TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
1
INVENTARISASI BATUBARA DI DAERAH KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU
OLEH: TARSIS A D
Kelompok Program Penelitian Energi Fosil ABSTRAK
Dengan diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001, konsekwensinya Pemerintah Daerah harus dapat membiayai operasionalnya yaitu dari Pendapatan Asli Daerah PAD. Untuk itu perlu dilakukan
peningkatan PAD dari segala sektor, salah satunya adalah dari sektor pertambangan batubara. Kendala yang sekarang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah kurangnya data yang dimiliki mengenai potensi
sumberdaya batubara di daerah sehingga tidak bisa merencanakan kebijaksanaan di sektor pertambangan batubara.
Untuk membantu pemerintah daerah dalam penyediaan data mengenai sumberdaya batubara maka Pusat Sumberdaya Geologi melakukan Inventarisasi batubara di daerah Kabupaten Kampar,
Provinsi Riau. dengan biaya DIPA Luncuran 2006. Seiring dengan perkembangan industri dan transportasi maka kebutuhan sumberdaya energi
semakin meningkat, namun sumber daya minyak dan gas bumi semakin menipis. Oleh karena itu pemerintah berusaha mencari sumber daya energi alternatif. Salah satu sumberdaya energi yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah endapan batubara. Maksud pekerjaan inventarisasi batubara di daerah marginal tersebut adalah untuk
mendapatkan data batubara meliputi jurus dan kemiringan lapisan, tebal batubara, pelamparan, sumberdaya dan kualitas. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi batubara dan digunakan untuk
menambah bank data neraca batubara pada data base Pusat Sumberdaya Geologi Secara administratif daerah Inventarisasi termasuk dalam Kecamatan Kampar Kiri, dan Kampar
Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Sedangkan secara geografis terletak antara 0 00’00” -
15’00” Lintang Selatan dan 100
52’30” – 101 07’30”
Bujur Timur . Hasil penyelidikan menunjukan bahwa batubara di daerah inventarisasi terkonsentrasikan di
daerah sekitar Desa Muara Silaya dan Desa Lubuk Agung. Di daerah ini terdapat 4 lapisan batubara dengan total sumberdaya 3.140.800,11 ton dengan kualitas batubara termasuk batubara dengan kalori
menengah.
1. PENDAHULUAN
Dengan diberlakukannya otonomi daerah tahun 2001, konsekwensinya Pemerintah Daerah
harus dapat membiayai operasionalnya yaitu dari Pendapatan Asli Daerah PAD. Untuk itu perlu
dilakukan peningkatan PAD dari segala sektor, salah satunya adalah dari sektor pertambangan
batubara. Kendala yang sekarang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah kurangnya data yang
dimiliki mengenai potensi sumberdaya batubara di daerah sehingga tidak bisa merencanakan
kebijakan di sektor pertambangan batubara.
Untuk membantu pemerintah daerah dalam penyediaan data mengenai sumberdaya batubara
maka Pusat Sumberdaya Geologi melakukan Inventarisasi batubara di daerah Kabupaten
Kampar, Provinsi Riau dengan biaya DIPA Luncuran 2006.
Seiring dengan perkembangan industri dan transportasi maka kebutuhan sumberdaya energi
semakin meningkat, namun sumberdaya minyak dan gas bumi semakin menipis. Oleh karena itu
pemerintah berusaha mencari sumberdaya energi alternatif. Salah satu sumberdaya energi yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah endapan Batubara.
Batubara merupakan salah satu pilihan yang perlu dikembangkan semaksimal mungkin,
mengingat endapan batubara tersedia cukup
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
2 melimpah terutama di Pulau Sumatra, Pulau
Kalimantan, Pulau Irian dan Pulau Jawa. Maksud pekerjaan inventarisasi batubara di
daerah marginal tersebut adalah untuk mendapatkan data batubara meliputi jurus,
kemiringan lapisan, ketebalan, pelamparan, sumberdaya dan kualitas batubara. Tujuannya
adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya batubara dan digunakan untuk menambah bank
data neraca batubara pada data base Pusat Sumberdaya Geologi
Secara administratif daerah Inventarisasi termasuk dalam Kecamatan Kampar Kiri, dan
Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Sedangkan secara geografis terletak antara
00’00” - 0 15’00” Lintang Selatan dan
100 52’30” – 101
07’30” Bujur Timur . Dapat dicapai dari Pekanbaru kearah Selatan
sampai di Kecamatan Lipat Kain yang berjarak sekitar 70 Km melalui jalan beraspal, selanjutnya
dari Lipat Kain ke daerah penyelidikan yang terletak sekitar 40 Km ke arah Barat dapat dicapai
melalui jalan tanah.
Daerah inventarisasi termasuk kedalam wilayah Kecamatan Kampar Kiri Dan Kecamatan
Kampar Kiri Hulu, adapun desa-desa yang masuk kedalam wilayah daerah inventarisasi adalah Desa
Muara Silaya, Desa Batusasak dan Desa Derastajak. Mata pencaharian masyarakat di
daerah inventarisasi umumnya bertani dengan sebagian kecil berdagang, Tanaman pertanian
yang berkembang di daerah inventarisasi umumnya adalah perkebunan karet, perkebunan
kelapa sawit dan perkebunan gambir, sebagian kecil daerah inventarisasi merupakan, daerah
perladangan.
Sarana pendidikan di daerah inventarisasi masih sangat minim, baru sampai tingkat sekolah
dasar, sarana pendidikan yang lebih tinggi dari sekolah dasar baru terdapat di ibukota kecamatan.
Sarana jalan di daerah inventarisasi umumnya masih merupakan jalan tanah dengan sebagian
kecil jalan makadam perkerasan dimana beberapa jembatan yang memotong jalan masuk
ke daerah inventarisasi masih dalam penyelesaian.
Fauna yang berkembang di daerah inventarisasi umumnya berupa hewan ternakan
penduduk yaitu; kerbau, sapi dan kuda, sedangkan hewan liar masih terdapat pada beberapa wilayah
hutan lindung, hewan liar yang dominan di daerah ini adalah; babi hutan, ayam hutan monyet
dan beberapa daerah hutan tertentu dikabarkan masih ditemukan adanya harimau sumatera.
Suhu udara berdasarkan data monografi Kabupaten Kampar berkisar antara 26
o
C-32
o
C. Intensitas curah hujan di daerah inventarisasi tidak
jauh berbeda dengan daerah lainnya di Pulau Sumatera, yakni musim kemarau biasanya terjadi
mulai bulan Juli hingga September dan puncak kemarau umumnya terjadi pada bulan Agustus.
Sedangkan mulai bulan Oktober hingga Juni merupakan musim penghujan.
Direktorat Sumberdaya Mineral pada tahun 1986 telah melakukan eksplorasi batubara di
daerah Tangko yang terletak di sebelah selatan daerah inventarisasi, hasil dari kegiatan eksplorasi
ini ditemukan adanya batubara setebal 2,50m sampai 6,00m pada anggota bawah Formasi telisa.
Deddy Amarullah 2001, telah melakukan penyelidikan bitumen padat di daerah Tangko
dimana dalam laporannya menyebutkan adanya batubara di daerah Tangko ditemukan terutama
pada Satuan Serpih Anggota Bawah Formasi Telisa, ketebalan terukur berkisar antara 2,50 m -
6,00 m.
Batubara yang terdapat dalam Satuan Batupasir hanya berupa sisipan yang tebalnya
berkisar antara 1,30 m - 1,50 m.
2. GEOLOGI UMUM S