BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan sejarah ilmu kedokteran, dunia kedokteran adalah profesi yang sudah dianggap mulia dari awal ditemukannya ilmu ini.Profesi kedokteran
dibutuhkan disegala bidang kehidupan manusia, profesi menjadikan ilmu kedokteran menjadi suatu kajian ilmu yang sangat dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup
didunia ini
1
.Memiliki berbagai cabang ilmu, dari Pediatri ilmu kesehatan anak, Ginekologi ilmu penyakit pada wanita, Neurologi ilmu penyakit saraf, hingga
melingkupi bidang lainnya seperti kedokteran olahraga, dan kesehatan masyarakat, dan dibidang hukum ada jenis ilmu kedokteran yang dikenal dengan sebutan ilmu
kedokteran kehakiman
2
. Profesi Kedokteranyang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan dan
kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, serta kode etik yang bersifat melayani masyarakat diatur dalam
UU No. 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran
3
.Persyaratan standar pendidikan profesi kedokteran dan kedokteran gigi di atur dalamPasal 26 ayat 1 satu Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 Tentang
Praktik Kedokteran dalam yaitu standar pendidikan profesi kedokteran dan standar pendidikan profesi kedokteran gigi disahkan oleh konsil kedokteran Indonesia
4.
Pelaksanaan pendidikan profesi dokter dan dokter gigi diatur oleh asosiasi institusi
1
http:ilmuhukum.umsb.ac.id diunduh Tanggal 9 juni 2013
2
ibid
3
Konsil kedokteran Indonesia.
Standard Pendidikan Profesi Dokter
.Jakarta,Konsil Kedokteran Indonesia 2006 .Hal.24
4
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Pasal 26 ayat 1.
Universitas Sumatera Utara
pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi, sedangkan untuk profesi dokter specialis atau dokter gigi specialis disusun oleh kologium kedokteran atau dokter gigi
5
. Profesi kedokteran merupakan profesi yang sangat mulia maka
pendidikannya harus mempunyai standar yang sama dalam setiap pelaksanaannya, yang mana standar ini disusun oleh Organisasi Profesi, Kolegium, Asosiasi Rumah
Sakit Pendidikan,
Departemen Pendidikan
Nasional dan
Departemen Kesehatan.
6
Adanya standar pendidikan dokter dan dokter gigi ini diharapkan terujud suatu profesi yang bertanggungjawab dan menghasilkan dokter yang mempunyai
kemampuan yang bagus. Dokter sebagai anggota profesi yang mengabadikan ilmunya pada
kepentingan umum, mempunyai kebebasan nilai-nilai kemanusiaan di bawah kode etik kedokteran. Adanya kode etik kedokteran bertujuan untuk mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien, menjamin bahwa profesi kedokteran harus senantiasa dilaksanakan dengan niat yang luhur dan dengan cara yang benar.
7
Kode etik profesi kedokteran ini dikenal sejak 1800 tahun sebelum masehi, yang
pelaksaaannya dilakukan oleh penguasa, kemudian mucul kode etik dalam bentuk sumpah dokter yang awalmulanya dikenal dengan nama sumpah
Hippocrates
yang
5
Ibid
Pasal 26 ayat 2
6
Ibid
Pasal 26 ayat 3
7
Bahder john nasution.
Hukum Kesehatan Perta nggungja waban Dokter
.Jakarta.Pt.Rineka Cipta,2005.Hal 7
Universitas Sumatera Utara
hidup sekitar tahun 460-370 tahun masehi, yang berisikan kewajiban dokter dalam berprilaku dan bersikap
8
. Dokter mempunyai kedudukan yang unik dalam menjalankan kehidupannya
di tengah masyarakat yaitu:
9
1. Rasa takut sering merupakan latar belakang utama kedatangan pasien kepada
dokter. Betapapun ada kalanya keluhan itu sendiri tidak nyata, tetapi rasa takut itu benar
– benar nyata. 2.
Pasien sepenuhnya berserah diri kepada dokter, bahkan dalam keinginannya bebas dari rasa sakit. Bersedia di sakiti oleh dokternya, melalui berbagai
prosedur dianostik ataupun dioperasi.
3. Hubungan antara dokter dan pasien bersifat sangat pribadi. Seluruh rahasia
yang dimilikinya akan di bukakan kepada dokter,jika dikehendaki. 4.
Dokter bekerja dalam keadaan yang serba tidak pasti, selain tubuh manusia yang sangat berpariasi, dokter tidak dapat membuat seperti hal nya seorang
montir yang boleh membongkar seluruh isi” obyek yang akan di perbaiki” hanya untuk memastikan letak dan macam kelainan yang menimbulkan
keluhan.
5. Masyarakat menaruh harapan dan kepercayaan kepada dokter, tetapi
sekaligus juga mencurigai atau bahkan cemburu terhadapnya. 6.
