TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
3 berbutir sedang-kasar, serpih batulanau, batubara
dan gamping yang diendapkan dalam lingkungan ”fluvial channel” hingga laut terbuka, disebut
sebagai Kelompok Sihapas dan Formasi Telisa.
Fase regresi terjadi pada Miosen Tengah-Plio Plistosen, dicirikan oleh serpih berwarna abu-abu
kehijau-hijauan dan batupasir yang disebut Formasi Petani, diendapkan dalam lingkungan
payau ”brackish”. S
TRUKTUR
G
EOLOGI
Pola tektonik Cekungan Sumatera Tengah dicirikan oleh struktur-struktur ”horst” dan
”graben” atau sesar bongkah dan sesar geser Mertosono Nayoan, 1974. Sistim sesar
bongkah berarah Baratlaut-Tenggara membentuk deretan ”horst” ”graben” yang mengendalikan
pola pengendapan batuan-batuan berumur Paleogen. Peristiwa tektonik yang mempengaruhi
pola pengendapan dan pola struktur di Cekungan Sumatera Tengah terjadi pada Akhir Kapur,
Miosen Tengah dan Plio-Plistosen
E
NDAPAN
B
ATUBARA
Merujuk pada Peta Geologi Lembar Solok Sumatera maka formasi yang dianggap sebagai
formasi pembawa batubara di daerah inventarisasi adalah Anggota Bawah Formasi Telisa yang
berumur miosen awal. Formasi ini ditemukan melampar di tengah daerah inventarisasi manutupi
sekitar 30 dari keseluruhan luas daerah. Dari data para penyelidik terdahulu pada formasi ini
ditemukan adanya lapisan batubara dengan ketebalan antara 2,50m – 10,00m. Penyelidikan
batubara yang telah di lakukan umumnya dilakukan di daerah Tangko yang terletak di
sebelah selatan daerah invetarisasi. Sedangkan Anggota Bawah Formasi Telisa di daerah
inventarisasi sendiri belum pernah diteliti penyebaran dan sumberdaya batubaranya.
3. HASIL PENYELIDIKAN G
EOLOGI
D
AERAH
P
ENYELIDIKAN
Morfologi
Morfologi daerah inventarsisasi merupakan morfologi perbukitan dan dataran sebagaimana
umumnya morfologi pada Cekungan Intra Montane. Daerah inventarisasi dapat dibagi
menjadi 3 satuan morfologi yaitu morfologi yaitu: Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang
Tinggi, Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah dan Satuan Morfologi
Dataran Bergelombang. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang
Tinggi
Satuan ini menempati kurang lebih 40 daerah inventarisasi terletak disebelah barat dan
tengah daerah inventarisasi umumnya menempati daerah yang diisi oleh endapan Pra tersier dimana
pada daerah ini resistensi batuan pembentuk cukup tinggi sehingga pengaruh dari erosi tidak
begitu besar. Satuan ini mempunyai pola sebaran sungai “Trellis” dimana pola aliran sungainya
sangat dikontrol oleh struktur lapisan batuan penyusun. Tahapan sungainya umumnya masih
dalam tahapan sungai muda dengan lembah sungai yang membentuk penampang “V”.
Struktur geologi sangat berpengaruh pada satuan morfologi ini.
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah
. Satuan ini ditemukan di tengah daerah
inventarisasi membujur dengan Arah Baratlaut- Tenggara menutupi kurang lebih 20 daerah
inventarisasi, Satuan ini umumnya menempati daerah yang diisi oleh endapan sedimen Anggota
Bawah Formasi Telisa, satuan ini dicirikan oleh kemiringan lereng yang tidak begitu terjal,
sehingga membentuk suatu perbukitan yang bergelombang rendah. Apabila dilihat secara
umumnya daerah inventarisasi satuan ini menempati “graben’’. Pola aliran sungainya
umumnya « sub dendritik » dengan pola yang dikontrol sangat kuat oleh kekerasan batuan
penyusunnya. Struktur pada satuan ini umumnya kurang berpengaruh pada pola aliran sungai.
