II. PEMBAHASAN
Macam Etika dan Tanggung Jawab Sosial dalam Bisnis Internasional
Alasan dasar keberadaan suatu bisnis adalah untuk menciptakan nilai dalam bentuk keuntungan bagi pemiliknya. Selain itu, sebagian besar orang bekerja untuk memperoleh penghasilan untuk
kehidupan mereka atau keluarga mereka. Sebagai akibatnya, tujuan dari setiap keputusan yang dibuat untuk kepentingan bisnis atau individu dalam sebuah bisnis adalah untuk meningkatkan
penghasilan bagi bisnis dan individu dan mengurangi biaya. Dalam banyak kasus, manager membuat keputusan dan bertingkah laku untuk pribadi dan untuk perusahaan mereka dengan
perilaku yang diterima masyarakat. Tetapi dalam pelaksanaannya kadang mereka menyimpang terlalu banyak. Kejadian perilaku yang tidak diterima yang dilakukan oleh bisnis atau orang-
orang dalam bisnis telah meningkat. Karena itu, seperti halnya dunia bisnis yang semakin internasional semakin meningkat pula perhatian terhadap etika dan tanggung jawab sosial yang
dijalankan oleh manager dan bisnisnya. Etika didefenisikan sebagai kepercayaan individu tentang apakah keputusan, perilaku, atau
tindakan tertentu benar atau salah. Karena itu apa yang menentukan perilaku etis berbeda bagi satu orang dengan yang lainnya. Contohnya seseorang yang menemukan uang di lantai ruang
kosong mungkin percaya bahwa sah-sah saja untuk mengambilnya, sedangkan yang lain mungkin merasa wajib mengembalikan ke bagian barang hilang. Konsep perilaku etis biasanya
merujuk ke perilaku yang diterima oleh norma sosial umum. Perilaku tidak etis, adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial umum.
Etika seorang individu ditentukan oleh kombinasi berbagai faktor. Orang mulai membentuk kerangka etis sejak anak-anak untuk merespon persepsi mereka terhadap perilaku orang tua
mereka dan orang dewasa lain yang berhubungan dengan mereka. Saat anak-anak tumbuh dan masuk sekolah, mereka dipengaruhi teman-teman yang berinteraksi dengan mereka di kelas dan
tempat bermain. Kejadian setiap hari mendorong mereka untuk melakukan pilihan moral dengan
Universitas Sumatera Utara
melihat perilaku dan sikap masyarakat lingkungannya, dan hal ini akan membentuk kepercayaan dan perilaku etis saat mereka beranjak dewasa. Demikian juga dengan pengajaran agama,
memberi kontribusi pada etikanya. Beberapa keyakinan agama, contohnya, mendorong aturan perilaku dan standar bertindak yang keras, sedangkan yang lain lebih fleksibel.
Nilai-nilai seseorang juga mempengaruhi standar etika. Orang yang menempatkan perolehan keuangan dan kemajuan pribadi di atas semua prioritasnya, sebagai contoh, akan menyerap nilai
etika yang mendorong percepatan kesejahteraan. Jadi mereka mungkin kejam dalam usaha mendapatkan hasil ini, tanpa melihat kerugian pada orang lain. Sebaliknya, orang yang
membangun keluarga dan teman-teman sebagai prioritas utama akan mengadopsi standar etika yang berbeda.
Masyarakat umumnya mengadopsi hukum formal yang menunjukkan standar etika yang ada, contohnya tindakan mencuri, hukum telah memberikan hampir di semua negara bahwa tindakan
mencuri itu illegal dan memberikan cara untuk menghukum mereka yang mencuri. Tetapi meskipun hukum berusaha untuk jelas dan tidak membingungkan, penerapan dan interpretasinya
dapat jadi membingungkan secara etika. Contohnya kebanyakan orang akan setuju bahwa memaksakan karyawan bekerja melebihi jam tanpa kompensasi adalah tidak etis, maka dibuatlah
hukum untuk mengatur standar kerja dan upah. Akan tetapi pada pelaksanaannya akan berbeda. Contohnya di Jepang, kebiasaan sering menganjurkan para pekerja junior untuk tidak
meninggalkan kantor sampai mereka yang lebih senior pergi, sedangkan di Amerika Serikat bos biasanya pulang terakhir.
