DESAIN INTERIOR MUSEUM PAWON TRADISIONAL JAWA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN MODERN EVOKATIF

DESAIN INTERIOR MUSEUM PAWON TRADISIONAL JAWA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN MODERN EVOKATIF

Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Unversitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh : DESMILLA NUR HIDAYAHMI

JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERNYATAAN

Nama : Desmilla Nur Hidayahmi NIM : C

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta dengan Pendekatan Modern Evokatif ” adalah benar – benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan

orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh.

Surakarta, Juli Yang membuat pernyataan,

Desmilla Nur Hidayahmi NIM. C

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pula (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

(QS. Al Insyirah: -)

Dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).

(QS. Al Hasyr: )

Jika kalian bersyukur (terhadap nikmatKu) niscaya akan Aku tambah dan jika kamu kufur terhadap NikmatKu, sesungguhnya siksaku amatlah pedih.

(QS. Ibrahim: )

Pengetahuan tidaklah cukup, maka kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, maka kita harus melakukannya.

(Wolfgang)

Hidup bukan untuk main-main, Tentukan tujuanmu agar hidupmu menjadi bukan main.

(Dr. Ibrahim Fiqy)

Masalah yang timbul tidak akan menciptakan otak baru dikepalamu, masalah yang timbul membuat otakmu untuk berfikir.

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada: . Ibu dan Bapak tercinta yang telah mencurahkan segalanya untuk menjadikanku anak yang berbakti bagi agama, guru, teman dan keluarga.

. Sahabat dan kawan-kawan di Jurusan Desain

Interior, terutama angkatan

, kawan Kriya Tekstil, G_Sorru yang menjadi semangat untukku.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan laporan Tugas Akhir dengan judul Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa Di Surakarta Dengan Pendekatan Modern Evokatif.

Namun bukan tanpa halangan laporan Tugas Akhir dapat penulis selesaikan dengan baik. Penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan dan masukan dari pelbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

. Anung B Studyanto, S.Sn. M.T , selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik penulis.

. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir. . Mulyadi, S.Sn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir. . Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Dosen Koordinator Tugas Akhir. . Segenap Dosen Jurusan Desain Interior dan Karyawan. . Narasumber penulis : Ibu Suryo Samtono, Ibu Juminah, Bapak Heri, Ibu

Makmuri, Ibu Darto sekeluarga yang membantu mencari data literatur dan data lapangan.

. Ibu, ayah, kakak, adik-adik, seluruh keluarga yang telah memberikan doa, semangat dan materi.

. Darla Wu, mamah Dina, Iinta, Pak Risard, Huniw, darla Riphki dan Faridul yang telah membantu, memberikan doa, semangat serta perhatian, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan lancar. . Ikhsanudin, my beloved, atas doa, cinta, kasih sayang, semangat dan

perhatian. . Teman-teman seperjuangan, nyah Nita, darla Titik, mii mii Anityas, Nia,

Tika, Erika, Bayu, Dina, Agus, Anggrayni Junet, Ayu, Esti, mas Christof, mbag Reike, mas dayat, mas Budi, mbag Lamia, Gista dan teman-teman Desain Interior.

Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat kesalahan dan kekeliruan sehingga dengan sangat terbuka penulis mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaannya.

Surakarta, Juli

Penulis

DESAIN INTERIOR MUSEUM PAWON TRADISIONAL JAWA DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN MODERN EVOKATIF

Desmilla Nur Hidayahmi ,

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn ,

Mulyadi, S.Sn, M.Ds

ABSTRAK

. Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta Dengan

Pendekatan Modern Evokatif. Laporan Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta Dengan Pendekatan Modern Evokatif merupakan perancangan sebuah bangunan yang berbentuk museum sebagai pusat edukasi, informasi dan entertainment dengan fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Area Pamer, Ruang Audiovisual, Souvenir Shop dan Restoran yang dibalut suasana dapur tradisional jaman dahulu di jaman modern saat ini supaya pengunjung mendapatkan kesan setelah mengunjungi museum, pengunjung tidak hanya melihat dan membaca saja tetapi memahami dan mengerti tentang apa maksud dibalik benda-benda pameran yang ada. Permasalahan yang dibahas dalam perancangan ini adalah : ( ) Bagaimana mendesain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment? ( ) Bagaimana mendesain sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik di dalam Museum Pawon Tradisional Jawa? ( ) Bagaimana menerapkan konsep evokatif dan modern dalam mewujudkan atmosfer interior yang sesuai untuk Museum Pawon Tradisional Jawa?

Perancangan ini bertujuan : ( ) Terciptanya desain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment. ( ) Terciptanya sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik dan terarah di dalam Museum Pawon Tradisional Jawa. ( ) Terciptanya rancangan Museum Pawon Tradisional Jawa yang dapat menghadirkan atmosfer interior dengan konsep modern evokatif. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah berupa metode desain penarikan pemecahan masalah dengan konsep desain. Proses desain dimulai dengan perumusan permasalahan proyek. Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan dapat ditarik pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan desain kemudian diaplikasikan sebagai keputusan konsep desain.

Dari analisis disimpulkan beberapa hal : ( ) Penggunaan tema yang sesuai dengan tujuan ruang akan membangun suasana dan karakter ruang. ( ) Suasana dan karakter ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan bagi pengguna ruang.

Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

INTERIOR DESIGN OF JAVANESE TRADITIONAL PAWON MUSEUM IN SURAKARTA MODERN EVOCATIVE DESIGN APPROACH

Desmilla Nur Hidayahmi ,

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn ,

Mulyadi, S.Sn, M.Ds

ABSTRACT

. Interior Design Of Javanese Traditional Pawon Museum in Surakarta;Modern

Evocative Design Approach. Final Studio Report: Interior Design Department, Letters and Fine Arts Faculty Sebelas Maret University Surakarta.