Tuntutan fungsi sosial antara dokter dan masyarakat memberikan status yang unik, tetapi juga tinggi bagi dokter. Mereka yang bermental lemah akan
mudah terbuai oleh status ini dan lupa diri. Kedudukan yang unik tentu saja memberikan beban yang baru bagi setiap
orang yang memilih profesi kedokteran. Beban tersebut atara lain tetap menjaga integritas, agar martabat profesinya tidak runtuh harus dipertahankan. Harapan
masyarakat kepadanya harus di imbangi dengan bukti-bukti dalam bentuk perbuatan yang nyata.
8
Susatyo Herlambang.
Etika Profesi Tenaga Kesehatan
. Jogjakarta. 2011. Gosyen Publishing. Hal. 55
9
Kartono Muhammad,
Penanganan Pelanggaran Etik Kedokteran
, Makalah Dalam Symposium Kedokteran, Diselengarakan Oleh Bphn, Departemen Kehakiman Kerja Sama Dengan Idi,
Jakarta,1983Dalam Buku,Ninik Mariyanti.SH.,Hal 1
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara pasien dengan rumah sakit, dalam hal ini terutama dokter, memang merupakan hubungan antara penerima dengan pemberi jasa. Hubungan
antara dokter dan pasien pada umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif
10
. Artinya medis aktif dalam hal pelaksanaan sedangkan pasien hanya pasif dalam hal tindakan, ini terlihat tidak adil sehingga hubungan seperti ini harus
dirubah. Hubungan terjadi pada saat pasien mendatangi dokter pada saat pasien
bertemu dengan dokter dan doktermemberikan pelayanannya maka sejak itulah telah terjadi suatu hubungan hukum
11
. Hubungan dokter dan pasien dahulunya bersifat hubungan
vertical
atau hubungan kepercayaan yang bersifat
paternalistik
, dimana tenaga kesehatan dianggap paling superior, kedudukan dokter pasien tidak sederajat,
kurang interaksi antara dokter dan pasien karena pasien bersifat pasif dengan menyerahkan segala kepercayaannya kepada dokter
12
.Hubungan kepercayaan antara dokter dan pasien yang tadinya sudah cukup diatur dalam ranah moral yaitu etika
profesi dan etik kemudian berubah kearah pengaturan normatif yang bersifat memaksa karena adanya keinginan untuk mempertahankan hak dengan perlindungan
hukum terhadap pemberian jasa pelayanan kesehatan
13
.Atas Perubahan ini maka timbul
hubungan yang
lebih demokratis
yaitu hubungan
Horizontal
10
Danny Wiradharma,
Hukum Kedokteran.
Mandar Maju. Bandung. 1996, Hal. 42
11
Safitri Hariyani.
Sengketa Medik: Alternatif Penyelesaian antara Dokter dan Pasien,
Diadit Media. Jakarta. 2005. Hal. 10
.
12
Syahrul Machmud.
Penegakan Hukum Dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan Medical Malpraktik.
Bandung. Karya Putra Darwati 2012. Hal.58
13
Bahder John.
OpCit
.Hal. 25
Universitas Sumatera Utara
Kontraktual
,antara dokter dan pasien mempunyai hubungan hukum yang sederajat segala sesuatunya dikomunikasikan kepada keduabelah pihak, kesepakatan ini disebut
juga
Informed Consent
14
.
Hubungan kontraktual muncul akibat kebangkitan kesadaran akan HAM dalam bidang kesehatan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat serta semakin
tingginya pengetahuan pasien terhadap berbagai masalah kesehatan
15
. Hak-hak pasien berkembang dengan baik, akibat kesadaran akan HAM khususnya terkait hak atas
informasi yang dimiliki pasien tentang penyakitnya sebagaimana tertuang dalam
Declaration of
Lisbon
1981 dan
Patien’sBill of Rights
American HospitalAssociation
, 1972 mempunyai hak menerima dan menolak pengobatan dan hak untuk menerima informasi dari dokternya sebelum memberikan persetujuan
tindakan medik
16
.Hak ini sesuai dengan asas hukum kesehatan yaitu
the right to health care
hak atas pelayanan kesehatn dan
the right of self determination
hak untuk menentukan nasib sendiri
17
. Hak atas pelayana kesehatan bisa terujud secara baik atau tergantung dari 4
faktor yaitu sarana kesehatan, geografis suatu daerah agar pelayanan kesehatan bisa maksimal, keuangan masyarakat, kualitas sarana maupun sumber daya tenaga
kesehatannya. Hak untuk menentukan nasib sendiri atau hak yang berasal dari diri sendiri yaitu hak privacy atas segala sesuatu mengenai keadaan diri atau badannya
14
Syahrul machmud.