Tahapan sungai pada satuan ini umumnya telah pada tahapan dewasa dengan penampang sungai
berbentuk huruf « U ». Satuan Morfologi Dataran Bergelombang
Satuan ini menempati 40 daerah inventarisasi terletak di sebelah timurlaut daerah.
Satuan ini menempati daerah yang diisi oleh batuan sedimen Angota Atas Formasi Telisa,
Anggota Bawah Formasi Palembang, Anggota Tengah Formasi Palembang dan Endapan Aluvial.
Satuan ini dicirikan oleh morfologi dataran berundulasi rendah dengan kemiringan lereng
rendah. Satuan ini mempunyai pola aliran sungai “dendritic”. Pola aliran sungai di satuan ini juga
dikontrol oleh kekerasan litologi pembentuk formasi sedangkan struktur tidak begitu
berpengaruh. Tahapan sungai pada satuan ini
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
4 umunya sudah pada tahapan dewasa dimana
penampang sungainya umunya berbentuk “U” berundak dengan dataran alluvial yang cukup
lebar. Stratigrafi
Formasi yang terdapat di daerah inventarisasi dengan urutan dari muda ke tua sebagi berikut:
Endapan Alluvial, Anggota Tengah Formasi Palembang, Anggota Bawah Formasi Palembang,
Anggota Atas Formasi Telisa, Anggota Bawah Formasi Telisa, Anggota Batugamping Formasi
Tuhur, Anggota Filit Dan Serpih Formasi Kuantan, Anggota Bawah Formasi Kuantan.
Dari formasi-formasi yang terdapat di daerah inventarisasi dapat dikelumpokan menjadi 3
kelompok berdasarkan umur yaitu ; batuan berumur Pra Tersier, batuan berumur Tersier dan
batuan berumur Kuarter. Uraian stratigrafi lengkap dari stratigrafi daerah inventarisasi adalah
sebagai berikut Urutan dari muda ke tua: Endapan Alluvial
Endapan aluvial melampar menutupi sekitar 10 daerah inventarisasi, terletak sebelah timur
daerah inventarisasi, merupakan alluvial dari Sungai Singingi. Satuan ini terdiri dari litologi
lempung, pasir, kerikil, dan bongkah batuan beku serta kuarsit. Endapan ini membentuk undak-
undak sungai. Anggota Tengah Formasi Palembang
Formasi ini menempati sebelah timur daerah inventarisasi sekitar Daerah Kuntu, melampar
menutupi sekitar 10 daerah inventarisasi. Dengan litologi penyusun ; batupasir, lempung
pasiran dan tuf. Anggota Bawah Formasi Palembang
Formasi ini terletak sebelah timur dan utara daerah inventarisasi, sebelah utara Daerah Dome.
Formasi ini melampar dengan arah bentangan baratlaut-tenggara. Formasi ini disusun oleh
litologi batulempung, dengan beberapa sisipan batupasir dan batupasir glaukonitan.
Anggota Bawah Formasi Tellisa
Formasi ini terletak di tengah daerah inventarisasi dengan arah pelamparan baratlaut-
tenggara, menempati luas sekitar 20 daerah inventarisasi. Tersusun atas litologi napal-
lempungan, batupasir, batubara, tuf, breksi andesit dan batupasir glaukonitan. Formasi ini kesebelah
utara dan selatan didominasi oleh batupasir gampingan sedangkan di tengah daerah
didominasi oleh batulempung dengan sisipan serpih dan batubara. Anggota Bawah Formasi
Telisa ini adalah formasi pembawa batubara di daerah inventarisasi.
Anggota Batusabak dan Serpih Formasi Tuhur
Formasi ini ditemukan di sebelah timurlaut daerah inventarisasi sekitar aliran Sungai
Setingkai, sebaran formasi ini di daerah inventarisasi tidak begitu luas, litologi penyusun
dari formasi ini adalah ; batusabak, serpih, serpih napalan sisipan rijang, radiolarit, serpih hitam
terkersikan
dan lapisan tipis greywake termetamorfosakan.