Interior Design Of Javanese Traditional Pawon Museum in Surakarta;Modern Evocative Design Approach is building planning for museum that purposed as education, information and entertainment center with complex means and facilities include exhibition area, audiovisual room, souvenir shop, and restaurant which wraps by the atmostphere of traditional kitchen in modern appearance so visitor could get impression after visit museum, visitor does not only see and read but also understanding the aim behind the exhibition objects. Problems which are tried to be solved in this design process are: ( ) How to design the Javanese Traditional Pawon Museum’s interior that has educative, informative, and entertainmetn function? ( ) How to design good circulation system and object arranging in the Javanese Traditional Pawon Museum? ( ) How to apply evocative and modern concept in order to create right interior atmosphere for the Javanese Traditional Pawon Museum?

The design is purposed to: ( ) Created the Javanese Traditional Pawon Museum’s interior design that has educative, informative, and entertainment function. ( ) Created good and aimed circulation system and object arranging in the Javanese Traditional Pawon Museum. ( ) Created the Javanese Traditional Pawon Museum planning that could present modern evocative concept in interior atmosphere. Method used is deduction problem solving design method with design concept. Design process was started with formulating main problems. Based on literature and field visiting study, it can be chose the appropriate design approach. This approach then is applied as conceptual design decision.

From the process, it can be concluded that: ( ) Application of the theme that is suitable with room function can create room atmosphere and character. ( ) Atmosphere and character of the room might be significant factors in creating comfort for its user.

Student of Interior Design Department [ID Number C

Main Supervisor

Supervisor

. Pembentuk Ruang ....................................................... . Pengisi Ruang ............................................................. . Sistem Interior .............................................................

B. KONSEP DESAIN . Ide Gagasan .................................................................

. Tema ............................................................................ . Suasana Ruang ............................................................ . Pola Penataan Ruang ...................................................

. Pembentuk Ruang .......................................................

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................

B. SARAN ............................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... LAMPIRAN ....................................................................................................

Gambar . Ilustrasi organisasi linier .......................................................... .. Gambar . Ilustrasi organisasi radial ............................................................ Gambar . Ilustrasi organisasi cluster ........................................................... Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur linier ................................................... Gambar . Ilustrasi konfigurasi jalur radial ..................................................

DAFTAR SKEMA

Skema . Struktur Organisasi ....................................................................... Skema . Pola Kegiatan Pengunjung ............................................................ Skema . Pola Kegiatan Pengelola ............................................................... Skema . Pola Kegiatan Karyawan ...............................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Orang Jawa mengenal adanya tiga ungkapan yang sangat penting dalam hidup yaitu sandang, pangan, dan papan. Artinya, dalam hidup manusia Jawa memerlukan tiga hal yang sangat penting yaitu: sandang (pakaian) untuk membalut tubuh supaya terlindung dari dingin, panas, dan untuk estetika; pangan (makan) adalah makanan yang harus ada untuk dimakan sebagai syarat untuk bertahan hidup; dan papan (rumah atau omah) sebagai tempat berteduh atau tempat tinggal.

Pawon atau dapur sebagai bangunan tambahan, tidak dianggap sebagai bangunan pokok atau penting, dan konstruksi bangunan dapur sangat sederhana. Oleh karena itu untuk membuat dapur tidak diperlukan persyaratan yang rumit seperti akan membuat rumah induk yang memerlukan perhitungan waktu (primbon). Pandangan hidup orang Jawa menandaskan bahwa kekuatan seseorang bukanlah tergantung pada banyaknya makanan yang masuk kedalam tubuh, melainkan kepada tekat dan batin. Orang tidak akan menjadi lemah tubuhnya hanya karena sedikit makan, bahkan sebaliknya, orang akan memperoleh ‘kekuatan’ karena sering melaksanakan ‘ngurang-ngurangi makan dan tidur (tirakat atau asketis).

Pawon pada zaman dahulu adalah simbol keberadaan wanita Jawa, laki- laki dilarang memasuki kawasan Pawon karena Pawon bukan tempatnya laki- laki. Memasak adalah penggunaan panas pada bahan makanan agar bahan makanan tersebut bisa dimakan. Memasak menjadikan suatu bahan makanan menjadi matang, mudah untuk dicerna, menjadi enak, dan merubah bahan makanan dari segi rasa, rupa, warna, dan lain-lain. Intinya adalah bahwa memasak itu membuat bahan makanan menjadi makanan yang siap dimakan dengan menggunakan energi panas. Memasak juga harus menggunakan peralatan yang dipergunakan untuk memasak dan menyiapkan atau mengolah makanan. Alat masak yang digunakan juga mempengaruhi cita rasa dari masakan tersebut.

masakan yang dimasak karena bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat masak tradisional adalah dari bahan alami yang didapat dari alam sekitar dibandingkan alat masak modern pada zaman sekarang. Akan tetapi, alat masak tradisional mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan waktu lama dalam proses memasaknya dibandingkan alat masak modern yang hanya membutuhkan waktu yang sedikit untuk proses memasak yang cepat.

B. BATASAN PERANCANGAN

1. Permasalahan Tugas Akhir ini dibatasi pada substansi desain interior.

2. Obyek bangunan fasilitas umum yang berupa Museum Pawon Tradisional

Jawa di Surakarta seluas 1200-1500 m 2 .

3. Desain interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta meliputi:  Area edukatif  Area Pam er  Workshop

 Area informatif  Lobby  Ruang Int roduct ion

 Area operasional  Lobby  Office  Cont rol Room

4. Daerah perancangan terletak di kota Surakarta. Site Plan Lokasi proyek Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa diasumsikan berada di Jalan Brigjen Slamet Riyadi 201 Surakarta. Tepatnya berada di kawasan Gedung Batari.

