Latar Belakang Pertanggungjawaban Pidana Dokter (Studi Putusan Makamah Agaung Nomor 365 K Pid 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan sejarah ilmu kedokteran, dunia kedokteran adalah profesi yang sudah dianggap mulia dari awal ditemukannya ilmu ini.Profesi kedokteran dibutuhkan disegala bidang kehidupan manusia, profesi menjadikan ilmu kedokteran menjadi suatu kajian ilmu yang sangat dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup didunia ini 1 .Memiliki berbagai cabang ilmu, dari Pediatri ilmu kesehatan anak, Ginekologi ilmu penyakit pada wanita, Neurologi ilmu penyakit saraf, hingga melingkupi bidang lainnya seperti kedokteran olahraga, dan kesehatan masyarakat, dan dibidang hukum ada jenis ilmu kedokteran yang dikenal dengan sebutan ilmu kedokteran kehakiman 2 . Profesi Kedokteranyang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan dan kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, serta kode etik yang bersifat melayani masyarakat diatur dalam UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 3 .Persyaratan standar pendidikan profesi kedokteran dan kedokteran gigi di atur dalamPasal 26 ayat 1 satu Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dalam yaitu standar pendidikan profesi kedokteran dan standar pendidikan profesi kedokteran gigi disahkan oleh konsil kedokteran Indonesia 4. Pelaksanaan pendidikan profesi dokter dan dokter gigi diatur oleh asosiasi institusi 1 http:ilmuhukum.umsb.ac.id diunduh Tanggal 9 juni 2013 2 ibid 3 Konsil kedokteran Indonesia. Standard Pendidikan Profesi Dokter .Jakarta,Konsil Kedokteran Indonesia 2006 .Hal.24 4 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Pasal 26 ayat 1. Universitas Sumatera Utara pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi, sedangkan untuk profesi dokter specialis atau dokter gigi specialis disusun oleh kologium kedokteran atau dokter gigi 5 . Profesi kedokteran merupakan profesi yang sangat mulia maka pendidikannya harus mempunyai standar yang sama dalam setiap pelaksanaannya, yang mana standar ini disusun oleh Organisasi Profesi, Kolegium, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Kesehatan. 6 Adanya standar pendidikan dokter dan dokter gigi ini diharapkan terujud suatu profesi yang bertanggungjawab dan menghasilkan dokter yang mempunyai kemampuan yang bagus. Dokter sebagai anggota profesi yang mengabadikan ilmunya pada kepentingan umum, mempunyai kebebasan nilai-nilai kemanusiaan di bawah kode etik kedokteran. Adanya kode etik kedokteran bertujuan untuk mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien, menjamin bahwa profesi kedokteran harus senantiasa dilaksanakan dengan niat yang luhur dan dengan cara yang benar. 7 Kode etik profesi kedokteran ini dikenal sejak 1800 tahun sebelum masehi, yang pelaksaaannya dilakukan oleh penguasa, kemudian mucul kode etik dalam bentuk sumpah dokter yang awalmulanya dikenal dengan nama sumpah Hippocrates yang 5 Ibid Pasal 26 ayat 2 6 Ibid Pasal 26 ayat 3 7 Bahder john nasution. Hukum Kesehatan Perta nggungja waban Dokter .Jakarta.Pt.Rineka Cipta,2005.Hal 7 Universitas Sumatera Utara hidup sekitar tahun 460-370 tahun masehi, yang berisikan kewajiban dokter dalam berprilaku dan bersikap 8 . Dokter mempunyai kedudukan yang unik dalam menjalankan kehidupannya di tengah masyarakat yaitu: 9 1. Rasa takut sering merupakan latar belakang utama kedatangan pasien kepada dokter. Betapapun ada kalanya keluhan itu sendiri tidak nyata, tetapi rasa takut itu benar – benar nyata. 2. Pasien sepenuhnya berserah diri kepada dokter, bahkan dalam keinginannya bebas dari rasa sakit. Bersedia di sakiti oleh dokternya, melalui berbagai prosedur dianostik ataupun dioperasi. 3. Hubungan antara dokter dan pasien bersifat sangat pribadi. Seluruh rahasia yang dimilikinya akan di bukakan kepada dokter,jika dikehendaki. 4. Dokter bekerja dalam keadaan yang serba tidak pasti, selain tubuh manusia yang sangat berpariasi, dokter tidak dapat membuat seperti hal nya seorang montir yang boleh membongkar seluruh isi” obyek yang akan di perbaiki” hanya untuk memastikan letak dan macam kelainan yang menimbulkan keluhan. 