Anggota Filit dan Serpih Formasi Kuantan
Formasi ini ditemukan melampar di tengah daerah inventarisasi dengan arah bentang
pelamparan baratlaut-tenggara. Formasi ini dicirikan oleh morfologi perbukitan bergelombang
tinggi. Formasi ini cukup dominan di daerah inventarisasi litologi dari formasi ini ; serpih dan
filit, sisipan batusabak, kuarsit, batulanau, rijang dan aliran lava.
Anggota Bawah Formasi Kuantan
Formasi ini menempati pojok baratdaya daerah inventarisasi, seperti pada Anggota Filit
dan Serpih Formasi kuantan, formasi ini juga dicirikan oleh morfologi perbukitan bergelombang
tinggi. Pada satuan ini terletak titik-titik tertinggi dari daerah inventarisasi. Litologi penyusun dari
formasi ini terdiri dari
; kuarsit dan batupasirkuarsa sisipan filit, batusabak, serpih,
batuan gunungapi, tuf klorit, konglomerat dan rijang.
Struktur Geologi
Di daerah inventarisasi terdapat beberapa struktur geologi yang cukup dominan, diantaranya
sesar naik, sesar geser dan perlipatan. Sesar naik dengan arah jurus baratlaut
tenggara, membentang sepanjang kurang lebih 15 km. Sesar ini menjadi pembatas antara endapan
Tersier dan Pra tersier yang terdapat di daerah inventarisasi. Di lapangan sesar ini dicirikan oleh
adanya tebing sesar dan beberapa mata air yang letaknya berjajar. Kelurusan sungai di daerah
inventarisasi ini juga dikontrol oleh sesar ini.
Sesar geser ditemukan di selatan tengah daerah inventarisasi selatan Desa Muara Silaya
dengan arah jurus selatan-baratlaut timur- timurlaut. Panjang bentangan dari sesar ini
kurang lebih 10km. Sesar ini menyebabkan terjadinya offset pada beberapa formasi di daerah
inventarisasi. Ciri lapangan dari sesar ini adalah
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
5 adanya beberapa pembelokan arah sungai. Ciri
lain di lapangan tidak ditemukan sehingga kedudukan pasti dari sesar ini tidak bisa
ditentukan.
Sesar geser kedua ditemukan dengan arah yang sama dengan sesar naik pertama sesar ini
berlokasi di sebelah utara daerah Muarasilaya. Sesar ini menyebabkan terjadinya pergeseran pada
Anggota Bawah Formasi Telisa, sesar ini juga menyebabkan terjadinya pergeseran pada lapisan
batubara di daerah inventarisasi.
Lipatan yang membentuk sinklin ditemukan di pojok timurlaut daerah inventarisasi. Struktur
lipatan ini ditemukan berdasarkan perubahan kedudukan lapisan pada Formasi Palembang
Bawah. Pada Sayap Timurlaut dari sinklin ini batuan pada Anggota Bawah Formasi Palembang
mempunyai kedudukan sekitar N150E75 sedangkan pada Sayap Baratdaya dari sinklin
batuan pada Anggota Bawah Formasi Palembang mempunyai kedudukan sekitar N300E40.
Apabila dilihat dari kemiringan lapisan pada kedua sayap maka diperkirakan sinklin ini
merupakan sinklin asimetris. Lipatan membentuk antiklin ditemukan
melintang ditengah daerah inventarisasi dengan arah jurus sejajar dengan lipatan sinklin, lipatan
ini menyebabkan terjadinya dua sayap pada penyebaran Anggota Bawah Formasi Tellisa.