C. RUMUSAN PERANCANGAN

1. Bagaimana mendesain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment?

2. Bagaimana mendesain sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik di dalam Museum Pawon Tradisional Jawa?

3. Bagaimana menerapkan konsep evokatif dan modern dalam mewujudkan atmosfer interor yang sesuai untuk Museum Pawon Tradisional Jawa?

D. TUJUAN PERANCANGAN

1. Terciptanya desain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment.

2. Terciptanya sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik dan terarah di dalam Museum Pawon Tradisional Jawa.

3. Terciptanya rancangan Museum Pawon Tradisional Jawa yang dapat

menghadirkan atmosfer interior dengan konsep modern evokatif.

E. SASARAN PERANCANGAN

1. Pengguna - Siswa sekolah dan Mahasiswa - Penggagas Budaya dan Wisatawan - Masyarakat umum

2. Pengelola - Pemilik Museum Pawon Tradisional Jawa

3. Operator

- Karyawan dan pengelola Museum Pawon Tradisional Jawa

F. MANFAAT PERANCANGAN

1. Bagi Penulis/Desainer

a. Mengenal dan menambah wawasan mengenai desain interior dan museum.

b. Mengembangkan daya imajinatif, ide dan gagasan mengenai sistem interior yang berkaitan dengan bangunan museum yang memiliki nilai edukatif, informatif dan entertainment.

c. Mengembangkan kreatifitas dalam perancangan interior bangunan.

2. Bagi Dunia Akademik

a. Memberikan informasi mengenai pengetahuan dapur tradisional.

b. Memberikan referensi baru dalam rancangan sebuah desain.

3. Bagi Masyarakat

a. Memberikan solusi tempat rekreasi edukatif serta informatif tentang museum dapur tradisional.

G. METODE DESAIN

Pemecahan masalah dengan metode penarikan konsep desain sebagai jawaban, melalui proses análisis yang ditunjang dengan studi literatur dan studi lapangan. Seperti yang ditunjukkan pada skema 1.

Skema I.1. Skema Metode Desain

Judul

Latar Belakang Masalah

Batasan Masalah

Rumusan Masalah

Studi Literatur

Studi Lapangan

Analisis

Keputusan (konsep desain)

H. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN Membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, serta tujuan dan manfaat dari tugas akhir.

BAB II KAJIAN LITERATUR Menguraikan data literatur mengenai obyek permasalahan dan pemecahan masalah.

BAB III KAJIAN LAPANGAN Membahas tinjauan lokasi bangunan berada. Alasan pemilihan lokasi serta kelebihan dan kekurangan dari lokasi. Memaparkan hasil observasi lapangan yang berkaitan dengan obyek permasalahan. Kajian interior dari obyek hasil observasi.

BAB IV ANALISIS

Berisi programming. BAB V KONSEP Yaitu kesimpulan konsep desain sebagai pemecahan masalah. DAFTAR PUSTAKA Menuliskan sumber-sumber yang dipakai dalam mengerjakan penulisan.

LAMPIRAN Sajian skema, gambar dan tabel yang mendukung data pemecahan masalah.

BAB II KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN JUDUL

1. Judul

“Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa Dengan Pendekatan Modern Evokatif di Surakarta”

2. Definisi Judul

a. Desain

 Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138)  Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan dimanan titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara tepisah atau tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling kait mengkait. (Desain Interior, 1999 : 12)

 Suatu aktifitas pemecahan masalah yang diarahkan kepada tujuan (goal). (Acher, 1963) (Kumpulan Istilah Desain Interior, Rahmanu Widayat)

b. Interior  Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di

ruang dalam gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).

c. Museum  Suatu bangunan atau institusi dimana objek artistik, historis, atau ilmu pengetahuan yang mempunyai nilai penting dijaga, dipelajari, dan dipamerkan. (Kumpulan Istilah Desain Interior, Rahmanu

Widayat)

d. Pawon  Sebuah kata dari Bahasa Jawa yang mempunyai arti tempat yang

digunakan untuk kegiatan memasak. (KBBI online) digunakan untuk kegiatan memasak. (KBBI online)

f. Jawa  Sebuah pulau yang memiliki daerah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah

dan Jawa Timur. (KBBI online)

g. Modern  Yang terbaru, tidak tradisional.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 370).

h. Evokatif  Penyajian pameran yang memberikan gambaran tentang fungsi benda

dalam konsteksnya dengan masa lalu. (Pariwisata Budaya Masalah dan Solusinya, 2006 : 14).

i. Surakarta  kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah disebut juga Solo atau

Sala. (Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas)

“Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa Dengan Pendekatan Modern Evokatif di Surakarta” adalah perancangan sebuah bangunan yang berbentuk museum sebagai pusat edukasi, informasi dan entertainment dengan fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Area Pamer, Ruang Audiovisual, Souvenir Shop dan Restoran bagi para pengunjung yang dibalut suasana dapur tradisional jaman dahulu di jaman modern saat ini, supaya pengunjung mendapatkan kesan setelah mengunjungi museum, pengunjung tidak hanya melihat dan membaca saja tetapi memahami dan mengerti tentang apa maksud dibalik benda-benda pameran yang ada. Tetapi dalam pengaplikasiannya tidak hanya bentuk evokatif saja yang dipamerkan tetapi unsur-unsur modern juga tetap diperlihatkan.Penyampaian informasi yang menarik dan terkonsep, tidak hanya suasana yang selalu tradisional maka dari itu diselaraskan dengan bentuk “Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa Dengan Pendekatan Modern Evokatif di Surakarta” adalah perancangan sebuah bangunan yang berbentuk museum sebagai pusat edukasi, informasi dan entertainment dengan fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Area Pamer, Ruang Audiovisual, Souvenir Shop dan Restoran bagi para pengunjung yang dibalut suasana dapur tradisional jaman dahulu di jaman modern saat ini, supaya pengunjung mendapatkan kesan setelah mengunjungi museum, pengunjung tidak hanya melihat dan membaca saja tetapi memahami dan mengerti tentang apa maksud dibalik benda-benda pameran yang ada. Tetapi dalam pengaplikasiannya tidak hanya bentuk evokatif saja yang dipamerkan tetapi unsur-unsur modern juga tetap diperlihatkan.Penyampaian informasi yang menarik dan terkonsep, tidak hanya suasana yang selalu tradisional maka dari itu diselaraskan dengan bentuk