5. Masyarakat menaruh harapan dan kepercayaan kepada dokter, tetapi sekaligus juga mencurigai atau bahkan cemburu terhadapnya. 6. Tuntutan fungsi sosial antara dokter dan masyarakat memberikan status yang unik, tetapi juga tinggi bagi dokter. Mereka yang bermental lemah akan mudah terbuai oleh status ini dan lupa diri. Kedudukan yang unik tentu saja memberikan beban yang baru bagi setiap orang yang memilih profesi kedokteran. Beban tersebut atara lain tetap menjaga integritas, agar martabat profesinya tidak runtuh harus dipertahankan. Harapan masyarakat kepadanya harus di imbangi dengan bukti-bukti dalam bentuk perbuatan yang nyata. 8 Susatyo Herlambang. Etika Profesi Tenaga Kesehatan . Jogjakarta. 2011. Gosyen Publishing. Hal. 55 9 Kartono Muhammad, Penanganan Pelanggaran Etik Kedokteran , Makalah Dalam Symposium Kedokteran, Diselengarakan Oleh Bphn, Departemen Kehakiman Kerja Sama Dengan Idi, Jakarta,1983Dalam Buku,Ninik Mariyanti.SH.,Hal 1 Universitas Sumatera Utara Hubungan antara pasien dengan rumah sakit, dalam hal ini terutama dokter, memang merupakan hubungan antara penerima dengan pemberi jasa. Hubungan antara dokter dan pasien pada umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif 10 . Artinya medis aktif dalam hal pelaksanaan sedangkan pasien hanya pasif dalam hal tindakan, ini terlihat tidak adil sehingga hubungan seperti ini harus dirubah. Hubungan terjadi pada saat pasien mendatangi dokter pada saat pasien bertemu dengan dokter dan doktermemberikan pelayanannya maka sejak itulah telah terjadi suatu hubungan hukum 11 . Hubungan dokter dan pasien dahulunya bersifat hubungan vertical atau hubungan kepercayaan yang bersifat paternalistik , dimana tenaga kesehatan dianggap paling superior, kedudukan dokter pasien tidak sederajat, kurang interaksi antara dokter dan pasien karena pasien bersifat pasif dengan menyerahkan segala kepercayaannya kepada dokter 12 .Hubungan kepercayaan antara dokter dan pasien yang tadinya sudah cukup diatur dalam ranah moral yaitu etika profesi dan etik kemudian berubah kearah pengaturan normatif yang bersifat memaksa karena adanya keinginan untuk mempertahankan hak dengan perlindungan hukum terhadap pemberian jasa pelayanan kesehatan 13 .Atas Perubahan ini maka timbul hubungan yang lebih demokratis yaitu hubungan Horizontal 10 Danny Wiradharma, Hukum Kedokteran. Mandar Maju. Bandung. 1996, Hal. 42 11 Safitri Hariyani. Sengketa Medik: Alternatif Penyelesaian antara Dokter dan Pasien, Diadit Media. Jakarta. 2005. Hal. 10 . 12 Syahrul Machmud. Penegakan Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan Medical Malpraktik. Bandung. Karya Putra Darwati 2012. Hal.58 13 Bahder John. OpCit .Hal. 25 Universitas Sumatera Utara Kontraktual ,antara dokter dan pasien mempunyai hubungan hukum yang sederajat segala sesuatunya dikomunikasikan kepada keduabelah pihak, kesepakatan ini disebut juga Informed Consent 14 . Hubungan kontraktual muncul akibat kebangkitan kesadaran akan HAM dalam bidang kesehatan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat serta semakin tingginya pengetahuan pasien terhadap berbagai masalah kesehatan 15 . Hak-hak pasien berkembang dengan baik, akibat kesadaran akan HAM khususnya terkait hak atas informasi yang dimiliki pasien tentang penyakitnya sebagaimana tertuang dalam Declaration of Lisbon 1981 dan Patien’sBill of Rights American HospitalAssociation , 1972 mempunyai hak menerima dan menolak pengobatan dan hak untuk menerima informasi dari dokternya sebelum memberikan persetujuan tindakan medik 16 .Hak ini sesuai dengan asas hukum kesehatan yaitu the right to health care hak atas pelayanan kesehatn dan the right of self determination hak untuk menentukan nasib sendiri 17 . Hak atas pelayana kesehatan bisa terujud secara baik atau tergantung dari 4 faktor yaitu sarana kesehatan, geografis suatu daerah agar pelayanan kesehatan bisa maksimal, keuangan masyarakat, kualitas sarana maupun sumber daya tenaga kesehatannya. Hak untuk menentukan nasib sendiri atau hak yang berasal dari diri sendiri yaitu hak privacy atas segala sesuatu mengenai keadaan diri atau badannya 14 Syahrul machmud. OpCit .Hal. 57 15 Bidang Peneliti Dan Pengembangan Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia, Dokter, dan Pasien dalam mencegah malpraktek .Jakarta.2008. diunduh tanggal 1 agustus 2013. 