98
Tapi kemudian dalam perjalanannya arsitektur dan budaya ditarik dan
dikaitkan oleh agama dan kekuasaan. Inilah yang kemudian melahirkan
arsitektur yang terlepas dari harkatnya yaitu masyarakat. Lalu akhirnya timbul
dua aliran arsitektur, yaitu yang terlepas harkat dan menjadi bidang kerja
keprofesian arsitek dan arsitektur yang masih dikerjakan masyarakat sendiri.
Pertanyaan yang mungkin menarik itu jika mau berbicara arsitektur, yang
mana?
Kata arsitektur juga muncul tadi karena pemisahan, dari proses semula yang
ada di masyarakat menjadi proses di kalangan elit. Sah-sah saja jika ada dua
aliran. Ini ada di semua bidang, misalnya perumahan. Banyak statement
mengenai perumahan yang sebenarnya adalah bukan perumahan yang dimiliki
masyarakat. Di Indonesia, saya kira sekitar 80-85 rumah yang digunakan
masyarakat hadir tanpa pelayanan seorang arsitek. Munculnya ide housing
backlog itu berangkat dari anggapan bahwa rumah itu yang benar adalah
yang buatan swasta, bukan dibuat oleh masyarakat. Padahal 85 rumah yang
ada adalah dari masyarakat. Kalau kita memang memahami ide
Tapi itu adalah hakikat di lapangan, dan tinggal individu lebih cenderung kemana.
Kecenderungan pada yang punya modal atau dia ingin dekat dengan masyarakat
untuk membangkitkan mereka.
Seperti di Surabaya, kampung-kampung bahkan bisa lebih bagus dari yang
disebut low cost housing-nya pemerintah. Jadi artinya masyarakat itu sebetulnya
punya potensi, dan mereka tidak perlu menunggu bantuan pemerintah.
Y: Tapi menurut bapak, apakah seorang arsitek harus
menyeimbangkan diri untuk aktif dalam kedua aliran tersebut?
JS: Saya kira penyeimbang itu adalah pasar. Misalnya sekarang pasar bergeser
menuju ke bagian high end dan middle class, karena munculnya the new middle
class menunjukkan sebuah kekuatan baru. Sebagai illustrasi adalah budget
airlines seperti Air Asia. Meskipun pesawatnya jenis terbaru, tetapi yang
dilayani adalah rakyat kecil. Handphone sekarang juga bukan milik kelompok atas
saja. Di sini menurut saya letak asli arsitek itu, customer -nya tidak hanya kelas atas
tapi juga kelas menengah kebawah. Kita mau melihat dunia ini dalam kacamata
99
Menurut Johan Silas, sekitar 80-85 rumah di Indonesia hadir tanpa pelayanan arsitek.
©Christopher Little
100
Jadi jika saya melihat ada aliran-aliran, ini masih belum nampak dalam pelayanan
arsitektur. Sekarang kondisi sudah sangat berkembang, dan membentuk
ide yang hanya dimengerti oleh arsitek sendiri sudah bukan masanya. Jadi saya
setuju sekali jika anda mengatakan bahwa RUANG diusahakan sebanyak
mungkin orang bisa men-download, untuk memperluas kesempatan
membacanya.
Sedikit berbicara tentang konservasi, semua bangunan cagar budaya sudah
menjadi milik kita, termasuk bangunan belanda. Like it or not itu adalah sejarah.
Tapi kita juga harus forward looking. Saya sering mengkritik, apakah Gubernur
Jawa Timur masih harus tinggal di rumah yang sempit atau melihat dunia ini
Y: Sebagai contoh, Shigeru Ban adalah pemenang Pritzker Prize
yang berpraktik secara komersil tapi juga menjalankan proyek
kemanusiaan. Menurut bapak apakah arsitek komersial harus
memiliki misi sosial seperti ini?
JS: Saya melihatnya agak sulit, kecuali jika yang dilakukan benar-benar
berpihak ke masyarakat. Banyak yang menggunakan - teknologi bangunan
terbaru dan tercanggih, namun tidak memiliki perhatian terhadap masalah
masyarakat.
Jika kita harus melayani rakyat kecil, tidak harus dengan pola pikir kasihan.
Mereka tidak minta dikasihani. Mereka minta diberi kesempatan yang sama
seperti semua, buktinya mereka bisa bangkit sendiri.
101
Kita merdeka. Kenapa kita masih memakai simbol penjajahan itu?
Baiknya kita meneruskan cita-cita kemerdekaan, bukan kepentingan dan
keinginan sejarah Belanda. Kembali lagi disini peranan arsitek sebaiknya ada
unsur nasionalisme yang perlu kita bangun. Lihat saja perumahan mewah
di sekitar surabaya yang bergaya klasik, dan sebagainya. Itu bukan 100
salahnya arsitek, tetapi dia mengikuti keinginan owner. Namun kita sebagai
arsitek, demi laba tetap dikerjakan saja.
Y: Tapi bukankah owner hanya mengikuti yang digalakkan oleh