436
Perubahan UUD 1945 Mengenai Mahkamah Agung NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
hasil perubahan Pasal 24A tentang Mahkamah Agung adalah sebagai berikut.
BAB IX KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
1 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah MA dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-
undang.
Namun, setelah terjadinya perubahan ketiga UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 9 November 2001, ketentuan
tentang MA semakin diperinci, yang tidak hanya terkait dengan posisi MA selaku pelaku kekuasaan kehakiman.
247
Akan tetapi, juga diatur lebih detail mengenai wewenang, susunan, kedudukan, rekrutmen, dan pemilihan Ketua serta
Wakil Ketua MA.
Perubahan ketentuan mengenai rumusan Pasal-Pasal tentang MA, secara lebih detail dilakukan atas pertimbangan
untuk memberikan jaminan Konstitusional yang lebih kuat terhadap kewenangan dan kinerja MA.
248
Sesuai dengan rumusan hasil Perubahan Ketiga, ketentuan mengenai MA
selaku pelaku kekuasaan kehakiman, beserta wewenang, persyaratan, rekrutmen, pemilihan Ketua dan Wakil Ketua,
serta susunan, kedudukan, keanggotaan serta hukum acara diatur pada Pasal 24 Ayat 2, dan pada Pasal 24A Ayat 1,
Ayat 2, Ayat 3, Ayat 4, dan Ayat 5.
Dalam rumusan hasil perubahan, pelaku kekuasaan kehakiman tidak lagi hanya dilakukan oleh MA yang
membawahi badan-badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan juga dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi. Selain 2 dua pelaku kekuasaan kehakiman, yaitu
247
Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi RI, “Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
Mahkamah Konstitusi”, Op.Cit. hlm. 51.
248
Sekretariat Jenderal MPR RI, “Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Op.Cit, hlm. 102.
437
Perubahan UUD 1945 Mengenai Mahkamah Agung NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
MA dan MK, juga dirumuskan tentang KY yang berwenang menjaga keluhuran dan martabat hakim, menjaga perilaku
hakim agung, dan melakukan rekrurmen hakim agung.
Pelaksana kekuasaan kehakiman yang lain, yaitu Mahkamah Konstitusi serta Komisi Yudisial selaku pelaksana
rekrutmen MA akan dibahas pada bab selanjutnya. Secara umum kehadiran dua lembaga baru, yaitu
Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial di dalam UUD 1945, dimaksudkan untuk memperkuat kekuasaan kehakiman
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Hal ini, sebagai salah satu wujud dari rumusan di dalam Undang-undang Dasar
1945, yang menyatakan Indonesia adalah negara hukum.
249
Hasil rumusan inal perubahan Bab IX kekuasaan kehakiman, khususnya mengenai MA, adalah sebagai berikut.
BAB IX KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
2 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Pasal 24A
1 Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang.
2 Hakim agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional, dan berpengalaman
di bidang hukum.
249
Ibid., hlm. 100.
438
Perubahan UUD 1945 Mengenai Mahkamah Agung NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
3 Calon hakim agung diusulkan Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan
dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
4 Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan oleh hakim agung.
5 Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung serta badan peradilan dibawahnya
diatur dengan undang-undang. Berikut ini adalah tabel persandingan pasal tentang
Mahkamah Agung sebelum dan sesudah perubahan.
Sebelum Perubahan Hasil Perubahan
BAB IX KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
1 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
MA dan lain-lain badan k e h a k i m a n m e n u r u t
undang-undang.
BAB IX KEKUASAAN KEHAKIMAN
Pasal 24
1 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada dibawahnya dalam l i n g k u n g a n p e ra d i l a n
u m u m , l i n g k u n g a n p e r a d i l a n a g a m a ,
l i n g k u n g a n p e ra d i l a n m i l i t e r, l i n g k u n g a n
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.
439
Perubahan UUD 1945 Mengenai Mahkamah Agung NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
Pasal 24A
1 M a h k a m a h A g u n g berwenang mengadili pada
tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-
undangan di bawah undang- undang terhadap undang-
undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang
diberikan oleh undang- undang.
2 H a k i m a g u n g h a r u s memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak tercela, adil, profesional,
dan berpengalaman di bidang hukum.
3 C a l o n h a k i m a g u n g diusulkan Komisi Yudisial
kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan
persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim
agung oleh Presiden.