OpCit
.Hal. 57
15
Bidang Peneliti Dan Pengembangan Hak Asasi Manusia,
Hak Asasi Manusia, Dokter, dan Pasien dalam mencegah malpraktek
.Jakarta.2008. diunduh tanggal 1 agustus 2013.
16
ibid
17
Danny Wiradharma.
Opci
t . Hal 37
Universitas Sumatera Utara
sendiri yang tidak ingin diketahui orang lain rahasia kedokteran, kecuali dokter yang memeriksa dirinya, dan persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan terhadap
diri pasien
informed consen
18
. Menurut Szaza dan Molander hubungan dokter pasien ada 3 tiga tipe
19
: 1.
Hubungan aktif – pasif.
2. Hubungan pemberian petunjuk-koperatif.
3. Hubungan partisipasif.
Dokter dan dokter gigi melakukan komunikasi dengan baik dan rinci sehingga pasien mengerti tentang kondisi kesehatan dan hak-hak nya sebagai seorang
pasien yang juga dilindungi oleh hukum.Sehingga menguntungkan pasien karena telah mengetahui tingkat kesehatan atau keparahannya penyakit serta kemampuan
dokter dalam melakukan tindakan untuk membantu masalah sesuai dengan kondisi yang ada pada saat itu
20
. Hubungan antara dokter dan pasien dapat dilihat pada Kode Etik Kedokteran
Indonesia KODEKI. Mukadimah KODEKI dijelaskan bahwa, sejak permulaan sejarah mengenai umat manusia sudah dikenal hubungan kepercayaan antara dua
insan, yaitu sang pengobat dan penderita pasien dalam zaman modern, hubungan itu disebut sebagai hubungan transaksi
terapeutik
antara dokter dan penderita pasien yang dilakukan dalam suasana saling percaya mempercayai serta senantiasa diliputi
18
Ibid
. Hal. 38-40
19
www.slide share.Com.
Hubungan dokter-pera wat dan pasien
.oleh Luqman Effendi,di unduh tgl 2juni 2013.
20
Desritza Rahman.
Mediasi non litigasi terhadap sengketa medic dengan konsep win-win solution
.Jakarta: Pt. Elek Media Komputindo2012.Hal.3
Universitas Sumatera Utara
oleh segala emosi, harapan dan kekhawatiran makhluk insani
21
. Hubungan
terapeutik
adalah perjanjian yang termasuk dalam
inspaningsverbintenis
yaitu perjanjian upaya, yang mana dokter hanya berkewajiban melakukan pelayanan kewajiban dengan
kesungguhan, dengan mengerahkan kemampuan dan perhatiannya sesuai dengan standar operasional tanpa menjanjikan hasil dari yang telah diperjanjikan.Upaya
memenuhi kewajiban menimbulkan suatu kesalahan yang berujud suatu perbuatan yang diatur oleh hukum pidana, maka masalah bisa dimintakan pertanggungjawaban
pidananya
22
. Hubungan antara dokter dan pasien juga diatur dalam Bab II Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran, khususnya Pasal 2 yang menegaskan
“Praktikkedokteran dilaksanakan berasaskanPancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah,manfaat, keadilan, kemanusiaan,keseimbangan serta perlindungan
dankeselamatan pasien ”
23
. Dokter dalam melakukan tindakan medis terhadap pasien, dokter atau
dokter gigi harus memberikan penjelasan yang cukup kepada pasien, yaitu sekurang- kurangnya
24
:
1.
Diagnosis dan tata cara tindakan medis
2.
Tujuan tindakan medis yang dilakukan
21
Majelis Kehormatan Etika Kedokteran Indonesia.
Kode Etik Kedokteran Indonesia
. Jakarta. Tahun 2002
22
Bahder john.
Op Cit
. Hal.13-17
23
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran Pasal 2.
24
Koeswadi,Hermein Hadiati
. Hukum dan masala h medic
.Surabaya :Airlangga University Press.1984. Hal.14
Universitas Sumatera Utara
3.
Alternatif tindakan lain dan resikonya
4.
Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
5.
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan Setelah dokter dan dokter gigi memberikan penjelasan, kemudian akan
melakukan tindakan yang mana bahwa tindakan dokter atau dokter gigi harus mendapat persetujuan
25
dari keluarga terdekat atau ahli waris. Hukum kedokteran yang berkembang dan malpraktek yang baru dikenal
konsepnya berbanding terbalik dengan banyaknya sorotan masyarakat terhadap hukum kesehatan, khususnya kepada dokter dan rumah sakit. Kondisi ini dipicu oleh
pemberitaan mengenai malpraktek yang marak semakin memperjelas adanya peningkatan dugaan malpraktek medis.
26
Malpraktek sendiri di Indonesia pertama kali digunakan dalam majalah tempo edisi 25 oktober 1986.