B. KAJIAN OBYEK

1. Museum

1.1. Sejarah Museum Manusia memiliki naluri melakukan pengumpulan (collection instinct). Hal ini telah dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropa bahwa naluri ini telah ada pada manusia Neanderthal di Eropa kira-kira 8500 tahun yang lalu sebagai buktinya dengan ditemukan koleksi berupa kepingan-kepingan oker (jenis batuan berwarna), serta kerang-kerangan yang ditemukan di dalam gua-gua bekas tempat tinggal manusia Neanderthal. Kumpulan koleksi ini merupakan bentuk tata pameran tertua dibidang permuseuman, sedangkan lembaga museum tertua di dunia dirintis oleh Ptolomeus I di kota Iskandaria, Mesir sekitar 300 SM.

Pada awal perkembangannya, museum merupakan storage khusus kaum bangsawan guna menyimpan dan memamerkan bukti- bukti kebesaran mereka. Pada saat ini, museum lebih menyerupai kuil yang hanya dapat dikunjungi oleh kalangan terbatas dan berkelas tertentu. Dalam perkembangan berikutnya, memasuki era modern museum lebih terbuka, bahkan kemudian harus terbuka untuk umum.

Sejarah perkembangan museum di Indonesia diawali ketika Rumphius mendirikan De Ambonsch Pairtenmaker di Ambon pada tahun 1662. Disusul tahun 1778 Dinas Purbakala Hindia Belanda mendirikan Bataviaasch Genootscap Van Kunsten en Westenchappen yangn kini lebih dikenal dengan Museum Nasional atau Museum Gajah. Kemudian pada tahun 1915 didirikan Museum Bali di Denpasar dan pada tahun 1935 di Yogyakarta didirikan Museum Sono Budoyo, di Surakarta didirikan Museum Radya Pustaka.

Bangunan museum bukan hanya terdiri dari satu ruang pameran saja, namun ada beberapa ruang lain yang berada di dalam perancangan.

Konsep sebuah ruangan mempunyai 3 dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi. Ruang sendiri dapat dirasakan secara subyektif dan dibatasi oleh elemen-elemen buatan seperti garis, bidang maupun elemen-elemen alam. Ruang pameran diharapkan bisa memainkan peranan yang sungguh nyata dan dinamis. (Ernes Maryanto, 2000: 21).

Secara Internasional kerjasama dibidang kebudayaan dipercayakan kepada UNESCO. Bidang permuseuman UNESCO membentuk International Council Of Museum, yang pada tahun 1981 mempunyai kurang lebih 7000 anggota dari negara anggota PBB.

1.2. Tugas, Fungsi, dan Tujuan Museum

a. Tugas Museum Museum mempunyai tugas yaitu:

1) Mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan bukti meterial manusia dan lingkungannya.

2) Melayani masyarakat dan perkembangannya.

3) Untuk tujuan pendidikan dan perkembanganya. ( Moh. Amir Sutaarga;1975 : 2 ) Dalam buku Persoalan Museum, disebutkan tugas museum adalah:

1) Menghindarkan bangsa dari kemiskinan kebudayaan.

2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.

3) Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara

massal.

4) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.

5) Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan siswa-siswa kemuseum.

6) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah

b. Fungsi Museum Museum mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.

2) Pusat penyaluran ilmu untuk umum.

3) Pusat peningkatan apresiasi budaya.

4) Pusat perkenalan kebudayaan antar daerah dan antar bangsa.

5) Sumber inspirasi

6) Objek pariwisata

7) Media pembinaan pendidikan.

8) Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan.

9) Media bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Museum menurut ICOM mempunyai fungsi sebagai berikut:

1) Mengumpulkan dan pengaman warisan alam dan budaya.

2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.

3) Konservasi dan preservasi.

4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum.

5) Pengenalan dan penghayatan kesenian.

6) Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa.

7) Visualisasi warisan alam dan budaya.

8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.

9) Pembangkit rasa bertkwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

c. Tujuan Museum

Tujuan museum dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan fungsional dan tujuan institusional.

1) Tujuan Funsional

Memberikan peringatan kepada bangsa Indonesia melalui generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan watak dan kesadaran bangsa indonesia sangat agung, juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai.

2) Tujuan Institusional

Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar berlaku secara efektif yang menjadikan dua kepentingan yang saling berpengaruh adalah:

a) Kepentingan Obyek

Memberikan temppat atau wadah untuk menyimpan serta melindingi benda-benda koleksi yang mempunyai nilai-nilai Memberikan temppat atau wadah untuk menyimpan serta melindingi benda-benda koleksi yang mempunyai nilai-nilai

b) Kepentingan umum

Mengumpulkan temuan-temuan benda, memelihara dari kerusakan, menyajikan benda-benda koleksi kepada masyarakat umum agar dapat menarik hingga menimbulkan rasa bertanggung jawab, serta dipelihara dan menunjang ilmu pengetahuan.

1.3. Persyaratan Sebuah Museum Adapun persyaratan berdirinya suatu museum adalah:

a) Persyaratan lokasi

1) Lokasi harus strategis, strategis dalam hal ini tidak berarti harus berada di pusat kota atau pusat keramaian kota, melainkan tempat yang mudah dijangkau oleh umum.

