Tapi bukankah owner hanya mengikuti yang digalakkan oleh Kemudian untuk perencanaan partisipasi yang melibatkan

101 Kita merdeka. Kenapa kita masih memakai simbol penjajahan itu? Baiknya kita meneruskan cita-cita kemerdekaan, bukan kepentingan dan keinginan sejarah Belanda. Kembali lagi disini peranan arsitek sebaiknya ada unsur nasionalisme yang perlu kita bangun. Lihat saja perumahan mewah di sekitar surabaya yang bergaya klasik, dan sebagainya. Itu bukan 100 salahnya arsitek, tetapi dia mengikuti keinginan owner. Namun kita sebagai arsitek, demi laba tetap dikerjakan saja.

Y: Tapi bukankah owner hanya mengikuti yang digalakkan oleh

media, Pak? Jadi akar penentunya JS: Iya. Kita bisa belajar dari Steve Jobs, Microsoft, atau Air Asia yang bisa merubah trend. Masalahnya tinggal mau dan berani tidak? RUANG berani tidak keluar dari keterikatan seperti itu? Sebagai arsitek yang katanya mengampu budaya, apa kita hanya mau menjadi kaya tetapi tidak peduli? Kenapa tidak seperti Air Asia yang memiliki pesawat paling modern tetapi menyesuaikan pelayanannya kepada semua lapisan masyarakat. Make them happy. Tidak benar jika kita meninggalkan laba maka kita akan gagal. Lihat saja Steve Jobs yang memberontak akhirnya dipecat, tapi ujung-ujungnya memang dia yang benar. Jika dia tidak memutuskan untuk membongkar Apple yang dulu, kita tidak akan punya - Apple yang sekarang. Perombakan- perombakan itu yang harus dilakukan Rumah dinas Gubernur Jawa Timur. ©Wikipedia 102 Jika Garuda itu isinya business class semua tanpa economy, akan bangkrut dia. Sebaliknya jika kita melayani economy class tanpa business bisa tetap untung, seperti Lion Air atau Air Asia. Disana adalah kesempatan kita untuk membantu middle class menjadi bermutu, kuat dan maju. Bukan hanya ngurusin desain bergaya aneh-aneh itu. Misalnya ada rumah yang seperti dari jaman kaisar Nero, untuk apa? Kenapa tidak baju dan kendaraannya sekalian? Seperti ada split personality, apakah arsitek mau menjadi seperti itu? Harusnya kan tidak.

Y: Kemudian untuk perencanaan partisipasi yang melibatkan

masyarakat, bagaimana dengan konteks Indonesia? Apakah kita sudah cukup melek untuk itu dan kalau dituruti apakah mereka cenderung meminta lebih? JS: Sebetulnya tidak juga. Misalnya di Nias mereka bisa mengikuti target kita dalam setahun anggaran, jadi harus selesai pembangunannya. Meski rumah adat yang besar itu tidak bisa 100 selesai, dan itu tugas mereka sendiri untuk menyelesaikan. Menurut saya yang penting kita percaya bahwa mereka bisa mendesain. Di Nias, bantuan kita hanya 65 juta meskipun saya tahu bahwa rumah itu akan memakan lebih dari 100 juta. Mereka sadar dan mereka juga menyiapkan rencana kerja. Akhirnya semua juga bisa selesai sesuai jadwal. Sama seperti Air Asia, jika tidak bawa bagasi kenapa bayar bagasi, jika tidak makan kenapa bayar, jadi jangan bayar yang aneh-aneh dan ekstra. Jika

Y: Jadi sebetulnya sektor informal seperti PKL itu dibutuhkan oleh