27
Malpraktek belum mempunyai batasan yang jelas pengertiannya pun berbeda-beda, veronica mengatakan malpraktek berasal dari kata
malpractice yang pada hakekatnya adalah kesalahan menjalankan profesi yang timbul sebagai akibat adanya kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan dokter.
28
J. guwandi mengatakan malpraktek adalah memiliki konotasi buruk, bersifat stigmatis, dan
menyalahkan
29
.
25
Undang-Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Kesehatan pasal 45 ayat 1
26
J. guwandi.
Hukum Medik
. Fakultas kedokteran Indonesia. 2004. Jakarta. Hal.9
27
Oemar Seno Adji.
Etika Professional Dan Hukum Pertanggungja waban Pidana Dokter
.Erlangga. 1991. Jakarta. Hal 58
28
Veronica Komalawati.
Hukum Dan Etika Dalam Praktek Dokter
. Pustaka Sinar Harapan.1089. Jakarta. Hal 87
29
J.guwandi.
Op Cit
. Hal.9
Universitas Sumatera Utara
Dulu etika profesi mampu menjaga citra dan tingkahlaku para dokter dalam menjalankan profesi, denganbeberapa perubahan dalam perkembangan profesi
kedokteran, dan menurut H.R. Hariadi antara lain
30
: 1.
Perubahan sikap hidup dari idealis mengarah ke materialisme. Dalam hal ini, ada dokter yang lebih mementingkan materi daripada kehormatan profesi
dokter. 2.
Masuknya dokter asing dan dokter lulusan luar negeri yang mempunyai latar belakang dan budaya yang berbeda, sehingga menambah ketatnya kompetisi
antar dokter. 3.
Berbagai kemajuan dan perkembangan masyarakat sebagai pengguna jasa kesehatan dan kedokteran.
4. Tingkat kesejahteraan dan daya kritis masyarakat yang meningkat
memungkinkan mereka menuntut dokter yang lebih baik lagi atau jika mereka tidak puas dengan dokter yang ada di Indonesia, mereka mencarinya di luar
negeri. 5.
Kesenjangan antara kaya dan miskin makin melebar, menyebabkan adanya dokterrumah sakit yang hanya melayani mereka yang mampu dan kaya saja.
6. Teknologi komunikasi dan informasi makin canggih, teknologi banyak
digunakan manusia, sehingga masyarakat dapat menggunakan jasa internet dan telemedicine, yang memungkinkan pasien menjadi lebih
30
Rinanto Suryadhimirtha.
Hukum Malapraktik Kedokteran Disertai Kasus dan Penyelesaiannya
.Yogyakarta. 2011. Totalmedia. Hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
7. Meningkatnya kesadaran masyarakat menggunakan jasa pengacara untuk
memperoleh dan membela hak-haknya dalam bidang kesehatan. 8.
Industri farmasi, laboratorium medis dan industri peralatan kedokteran secara efektif dan efisien memanfaatkan para dokter sebagai perantara makelar
yang potensial untuk menjual jasa dan produknya kepada pasien sebagai konsumen. Kerja sama antara dokter dan industri farmasi, laboratorium medis
dan industri peralatan dokter mengabaikan berbagai perilaku yang dahulu dianggap tidak etik, sekarang diabaikan.
Banyaknya perubahan-perubah diatas sehingga memaksa pemerintah untuk lebih menjamin hak kesehatan yang baik, maka di atur sanksi pidana dalam etika
kedokteran. Media massa banyak memberitakan kasus dugaan malpraktek , salah satu
kasus malpraktek yang membuat para dokter se Indonesia melakukan demonstrasi dikarenakan mereka merasa dikriminalisasi adalah putusan oleh Mahkamah Agung
dengan nomor 365 Kpid2012. Tentang kelalaian yang dilakukan oleh dokter Dewa Ayu Sasiary Prawani, dokter Hendry Simanjuntak, dokter Hendy Siagian dalam
tindakan operasi
Cito Secsio Sesoria
yang mengakibatkan kematian terhadap pasien nya. Terhadap tindakan kelalaian ini banyak menimbulkan pertanyaan apakah ini
kelalaian dokter atau bukan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik menulis tesis dengan judul Pertanggungjawaban Pidana Dokter dalam Malpraktek studi putusan
Mahkamah Agung Nomor 365 Kpid2012.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas dapatlah dirumuskan beberapa pokok masalah yang akan di bahas dalam penulisan tesis ini,
adapun perumusan masalah dalam penulisan ini adalah: 1.
Bagaimana peraturan tentang malpraktik dokter dalam hukum positif indonesia?
2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana dokter terhadap kasus malpraktek
dalam Putusan Mahakamah Agung Nomor 365 Kpid2012?
C. Tujuan Penelitian