2.98 Basis
PERKEBUNAN 2.44 2.50 2.53 2.42 2.46 2.54 2.26 2.45 Basis
Kelapa 3.37 3.42 3.51 3.35 3.41 3.28 3.06 3.34 Basis Cengkeh
7.80 7.71 7.84 7.50 7.25 7.16 6.44 7.38 Basis Kopi
0.90 0.91 0.94 0.90 0.87 0.89 0.83 0.89 Non Basis Jambu mente
0.93 0.95 0.93 0.89 0.93 1.00 0.93 0.94 Non Basis Kapuk randu
0.23 0.24 0.22 0.21 0.23 0.25 0.20 0.22 Non Basis Kakao
1.20 1.28 1.35 1.44 1.34 2.40 1.50 1.50 Basis
PETERNAKAN 0.71 0.69 0.71 0.68 0.68 0.67 0.62 0.68 Non Basis
Sapi 0.76 0.73 0.75 0.72 0.70 0.69 0.63 0.71 Non Basis Kerbau
0.08 0.07 0.09 0.08 0.19 0.21 0.23 0.14 Non Basis Kambing
0.91 0.92 0.94 0.90 0.94 0.94 0.87 0.92 Non Basis Domba
0.93 0.95 0.94 0.94 0.91 0.92 0.86 0.92 Non Basis Ayam ras
0.01 0.01 0.00 0.03 0.04 0.04 0.05 0.03 Non Basis Itik
0.20 0.19 0.20 0.20 0.17 0.17 0.18 0.19 Non Basis
KEHUTANAN 0.00 0.02 0.05 0.45 0.76 0.71 0.04 0.29 Non Basis
Jati 0.00 0.00 0 0.50 0.78 0.76 0.05 0.30 Non Basis Rimba
0.00 0.10 0.28 0 0.66 0.29 0.03 0.20 Non Basis Bakar
0 0.04 0.07 0 0 0 0 0.02 Non Basis
PERIKANAN 0.27 0.18 0.19 0.20 0.16 0.16 0.23 0.20 Non Basis
perikanan darat 0.15 0.09 0.10 0.10 0.09 0.09 0.08 0.10 Non Basis perikanan laut
0.33 0.22 0.22 0.25 0.19 0.19 0.30 0.24 Non Basis
Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata LQ dalam kurun waktu selama diterapkan otonomi daerah (tahun 2001-2007), dapat dijelaskan bahwa di Kabupaten Pacitan terdapat komoditi yang teridentifikasi sebagai basis, yaitu : 1). Subsektor Tanaman Bahan Makanan, meliputi :
Ubi Kayu, Kacang Tanah dan Sorgum. 2). Subsektor Perkebunan, meliputi : Kelapa, Cengkeh, dan Kakao
c. Pembahasan 1). Sebelum Otonomi Daerah
Komoditi yang teridentifikasi sebagai komoditi basis di Kabupaten Pacitan pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah tahun 1997-2000, yaitu subsektor tanaman bahan makanan yang terdiri dari komoditi Ubi kayu, Kacang tanah dan Sorgum, subsektor perkebunan terdiri dari komoditi Kelapa, Cengkeh dan Kakao sedangkan dari subsektor peternakan terdiri dari Kambing dan Domba. Walaupun komoditi Padi, Jagung, Kedelai di subsektor tanaman bahan makanan dan Kopi di subsektor perkebunan bukan merupakan komoditi basis namun komoditi tersebut berpotensi dan berpeluang menjadi basis mengingat nilai LQ mendekati nilai 1. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor iklim misal adanya musim kemarau yang panjang, kecilnya luas lahan garapan yang dimiliki petani, rendahnya kualitas teknologi yang dimiliki dan rendahnya kualitas sumber daya manusia (petani). Komoditi yang berpotensi seperti komoditi padi Komoditi yang teridentifikasi sebagai komoditi basis di Kabupaten Pacitan pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah tahun 1997-2000, yaitu subsektor tanaman bahan makanan yang terdiri dari komoditi Ubi kayu, Kacang tanah dan Sorgum, subsektor perkebunan terdiri dari komoditi Kelapa, Cengkeh dan Kakao sedangkan dari subsektor peternakan terdiri dari Kambing dan Domba. Walaupun komoditi Padi, Jagung, Kedelai di subsektor tanaman bahan makanan dan Kopi di subsektor perkebunan bukan merupakan komoditi basis namun komoditi tersebut berpotensi dan berpeluang menjadi basis mengingat nilai LQ mendekati nilai 1. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor iklim misal adanya musim kemarau yang panjang, kecilnya luas lahan garapan yang dimiliki petani, rendahnya kualitas teknologi yang dimiliki dan rendahnya kualitas sumber daya manusia (petani). Komoditi yang berpotensi seperti komoditi padi
Komoditi yang menjadi basis di Kabupaten Pacitan tersebut dapat menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Pacitan tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah. Penjualan keluar wilayah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah. Peningkatan pendapatan dari komoditi basis juga dapat digunakan untuk mendorong perkembangan komoditi non basis agar menjadi komoditi basis. Oleh karena itu, komoditi yang menjadi basis inilah yang layak dikembangkan di Kabupaten Pacitan.