16 ibid 17 Danny Wiradharma. Opci t . Hal 37 Universitas Sumatera Utara sendiri yang tidak ingin diketahui orang lain rahasia kedokteran, kecuali dokter yang memeriksa dirinya, dan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan terhadap diri pasien informed consen 18 . Menurut Szaza dan Molander hubungan dokter pasien ada 3 tiga tipe 19 : 1. Hubungan aktif – pasif. 2. Hubungan pemberian petunjuk-koperatif. 3. Hubungan partisipasif. Dokter dan dokter gigi melakukan komunikasi dengan baik dan rinci sehingga pasien mengerti tentang kondisi kesehatan dan hak-hak nya sebagai seorang pasien yang juga dilindungi oleh hukum.Sehingga menguntungkan pasien karena telah mengetahui tingkat kesehatan atau keparahannya penyakit serta kemampuan dokter dalam melakukan tindakan untuk membantu masalah sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu 20 . Hubungan antara dokter dan pasien dapat dilihat pada Kode Etik Kedokteran Indonesia KODEKI. Mukadimah KODEKI dijelaskan bahwa, sejak permulaan sejarah mengenai umat manusia sudah dikenal hubungan kepercayaan antara dua insan, yaitu sang pengobat dan penderita pasien dalam zaman modern, hubungan itu disebut sebagai hubungan transaksi terapeutik antara dokter dan penderita pasien yang dilakukan dalam suasana saling percaya mempercayai serta senantiasa diliputi 18 Ibid . Hal. 38-40 19 www.slide share.Com. Hubungan dokter-pera wat dan pasien .oleh Luqman Effendi,di unduh tgl 2juni 2013. 20 Desritza Rahman. Mediasi non litigasi terhadap sengketa medic dengan konsep win-win solution .Jakarta: Pt. Elek Media Komputindo2012.Hal.3 Universitas Sumatera Utara oleh segala emosi, harapan dan kekhawatiran makhluk insani 21 . Hubungan terapeutik adalah perjanjian yang termasuk dalam inspaningsverbintenis yaitu perjanjian upaya, yang mana dokter hanya berkewajiban melakukan pelayanan kewajiban dengan kesungguhan, dengan mengerahkan kemampuan dan perhatiannya sesuai dengan standar operasional tanpa menjanjikan hasil dari yang telah diperjanjikan.Upaya memenuhi kewajiban menimbulkan suatu kesalahan yang berujud suatu perbuatan yang diatur oleh hukum pidana, maka masalah bisa dimintakan pertanggungjawaban pidananya 22 . Hubungan antara dokter dan pasien juga diatur dalam Bab II Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran, khususnya Pasal 2 yang menegaskan “Praktikkedokteran dilaksanakan berasaskanPancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,manfaat, keadilan, kemanusiaan,keseimbangan serta perlindungan dankeselamatan pasien ” 23 . Dokter dalam melakukan tindakan medis terhadap pasien, dokter atau dokter gigi harus memberikan penjelasan yang cukup kepada pasien, yaitu sekurang- kurangnya 24 : 1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis 2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan 21 Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Indonesia. Kode Etik Kedokteran Indonesia . Jakarta. Tahun 2002 22 Bahder john. Op Cit . Hal.13-17 23 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Pasal 2. 24 Koeswadi,Hermein Hadiati . Hukum dan masala h medic .Surabaya :Airlangga University Press.1984. Hal.14 Universitas Sumatera Utara 3. Alternatif tindakan lain dan resikonya 4. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi 5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan Setelah dokter dan dokter gigi memberikan penjelasan, kemudian akan melakukan tindakan yang mana bahwa tindakan dokter atau dokter gigi harus mendapat persetujuan 25 dari keluarga terdekat atau ahli waris. Hukum kedokteran yang berkembang dan malpraktek yang baru dikenal konsepnya berbanding terbalik dengan banyaknya sorotan masyarakat terhadap hukum kesehatan, khususnya kepada dokter dan rumah sakit. Kondisi ini dipicu oleh pemberitaan mengenai malpraktek yang marak semakin memperjelas adanya peningkatan dugaan malpraktek medis. 