Prinsip Pendekatan Teknis Tindak Lanjut

9

1.6 Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan selama kegiatan berlangsung minimal 2 dua kali.

1.7 Laporan

a. Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh penanggung jawab pelaksana kegiatan. b. Laporan fisik dan keuangan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai form SIMONEV. c. Laporan akhir kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 dua minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2014.

2. Prinsip Pendekatan Teknis

a. Petugas laboratorium diutamakan petugas yang mempunyai latar belakang pendidikan S2S1 plusS1D3S01 jurusan hama penyakit biologianalis kimia agronomi Agroteknologi atau petugas yang mempunyai keahlian khusus atau 10 telah dilatih dibidang perlindungan tanaman. b. Penetapan SK petugas laboratorium paling lambat akhir Januari 2014. c. Pelaksanaan operasional LL, LUPH, BPT dan Sub Lab. Hayati mengacu kepada pedoman yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. d. Revitalisasi fungsi BPT dilaksanakan oleh LLUPTD Perlindungan Perkebunan. e. Alat dan bahan yang digunakan untuk laboratorium, alat dan bahan pengendalian OPT dialokasikan di 29 provinsi, khusus untuk 9 provinsi rawan kebakaran dialokasikan juga alat pemadam kebakaran. f. Alat dan bahan yang digunakan untuk laboratorium, alat dan bahan pengendalian OPT, serta alat pemadam kebakaran harus memenuhi standar teknis. g. Pembinaan kelompok tani alumni SL- PHT dilaksanakan di Provinsi yang telah melaksanakan SL-PHT. h. Pelatihan pengamatan OPT perkebunan dilaksanakan di Provinsi yang belum memiliki LL Kepri, Babel, Banten, Gorontalo, Sulbar, Papua Barat. 11

3. Tindak Lanjut

Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan adalah: 3.1. Data hasil uji mutu dan efikasi lapangan Agen Pengendali Hayati APH menjadi bahan dalam proses pendaftaran perizinan APH. 3.2. Hasil kajian teknologi PHT spesifik lokasi diterapkan sehingga mampu lebih mengoptimalkan kegiatan pengendalian OPT di wilayah kerjanya. 3.3. Secara pro-aktif membuat jejaring dan kerjasama dibidang teknologi terkini perlindungan tanaman dengan BBP2TP Medan, Surabaya, dan AmbonBPTP Pontianak, Puslit Balit Perti dan selanjutnya dikembangkan di wilayah kerja masing-masing. 3.4. LL, LUPH, BPT dan Sub lab. Hayati agar mendokumentasikan data dan informasi seluruh hasil kegiatan yang dilakukan. 3.5. Menyebarluaskan hasil pengujian teknologi pengendalian OPT spesifik lokasi kepada petani dalam bentuk publikasi penyuluhan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. 12 3.6. LL, LUPH, dan Sub lab Hayati agar membangun jejaring dan kerjasama dengan BBPPTP Medan, Surabaya, dan AmbonBPTP Pontianak dalam hal pengembangan, pendaftaran dan legalitas produk APH dan pestisida nabati. 3.7. Menyebarluaskan teknik penanganan kebakaran lahan dan kebun secara dini. 3.8. Mendorong terbentuknya regu pengendali hama RPH dan regu pengendali api RPA. 3.9. BPT menjadi lebih eksis dan berperan dalam pengendalian eksplosi outbreak OPT dan penanganan kebakaran.

B. Spesifikasi Teknis

1. Kriteria

1.1 Uji mutu dan uji efikasi APH dilaksanakan dalam rangka mendorong proses perizinan agens pengendali hayati APH. Uji mutu dan uji efikasi dilaksanakan bekerjasama dengan lembagainstitusi yang memiliki legalitas di bidangnya 1.2 Pengembangan PHT merupakan kaji terap teknologi yang dihasilkan oleh PuslitBalitPertiBalai. Teknologi