2). Selama Otonomi Daerah
Komoditi yang teridentifikasi sebagai komoditi basis di Kabupaten Pacitan selama diterapkan otonomi daerah tahun 2001- 2007, yaitu subsektor tanaman bahan makanan yang terdiri dari komoditi Ubi kayu, Kacang tanah dan Sorgum sedangkan dari subsektor perkebunan terdiri dari komoditi Kelapa, Cengkeh dan Kakao. Walaupun komoditi Padi, Jagung, Kedelai di subsektor tanaman bahan makanan, komoditi Kopi dan Jambu mente di subsektor perkebunan dan komoditi Kambing dan Domba di subsektor peternakan bukan merupakan komoditi basis namun komoditi tersebut Komoditi yang teridentifikasi sebagai komoditi basis di Kabupaten Pacitan selama diterapkan otonomi daerah tahun 2001- 2007, yaitu subsektor tanaman bahan makanan yang terdiri dari komoditi Ubi kayu, Kacang tanah dan Sorgum sedangkan dari subsektor perkebunan terdiri dari komoditi Kelapa, Cengkeh dan Kakao. Walaupun komoditi Padi, Jagung, Kedelai di subsektor tanaman bahan makanan, komoditi Kopi dan Jambu mente di subsektor perkebunan dan komoditi Kambing dan Domba di subsektor peternakan bukan merupakan komoditi basis namun komoditi tersebut
Komoditi yang menjadi basis di Kabupaten Pacitan tersebut dapat menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di wilayah Kabupaten Pacitan tetapi juga dapat diekspor keluar wilayah. Penjualan keluar wilayah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah. Peningkatan pendapatan dari komoditi basis juga dapat digunakan untuk mendorong perkembangan komoditi non basis agar menjadi komoditi basis. Oleh karena itu, komoditi yang menjadi basis inilah yang layak dikembangkan di Kabupaten Pacitan.
Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa antara masa sebelum maupun selama diterapkan otonomi daerah, komoditi subsektor yang tergolong dalam klasifikasi komoditi basis tidak jauh berbeda. Komoditi yang pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah telah menjadi basis di Kabupaten Pacitan tetap bertahan menjadi komoditi basis pada masa selama diterapkan otonomi daerah tahun 2001-2007. Namun terdapat beberapa komoditi yang sebelum otonomi daerah merupakan komoditi basis kemudian menjadi komoditi non basis pada selama otonomi daerah yaitu subsektor peternakan yaitu komoditi Kambing dan Domba. Pengembangan komoditas pertanian harus disesuaikan dengan keadaan alam sekitar dan harus memperhatikan dampak negatif yaitu kerusakan lingkungan. Komoditas ubi kayu walaupun dalam pengembangannya lebih unggul Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa antara masa sebelum maupun selama diterapkan otonomi daerah, komoditi subsektor yang tergolong dalam klasifikasi komoditi basis tidak jauh berbeda. Komoditi yang pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah telah menjadi basis di Kabupaten Pacitan tetap bertahan menjadi komoditi basis pada masa selama diterapkan otonomi daerah tahun 2001-2007. Namun terdapat beberapa komoditi yang sebelum otonomi daerah merupakan komoditi basis kemudian menjadi komoditi non basis pada selama otonomi daerah yaitu subsektor peternakan yaitu komoditi Kambing dan Domba. Pengembangan komoditas pertanian harus disesuaikan dengan keadaan alam sekitar dan harus memperhatikan dampak negatif yaitu kerusakan lingkungan. Komoditas ubi kayu walaupun dalam pengembangannya lebih unggul
2. Analisis Shiff Share
Analisis Shiff Share berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Analisis tersebut digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pertumbuhan Propinsi Jawa Timur sebagai daerah referensi terhadap perekonomian di Kabupaten Pacitan sebagai daerah studi. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkan dengan daerah yang lebih besar. Alat analisis ini mengasumsikan bahwa perubahan perekonomian suatu daerah dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi wilayah propinsi, bauran industri, dan keunggulan kompetitif.