2) Lokasi harus sehat, dalam hal ini sehat yaitu:

a) Lokasi yang bukan terletak di daerah industri yang banyak

pengotoran udaranya.

b) Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/ tanah rawa atau tanah yang berpasir, elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu berupa kelembaban udara setidak-tidaknya harus terkontrol mencapai kenetralan yaitu antara 55-65%. (DPK, 1988 : 16)

b) Persyaratan bangunan Adapun syarat-syarat umum bangunan, meliputi:

1) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan menurut fungsi dan aktivitasnya, ketenangan, keramaian dan keamanan.

2) Pintu utama (main entrance), untuk pengunjung.

3) Pintu masuk khusus (side entrance), untuk lalulintas koleksi, bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang pada bangunan khusus.

4) Area public / umum (ruang pamer)

5) Area semi publik (bangunan administrasi, perpustakaan dan ruang

rapat)

6) Area privat (lab. konservasi, studio preparasi, storage dan ruang

studi koleksi). (DPK, 1988 : 17) Sedangkan syarat-syarat khusus museum meliputi:

1) Bangunan utama (pameran tetap dan pameran temporer) harus

dapat :

a) Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.

b) Mudah dicapai baik luar maupun dalam.

c) Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh pengunjung.

d) Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi, spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda secara alami (cuaca dan lain-lain) maupun kriminalitas dan pencurian.

2) Bangunan auditorium harus dapat:

a) Dicapai dengan mudah oleh umum.

b) Dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah.

3) Bangunan khusus terdiri dari:

a) Laboratorium konservasi, studio preparasi, storage harus:

1. Terletak pada daerah tenang.

2. Mempunyai pintu masuk khusus.

3. Memiliki sistem keamanan yang baik (baik terhadap kerusakan, kebakaran, dan kriminalitas) yang menyangkut segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.

4) Bangunan administrasi harus:

a) Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun

terhadap bangunan-bangunan lain.

b) Mempunyai pintu masuk khusus. (DPK, 1988 : 18)

c) Persyaratan koleksi

Pengertian koleksi museum adalah sekumpulan benda- benda bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan satu atau berbagai bidang atau cabang ilmu pengetahuan. (DPK, 1988 : 19) Adapun persyaratan koleksi, yaitu:

1. Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai

estetika).

2. Dapat diidentifikasikan wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografi, genusnya (dalam orde biologi) atau dalam geologi (khususnya untuk benda- benda sejarah alam dan teknologi).

3. Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan kehadirannya (realitas dan eksistensinya) bagi penelitian ilmiah.

4. Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal menjadi monumen dalam sejarah alam dan budaya.

5. Benda asli (realita), replika atau reproduksi yang sah menurut persyaratan museum. (DPK, 1988 : 20) Adapun jenis koleksi museum terdiri dari:

1. Etnografika, yaitu kumpulan benda-benda hasil budaya

suku-suku bangsa.

2. Prehistorika, yaitu kumpulan benda-benda prasejarah.

3. Arkheologika, yaitu kumpulan benda-benda arkeologi yaitu mempelajari tentang kehidupan manusia masa lalu berdasarkan benda-benda peninggalan.

4. Historika, yaitu kumpulan benda-benda bernilai sejarah.

5. Numistika dan Heraldika, yaitu kumpulan benda-benda alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya uang, cap, lencana, tanda jasa dan surat-surat berharga.

6. Naskah-naskah kuno dan bersejarah.

7. Keramik asing.

8. Buku dan majalah anti kuariat.

9. Karya seni atau Kriya seni.

10. Benda-benda grafika, berupa foto, peta asli atau setiap reproduksi yang dijadikan dokumen.

11. Diorama, yaitu gambaran bentuk tiga dimensi.

12. Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan maupun mineral.

13. Benda-benda wawasan nusantara setiap benda asli (realita) atau replika yang mewakili sejarah alam budaya dari wilayah nusantara.

14. Replika, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya.

15. Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun berukuran kecil.

16. Koleksi hasil abstraksi.

d) Persyaratan peralatan museum meliputi:

Peralatan museum adalah setiap alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan- kegiatan administratif dan teknis permuseuman.

Secara garis besar peralatan museum dapat dibagi dua jenis, yaitu:

1. Peralatan kantor

Peralatan kantor adalah setiap alat atau benda yang bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum.

2. Peralatan teknis

Peralatan teknis adalah setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis permuseuman. (DPK, 1988 : 20)

e) Persyaratan organisasi dan ketenagaan

Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:

1. Pembidangan Tata Usaha yang meliputi kegiatan dalam registrasi, ketertiban/keamanan, kepegawaian dan keuangan.

2. Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi, penelitianpengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah dan persiapan barang koleksi.

3. Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi konservasi preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium koleksi.

4. Pembidangan Preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel reparasi.

5. Pembidangan Bimbingan dan Publikasi yang meliputi kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan audio visual.

6. Pembidangan pengelolaan perpustakaan yang meliputi penanganan kepustakaan/referensi. (DPK, 1988 : 22)

1.4. Jenis Museum

a. Secara global museum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Museum umum

Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin teknologi.

2) Museum khusus

Museum khusus adalah museum yang terdiri dari kumpulan bukti material atau lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni, Museum khusus adalah museum yang terdiri dari kumpulan bukti material atau lingkungan yang berkaitan dengan satu cabang seni,

b. Berdasarkan sistem ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan koleksinya yaitu:

1) Museum ilmu hayat.

2) Museum teknologi industri.

3) Museum sejarah dan antropologi.

4) Museum antropologi dan etnografi.

5) Museum purbakala.

6) Museum seni rupa.

c. Berdasarkan penyelenggaranya yaitu:

1) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi dalam museum yang dikelola oleh pemerintah pusat atau dikelola pemerintah daerah.

2) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola

oleh swasta.