P
OTENSI
E
NDAPAN
B
ATUBARA
Penyebaran batubara didaerah inventarisasi terkonsentrasi pada Anggota Bawah Formasi
Telisa dimana lokasinya terletak pada tengah daerah inventarisasi. Pelamparan batubara di
daerah ini dapat dikelompokan menjadi 2 blok penyebaran yaitu Blok 1 Durian Tumbang dengan
ukuran panjang kurang lebih 4km dan lebar 2,5km dan Blok Lubuk Agung dengan ukuran
panjang 3km dan lebar 2km. Disebabkan oleh pelamparan batubara yang tidak begitu luas dan
posisi antar singkapan batubara yang berjarak rapat maka untuk memperjelas pola pelamparan
dan mempermudah perhitungan sumberdaya batubara untuk kedua blok tersebut dilakukan
perbesaran peta sampai skala 1 : 25.000. Data Lapangan dan Interpretasi Endapan
Dari hasil pengamatan yang didapat dari kegiatan pemetaan pelamparan batubara di daerah
inventarisasi didapatkan sebanyak 15 singkapan batubara yang terdiri dari 12 singkapan batubara
di Blok 1 Durian Tumbang dan 3 Singkapan di Blok 2 Lubuk Agung. Batubara pada kedua blok
ini dikelompokan berdasarkan ciri litologi dari batubara, kedudukan stratigrafinya dan batuan
pengapitnya. Ditemukan pada Anggota Bawah Formasi Telisa.
Berdasarkan pengamatan litologi masing- masing singkapan dan kedudukan stratigrafinya
maka batubara di daerah inventarisasi dapat dikelompokan menjadi 4 lapisan yang terdapat
pada dua sayap sinklin yang dibentuk oleh Anggota Bawah Formasi Telisa. Untuk
pemudahan dalam pengenalan dan perhitungan sumberdaya batubara maka lapisan-lapisan ini
diberi nama Lapisan P yang terbagi Atas P1dan P2 yang dipisahkan oleh sesar geser dan Q yang
dibagi atas Q1 dan Q2 yang juga dipisahkan oleh sesar geser. Lapisan P dan Q terletak pada blok 1
Blok Muara Silaya pada sayap barat daya sinklin. Lapisan lainnya adalah P’ dan Q’ yang
terletak pada sayap baratdaya. Uraian dari masing-masing lapisan batubara adalah sebagai
berikut: Lapisan P
Lapisan ini ditemukan sebelah baratlaut Dusun Durian Tumbang Lapisan ini mempunyai
arah jurus kurang lebih baratlaut-tenggara dengan panjang pelamparan 1875 m, ketebalan rata-rata
0,70 m, kemiringan rata-rata 15 . Lapisan ini
mempunyai kontinuitas lateral yang baik sepanjang penyebarannya, kearah utara lapisan ini
menghilang terpotong oleh sesar geser, dan kesebelah selatan ditemukan sampai dusun durian
tumbang dimana kesebelah selatan lagi lapisan ini tidak ditemukan keberadaanya.
Lapisan ini terpotong oleh sesar geser yang terletak ditengahnya menjadi Lapisan P1 dan P2,
kenampakan makroskopis dari lapisan ini berupa batubara, keras, hitam, agak buram, mengandung
pyrit dan resin tersebar merata, pengapit atas batulempung karbonan dan pengapit bawah
batulempung. Pada beberapa tempat kemiringan dari lapisan berubah cukup besar dimana hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya struktur. Lapisan ini secara stratigrafi merupakan lapisan
batubara paling bawah yang ditemukan di daerah ini. Gejala struktur sangat terlihat pada lapisan ini
terutama terlihat disekitar singkapan SW 08. Lapisan Q
Seperti lapisan P, Lapisan Q juga ini ditemukan sebelah barat laut Dusun Durian
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Tumbang Lapisan ini mempunyai arah jurus
kurang lebih baratlaut-tenggara dengan panjang pelamparan total 1875 m, ketebalan berkisar
antara 1,00 m – 2,09 m, kemiringan rata-rata 15 .
Lapisan ini mempunyai kontinuitas lateral yang baik sepanjang penyebarannya.