a. Masa Sebelum Diterapkan Otonomi Daerah Tabel 4.13. Hasil Perhitungan Shift-Share Klasik Kabupaten
Pacitan Tahun 1997-2000
Dij Komoditi
Eij . (rij - rin) Nij + Mij + Cij TABAMA
Eij . rn
Eij . (rin - rn)
32118.65 -1740 Jagung
Padi
69.13 -33927.78
22727.88 4100 Ubi kayu
38.05 -18665.93
32830.11 13483 Ubi jalar
44.77 -19391.88
96.02 -103 Kacang tanah
5593.99 -2146 Kacang hijau
5686.43 -156 Kopi
14.36 -5856.79
1814.90 157 Jambu mente
3.39 -1661.29
1244.20 -293 Kapuk randu
3.15 -1540.35
507.64 -86 Kakao
183.40 -202 Kambing
2840.14 62 Ayam ras
5.67 -2783.81
48.99 -14 Itik
0 -42 Rimba
Jati
0.08 -42.08
21.97 -48 Bakar
Perikanan darat
819.26 87 Perikanan laut
194014.34 19134 Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder.
Berdasarkan hasil Analisis Shift-Share menggunakan metode klasik pada tabel menunjukkan bahwa perkembangan komoditi (D ij ) Kabupaten Pacitan pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah (tahun 1997-2000) mengalami kenaikan sebesar 19.134. Kenaikan Berdasarkan hasil Analisis Shift-Share menggunakan metode klasik pada tabel menunjukkan bahwa perkembangan komoditi (D ij ) Kabupaten Pacitan pada masa sebelum diterapkan otonomi daerah (tahun 1997-2000) mengalami kenaikan sebesar 19.134. Kenaikan
1) Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Propinsi (N ij )
Perkembangan ekonomi Propinsi Jawa Timur selama tahun pengamatan yaitu tahun 1997-2000 telah mempengaruhi kenaikan komoditi Kabupaten Pacitan sebesar 317.53. Keadaan ini menunjukkan bahwa perubahan komoditi Kabupaten Pacitan sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Perubahan ini terjadi pada semua komoditi, dimana semua komoditi mengalami kenaikan. Komoditi yang mengalami kenaikan terbesar adalah Sapi di subsektor Peternakan yaitu sebesar 87.99, komoditi Padi di subsektor Tanaman bahan makanan sebesar 69.13 dan komoditi Kelapa di subsektor Perkebunan sebesar 42.85.
2) Pengaruh Bauran Industri (Mij)
Pengaruh bauran industri secara keseluruhan terhadap perkembangan komoditi Kabupaten Pacitan pada tahun 1997-2000 menurun sebesar -175197.87. Hal ini berarti kegiatan ekonomi di Kabupaten Pacitan pada kurun waktu tahun 1997-2000 dianggap tidak berkembang atau lebih rendah dari perkembangan ekonomi di tingkat propinsi. Karena nilai M ij diseluruh komoditi adalah negatif maka pengaruh bauran industri dari semua komoditi di Kabupaten Pacitan pada kurun waktu tersebut perkembangannya lebih rendah dari perkembangan komoditi yang sama di Propinsi Jawa Timur.
3) Pengaruh Keunggulan kompetitif (C ij )
Pengaruh komponen keunggulan kompetitif di Kabupaten Pacitan pada masa sebelum diterapkannya otonomi daerah dalam kurun waktu tahun 1997-2000 berakibat positif bagi perkembangan komoditi Kabupaten Pacitan, yaitu sebesar 194014.34. Subsektor yang menyumbang nilai kontribusi terbesar adalah subsektor Tanaman bahan makanan sebesar 102288.29 dengan komoditi terbesar adalah Ubi kayu sebesar 32830.11, subsektor Peternakan sebesar 56084.95 dengan komoditi terbesar Sapi sebesar 45338.58 dan subsektor Perkebunan sebesar 32452.61 dengan komoditi terbesar Kelapa sebesar 21017.36
b. Masa Selama Diterapkan Otonomi Daerah Tabel 4.14. Hasil Perhitungan Shift-Share Klasik Kabupaten
Pacitan Tahun 2001-2007
Dij Komoditi
Nij + Mij + Cij TABAMA
Eij . rn
Eij . (rin - rn)
Eij . (rij - rin)
31915.12 -414 Jagung
24880.01 3003 Ubi kayu
29733.18 -2950 Ubi jalar
90.49 - Kacang tanah
4356.33 -557 Kacang hijau
2005.91 74 Jambu mente
1191.80 -57 Kapuk randu
434.59 -60 Kakao
45086.29 -46 Kerbau
3162.12 332 Ayam ras
388.63 -137 Perikanan laut
Perikanan darat
200457.53 5882 Sumber: Hasil Olahan Data Sekunder.
Berdasarkan hasil Analisis Shift-Share menggunakan metode klasik pada tabel menunjukkan bahwa perkembangan komoditi (D ij ) Kabupaten Pacitan pada masa selama diterapkan otonomi daerah (tahun
2001-2007) mengalami kenaikan sebesar 5882. Kenaikan komoditi di Kabupaten Pacitan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini :
1). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Propinsi (N ij )
Perkembangan ekonomi Propinsi Jawa Timur selama tahun pengamatan yaitu tahun 2001-2007 telah mempengaruhi penurunan komoditi Kabupaten Pacitan sebesar -18043.56. Keadaan ini menunjukkan bahwa perubahan komoditi Kabupaten Pacitan sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Perubahan ini terjadi pada semua komoditi. Komoditi yang mengalami penurunan terbesar adalah Sapi di subsektor Peternakan yaitu sebesar -4137.48, komoditi Ubi kayu di subsektor Tanaman bahan makanan sebesar -3407.31 dan komoditi Kelapa di subsektor Perkebunan sebesar -2073.15.
2). Pengaruh Bauran Industri (Mij)
Pengaruh bauran industri secara keseluruhan terhadap perkembangan komoditi Kabupaten Pacitan pada tahun 2001-2007 menurun sebesar -176531.97 . Hal ini berarti kegiatan ekonomi di Kabupaten Pacitan pada kurun waktu tahun 2001-2007 dianggap tidak berkembang atau lebih rendah dari perkembangan ekonomi di tingkat propinsi. Karena nilai M ij diseluruh komoditi adalah negatif maka pengaruh bauran industri dari semua komoditi di Kabupaten Pacitan pada kurun waktu tersebut perkembangannya lebih rendah dari perkembangan komoditi yang sama di Propinsi Jawa Timur.
3). Pengaruh Keunggulan kompetitif (C ij )
Pengaruh komponen keunggulan kompetitif di Kabupaten Pacitan pada masa selama diterapkannya otonomi daerah dalam kurun waktu tahun 2001-2007 berakibat positif bagi perkembangan komoditi Kabupaten Pacitan, yaitu sebesar 200457.53. Subsektor yang menyumbang nilai kontribusi terbesar adalah subsektor Tanaman bahan makanan sebesar 102288.29 dengan komoditi terbesar adalah Padi sebesar 31915.12, subsektor Peternakan sebesar 57719.94 dengan komoditi terbesar Sapi sebesar 45086.29 dan subsektor Perkebunan sebesar 34969.57 dengan komoditi terbesar Kelapa sebesar 22265.93.
3. Analisis Model Ratio Pertumbuhan
Untuk mendukung dari hasil analisis LQ dalam menentukan deskripsi kegiatan ekonomi yang dominan atau potensial bagi Kabupaten Pacitan dalam penelitian ini, maka digunakan pula alat analisis MRP. Pada dasarnya alat analisis MRP sama dengan LQ, namun letak perbedaannya pada kriteria penghitungannya. Pada analisis LQ penghitungannya menggunakan kriteria kontribusi, sedangkan analisis MRP menggunakan kriteria pertumbuhan.