4 Ketua dan wakil ketua Mahkamah Agung dipilih
d a r i d a n o l e h h a k i m agung.
5 S u s u n a n , ke d u d u k a n , keanggotaan, dan hukum
acara Mahkamah Agung serta badan peradilan
dibawahnya diatur dengan undang-undang.
440
Perubahan UUD 1945 Mengenai Mahkamah Agung NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
441
NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
Perubahan UUD 1945 Mengenai Mahkamah Konstitusi
BAB V PERUBAHAN UUD 1945
MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI
A. Pembahasan Perubahan Mengenai
Mahkamah Konstitusi
1. Pembahasan Pada Masa Perubahan
Pertama dan Perubahan Kedua
Ketentuan tentang Mahkamah Konstitusi dalam UUD 1945 tidak mendapatkan porsi pembahasan pada masa
pembahasan dan pengesahan Perubahan Pertama UUD 1945 dalam SU MPR 1999. Konsentrasi pembahasan pada masa
perubahan pertama lebih banyak pada ketentuamn tentang Kekuasaan Kehakiman secara umum serta Mahkamah Agung.
Barulah dalam pembahasan tentang Kekuasaan Kehakiman pada masa perubahan kedua, isu tentang Mahkamah Konstitusi
mulai bergulir.
Melanjutkan proses amendemen UUD 1945, dalam Sidang Umum MPR 1999 telah dibentuk Panitia Ad Hoc PAH I
2000. Pembentukan PAH I 2000 secara khusus ditujukan untuk membahas amendemen UUD 1945. Materi pembahasan yang
dihasilkan PAH I kemudian diputuskan dalam sidang tahunan MPR secara bertahap, terhitung mulai dari Sidang Tahunan
MPR 2000 hingga 2002.
442
Perubahan UUD 1945 Mengenai Mahkamah Konstitusi NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
Struktur organisasi MPR dibagi menjadi 3, yaitu panitia Ad-hoc I untuk amendemen UUD beranggotakan 44, orang
yang terdiri dari F-PDI Perjuangan 12 orang, F-PG 11 orang, F-KB 4 orang, F-PPP 4 orang, F Reformasi 3 orang, FPBB 2 orang,
F P-DU 1 orang, F-KKI 1 orang, F-PDKB 1 orang, F-TNIPolri 2 orang dan F-UG 4 orang.
42
Untuk komposisi keanggotaan ini pada dasarnya tetap. Namun dalam perkembangan sidang-
sidang yang diadakan, terjadi pergantian anggota PAH I MPR. Pembahasan berlangsung dalam rapat-rapat pleno PAH
2000, yang dimulai tanggal 29 Nopember 1999 – 29 Juli 2000. Selama periode tersebut, tercatat dilakukan 51 rapat. Sejumlah
rapat yang telah dilakukan, tidak seluruhnya merupakan rapat yang mengagendakan pembahasan materi perubahan UUD 1945.
Namun, ada pula yang berkenaan dengan agenda pembentukan pimpinan sidang, dengar pendapat dengan pakar, dan berbagai
institusi atau organisasi masyarakat, hingga rapat pleno untuk agenda studi banding ke luar negeri.
Pada masa awal rapat pleno PAH I BP MPR 2000, telah diulas tentang kekuasaan kehakiman dan judicial review.
Namun, belum ada anggota-anggota fraksi yang mengusulkan pembentukan Mahkamah Konstitusi MK. Usulan pembentukan
MK mulai muncul pada rapat-rapat beberapa bulan berikutnya. Tepatnya, setelah PAH I BP MPR 2000 melakukan kunjungan
ke daerah-daerah, studi banding, dan dengar pendapat dengan berbagai pihak.
Rapat-rapat pleno PAH I BP MPR 2000, merupakan rapat kerja untuk melakukan perumusan terhadap pasal-pasal
yang akan dirubah. Rapat-rapat tersebut berlangsung selama 29 hari kerja. Dalam rapat, setiap fraksi menyampaikan usulan
rumusan perubahan yang menyangkut semua bab dan materi pembahasan. Dari data yang ada, usulan mengenai pentingnya
MK telah disampaikan oleh anggota-anggota fraksi PAH I BP MPR 2000 pada rapat-rapat sebelumnya.
42
Sekretariat Jenderal MPR RI, “Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”, MPR RI Tahun 2005.