Latar Belakang Perancangan Meja Dan Kursi Yang Ergonomis Untuk Tingkat Sekolah Dasar 060798

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meja merupakan salah satu fasilitas sekolah berupa permukaan datar yang disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah sebuah fasilitas sekolah yang digunakan untuk duduk serta memiliki beberapa kaki untuk mendukung berat tubuh pengguna dan ada yang memiliki sandaran kursi. Siswa siswi memakai meja dan kursi untuk sebagian besar kegiatannya lebih kurang selama 6 jam lamanya setiap hari ketika proses belajar mengajar berlangsung. Siswa menghabiskan sekitar 80 dari waktu disekolah dengan berada didalam kelas untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti membaca, menulis, menggambar dan aktivitas lain yang membuat siswa duduk secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Ukuran meja dan kursi sekolah di Indonesia belum ada ketetapan yang standarisasi sehingga menyebabkan ketidaksesuaian dimensi antropometri siswa siswi terhadap fasilitas sekolah yang digunakan, jika meja dan kursi tidak ergonomis, pemakainya akan cepat merasakan lelah dan mengalami keluhan muskuloskeletal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Qutubuddin 2013 dengan Judul “Anthropometric Consideration for Designing Students Desks in Engineering Colleges” hasil penelitian menunjukkan bahwa furniture belajar jauh dari kompatibel dengan pengukuran antropometri siswa. Ada perbedaan yang signifikan antara tinggi meja, tinggi siku, tinggi popliteal, tinggi kursi, lebar kursi Universitas Sumatera Utara dan panjang popliteal. Ketidakcocokan tersebut dapat menyebabkan masalah fisik pada mereka menggunakan furnitur. Furnitur kompatibel memaksa siswa untuk mengadopsi postur tidak wajar membungkuk ke depan, memutar di kelas untuk waktu yang lama yang menetapkan ketegangan fisik dan mental pada siswa. Kelelahan juga bisa disebabkan oleh duduk untuk jangka waktu yang lama di kelas mengadopsi postur tubuh yang tidak tepat dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan operasional dan muskuloskeletal dan beberapa gangguan fisiologis di kalangan siswa. Penelitian yang sama dilakukan juga oleh Ismaila 2013 dengan Judul “Anthropometric Design of Furniture for Use in Tertiary Institutions in Abeokuta, South-Western Nigeria” mengenai desain furnitur sekolah di Nigeria menggunakan data antropometri pengguna belum diberikan perhatian yang memadai. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data antropometri siswa di lembaga tinggi pembelajaran di Nigeria untuk desain kursi ergonomis dan meja untuk digunakan oleh siswa di lembaga-lembaga tersebut. Tujuh ratus dua puluh 720 siswa di tiga lembaga terpilih berpartisipasi dalam penelitian ini. Berbagai dimensi tubuh tinggi siku duduk, tinggi bahu, tinggi lutut, tinggi popliteal, panjang popliteal dan berat badan dari siswa diukur dengan menggunakan anthropometer standar dan nilai persentil 5 th , 50 th , dan 95 th . Dari data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan paket statistik SPSS 16.0. Dimensi furnitur yang ada di lembaga-lembaga yang dipilih juga diukur. Berdasarkan data antropometri yang diperoleh dimensi desain furnitur untuk tinggi tempat duduk, kedalaman kursi, lebar kursi, tinggi sandaran atas, sandaran tangan dan tinggi Universitas Sumatera Utara meja ditarik kesimpulan dapat bahwa kursi dan meja untuk digunakan oleh para siswa di Nigeria dirancang dengan menggunakan satu ukuran untuk semua pendekatan, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas, ketidaknyamanan, kecelakaan, stres biomekanik, kelelahan, cedera, Oleh karena itu persentase mencapai 93,75 dari siswa mengeluh pada bagian leher, bahu, bagian atas dan nyeri punggung bawah yang mereka dikaitkan dengan furniture yang mereka gunakan tidak ergonomis Berdasarkan observasi yang dilakukan di SDN 060798, pada umumnya rancangan meja dan kursi belajar yang digunakan siswa kelas I sampai dengan kelas VI mempunyai ukuran yang sama, sedangkan dimensi tubuh anak kelas I sangat jauh berbeda dengan tubuh anak yang duduk dikelas VI. Gambaran sikap duduk siswa siswi dalam menggunakan dan meja dan kursi ditampilkan pada Tabel 1.1. Jika hal ini terus berlanjut maka akan mengalamai gangguan musculoskeletal. Hal ini di berdasarkan penyebaran kuisioner SNQ Standard Nordic Qustionaire dengan kategori agak sakit, sakit dan sangat sakit diketahui bahwa keluhan kaku dileher bagian atas sebesar 50,2, keluhan pada bagian bawah 43,3, keluhan pada bagian bahu kanan 42,9 , keluhan pada punggung 40,9 , dan keluhan pada sakit lengan atas kanan sebesar 37. Ketidaksesuaian dimensi meja dan kursi mengakibatkan postur tubuh siswa Sekolah Dasar 060798 berada pada posisi tubuh yang tidak normal saat menggunakannya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meminimalisasi ketidaksesuaian meja dan kursi sekolah terhadap siswa sehingga dapat Universitas Sumatera Utara mengurangi keluhan musculoskeletal dengan membuat perancangan meja dan kursi berdasarkan antropometri dan tingkatan kelas siswa. Tabel 1.1. Sikap Siswa Siswi dalam Menggunakan Meja dan Kursi Sekolah Kelas Gambar Keterangan I Postur tubuh siswa tidak membungkuk dan bahu siswa tidak naik, tetapi meja yang digunakan terlalu tinggi sehingga kebanyakan siswa kelas I menulis dengan posisi berdiri II Postur tubuh siswa tidak membungkuk. Tetapi, meja yang digunakan terlalu tinggi sehingga bahu siswa naik pada saat membaca dan menulis. III Posisi punggung siswa membungkuk tanpa bersandar pada sandaran kursi. Meja yang digunakan terlalu tinggi sehingga bahu siswa naik pada saat menulis dan membaca Sumber : Hasil Pengamatan Universitas Sumatera Utara Tabel 1.1. Sikap Siswa Siswi dalam Menggunakan Meja dan Kursi Sekolah Lanjutan Kelas Gambar Keterangan IV Posisi punggung siswa membungkuk tanpa bersandar pada sandaran kursi. Bahu siswa tidak naik dan tinggi kursi sesuai dengan siswa V Postur tubuh siswa tidak membungkuk, tetapi meja yang digunakan terlalu tinggi sehingga bahu siswa naik pada saat membaca dan menulis. Tinggi laci tidak sesuai dengan paha siswa sehingga mengakibatkan kaki menekuk mendekati pikakan kaki. VI Posisi punggung siswa membungkuk, tinggi sandaran kursi terlalu pendek, sehingga siswa tanpa bersandar pada sandaran kursi. Tinggi laci tidak sesuai dengan paha siswa sehingga mengakibatkan kaki menekuk mendekati pikakan kaki. Sumber : Hasil Pengamatan Universitas Sumatera Utara BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

2.1 Sejarah Sekolah