PENDAHULUAN Etika Dan Tanggung Jawab Sosial Dalam Bisnis Internasional

I. PENDAHULUAN

Sudah umum bagi perusahaan-perusahaan untuk memindahkan produksi dan pekerjaan tingkat bawah dari negara asalnya ke negara lain, terutama untuk mendapatkan biaya tenaga kerja yang lebih murah. Tetapi tindakan ini kadang-kadang menimbulkan publikasi yang tidak menguntungkan dan bahkan membeberkan isu-isu dasar yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi. Contohnya seperti distributor jus buah Minute Maid, Tropicana dan Nestle yang selama ini membeli jus buah dari pemasok di Amerika Selatan. Tetapi beberapa tahun lalu telah diketahui bahwa banyak pemasok ini mengandalkan tenaga anak-anak untuk memanen jeruk orange, jeruk lemon dan buah-buahan lainnya. Anak-anak usia sembilan tahun diambil dari sekolah oleh orang tua mereka yang miskin dan diperkerjakan di kebun buah. Orang tua ini tidak melihat sesuatu yang salah dalam praktek ini karena mereka sendiri juga memetik buah waktu kecil. Meskipun beberapa langkah diambil untuk mengatasi masalah ini, praktek ini tetap berlangsung. Ini dan banyak contoh lain telah menjadi perdebatan dan diskusi dalam waktu lama, terdapat isu mendasar yang nyata. Perusahaan menurunkan biaya produksi dengan sourcing ke luar negeri. Pertentangan berpusat pada bagaimana menyeimbangkan pencarian laba melalui biaya tenaga kerja yang murah terhadap potensi eksploitasi anak-anak dan penerima upah rendah lain dan pelanggaran hak asasi. Kasus produksi di luar negeri itu menggambarkan satu dari tantangan terbesar yang dihadapi bisnis internasional sekarang, menentukan standar etika yang tepat dan beroperasi dengan tanggung jawab sosial. Meskipun secara ekstrim, isu itu tidak jelas saat mereka lihat pertama kali. Contohnya, banyak orang dari negara maju akan setuju bahwa tidak etis bagi sebuah bisnis untuk meng-outsource produksi ke pabrik di luar negeri yang mengandalkan tenaga anak-anak atau yang menyelenggarakan kondisi kerja yang tidak aman. Tetapi masyarakat di negara itu mungkin berargumen bahwa meskipun tidak menarik bagi orang luar, pekerjaan ini lebih baik daripada tidak bekerja. Jika tenaga anak-anak dan kondisi kerja tidak problematis, perhatian tidak begitu ekstrim, tetapi masih ada isu upah yang wajar dan pengurangan pekerjaan di negara asal. Universitas Sumatera Utara Sebagai seorang investor, seseorang mungkin bangga dengan perusahaan yang menghapuskan 500 tenaga kerja mahal di negaranya dan menggantikan mereka dengan upah yang lebih murah di luar negeri. Tetapi orang-orang yang digantikan itu mungkin dengan suara keras berargumen bahwa tidak etis bagi mereka kehilangan pekerjaan hanya karena digantikan oleh orang lain dari negara lain yang mau bekerja untuk uang yang lebih sedikit. Kita juga melihat bagaimana perusahaan internasional harus bekerja untuk mengatasi berbagai macam rintangan dan hambatan dalam menghadapi system politik yang tidak lazim dan tidak dikenal dengan baik oleh mereka bila berada di Negara lain. Begitu juga, perusahaan harus beradaptasi dengan ketidaksamaan system hukum yang berlaku dalam pasar global. Amerika dan Negara Eropa cenderung memiliki peraturan dan hukum yang relative keras sehubungan dengan kualitas produk, polusi lingkungan dan perlakuan terhadap karyawan. Tetapi beberapa hukum secara khas sangat lemah di banyak Negara seberang Afrika, Asia dan Amerika Latin. Oleh karena itu perbedaaan undang undang dan hukum ysng terdapat dalam lingkungan bisnis internasional dapat menjadi ethical issues bagi manager. Meskipun semua Negara memiliki system hukum yang menetapkan batasan batasan terhadap perilaku yang mematuhi hukum untuk individu dan aktivitas perusahaan, tetapi tidak ada system hukum yang dapat mengantisipasi situasi dimana seorang individu atau perusahaan melakukan perilaku yang menyimpang. Sangat menyedihkan, bahkan beberapa perusahaan internasional dan managernya memanfaatkan dan mengeksploitasi adanya perbedaan standard hukum nasional sebuah Negara. Sebagai contoh, sebuah perusahaan bisa menjual produk ke luar negri karena produk tersebut di larang di negaranya sendiri, ataupun menjalankan aktivitas bisnis internasioanal untuk mengambil keuntungan karena adanya kelemahan dalam peraturan Negara tersebut. Sehingga perbedaaan hukum dapat mengembangkan ethical issues bagi para pelaku bisnis internasional. Ketika perusahaan bergabung kedalam lingkungan bisnis global, maka manager akan membuka dirinya untuk perbedaan budaya. Ini berarti bahwa manager harus bisa menyikapi konsep yang berbeda dari perilaku etis dan pedoman yang berbeda dalam perilaku tanggung jawab social. Konfrontasi praktek bisnis yang tidak begitu familiar menghadapkan perusahaan pada kesempatan luar biasa dan peluang yang sangat menakjubkan dan kemungkinan potensial jatuh dalam lubang. Issue tenaga kerja anak anak, hak asasi , polusi lingkungan, dan penutupan Universitas Sumatera Utara pabrik2 menjadi topic debat utama dalam kegiatan bisnis internasional. Saat ini, manager harus benar benar mengawasi perilaku mereka sendiri, perilaku semua karyawan perusahaannya, dan bahkan perilaku dari seluruh pelaku bisnis yang terlibat dalam bisnis perusahaannya di luar negri. Universitas Sumatera Utara

II. PEMBAHASAN