GEOLOGI UMUM S INVENTARISASI BATUBARA KAMPAR RIAU

TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 2 melimpah terutama di Pulau Sumatra, Pulau Kalimantan, Pulau Irian dan Pulau Jawa. Maksud pekerjaan inventarisasi batubara di daerah marginal tersebut adalah untuk mendapatkan data batubara meliputi jurus, kemiringan lapisan, ketebalan, pelamparan, sumberdaya dan kualitas batubara. Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi sumberdaya batubara dan digunakan untuk menambah bank data neraca batubara pada data base Pusat Sumberdaya Geologi Secara administratif daerah Inventarisasi termasuk dalam Kecamatan Kampar Kiri, dan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau. Sedangkan secara geografis terletak antara 00’00” - 0 15’00” Lintang Selatan dan 100 52’30” – 101 07’30” Bujur Timur . Dapat dicapai dari Pekanbaru kearah Selatan sampai di Kecamatan Lipat Kain yang berjarak sekitar 70 Km melalui jalan beraspal, selanjutnya dari Lipat Kain ke daerah penyelidikan yang terletak sekitar 40 Km ke arah Barat dapat dicapai melalui jalan tanah. Daerah inventarisasi termasuk kedalam wilayah Kecamatan Kampar Kiri Dan Kecamatan Kampar Kiri Hulu, adapun desa-desa yang masuk kedalam wilayah daerah inventarisasi adalah Desa Muara Silaya, Desa Batusasak dan Desa Derastajak. Mata pencaharian masyarakat di daerah inventarisasi umumnya bertani dengan sebagian kecil berdagang, Tanaman pertanian yang berkembang di daerah inventarisasi umumnya adalah perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit dan perkebunan gambir, sebagian kecil daerah inventarisasi merupakan, daerah perladangan. Sarana pendidikan di daerah inventarisasi masih sangat minim, baru sampai tingkat sekolah dasar, sarana pendidikan yang lebih tinggi dari sekolah dasar baru terdapat di ibukota kecamatan. Sarana jalan di daerah inventarisasi umumnya masih merupakan jalan tanah dengan sebagian kecil jalan makadam perkerasan dimana beberapa jembatan yang memotong jalan masuk ke daerah inventarisasi masih dalam penyelesaian. Fauna yang berkembang di daerah inventarisasi umumnya berupa hewan ternakan penduduk yaitu; kerbau, sapi dan kuda, sedangkan hewan liar masih terdapat pada beberapa wilayah hutan lindung, hewan liar yang dominan di daerah ini adalah; babi hutan, ayam hutan monyet dan beberapa daerah hutan tertentu dikabarkan masih ditemukan adanya harimau sumatera. Suhu udara berdasarkan data monografi Kabupaten Kampar berkisar antara 26 o C-32 o C. Intensitas curah hujan di daerah inventarisasi tidak jauh berbeda dengan daerah lainnya di Pulau Sumatera, yakni musim kemarau biasanya terjadi mulai bulan Juli hingga September dan puncak kemarau umumnya terjadi pada bulan Agustus. Sedangkan mulai bulan Oktober hingga Juni merupakan musim penghujan. Direktorat Sumberdaya Mineral pada tahun 1986 telah melakukan eksplorasi batubara di daerah Tangko yang terletak di sebelah selatan daerah inventarisasi, hasil dari kegiatan eksplorasi ini ditemukan adanya batubara setebal 2,50m sampai 6,00m pada anggota bawah Formasi telisa. Deddy Amarullah 2001, telah melakukan penyelidikan bitumen padat di daerah Tangko dimana dalam laporannya menyebutkan adanya batubara di daerah Tangko ditemukan terutama pada Satuan Serpih Anggota Bawah Formasi Telisa, ketebalan terukur berkisar antara 2,50 m - 6,00 m. Batubara yang terdapat dalam Satuan Batupasir hanya berupa sisipan yang tebalnya berkisar antara 1,30 m - 1,50 m.

2. GEOLOGI UMUM S

TRATIGRAFI Daerah penyelidikan termasuk dalam Peta Geologi Lembar Solok yang disusun oleh Silitonga P.H. dan Kastowo 1995. Berdasarkan Kerangka Tektonik Cekungan Sedimen Tersier Indonesia Bagian Barat Koesoemadinata R.P. Pulunggono, 1975 Peta Geologi Lembar Solok merupakan bagian dari Cekungan Sumatera Tengah. Didalam Cekungan Sumatera Tengah terdapat beberapa sub cekungan. Daerah Inventarisasi termasuk kedalam Cekungan ”Intra Montane” Sub cekungan dari Cekungan Sumatera Tengah yang dibatasi oleh batuan Pra Tersier sebagai batuan dasar Menurut Mertosono dan Nayoan 1974 sedimentasi Cekungan Sumatera Tengah dimulai pada Paleogen, yang dicirikan oleh batulempung, serpih karbonan, batupasir halus dan batulanau yang diendapkan pada lingkungan ”fluvio”- ”lacustrine”-”paludal”, disebut sebagai Formasi Pematang. Selanjutnya pada Awal Miosen terjadi fase transgresi yang dicirikan oleh batupasir TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI 3 berbutir sedang-kasar, serpih batulanau, batubara dan gamping yang diendapkan dalam lingkungan ”fluvial channel” hingga laut terbuka, disebut sebagai Kelompok Sihapas dan Formasi Telisa. Fase regresi terjadi pada Miosen Tengah-Plio Plistosen, dicirikan oleh serpih berwarna abu-abu kehijau-hijauan dan batupasir yang disebut Formasi Petani, diendapkan dalam lingkungan payau ”brackish”. S TRUKTUR G EOLOGI Pola tektonik Cekungan Sumatera Tengah dicirikan oleh struktur-struktur ”horst” dan ”graben” atau sesar bongkah dan sesar geser Mertosono Nayoan, 1974. Sistim sesar bongkah berarah Baratlaut-Tenggara membentuk deretan ”horst” ”graben” yang mengendalikan pola pengendapan batuan-batuan berumur Paleogen. Peristiwa tektonik yang mempengaruhi pola pengendapan dan pola struktur di Cekungan Sumatera Tengah terjadi pada Akhir Kapur, Miosen Tengah dan Plio-Plistosen E NDAPAN B ATUBARA Merujuk pada Peta Geologi Lembar Solok Sumatera maka formasi yang dianggap sebagai formasi pembawa batubara di daerah inventarisasi adalah Anggota Bawah Formasi Telisa yang berumur miosen awal. Formasi ini ditemukan melampar di tengah daerah inventarisasi manutupi sekitar 30 dari keseluruhan luas daerah. Dari data para penyelidik terdahulu pada formasi ini ditemukan adanya lapisan batubara dengan ketebalan antara 2,50m – 10,00m. Penyelidikan batubara yang telah di lakukan umumnya dilakukan di daerah Tangko yang terletak di sebelah selatan daerah invetarisasi. Sedangkan Anggota Bawah Formasi Telisa di daerah inventarisasi sendiri belum pernah diteliti penyebaran dan sumberdaya batubaranya.

3. HASIL PENYELIDIKAN G