Menurut model MRP ini ada dua macam rasio yang digunakan yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RP R ) dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs). Apabila RP R maupun RPs lebih besar dari satu maka disebut memiliki nilai nominal (+) dan bila RP R dan RPs kurang dari satu maka disebut memiliki nilai nominal (-). Berdasarkan hasil perhitungan
MRP pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah (tahun 1997-2000) di Kabupaten Pacitan, didapat hasil sebagai berikut :
a. Masa Sebelum diterapkannya Otonomi Daerah Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Model Ratio Pertumbuhan
Kabupaten Tahun 1997-2000
Rill Nominal TABAMA
-0.54 - Jagung
3.54 + Ubi kayu
-11.49 - Ubi jalar
6.53 + Kacang tanah
1.05 + Kacang hijau
0 - Sorgum
1.79 + Jambu mente
-5.05 - Kapuk randu
-2.11 - Kerbau
0.45 - Domba
-0.22 - Ayam ras
-105.46 - Itik
0.63 - Perikanan darat
1.54 + Perikanan laut
Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder. Keterangan : RPr = Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi. RPs = Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi.
Berdasarkan hasil perhitungan MRP pada tabel diatas, maka dengan melihat dan membandingkan nilai RP R dan nilai RPs dapat diketahui komoditi apa saja yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Pacitan dan Propinsi Jawa Timur pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah (tahun 1997-2000). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, setiap komoditi diklasifikasikan ssuai dengan analisis MRP yang memberikan empat klasifikasi sebagai berikut : 1). Komoditi pada tingkat Propinsi Jawa Timur dan pada tingkat
Kabupaten Pacitan memiliki pertumbuhan yang menonjol, yaitu : · Subsektor Tanaman Bahan Makanan meliputi : Jagung dan
Kacang Tanah. · Subsektor Perkebunan meliputi : Kelapa dan Kopi. · Subsektor Perikanan : Perikanan darat.
2). Komoditi yang pada tingkat Propinsi Jawa Timur memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Pacitan kurang menonjol (kategori kedua), yaitu : · Subsektor Tanaman Bahan Makanan meliputi : Padi dan
Kacang tanah. · Subsektor Perkebunan : Jambu mente. · Subsektor Peternakan meliputi : Kambing dan Ayam ras.
· Subsektor Perikanan: Perikanan Laut. 3). Komoditi pada tingkat Jawa Timur memiliki pertumbuhan yang
kurang menonjol tetapi di Kabupaten Pacitan memiliki pertumbuhan yang menonjol, yaitu :
· Subsektor Tanaman Bahan Makanan meliputi : Ubi jalar, Kedelai, dan Sorgum.
· Subsektor Perkebunan meliputi : Cengkeh dan Kapuk randu · Subsektor Peternakan meliputi : Kerbau. · Subsektor Kehutanan : Kayu Jati, Rimba dan Kayu bakar.
4). Komoditi yang pertumbuhannya kurang menonjol, baik pada tingkat Propinsi Jawa Timur maupun tingkat Kabupaten Pacitan, yaitu: · Subsektor Tanaman Bahan Makanan meliputi : Ubi kayu · Subsektor Perkebunan meliputi : Kakao · Subsektor Peternakan meliputi : Sapi, Domba dan Itik.
b. Masa Selama diterapkannya Otonomi Daerah. Tabel 4.16. Hasil Perhitungan Model Ratio Pertumbuhan
Kabupaten Pacitan Tahun 2001-2007
Rill Nominal TABAMA
0.10 - Jagung
-0.38 - Ubi kayu
0.15 - Ubi jalar
0.13 - Kacang tanah
-2.45 - Kedelai
0.21 - Kacang hijau
-12.88 - Sorgum
0.09 - Kopi
-8.91 - Jambu mente
0.29 - Kapuk randu
0.56 - Sapi
-0.01 - Kerbau
-0.84 - Kambing
1.75 + Ayam ras
-43.21 - Rimba
-2003.77 - Bakar
0.88 - Perikanan darat
PERIKANAN
-1.91 - Perikanan laut
Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder. Keterangan : RPr = Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi.
RPs = Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi.
Berdasarkan hasil perhitungan MRP pada tabel diatas, maka dengan melihat dan membandingkan nilai RP R dan nilai RPs dapat diketahui komoditi apa saja yang potensial untuk dikembangkan di Berdasarkan hasil perhitungan MRP pada tabel diatas, maka dengan melihat dan membandingkan nilai RP R dan nilai RPs dapat diketahui komoditi apa saja yang potensial untuk dikembangkan di
Kabupaten Pacitan memiliki pertumbuhan yang menonjol berdasarkan hasil perhitungan analisis MRP adalah tidak ada komoditi yang memenuhi pada kategori ini.
