C. Susu Formula 1. Pengertian Susu Formula
Susu Formula menurut WHO adalah susu yang sesuai dan bisa diterima oleh sistem tubuh pada bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan
saluran pencernaan seperti diare,muntah,atau kesulitan buang air besar dan gangguan lainnya seperti batuk,sesak,dan gangguan kulit Khamzah, 2012.
Secara definisi formula bayi adalah makanan yang ditujukan secara khusus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi sebagai pengganti sebagian atau hampir
semua dari ASI yang karena sesuatu hal ASI tidak bisa diberikan secara penuh atau sebagian Auditya, 2012.
2. Jenis-jenis susu formula
a. Susu formula adaptasi
Susu formula adaptasi adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bagi bayi baru lahir digunakan untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan.
b. Susu formula awal lengkap
Susu formula awal lengkap complete starting formula berarti susunan zat gizinya lengkap dan pemberiannya dapat dimulai setelah bayi dilahirkan.
c. Susu formula follow-up
Formula follow-up follow-up diartikan lanjutan,mengganti formula bayi yang sedang dipakai dengan formula tersebut.
d. Susu formula prematur
Susu formula prematur digunakan untuk bayi yang lahir prematur, memiliki komposisi zat gizi yang lebih besar dibandingkan dengan formula biasa.
Universitas Sumatera Utara
e. Susu Hipoalergenik Hidrolisat
Susu formula hipoalergenik atau hidrolisat diberikan kepada bayi yang mengalami gangguan pencernaan protein. Protein yang masuk melalui makanan tidak dapat
diserap oleh usus dan dikeluarkan lagi melalui feses. f.
Susu Soya Susu soya bebas laktosa untuk bayi dan anak yang mengalami alergi terhadap
protein susu sapi. Soya menggunakan isolat protein kedelai sebagai bahan dasar dan memiliki kandungan protein tinggi yang setara dengan susu sapi.
g. Susu rendah laktosa atau tanpa laktosa
Susu bagi bayi yang tidak mampu mencerna laktosa karena tidak memiliki enzim untuk mengolah laktosa Khamzah, 2012.
3. Kandungan nutrisi susu formula
a. Lemak
Kadar lemak yang disarankan susu formula adalah antara 2,7-4,1 gr100 ml. b.
Protein Kadar protein dalam susu formula harus berkisar antara 1,2-1,9 gr100 ml.
c. Karbohidrat
Kandungan karbohidrat yang disarankan susu formula antara 5,4-8,2 gr100 ml. d.
Mineral Kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara
0,25-0,34 g tiap 100 ml. e.
Vitamin Biasanya, berbagai vitamin ditambahkan pada susu formula.
Universitas Sumatera Utara
4. Faktor-faktor ibu memilih pemberian susu formula
a. Faktor predisposisi predisposing factor
Faktor predisposisi predisposing factor,yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya Notoatmodjo, 2007.
1 Putting susu datarterbenam
Masalah yang sering terjadi pada menyusui terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah menyusui pada masa antenatal yaitu putting susu
datarterbenam. Oleh karena itu perlu diberikan penjelasan tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal yang erat
hubungannya dengan proses menyusui Wulandari, 2011. Ada beberapa bentuk puting susu, panjang, pendek, dan datar atau
terbenam. Dengan kehamilan,biasanya puting menjadi lentur. Namun,memang kerap terjadi sampai sesudah bersalin,puting belum juga menonjol keluar.
Banyak ibu langsung menganggap hilang peluangnya untuk menyusui. Padahal, puting hanya kumpulan muara saluran ASI dan tidak mengandung
ASI. ASI di simpan di sinus laktiferus yang terletak di daerah aerola mamae. Jadi, untuk mendapatkan ASI,aerola mamae yang perlu dimasukkan ke dalam
mulut bayi agar isapan dan gerakan lidah dapat memerah ASI keluar Danuatmaja, 2007.
Walaupun 97 wanita dapat menyusui, ada situasi tertentu yang membuat menyusui menjadi sulit dilakukan. Sekitar 2 wanita memiliki putting susu
yang masuk kedalam ketika areola ditekan. Sementara 5-8 wanita, memiliki putting susu rata yang tidak mencuat keluar saat distimulasi. Banyak wanita
Universitas Sumatera Utara
dengan putting susu rata tetap bisa menyusui bayinya dengan efektif. Yang penting bukan ukuran, melainkan kelenturan kulit disekelilingnya dan semudah
apa bayi dapat menariknya sebagai dot untuk dihisap Riksani, 2012. Sejak kehamilan trimester terakhir, ibu yang tidak mempunyai resiko
kelahiran prematur, dapat diusahakan mengeluarkan putting susu datar atau terbenam dengan tekhnik atau gerakan Hoffman yang dikerjakan 2x sehari
Wulandari, 2011. Bila terjadi puting susu terbenam, puting akan masuk kedalam areola
sebagian atau seluruhnya. Keadaan ini seharusnya sudah diketahui sejak dini, paling tidak pada saat kehamilan, sehingga dapat diusahakan perbaikannya
Nugroho, 2011.
b. Faktor pendukung enabling factor
Faktor pendukung enabling factor,yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas,obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya Notoatmodjo, 2007.