1.5. Bangunan Pokok dan Bangunan Penunjang Museum

Secara fungsional bangunan museum terdiri dari bangunan pokok dan bangunan penunjang antara lain : Bangunan Pokok terdiri dari :

1) Pameran tetap

2) Pameran Temporer

3) Auditorium

4) Kantor Administrasi dan Perpustakaan dan Ruang Rapat

5) Laboratorium Konservasi

6) Studio Preparasi

7) Storage Bangunan Penunjang terdiri dari :

1) Keamanan / Pos Jaga

2) Gift shop dan Kafetaria

3) Ticket Box dan Penitipan Barang

4) Lobby / Ruang Istirahat

5) Toilet

6) Tempat parkir, pertamanan, dan pagar ( Buku Pedoman Pendirian Museum, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta, 1992/1993 ).

2. Pawon Atau Dapur Tradisional

a. Arti Dapur Menurut Kebudayaan Lokal Arti dapur dalam ari lokal adalah tempat untuk melakukan kegiatan memasak dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, untuk daerah Jawa Tengah dikenal dengan istilah Pawon. Dasar dari sebutan ini adalah dari nama suatu alat untuk memanaskan/memasak yakni pawon (tungku = Indonesia). Kata pawon terbentuk dari akar kata awu dan mendapat awalan pa dan akhiran an, bentukan dari kata-kata tersebut menjadi pa + awu + an (pawon) yang berarti tempat abu dengan pengertian abu sisa pembakaran untuk memasak. Dalam perkembangan selanjutnya lokal dimana terdapat pawon maka tempat tadi juga disebut pawon .

b. Fungsi Dapur Menurut Kebudayaan Lokal Fungsi pawon/dapur adalah untuk kegiatan masak memasak makanan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi kadang juga ditemui fungsi pawon sebagai dapur produksi dalam arti sederhana dan juga sebagai tempat istirahat (umumnya dalam kehidupan masyarakat petani kecil).

Dapur ada yang berfungsi ganda yakni selain untuk masak sehari-hari juga sebagai dapur produksi. Produksi tradisional ini sebagai usaha untuk menambah penghasilan keluarga.

Fungsi dapur yang lain dan erat hubungannya dengan keadaan lingkungan yakni sebagai tempat bediang yakni tempat untuk memanaskan badan karena udara di daerah setempat cukup dingin. Selain untuk memanaskan badan, pawon/tungku yang dinyalakan digunakan untuk memanaskan suatu makanan/sayuran.

c. Pembangunan Dapur Pembangunan dapur biasanya sudah menyatu dengan pembangunan rumah tinggal, tetapi ada juga yang membangun menyusul demikian.

Dalam pembangunan dapur yang menyusul biasanya ditempatkan menempel pada rumah tinggal disebelah kanan, kiri atau belakang dan biasanya dibangun di tempat yang berdekatan dengan sumber air (sumur) dan juga diperhatikan menghadapnya dapur (pintu) yang harus searah dengan menghadapnya rumah.

d. Tipe-tipe Dapur Menurut Kebudayaan Lokal Beberapa bentuk (tipe) dapur yang masih dapat diamati dan diperkirakan masih menunjukkan unsur-unsur tradisional adalah:  Menyatu dengan rumah tinggal

Ruang dapur yang termasuk tipe ini terletak dalam rumah umumnya di bagian belakang.

 Emperan yang diperluas Emperan rumah tinggal yang terletak di belakang, di kanan atau kirinya rumah tinggal diperluas dan ruangan tadi kemudian dimanfaatkan sebagai ruang dapur.

 Gandok Bangunan tambahan yang diletakkan pada sisi kanan atau kiri dari rumah tinggal. Fungsi gandok yang sebenarnya adalah tempat untuk berkumpul keluarga, istirahat, ruang makan, dan lain-lain. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya fungsi gandok ditambah sebagai dapur.

 Tipe bekuk lubang Bangunan yang disambung dengan emper gandok sebelah belakang dan tepat pada sambungannya diberi talang air. Atap berbentuk seperti pada tipe kampong tetapi tidak diberi tambahan.

 Tipe panggang pe Bangunan dapur ini terpisah dengan bangunan rumah tinggal. Atapnya hanya terdpat pada satu sisi dan disangga dengan empat tang pada keempat sudutnya.

e. Unsur-unsur Baru Dalam Dapur Tradisional Dengan kemajuan pembangunan kearah modernisasi dan perubahan pemikiran masyarakat tampak pula mempengaruhi perkembangan alat-alat dapur. Alat-alat memasak, selain kuali, dandang tampak adanya panci-panci aluminium. Perlengkapan yang lain misalnya wadah-wadah banyak yang menggunakan plastik, misalnya: ember, gayung, piring, tempat-tempat bumbu.

Alasan mereka menggunakan produk-produk baru karena dianggap lebih praktis dan lebih mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah. Dengan masuknya peralatan yang lebih modern sedikit banyak mempengaruhi pola pikir tradisional yang sebelumnya mereka lakukan, sekarang mereka mulai meninggalkan kepercayaan lama terutama bagi keluarga muda, tradisi lama umumnya masih dilakukan oleh para orang tua meskipun tidak sepenuhnya lagi.

f. Lokasi Dapur Keletakan dapur di Jawa Tengah dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yakni:

1) Lokasi dapur yang menyatu dengan bangunan rumah tinggal.

2) Lokasi dapur yang berdiri terpisah dari bangunan rumah tinggal

tetapi masih menempel.

3) Lokasi dapur yang terpisah sama sekali dengan bangunan rumah

tinggal.

g. Tata Ruang Dapur Tradisional Tata ruang dapur sekarang umumnya berdasarkan segi-segi kepraktisan saja, demikian juga ukuran hanya menyesuaikan dengan lingkungan.

Titik-titik kesamaan dapur antara daerah satu dengan lainnya, antara lain pada keletakan tungku gentong/jambangan (tempat air), pogo (rak), lincak (dipan kecil untuk meracik makanan).