2). Komoditi yang pada tingkat Propinsi Jawa Timur memiliki pertumbuhan yang menonjol, tetapi di tingkat Kabupaten Pacitan kurang menonjol (kategori kedua), yaitu : · Subsektor Tanaman Bahan Makanan: Padi, Jagung, Ubi Kayu,
Ubi jalar, Kacang tanah, Kedelai, Kacang hijau, dan Sorgum. · Subsektor Perkebunan : Jambu mente.
· Subsektor Peternakan meliputi : Kerbau · Subsektor Kehutanan : Kayu jati dan bakar.
3). Komoditi yang pada tingkat Jawa Timur memiliki pertumbuhan yang kurang menonjol tetapi di Kabupaten Pacitan memiliki pertumbuhan yang menonjol, yaitu : · Subsektor Perkebunan meliputi : Kelapa, Kapuk randu dan
Kakao · Subsektor Peternakan : Kambing, Domba, Ayam ras, dan Itik. · Subsektor Perikanan : Perikanan laut.
4). Komoditi yang pertumbuhannya kurang menonjol, baik pada tingkat Propinsi Jawa Timur maupun tingkat Kabupaten Pacitan, yaitu:
· Subsektor Perkebunan : Cengkeh dan Kopi · Subsektor Peternakan meliputi : Sapi. · Subsektor Kehutanan : Kayu rimba. · Subsektor Perikanan : Perikanan Darat.
4. Analisis Overlay
Analisis ini digunakan untuk menentukan sektor-sektor ekonomi unggulan maupun potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan (MRP/RPs) dan kriteria kontribusi (LQ). Dengan mempertimbangkan kedua kriteria tersebut, penentuan kegiatan ekonomi yang unggul dan potensial dapat lebih akurat (Maulana Yusuf dalam Lilis Siti Badriah, 2003:152).
a. Masa Sebelum diterapkannya Otonomi Daerah Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten Pacitan
Nominal TABAMA
0.98 - -- Jagung
0.87 - + - Ubi kayu
6.03 + -+ Ubi jalar
0.35 - +- Kacang tanah
0.91 - +- Kacang hijau
0.00 - -- Sorgum
0.95 - +- Jambu mente
1.27 + -+ Kapuk randu
0.30 - +- Kakao
0.65 - -- Kerbau
0.15 - +- Kambing
1.06 + -+ Domba
1.03 + -+ Ayam ras
0.01 - -- Itik
0.23 - --
0.00 - +- Rimba
0.07 - +- Bakar
perikanan darat
0.31 - +- perikanan laut
0.42 - --
Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder. Keterangan : RPs = Rasio Pertumbuhan wilayah studi.
LQ = Location Quotient.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Overlay pada tabel diatas, maka dapat dilihat komoditi unggulan maupun potensial di Kabupaten Pacitan berdasarkan kriteria pertumbuhan (MRP/RPs) dan kriteria kontribusi (LQ) pada masa sebelum pelaksanaan otonomi daerah (tahun 1997-2000). Hasil penelitian tersebut kemudian setiap subsektornya diklasifikasikan sesuai dengan analisis Overlay yang memberikan klasifikasi sebagai berikut :
1) Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), merupakan suatu sektor/subsektor yang dominan baik dari segi pertumbuhan maupun dari segi kontribusi, berarti sektor/subsektor tersebut sebagai sektor/subsektor unggulan di Kabupaten Pacitan. Sektor/subsektor yang termasuk dalam klasifikasi ini, yaitu : · Subsektor Tanaman Bahan Makanan meliputi : Kacang Tanah
dan Sorgum. · Subsektor Perkebunan meliputi : Kelapa dan Cengkeh.
2). Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-), berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang potensial karena walaupun kontribusinya rendah tetapi pertumbuhannya tinggi. Sektor ini sedang mengalami perkembangan. Subsektor yang termasuk kategori ini yaitu : · Subsektor Tanaman Bahan Makanan : Jagung, Ubi Jalar dan
Kedelai. · Subsektor Perkebunan meliputi : Kopi dan Kapuk randu.
· Subsektor Peternakan : Kerbau
· Subsektor Kehutanan : Kayu jati, Rimba, dan Bakar. · Subsektor Perikanan: Perikanan darat.
3). Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), merupakan sektor/subsektor yang memiliki pertumbuhan yang kecil tetapi kontribusinya besar. Sektor/subsektor ini dimungkinkan sebagai sektor/subsektor yang sedang mengalami penurunan. Subsektor yang termasuk kategori ini, yaitu : · Subsektor Tanaman Bahan Makanan meliputi : Ubi Kayu. · Subsektor Perkebunan meliputi : Jambu Mente dan Kakao. · Subsektor Peternakan meliputi : Kambing dan Domba.
4). Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), merupakan suatu sektor/subsektor yang tidak dominan baik dari segi pertumbuhan maupun segi kontribusi. Sektor/subsektor yang termasuk kategori ini, yaitu :
· Subsektor Tanaman Bahan Makanan : Padi dan Kacang hijau. · Subsektor Peternakan : Sapi, Ayam ras, dan Itik. · Subsektor Perikanan : Perikanan darat.
b. Masa Selama diterapkannya Otonomi Daerah Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten Pacitan
Tahun 2001-2007
Nominal TABAMA
0.77 - -- Jagung
0.92 - -- Ubi kayu
6.75 + -+ Ubi jalar
0.44 - -- Kacang tanah
2.13 + -+ Kedelai
0.83 - -- Kacang hijau
0.03 - -- Sorgum
7.38 + -+ Kopi
0.89 - -- Jambu mente
0.94 - -- Kapuk randu
0.22 - +- Kakao
0.71 - -- Kerbau
Sapi
0.14 - -- Kambing
0.92 - +- Domba
0.92 - +- Ayam ras
0.03 - +- Itik
0.30 - -- Rimba
0.20 - -- Bakar
0.02 - --
perikanan darat
0.10 - -- perikanan laut
Sumber : Hasil Olahan Data Sekunder. Keterangan : RPs = Rasio Pertumbuhan wilayah studi.
LQ = Location Quotient.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Overlay pada tabel diatas, maka dapat dilihat komoditi unggulan maupun potensial di Kabupaten Pacitan berdasarkan kriteria pertumbuhan (MRP/RPs) dan kriteria kontribusi (LQ) pada masa selama pelaksanaan otonomi daerah (tahun 2001-2007). Hasil penelitian tersebut kemudian setiap subsektornya diklasifikasikan sesuai dengan analisis Overlay yang memberikan empat klasifikasi sebagai berikut :
1) Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), merupakan suatu sektor/subsektor yang dominan baik dari segi pertumbuhan maupun dari segi kontribusi, berarti sektor/subsektor tersebut sebagai sektor/subsektor unggulan di Kabupaten Pacitan. Subsektor yang termasuk dalam klasifikasi ini, yaitu : · Subsektor Perkebunan meliputi : Kelapa dan Kakao.
2) Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-), merupakan sektor yang potensial karena walaupun kontribusinya rendah tetapi pertumbuhannya tinggi. Sektor ini sedang mengalami perkembangan.. Subsektor yang termasuk kategori ini, yaitu : · Subsektor Perkebunan meliputi : Kapuk randu. · Subsektor Peternakan : Kambing, Domba, Ayam ras, dan Itik. · Subsektor Perikanan : Perikanan laut.
3) Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), merupakan sektor/subsektor yang memiliki pertumbuhan yang kecil tetapi kontribusinya besar. Sektor/subsektor ini dimungkinkan sebagai sektor/subsektor yang 3) Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), merupakan sektor/subsektor yang memiliki pertumbuhan yang kecil tetapi kontribusinya besar. Sektor/subsektor ini dimungkinkan sebagai sektor/subsektor yang
Kacang tanah, dan Sorgum. · Subsektor Perkebunan meliputi : Cengkeh.
4) Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), merupakan suatu sektor/subsektor yang tidak dominan baik dari segi pertumbuhan maupun segi kontribusi. Sektor/subsektor yang termasuk kategori ini, yaitu :
· Subsektor Tanaman Bahan Makanan : Padi, Jagung, Ubi jalar, Kedelai, dan Kacang hijau. · Subsektor Perkebunan : Kopi dan Jambu Mente.
· Subsektor Peternakan : Sapi dan Kerbau. · Subsektor Perikanan : Perikanan darat.