163
NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
Perubahan UUD 1945 Mengenai Kekuasaan Kehakiman
Pasal 25A
Untuk menegakkan kehormatan dan menjaga keluhuran martabat dan perilaku para hakim, dibentuk Dewan
Kehormatan Hakim.
Pasal 25B
1 Di dalam lingkungan Mahkamah Agung dibentuk Mahkamah Konstitusi.
2 Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan untuk menguji secara materiil atas undang-undang;
memberikan putusan atas pertentangan antar undang- undang; Alternatif 1 : memberikan putusan atas
persengketaan kewenangan antarlembaga negara, antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah,
dan antarpemerintah daerah. Alternatif 2 : Tidak perlu, serta menjalankan kewenangan lainnya yang
diberikan oleh undang-undang.
3 Putusan Mahkamah Konstitusi merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir.
4 Alternatif 1: Mahkamah Konstitusi mempunyai sembilan orang
anggota, yang diangkat dan diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Presiden tiga orang, usul
Mahkamah Agung tiga orang dan usul Dewan Perwakilan Rakyat tiga orang.
Alternatif 2: Anggota Mahkamah Konstitusi diangkat dan diberhentikan
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Mahkamah Agung yang susunan dan jumlah keanggotaannya diatur
dalam undang-undang.
5 Yang dapat menjadi anggota Mahkamah Konstitusi adalah negarawan yang menguasai konstitusi dan
ketatanegaraan, tidak merangkap sebagai pejabat negara, serta memenuhi persyaratan lain yang diatur
dengan undang-undang.
164
Perubahan UUD 1945 Mengenai Kekuasaan Kehakiman NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
Pasal 25C
1 Kejaksaan merupakan lembaga negara yang mandiri dalam melaksanakan kekuasaan penuntutan dalam
perkara pidana. 2 Kejaksaan dipimpin oleh Jaksa Agung yang diangkat
dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dengan mempertimbangkan
pendapat Dewan Perwakilan Daerah.
3 Susunan, kedudukan dan kewenangan lain Kejaksaan diatur dengan undang-undang.
Pasal 25D
1 Penyidikan dalam perkara pidana merupakan tugas dan wewenang Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang diatur dengan undang-undang. 2 Pejabat lain dapat menjalankan penyidikan atas
perintah undang-undang.
3. Pembahasan Pada Perubahan Ketiga
PAH I BP MPR selaku alat kelengkapan sidang BP MPR tahun 2000 dibentuk untuk menyelesaikan amendemen UUD
1945 sebagaimana dimandatkan dalam TAP. MPR No. IX MPR2000 tentang penugasan BP MPR untuk mempersiapkan
rancangan perubahan UUD 1945 tahap ketiga. Hal ini tertera dalam lampiran rancangan perubahan UUD 1945 sebagai acuan
kerja BP MPR yang menjadi bagian dari TAP MPR tersebut.
Pada masa sidang-sidang PAH I disepakati pula mekanisme pembahasan pasal per pasal. Mekanisme yang
disetujui oleh anggota-anggota fraksi untuk melakukan pembahasan adalah dengan cara dibahas dalam dua putaran
guna mendengar pendapat masing-masing anggota PAH I. Lalu pendapat-pendapat tersebut dibawa ke Tim Perumus
Tim Kecil untuk merumuskan usulan-usulan materi termasuk rumusan-rumusan alternatifnya.
165
NASKAH KOMPREHENSIF PERUBAHAN UUD 1945 - BUKU VI
Perubahan UUD 1945 Mengenai Kekuasaan Kehakiman
Mengenai rumusan Bab Kekuasaan Kehakiman dan rumusan Pasal 24 Ayat 1 dan Ayat 2 telah muncul keinginan
kuat dari kalangan fraksi-fraksi MPR untuk mengubahnya. Keinginan tersebut didasarkan pada pertimbangan berkaitan
dengan penyimpangan yang telah terjadi dalam implementasi dan praktik ketatanegaraan Indonesia. Penyimpangan itu
antara lain berkaitan dengan jaminan kemerdekaan lembaga yudikatif.
Untuk menindaklanjuti hal itu, pada masa sidang 2001 diadakan Rapat PAH I Ke-35 BP MPR RI, 25 September 2001,
dengan agenda pembahasan terkait Bab IX tentang Kekuasaan Kehakiman. Rapat ini diketuai oleh Harun Kamil. Dalam
pengantar rapat dia mengutarakan sebagai berikut.
Hari ini kita membahas Bab IX Pasal 24 dan Pasal 25 tentang Kekuasaan Kehakiman. Memang dari Bab
IX ini Kekuasaan Kehakiman ada 2 pasal, Pasal 24 dan Pasal 25 sangat pendek sekali. Tapi dari judul itu
kemudian Badan Pekerja menambah menjadi Kekuasaan Kehakiman dan Penegakan Hukum karena adanya posisi
Polri selaku penyidik dan Jaksa Agung selaku penuntut di bidang pidana yang sebelumnya undang-undang tidak
pernah mengaturnya.
152
Soewarno dari F-PDI Perjuangan menyatakan bahwa Kekuasaan Kehakiman dan Penegakan Hukum, masih tepat
untuk dipertahankan.
Saudara Pimpinan, Saudara-saudara sekalian, kami ingin mengantar pertama soal judul yaitu Kekuasaan Kehakiman
dan Penegakan Hukum. Tahun yang lalu memang kita sudah mengkaji mengapa kita memandang bahwa judul
Kekuasaan Kehakiman itu kurang cukup oleh karenanya kemudian kita tambah menjadi Kekuasaan Kehakiman dan
152
Sekretariat Jenderal MPR RI, Risalah Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, 1999-2002, Tahun Sidang 2001, Buku Tiga, Jakarta:
Sekretariat Jenderal MPR RI, 2009, hlm. 279