Ekobiologi Ikan Bilih Mystacoleucus Padangensis (Bleeker, 1852) Sebagai Dasar Pengelolaan Di Sungai Naborsahan, Danau Toba, Sumatera Utara

EKOBIOLOGI IKAN BILIH Mystacoleucus padangensis (Bleeker, 1852)
SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN DI SUNGAI NABORSAHAN,
DANAU TOBA, SUMATERA UTARA

ANI SURYANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Ekobiologi Ikan Bilih
Mystacoleucus padangensis (Bleeker, 1852) sebagai Dasar Pengelolaan di Sungai
Naborsahan, Danau Toba, Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2015
Ani Suryanti
NRP C261110041

RINGKASAN
ANI SURYANTI. Ekobiologi Ikan Bilih Mystacoleucus padangensis (Bleeker,
1852) sebagai Dasar Pengelolaan di Sungai Naborsahan, Danau Toba, Sumatera
Utara. Dibimbing oleh SULISTIONO, ISMUDI MUCHSIN dan ENDI S.
KARTAMIHARDJA.
Ikan bilih Mystacoleucus padangensis (Bleeker, 1852) pada awalnya
merupakan ikan endemik Danau Singkarak kemudian berhasil diintroduksi di
Danau Toba sebagai salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kepunahan
spesies dan saat ini ikan bilih merupakan komoditas tangkapan utama di Sungai
Naborsahan Danau Toba Sumatera Utara. Aktivitas penangkapan yang cukup
tinggi dikhawatirkan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan bilih.
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengkaji karakteristik habitat pemijahan,
asuhan dan pembesaran bagi kehidupan ikan bilih, 2) mengkaji makanan dan
kebiasaan makan ikan bilih, 3) mengkaji pertumbuhan dan laju eksploitasi ikan
bilih, 4) mengkaji potensi reproduksi ikan bilih, dan 5) menentukan strategi

pengelolaan yang tepat bagi keberlanjutan sumberdaya ikan bilih.
Penelitian dilakukan di Sungai Naborsahan yang bermuara ke Danau Toba
Sumatera Utara. Pengamatan parameter lingkungan dan parameter biologi
dilakukan setiap bulan selama 12 bulan dari Bulan April 2013 hingga Maret 2014.
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain penelitian ditetapkan
dengan cara zonasi dengan mempertimbangkan karakteristik perairan sungai yang
bermuara ke Danau Toba berdasarkan tipologi habitat, pengaruh tekanan
lingkungan sekitar danau, dan eksploitasi sehingga contoh ikan yang diperoleh
menggambarkan kondisi ikan bilih yang ada di perairan atau habitatnya, dan
efisiensi operasional pelaksanaan. Berdasarkan hal tersebut ditetapkan enam
stasiun yaitu tiga stasiun mewakili bagian sungai, satu stasiun muara dan dua
stasiun mewakili bagian danau.
Principal Component Analysis (PCA) digunakan untuk mengetahui
keterkaitan antar faktor yang dapat berpengaruh pada kondisi habitat pemijahan,
asuhan dan pembesaran bagi kehidupan ikan bilih, kelimpahan juvenil dan ikan
antar stasiun dan waktu. Struktur populasi ikan berdasarkan jenis kelamin,
struktur ukuran dan struktur Tingkat Kematangan Gonad (TKG) menurut stasiun
dan waktu dianalisis secara deskriptif. Hubungan fekunditas dengan ukuran ikan
(panjang dan bobot) ditentukan menggunakan analisis regresi, parameter
pertumbuhan (K, L∞, dan t0) ikan bilih diduga menggunakan metode ELEFAN

yang terakomodasi pada perangkat lunak FISAT II.
Hasil pengamatan karakteristik habitat diperoleh ada tiga pengelompokan
stasiun yang memiliki kemiripan yang sama, yaitu kelompok 1 (Stasiun 1 mirip
dengan Stasiun 2), kelompok 2 (Stasiun 3 mirip dengan Stasiun 4), dan kelompok
3 (Stasiun 5 mirip dengan Stasiun 6). Sifat fisika, kimia dan biologi yang
menonjol pada Stasiun 1 dan 2 adalah DO, arus, jumlah ikan betina dan jumlah
ikan jantan. Pada Stasiun 3 dan 4, sifat-sifat yang dominan adalah Fosfat, Nitrit,
kedalaman, kecerahan, COD, BOD5, kekeruhan, jumlah anakan dan juvenil.
Nitrat, plankton, suhu, akalinitas, pH, amoniak paling unggul di Stasiun 5 dan 6.
Faktor fisika kimia yang berpengaruh paling kuat di Stasiun 1 dan 2 adalah arus,

kemudian DO, sementara kekeruhan dan BOD5 lebih berpengaruh kuat di stasiun
3 dan 4 dibandingkan faktor fisika kimia lainnya. Pada stasiun 5 dan 6, faktor
fisika dan kimia yang paling berpengaruh kuat adalah alkalinitas, pH dan
amoniak. Secara umum kondisi kualitas air di lokasi penelitian masih mendukung
untuk kehidupan plankton, perifiton dan ikan bilih. Fitoplankton dan perifiton
yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian dari kelas Bacillariophyceae.
Makanan alami ikan bilih di sungai dan Danau Toba adalah sama yaitu
fitoplankton dari kelas Bacilariopiceae. Pakan alami ikan bilih di dalam usus
adalah fitoplankton diantaranya: Rhizosolenia, Synedra, Gonatozygon,

Closterium, Surirella, Pinnularia, Oscillatroria, Melosira, Gyrosigma,
Aulacoseira dan Zooplankton antara lain Creseis, Tubifex dan Daphnia. Jenis
pakan alami yang ditemukan paling banyak di dalam usus ikan bilih adalah
fitoplankton dari genus Synedra kelas Bacilariopiceae nilai IP (Index of
Preporedance) yaitu 98.9%. Berdasarkan komposisi pakan alami yang
mendominasi, ikan bilih termasuk ikan pemakan plankton (plankton feeder). Ikan
bilih selama waktu beruaya tetap melakukan aktivitas makan dan aktif mencari
makan pada siang hari atau bersifat diurnal.
Hasil tangkapan ikan bilih selama penelitian sebanyak 6 069 ekor yang
terdiri dari 4 044 ikan jantan dan 2 025 ekor ikan betina. Pola pertumbuhan ikan
bilih jantan dan betina bersifat allometrik negatif (P 40%-98.9%.
Based on the composition of the dominant natural food, the fish could classified to
be planktonfeeder fish. During migration, the fish keep feeding activity and
actively looking for food during the day.
Total catch of the fish during the study was 6 069 of fish, consisted of 4
044 males and 2 025 females fish. Growth pattern of the males and female fish
were allometric negative (P