Kearah utara lapisan ini menghilang terpotong sesar, dan kesebelah selatan ditemukan
sampai dusun durian tumbang kesebelah selatan lagi dari Dusun Durian Tumbang lapisan ini tidak
ditemukan keberadaannya. Lapisan ini terpotong oleh sesar geser yang terletak ditengahnya
menjadi Lapisan Q1 dan Q2 selain terpotong lapisan ini juga kearah selatan cenderung
menebal, kenampakan makroskopis dari lapisan ini berupa batubara, keras, hitam, agak buram,
mengandung pyrit dan resin tersebar di semua lapisan, pengapit atas batulempung karbonan dan
pengapit bawah batulempung. Pada beberapa tempat kemiringan dari lapisan berubah dengan
cukup besar, hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya struktur. Lapisan ini secara stratigrafinya
terletak diatas lapisan P merupakan lapisan batubara paling bawah yang ditemukan di daerah
ini. Lapisan P’
Lapisan ini ditemukan sebelah baratlaut Desa Lubuk Agung. Lapisan ini mempunyai arah jurus
kurang lebih baratlaut-tenggara dengan panjang pelamparan 1050 m, ketebalan rata-rata 0,70 m,
kemiringan rata-rata 15 . Lapisan ini mempunyai
kontinuitas lateral yang baik sepanjang penyebarannya, kearah Utara lapisan ini menerus
melewati batas daerah inventarisasi, dan kesebelah Selatan menghilang disekitar Sungai
Ketua, kenampakan makroskopis dari lapisan ini berupa batubara, keras, hitam, agak buram,
mengandung pyrit dan resin tersebar di semua lapisan, pengapit atas batulempung karbonan dan
pengapit bawah batulempung. Singkapan dari lapisan ini ditemukan di batas utara daerah
inventarisasi. Lapisan P’ diperkirakan merupakan lapisan yang sama dengan lapisan P namun berada
pada sayap yang berbeda dengan lapisan P. Lapisan Q’
Seperti pada lapisan P’ Lapisan ini ditemukan sebelah barat laut Desa Lubuk Agung
Lapisan ini mempunyai arah jurus kurang lebih Baratlaut-Tenggara dengan panjang pelamparan
1000 m, ketebalan rata-rata 0,70 m, kemiringan rata-rata 15
. Lapisan ini mempunyai kontinuitas lateral yang baik sepanjang penyebarannya,
kearah Utara lapisan ini menerus melewati batas daerah inventarisasi dan ke sebelah Selatan
menghilang disekitar Sungai Ketua, kenampakan mokroskopis dari lapisan ini berupa batubara,
keras, hitam, agak buram, mengandung pyrit dan resin tersebar di semua lapisan, pengapit atas
batulempung karbonan dan pengapit bawah batulempung. Singkapan dari lapisan ini
ditemukan di batas utara daerah inventarisasi. Lapisan Q’ diperkirakan merupakan lapisan yang
sama dengan lapisan Q namun berada pada sayap yang berbeda dengan lapisan Q
Dari pengamatan terhadap keempat lapisan batubara di daerah inventarisasi terlihat bahwa
lapisan-lapisan batubara di daerah ini umumnya mempunyai ketebalan dibawah 1,00m, dengan
panjang pelamparan berkisar antara 1,00km sd 2,00km dan terkonsentrasi sekitar Desa
Muarasilaya dan Desa LubukAgung. Potensi Endapan Batubara
Perhitungan sumberdaya batubara berdasarkan pada penyebaran kearah lateral yang
didapatkan dari korelasi beberapa singkapan yang diamati selama peninjauan lapangan dan
rekonstruksi yang dilakukan di daerah penyelidikan.
Lapisan batubara dapat dihitung berdasarkan beberapa pembatasan sebagai berikut :
- Penyebaran kearah jurus tiap lapisan yang
dapat dikorelasikan dibatasi sampai sejauh 1000 meter dari singkapan terakhir
- Penyebaran kearah kemiringan lebar
lapisan dibatasi sampai kedalaman 100 meter dihitung tegak lurus dari
permukaan singkapan, sehingga lebar singkapan adalah :
- L = 100 sin
α , dimana α adalah sudut kemiringan lapisan batubara.
- Tebal lapisan adalah tebal rata-rata dari
seluruh batuabra yang termasuk dalam lapisan tersebut.
- Sumberdaya batubara dapat dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut
6
Sumberdaya = { panjang m x lebar m x tebal m x berat jenis grton }
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
7 Dari hasil pengamatan data singkapan dan
korelasi data di daerah inventarisasi dimana data dikelompokan menurut kedudukannya Arah jurus
dan kemiringannya dapat dihitung sumberdaya batubara.