Pawon atau tungku pada suatu dapur paling sedikit 2 buah yang terletak di sudut dapur (dekat dinding), di dekat tungku terdapat gentong/jambangan tempat air bersih untuk memasak dan minum. Diatas tungku terdapat susunan rak yang terdiri dari 2 susun, susun yang bawah untuk menyimpan kayu bakar dan yang atas untuk menyimpan bahan makanan.

Di tempat yang agak longgar terdapat lincak sejenis bangku yang digunakan untuk racik-racik atau menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak.

Akibat dari adanya kegiatan dapur sehari-hari adalah timbulnya alat-alat dapur yang menjadi kotor. Peralatan dapur yang kotor kemudian dikumpulkan dan dibawa ke sumur atau ke sungai/mata air untuk dibersihkan. Alat-alat dapur yang sudah kering dan bersih kemudian mereka simpan di tempat khusus.

Beberapa tingkah laku tradisional yang menunjukkan kaitannya dengan keselamatan tungku adalah:

 Letak atau arah mulut tungku tidak boleh segaris dengan pintu dapur.  Tidak boleh meninggalkan tungku dalam keadaan menyala kalau

tidak terpaksa sama sekali.  Tidak boleh membiarkan lubang tungku (luweng) terbuka, maka

harus ditutup dengan kekep atau diatasnya digunakan untuk memasak. Dalam keadaan mati luweng juga harus ditutup.

 Di dekat tungku harus ada persediaan air.

3. Alat masak Tradisional Jawa Tengah

Alat masak tradsisional Jawa Tengah yang ditinjau dari bahan bakunya dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :

1. Tanah liat/gerabah (terracotta) Macam-macamnya :  Pengaron, ngaron

 Kwali  Dandang  Kendhil  Genthong  Klenthing  Kendhi  Cuwo  Wajan  Cowek  Mendeng  Kekep  Layah  Jembangan, Jemblung

2. Bambu, anyam-anyaman (bamboo) Macam-macamnya :  Tumbu  Dhunak  Tompo  Kalo  Tampah  Tambir  Iyan, ngiyan  Khuntung  Tenggok  Ceting  Kukusan  Ilir  Besek  Erok-erok

3. Kayu atau Tempurung (wood)

 Parut  Talenan  Dhulang  Huleg-huleg, Muntu  Irus  Enthong  Solet  Siwur  Penyaton  Lumpang kayu (dlupak)

4. Batu (stone) Macam-macamnya :  Layah  Lumpang batu  Munthu

(Dapur dan Alat-alat Memasak Tradisional Daerah Jawa Tengah, Sudjonoprijo, BA dkk)

C. KAJIAN TENTANG DESAIN INTERIOR

1. Organisasi Ruang

Menurut Francis D.K Ching ada lima macam perorganisasian ruang, yaitu:

1. Organisasi terpusat

Merupakan

komposisi

terpusat yang dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang luas dan dominan.Organisasi terpusat bersifat stabil.Menciptakan kofigurasi keseluruhan ruang yang secara geometris teratur dan simetris terhadap dua sumbu atau lebih.

Gambar 2.1. Ilustrasi organisasi terpusat Sumber: Francis D.K Ching. 2000

2. Organisasi linier Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang yang berhubungan langsung satu dengan yanglain atau dihubungkan melalui ruang linier yang berbeda dan terpisah.

Organisasi linier biasanya terdiri dari ruang- ruang yang berulang mirip dalam hal ukuran, bentuk dan fungsinya. Bersifat fleksibel dan dapat menanggapi terhadap bermacam-macam kondisi tapak.

3. Organisasi radial Organisasi jenis radial memadukan unsur-unsur organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini terdiri dari ruang pusat yang dominan, dimana sejumlah organisasi-organisasi linier berkembang seperti bentuk jari-jarinya.

Organisasi radial adalah sebuah bentuk ekstrovert yang mengembang ke luar ruang lingkupnya. Dengan lengan-lengan liniernya, bentuk ini dapat meluas dan menggabungkan dirinya pada unsur-unsur tertentu atau benda-benda tertentu pada tapaknya.

4. Organisasi cluster Organisasi cluster menggunakan pertimbangan pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu ruang terhadap ruang lainnya.Sering kali terdiri dari ruang-ruang selular yang berulang yang memiliki fungsi-fungsi sejenis dan memiliki persamaan sifat visual umum seperti wujud dan orientasi. Suatu organisasi cluster juga menerima ruang-ruang yang berlainan ukuran, bentuk, dan fungsinya, tetapi berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan

Gambar 2.2. Ilustrasi organisasi linier Sumber: Francis D.K Ching. 2000

Gambar 2.3. Ilustrasi organisasi radial Sumber: Francis D.K Ching. 2000

Gambar 2.4. Ilustrasi organisasi cluster Sumber: Francis D.K Ching. 2000 Gambar 2.4. Ilustrasi organisasi cluster Sumber: Francis D.K Ching. 2000

Organisasi cluster bersifat fleksibel dan dapat menerima pertumbuhan dan perubahan langsung tanpa mempengaruhi karakternya.

5. Organisasi grid Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan ruang-ruang dimana posi-posisinya dalam ruang dan hubungan antar ruang diatur oleh pola grid tiga dimensi.

Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola grid berubah menjadi satu set unit ruang modular berulang.

2. Hubungan Antar Ruang

a. Ruang di dalam ruang Sebuah bangunan yang luas dapat melingkupi dan memuat sebuah ruangan lain yang lebih kecil di dalamnya.

b. Ruang-ruang yang saling berkaitan Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan terdiri dari 2 buah ruang yang kawasannya membentuk volume berkaitan.

c. Ruang-ruang yang bersebelahan Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang paling umum. Hal tersebut memungkinkan definisi dan respon masing-masing ruang menjadi jelas terhadap

Gambar 2.5. Ilustrasi organisasi grid Sumber: Francis D.K Ching

fungsi dan persyaratan simbolis menurut cara masing- masing simbolisnya.

d. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama

2 buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang ketiga yaitu ruang pertama. Hubungan akan kedua ruang tersebut menempati satu ruang bersama-sama.

3. Sistem Sirkulasi Ruang

Dalam buku Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan karangan Francis D.K Ching dijelaskan bahwa sifat konfigurasi jalan (sirkulasi ruang) mempengaruhi atau sebaliknya dipengaruhi oleh pola organisasi ruang-ruang yang dihubungkannya. Konfigurasi jalan dapat memperkuat organisasi ruang dengan mensejajarkan polanya.Atau konfigurasi dapat dibuat sangat berbeda dengan bentuk organisasi ruang dan berfungsi sebagai titik perlawanan visual terhadap keadaan yang ada.Sekali kita berhasil membayangkan konfigurasi keseluruhan jalan di dalam sebuah bangunan, orientasi kita di dalam bangunan dan pemahaman kita tentang tata letak ruangnya menjadi jelas.

Sistem sirkulasi ruang ada 6 macam konfigurasi jalur sirkulasi ruang. Keenam macam konfigurasinya adalah sebagai berikut:

1) Linier Semua jalur pada dasarnya adalah linier. Jalan lurus dapar menjadi unsur pengorganisir utama untuk satu sederet ruang-ruang. di samping itu, jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop).

Gambar 2.6. Ilustrasi konfigurasi jalur

linier Sumber: Francis D.K Ching

2) Radial Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang dari atau berhenti pada sebuah pusat, titik bersama.

3) Spiral (berputar) Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menreus, yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang berubah.

4) Grid Konfigurasi grid terdiri dari dua psang jalur sejajar yang saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau kawasan-kawasan ruang segi empat.

5) Jaringan Suatu konfigurasi jaringan tediri dari jalan-jalan yang menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruang.

Gambar 2.7. Ilustrasi konfigurasi jalur

radial Sumber: Francis D.K Ching

Gambar 2.8. Ilustrasi konfigurasi jalur

spiral Sumber: Francis D.K Ching

Gambar 2.9. Ilustrasi konfigurasi jalur grid

Sumber: Francis D.K Ching

Gambar 2.10. Ilustrasi konfigurasi jalur jaringan

6) Komposit (Gabungan) Pada kenyataannya, sebuah bangunan umumnya membuat kombinasi dari pola-pola di atas. Hal terpenting dalam setiap pola adalah pusat kegiatan, jalan masuk ke ruangan, serta tempat untuk sirkulasi vertical berupa tangga-tangga, landaian, dan elevator. Semua bentuk titik pusat ini memberikan kejelasan jalur pergerakan melalui bangunan dan menyediakan kesempatan untuk berhenti sejenak, beristirahat, dan menentukan orientasi. Untuk menghindari timbulnya orientasi yang membingungkan, suatu susunan hirarkis di antara jalur- jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan membedakan skala, bentuk, panjang, serta penempatan.

4. Elemen pembentuk ruang

a. Lantai Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban yang datang dari segala perabotan, aktivitas manusia dalam ruang dan lain-lain. Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko Panuwun, 1994, hal.6). Persyaratan lantai:

1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya.

2) Mudah dibersihkan

3) Kedap suara

4) Tahan terhadap kelembaban

5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya

Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu:

1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet. Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi, sbb:  Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan

bunyi.

 Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles) memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan dengan tumpukan lembaran (loop piles).

 Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah.  Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi

penyerapan bunyi.  Lantai Semi Keras, terdiri dari pelapisan lantai seperti vinyl,

aspal dan cor.  Lantai Keras, terdiri dari semua jenis batuan dan logam yang

dipakai sebagai bahan lantai.  Lantai Kayu (parquet), terdiri dari berbagai jenis dan motif

bahan lantai yang terbuat dari kayu.

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI MODEL PETA (PEMBELAJARAN KOMPETENSI SPASIAL) DALAM MATA PELAJARAN GEOGRAFI BAGI GURU SMA DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

0 0 10

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN PENELITIAN DAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU MATEMATIKA SMASMK MUHAMMADIYAH DI KLATEN DAN SUKOHARJO Masduki dan Muhammad Noor Kholid Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta E

0 0 8

Kata Kunci: perangkat desa, teknologi komputer, Windows PENDAHULUAN - PAKOM PELATIHAN PENGOPERASIAN KOMPUTER BAGI PERANGKAT DESA DI KECAMATAN GONDANGREJO KABUPATEN KARANGANYAR

0 0 9

PEMITRA BAGI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MATEMATIKA GURU DAN SISWA SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS DI BOYOLALI Sutama, Sabar Narimo, dan Suyatmini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Email : sutamaums.ac.id Abstra

0 0 7

PAKOM DAUR ULANG SAMPAH ANORGANIK DI DESA NGADIREJO, KARTASURA, SUKOHARJO Ambarwati dan Sri Darnoto Prodi Kesehatan Masyarakat FIK UMS Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan, Surakarta E mail: ambarwatiums.ac.id ABSTRAK - PAKOM PELATIHAN PENDAURULANGAN SAMPAH

1 2 11

PERANCANGAN ANIMASI TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK BLENDER DI CABANG MUHAMMADIYAH KARTASURA Sukirman Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: sukirmanums.ac.id ABSTRAK - PERANC

0 0 7

PELATIHAN PELAYANAN PRIMA TENTANG PERILAKU PEMBERI LAYANAN DI KELURAHAN SIDOMULYO BARAT KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

0 0 6

HIP HOP DANCE CENTER DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN MODERN INDUSTRIAL

1 2 94

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS RISIKO DALAM MASA PEMELIHARAAN PROYEK PADA PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA SURAKARTA

0 1 20

DESAIN INTERIOR MUSEUM FILM INDONESIA DI JAKARTA

0 2 156