1 Kurang tersedianya sarana kesehatan
Sidi 2004 salah satu kendala mensukseskan program ASI eksklusif adalah meningkatnya tenaga kerja wanita, sedangkan cuti melahirkan hanya 12
minggu dan 4 minggu harus diambil sebelum melahirkan. Selama cuti ibu hanya memberikan ASI, jangan memperkenalkan susu formula dengan alasan
agar terbiasa karena akan ditinggal kerja, tempat kerja disiapkan menjadi
Universitas Sumatera Utara
“mother-friendly working place” dimana terdapat fasilitas untuk memerah dan menyimpan ASI, bila fasilitas mengizinkan disediakan tempat penitipan bayi.
Ada faktor yang membuat sebagian ibu muda tidak menyusui bayinya karena mendapat informasi yang salah yaitu kurangnya program kesejahteraan
sosial yang terarah, yang dijalankan oleh beberapa instansi pemerintahan di negara-negara berkembang. Kebiasaan para ibu yang bekerja, mendukung
rendahnnya tingkat ibu yang menyusui. Demikian halnya dengan kekhawatiran ibu yang menganggap bahwa produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan
makanan bayi. Anggapan ini sering menjadi kendala bagi ibu, yang akhirnya mencari alternatif lain dengan memberi susu pendamping manakala bayi lapar.
Hal-hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan dari pola dasar pemberian ASI menjadi pemberian susu formula Prasetyono, 2012.
Bagi ibu yang bekerja menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja tetap harus memberi ASI kepada bayinya karena banyak keuntungannya. Jika
memungkinkan bayi dapat dibawa ketempat ibu bekerja. Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila ditempat kerja atau disekitar tempat bekerja tidak
tersedianya sarana penitipan bayi atau pojok laktasi. Bila tempat kerja dekat dengan rumah, ibu dapat pulang untuk menyusui bayinya pada waktu istirahat
atau minta bantuan seseorang untuk membawa bayinya ketempat kerja. Walaupun ibu bekerja dan tempat bekerja jauh dari rumah, ibu tetap dapat
memberikan ASI kepada bayinya. Berikan ASI secara eksklusif dan sesering mungkin selama ibu cuti melahirkan Wulandari, 2011.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor pendorong reinforcing factor
Faktor pendorong reinforcing factor, yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat Notoatmodjo, 2007. 1
Kurangnya petugas kesehatan Petugas kesehatan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI. Peran petugas dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum terjadi
Nugroho, 2011. Sebagian ibu muda tidak menyusui bayinya karena mendapat informasi
yang salah yaitu ketiadaan perhatian yang sungguh-sungguh dari para ahli kesehatan untuk menggalakkan kebiasaan menyusui anak Prasetyono, 2012.
Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI dan penerangan
tentang ASI Soetjiningsih, 1997. Petugas kesehatan pun masih banyak yang tidak memberikan informasi
pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Seorang dokter atau tenaga kesehatan yang berkecimpung dalam bidang laktasi, seharusnya
mengetahui bahwa walaupun menyusui itu merupakan suatu proses alamiah, namun untuk mencapai suatu keberhasilan menyusui diperlukan pengetahuan
mengenai teknik-teknik menyusui yang benar Wulandari, 2011. Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui,
dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan,
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan inisiasi menyusui dini IMD pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI dengan langkah kebehasilan menyusui. Beberapa
hambatan kurang berperannya petugas kesehatan dalam menjalankan kewajibannya dalam kontek ASI ekslusif lebih banyak karena kurang
termotivasinya petugas untuk menjalankan peran mereka disamping pengetahuan konseling ASI yang masih kurang Mei, 2011.
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa di dalam penatalaksanaan pemberian ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari
pemberian ASI adalah didasarkan pada pemahaman atas perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi dalam wanita yang sedang berlaktasi post partum.
Para bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI. Bukti menunjukkan bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk
memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya on demand dan memperoleh dukungan serta memperoleh
percaya diri tentang kemampuannya memberi ASI, berbagai penyulit yang umum dapat dihindari atau dicegah Wulandari, 2011.
D. Peran ibu terhadap pemberian susu formula