26 Malpraktek sendiri di Indonesia pertama kali digunakan dalam majalah tempo edisi 25 oktober 1986. 27 Malpraktek belum mempunyai batasan yang jelas pengertiannya pun berbeda-beda, veronica mengatakan malpraktek berasal dari kata malpractice yang pada hakekatnya adalah kesalahan menjalankan profesi yang timbul sebagai akibat adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dokter. 28 J. guwandi mengatakan malpraktek adalah memiliki konotasi buruk, bersifat stigmatis, dan menyalahkan 29 . 25 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Kesehatan pasal 45 ayat 1 26 J. guwandi. Hukum Medik . Fakultas kedokteran Indonesia. 2004. Jakarta. Hal.9 27 Oemar Seno Adji. Etika Professional Dan Hukum Pertanggungja waban Pidana Dokter .Erlangga. 1991. Jakarta. Hal 58 28 Veronica Komalawati. Hukum Dan Etika Dalam Praktek Dokter . Pustaka Sinar Harapan.1089. Jakarta. Hal 87 29 J.guwandi. Op Cit . Hal.9 Universitas Sumatera Utara Dulu etika profesi mampu menjaga citra dan tingkahlaku para dokter dalam menjalankan profesi, denganbeberapa perubahan dalam perkembangan profesi kedokteran, dan menurut H.R. Hariadi antara lain 30 : 1. Perubahan sikap hidup dari idealis mengarah ke materialisme. Dalam hal ini, ada dokter yang lebih mementingkan materi daripada kehormatan profesi dokter. 2. Masuknya dokter asing dan dokter lulusan luar negeri yang mempunyai latar belakang dan budaya yang berbeda, sehingga menambah ketatnya kompetisi antar dokter. 3. Berbagai kemajuan dan perkembangan masyarakat sebagai pengguna jasa kesehatan dan kedokteran. 4. Tingkat kesejahteraan dan daya kritis masyarakat yang meningkat memungkinkan mereka menuntut dokter yang lebih baik lagi atau jika mereka tidak puas dengan dokter yang ada di Indonesia, mereka mencarinya di luar negeri. 5. Kesenjangan antara kaya dan miskin makin melebar, menyebabkan adanya dokterrumah sakit yang hanya melayani mereka yang mampu dan kaya saja. 6. Teknologi komunikasi dan informasi makin canggih, teknologi banyak digunakan manusia, sehingga masyarakat dapat menggunakan jasa internet dan telemedicine, yang memungkinkan pasien menjadi lebih 30 Rinanto Suryadhimirtha. Hukum Malapraktik Kedokteran Disertai Kasus dan Penyelesaiannya .Yogyakarta. 2011. Totalmedia. Hal. 1. Universitas Sumatera Utara 7. Meningkatnya kesadaran masyarakat menggunakan jasa pengacara untuk memperoleh dan membela hak-haknya dalam bidang kesehatan. 8. Industri farmasi, laboratorium medis dan industri peralatan kedokteran secara efektif dan efisien memanfaatkan para dokter sebagai perantara makelar yang potensial untuk menjual jasa dan produknya kepada pasien sebagai konsumen. Kerja sama antara dokter dan industri farmasi, laboratorium medis dan industri peralatan dokter mengabaikan berbagai perilaku yang dahulu dianggap tidak etik, sekarang diabaikan. Banyaknya perubahan-perubah diatas sehingga memaksa pemerintah untuk lebih menjamin hak kesehatan yang baik, maka di atur sanksi pidana dalam etika kedokteran. Media massa banyak memberitakan kasus dugaan malpraktek , salah satu kasus malpraktek yang membuat para dokter se Indonesia melakukan demonstrasi dikarenakan mereka merasa dikriminalisasi adalah putusan oleh Mahkamah Agung dengan nomor 365 Kpid2012. Tentang kelalaian yang dilakukan oleh dokter Dewa Ayu Sasiary Prawani, dokter Hendry Simanjuntak, dokter Hendy Siagian dalam tindakan operasi Cito Secsio Sesoria yang mengakibatkan kematian terhadap pasien nya. Terhadap tindakan kelalaian ini banyak menimbulkan pertanyaan apakah ini kelalaian dokter atau bukan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik menulis tesis dengan judul Pertanggungjawaban Pidana Dokter dalam Malpraktek studi putusan Mahkamah Agung Nomor 365 Kpid2012. B.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas dapatlah dirumuskan beberapa pokok masalah yang akan di bahas dalam penulisan tesis ini, adapun perumusan masalah dalam penulisan ini adalah: 1. Bagaimana peraturan tentang malpraktik dokter dalam hukum positif indonesia? 2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana dokter terhadap kasus malpraktek dalam Putusan Mahakamah Agung Nomor 365 Kpid2012?

C. Tujuan Penelitian