Dengan melihat pada kerapatan data di daerah inventarisasi dibandingkan luas daerah
pelamparan batubara serta dengan memperhitungkan kompleksitas struktur geologi
di daerah inventarisasi maka sumberdaya batubara di daerah ini dapat dikelompokan sebagai
sumberdaya tereka SNI.
Dari semua hasil perhitungan sumberdaya batubara dapat dilihat sebagai berikut Dihitung
per lapisan yang dibatasi oleh parameter- parameter geologi meliputi ; Struktur geologi dan
kemiringan lapisan batubara seperti terlihat pada tabel 1 dengan jumlah sumberdaya batubara
sebanyak 3.140.800,11
Kualitas Batubara
Dari 10 conto batubara yang di analisa menunjukan hanya 5 conto yang menunjukan
batubara. Hasil analisa rata-rata sebagai berikut : Total Moisture ar 25,64 , Volatile Matter
adb 34,25 , Fixed Carbon adb, 36,46 , Ash adb 14,96 , SG 1,30 , Calorific Value
5.109 kalgr daf , HGI 63, Dari hasil analisa Ultimat didapat hasil C 68,80 , H 4,93 , N
O,40 , ,dan O 21,24 .
Evaluasi kualitas batubara Daerah inventarisasi akan diuraikan singkat sebagai
berikut. Kandungan air total tercatat berkisar antara 25,64. Kandungan air bebas 25,51
sedangkan kandungan air tertambat 9,94 , kandungan zat terbang berkisar antara 34,25
yang tergolong cukup tinggi dan disebut sebagai batubara “High volatile”.
Apabila mengacu kepada penggolongan batubara indonesia berdasarkan nilai kalori
dimana Batubara dengan nilai kalori 5100 kalgram adalah batubara dengan kalori rendah,
5100kalgram – 6100 kalgram batubara dengan kalori menengah, 6100 kalgram – 7100 kalgram
batubara kalori tinggi dan 7100kalgram batubara kalori sangat tinggi Eddy R.S, Neraca
Batubara Indonesia
maka batubara di daerah inventarisasi dengan nilai kalori 5.109 kalgram
umumnya termasuk dalam jenis batubara kalori menengah.
Hasil analisis petrografi menunjukan, batubara daerah inventarisasi didominasi oleh
maseral vitrinit yaitu berkisar antara 86,8 - 97,4 , sedangkan kandungan maseral inertinit, liptinit
umumnya dibawah 2 , hal ini menunjukan bahwa batubara daerah inventarisasi tidak bisa
digunakan untuk industri peleburan. Kandungan mineral lain yang sangat kecil sekali adalah pirit
yaitu umumya 0,1 sedangkan kandungan mineral lempung berkisar antara 0,4 - 1,70 ,
dan oksida besi berkisar antara 1,2 - 3,2 . P
ROSPEK
P
EMANFAATAN DAN
P
ENGEMBANGAN
B
ATUBARA
Dengan melihat kepada data-data hasil inventarisasi yang dihasilkan oleh kegiatan
lapangan berupa pemetaan geologi serta pengolahan data dan hasil analisa laboratorium
maka Batubara pada daerah inventarisasi mempunyai sumberdaya dengan jumlah yang
cukup banyak, yaitu sebanyak 3.140.800,11 Ton. Yang tersebar pada 4 lapisan batubara. Dengan
jumlah sumberdaya batubara sebanyak itu maka daerah inventarisasi cukup potensial untuk
dikembangkan lebih lanjut, terutama daerah sekitar Desa Muara Silaya dan Desa Lubuk
Agung. Kendala dari pengembangan ini yang
teramati di lapangan adalah sulitnya akses transportasi ke lokasi daerah inventarisasi. dimana
pada musim hujan semua akses jalan di daerah ini mengalami kerusakan yang berat, Selain akses
transportasi kendala yang mungkin ditemukan di daerah ini adalah morfologi daerah dimana
batubara ditemukan umumnya merupakan perbukitan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN