STUDI LAPANGAN
BAB III STUDI LAPANGAN
A. TINJAUAN LOKASI
1. Surakarta
Surakarta, juga disebut Solo (dieja /sôlô/ atau /sóló/ dengan O Jawa) atau Sala, adalah kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Sisi timur kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Akibat perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton, menjadikan kota ini pernah menjadi kota dengan dua administrasi. Situasi ini berakhir setelah kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia. Selanjutnya, Solo menjadi tempat kedudukan dari residen, yang membawahi Karesidenan Surakarta hingga tahun 1950-an. Setelah karesidenan dihapuskan, Surakarta menjadi kota dengan kedudukan setara kabupaten (Daerah Tingkat II). Semenjak berlakunya UU Pemerintahan Daerah yang memberikan banyak hak otonomi bagi pemerintahan daerah, Surakarta menjadi daerah berstatus Kota. Surakarta memiliki semboyan "Berseri", akronim dari "Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah", sebagai slogan pemeliharaan keindahan kota. Untuk kepentingan pemasaran pariwisata, Solo mengambil slogan pariwisata Solo, The Spirit of Java (Jiwanya Jawa) sebagai upaya pencitraan kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta)
Lokasi yang dipergunakan untuk bangunan adalah : Lokasi proyek Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa diasumsikan berada di Jalan Brigjen Slamet Riyadi 201 Surakarta. Tepatnya berada di kawasan Gedung Batari.
Gambar 3.1. Peta lokasi Sumber: petakotaindonesia.wordpress.com
Adapun alasannya, antara lain adalah sebagai berikut: Surakarta adalah ikon kota budaya dan pariwisata. Jalan Brigjen Slamet Riyadi Surakarta terkenal sebagai jalan protokol atau
pusat bisnis serta wisata budayanya karena berdekatan dengan Keraton Mangkunegaran, Keraton Kasunanan, Museum Radya Pustaka, Sriwedari, Pasar Klewer dan Kampoeng Batik Kaoeman.
Jalan Brigjen Slamet Riyadi Surakarta berada di lokasi yang mudah dijangkau oleh berbagai macam transportasi seperti Solo Batik Trans, Bus umum dan angkutan umum. Selain itu ada juga Bus Tingkat Double Dekker yang selalu melewati jalan Slamet Riyadi apabila bus sedang dicarter oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
B. TINJAUAN LAPANGAN
1. Museum Nasional
a. Lokasi Museum Nasional Indonesia. Jl. Merdeka Barat No 12, Jakarta Pusat.
b. Deskripsi Lingkup Kajian Interior Museum Nasional Jakarta : • Museum Nasional Jakarta menggunakan sistem organisasi grid dan
sirkulasi grid. • Untuk lantai menggunakan keramik dan marmer.
Keramik dan marmer digunakan pada ruang-ruang yang berbeda sesuai dengan koleksi yang dipamerkan dan ada yang membentuk pola lantai.
• Untuk dinding menggunakan cat tembok warna putih. • Untuk langit-langit menggunakan gypsum, permainan drop ceiling dan
up ceiling, dan dicat warna. • Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari jendela dan langit-
langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik. • Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu, serta
penghawaan buatan dari AC. • Sistem keamanan menggunakan tabung pemadam, sprinkle, dan cctv. Studi lapangan Ruang Museum Nasional Indonesia dilakukan untuk mengamati sistem display koleksi, sistem pencahayaan terhadap koleksi dan sistem keamanan koleksi.
c. Sistem display Museum Nasional Indonesia Sistem display
Gambar 3.2. Ruang Introduction Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 3.3. Display Vitrin Kayu Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 3.4. Display Vitrin Ruang Khasanah Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011
Sistem Interior
Gambar 3.5. Langit-langit (Ceiling) Gambar 3.6. Pencahayaan (Downlight)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber : Dokumentasi Pribadi
2. Museum Keraton Kasunanan Surakarta
a. Lokasi Museum Keraton Kasunanan Surakarta. Baluwarti Pasar Kliwon Surakarta Hadiningrat.
Kajian Interior Museum Keraton Kasunanan Surakarta : • Keraton Kasunanan Surakarta menggunakan sistem organisasi linier dan
sirkulasi linier. • Untuk lantai menggunakan tegel polos. Keramik ini termasuk keramik yang sudah tua dan langka, tetapi keramik ini mempunyai kelebihan yaitu membuat hangat dan mudah dibersihkan.
• Untuk dinding menggunakan cat tembok warna putih. • Untuk langit-langit menggunakan gypsum, rangka kayu yang di expose,
permainan drop ceiling dan up ceiling, dan dicat warna. • Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari jendela dan langit-
langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik. • Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu, serta penghawaan buatan dari AC. • Sistem keamanan menggunakan tabung pemadam.
3. Dapur Tradisional Ibu Juminah
Lokasi Lokasi dapur tradisional milik Ibu Juminah berada di Klego Boyolali Jawa Tengah. Dapur dan alat dapur tradisional sudah dimiliki selama 27 tahun hingga saat ini.
Gambar 3.7. Suasana Dapur Tradisional Gambar 3.8. Pogo Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
(tempat untuk menaruh piranti memasak) Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Gambar 3.9. Piranti memasak Gambar 3.10.Gentong air dan Siwur (alumunium/stainless steel) Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012 Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Deskripsi Lingkup Kajian Dapur Tradisional milik Ibu Juminah: • Untuk lantai menggunakan concrete. • Untuk dinding menggunakan bilik bambu (gedhek) dan kayu.
• Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari pintu, jendela dan
langit-langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik. • Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu.
4. Dapur Gondorasan Keraton Kasunanan Surakarta
Lokasi Lokasi Dapur Gondorasan Keraton Kasunanan Surakarta berada tepat di belakang Keraton Kasunanan Surakarta yaitu di jalan Gondorasan RT 01 RW VII Baluwarti Surakarta. Dapur Gondorasan adalah salah satu dari 4 dapur yang dimiliki Keraton Kasunanan Surakarta. Empat dapur tersebut yaitu :
1. Dapur Sekolanggen
2. Dapur Ngirosuman (terletak di dalam Keraton)
3. Dapur Koken (dapur koki Keraton)
4. Dapur Gondorasan
Gambar 3.11.Suasana Dapur Sesaji Gondorasan Gambar 3.12.Bak tempat menyimpan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
air bersih Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
Gambar 3.13. Peralatan masak dapur Gondorasan Gambar 3.14. Pogo Andap Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
(tempat untuk menyiapkan sesaji) Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2011
Deskripsi Lingkup Kajian Dapur Gondorasan Keraton Kasunanan Surakarta: • Untuk lantai menggunakan concrete. • Untuk dinding menggunakan dinding yang di cat, bilik bambu (gedhek)
dan kayu. • Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari pintu, jendela dan
langit-langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik. • Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu.
5. Museum Dapur Tradisional
Lokasi Lokasi Museum Dapur Tradisional berada di Desa Wisata, Kembangarum, Turi, Sleman Yogyakarta.
Gambar 3.15 Fasade Museum Dapur Tradisional Sleman Yogyakarta
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Gambar 3.16. Display alat masak Gambar 3.17.Display alat masak gerabah Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Deskripsi Lingkup Kajian Museum Dapur Tradisional: • Untuk lantai menggunakan tegel atau ubin. • Untuk dinding menggunakan bata ekspos, bilik bambu (gedhek) dan kayu. • Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari pintu, jendela dan
langit-langit, serta pencahayaan buatan dari lampu teplok. • Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu. Macam-macam alat dapur tradisional yang ada di Museum Dapur Tradisional Yogyakarta :
1. Tenggok : tempat hasil bumi, padi
2. Tampah : alat untuk membersihkan padi dari kulitnya (nginteri)
3. Tambir : menjemur lempeng
4. Irus : untuk mengambil sayur
5. Solet : mengaduk nasi sebelum matang
6. Siwur : mengambil air
7. Beruk : untuk takaran mengambil beras/gabah 1 kg
8. Pithi : untuk takaran mengambil beras/gabah ½ kg
9. Kukusan : untuk mengukus nasi/singkong
10. Dandang : untuk mengukus nasi/singkong
11. Ceret : untuk merebus air
12. Kalo : menyaring ampas kelapa
13. Kereng : tempat untuk memasak (dengan kayu)
14. Kwali : untuk masak sayur
15. Ketel : untuk memasak nasi
16. Genthong : tempat menyimpan air
17. Kendhi : tempat menyimpan air matang untuk minum
18. Pisau : untuk mengupas/merajang/alat potong
19. Bendho : untuk membelah kayu
20. Arit : alat untuk mencari rumput
21. Slumbat : mengupas kelapa dari sabutnya
22. Semprong : meniup agar bara api menjadi api/api menyala
23. Dingklik : untuk duduk
24. Telenan (besar,sedang) : meracik bumbu
25. Parut : memarut kelapa/bumbu pawon
26. Erok-erok : alat untuk meniriskan
27. Suthil : alat penggoreng/pembalik
28. Kerokan sawut : ngerok ketela menjadi sawut
29. Cangkir : untuk tempat minum
30. Gelas : untuk tempat minum
31. Piring : untuk tempat makan
32. Mangkok : tempat makanan yang berkuah
33. Cowek : tempat untuk membuat sambal/bumbu
34. Irik : membersihkan sayur/mencuci
35. Rigen :
36. Tepas : alat untuk mengipas
37. Dipan : tempat racik-racik (di desa)
38. Kloso/tikar : alas
39. Botol guci : tempat untuk menyimpan minyak kelapa
40. Kendil : kwali kecil untuk tempat sayur
41. Dingkel : tempat perapian untuk menanak nasi, sayur secara bersamaan
42. Wakul : untuk menyajikan nasi kapasitas banyak
43. Senik : tempat menyimpan bumbu-bumbu
44. Lumpang : tempat untuk menumbuk padi/beras
45. Pitisan : tempat untuk membuat jamu
46. Ungkal : untuk mengasah pisau
6. Museum Monumen Jogja Kembali
Lokasi Lokasi Museum Monumen Jogja Kembali berada di Yogyakarta.
Gambar 3.18. Diorama Suasana Dapur Gambar 3.19. Diorama alat-alat masak zaman perang Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012 Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Gambar 3.20. Fasade Museum Monumen Jogja Kembali Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2012
Deskripsi Lingkup Kajian Museum Monumen Jogja Kembali: • Untuk lantai menggunakan tegel atau ubin, keramik dan marmer. • Untuk dinding menggunakan tembok yang dicat, bata ekspos, bilik bambu
(gedhek) dan kayu. • Pencahayaan menggunakan pencahayaan alami dari pintu, jendela dan
langit-langit, serta pencahayaan buatan dari lampu listrik. • Penghawaan menggunakan alami dari jendela dan pintu-pintu, serta menggunakan penghawaan buatan seperti AC. • Benda-benda yang dipamerkan berada dalam vitrin. • Diorama orang memasak di dapur tradisional.