Hal tersebut diatas memberikan generalisasi sebagai berikut: a.
Setiap individu mempunyai system kepercayaan mereka sendiri tentang apa yang membentuk perilaku etis dan tidak etis
b. Masyarakat dari konteks budaya yang sama cenderung mempunyai kesamaan dan
kepercayaan tetapi tidak harus identik dalam hal pembentukan perilaku etis dan tidak etis c.
Setiap individu dapat merasionalisasi perilaku berdasarkan keadaan d.
Setiap individu dapat menyimpang dari system kepercayaan mereka berdasarkan kondisi keadaan.
Universitas Sumatera Utara
e. Nilai etika sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat nasional.
f. Anggota dari suatu budaya dapat melihat perilaku tertentu adalah tidak etis, sedangkan
anggota yang lain dapat melihatnya sebagai hal yang masuk akal.
Etika Dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional
Untuk menggambarkan perilaku etika dalam konteks lintas budaya dan internasional adalah berdasarkan:
1. Bagaimana organisasi memperlakukan karyawan,
Satu hal yang penting dalam etika lintas budaya dan internasional adalah perlakuan terhadap karyawan oleh organisasinya. Pada sisi yang ekstrim, organisasi dapat berusaha
memperkerjakan orang-orang yang terbaik, memperluas kesempatan dan pengembangan karir, memberikan kompensasi dan lain sebagainya. Pada sisi ektrim lainnya, perusahaan
dapat memperkerjakan berdasarkan criteria yang merugikan dan dengan sengaja membatasi kesempatan berkembang, kompensasi minim dan lain sebagainya.
Manajer yang membayar karyawan lebih kecil dari yang sewajarnya, karena manajer itu tahu bahwa karyawan tersebut tidak akan mengeluh karena takut keluar atau kehilangan
pekerjaan, dapat digolongkan berperilaku tidak etis. Begitu juga sama halnya, di beberapa Negara masyarakatnya menyetujui bahwa oganisasi wajib memproteksi privasi
karyawannya. Manajer yang menyebarkan kabar bahwa karyawan tertentu terkena AIDS atau mempunyai hubungan antara dengan rekan kerjanya dapat dipandang melanggar
etika privasi.
Para manajer di organisasi internasional menghadapi sejumlah tantangan mengenai masalah- masalah tersebut. Perusahaan harus menyelesaikan isu etika khusus negara itu
Universitas Sumatera Utara
dalam hal perlakuan perusahaan terhadap karyawan, tetapi juga harus siap memberikan penjelasan jika dihadapkan dengan perbandingan internasional.
2. Bagaimana karyawan memperlakukan organisasi
Isu penting yang terkait masalah ini meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi jika sebuah keputusan mempunyai potensi
menguntungkan dan mungkin merugikan organisasi. Persepsi etis mengenai pentingnya konflik kepentingan berbeda bagi masing-masing budaya. Contoh sederhana pemasok
yang menawarkan hadiah untuk karyawan perusahaan tertentu. Beberapa perusahaan percaya bahwa hadiah macam ini dapat menimbulkan konflik kepentingan, mereka takut
bahwa karyawan akan mulai mengutamakan pemasok yang memberi bingkisan terbaik, bukannya pemasok yang menawarkan produk terbaik untuk perusahaan.
Untuk isu pentingnya kerahasiaan, membuka rahasia perusahaan dipandang tidak etis di beberapa negara, tetapi tidak di lainnya. Karyawan yang bekerja untuk bisnis dalam
industri yang ketat bersaing seperti elektronik, software dan baju contohnya, dapat tergoda menjual informasi tentang rencana penjualan ke competitor.
Sedangkan isu kejujuran, problem yang umumnya terjadi dibidang ini meliputi hal – hal seperti penggunaan telepon kantor untuk telepon jarak jauh dalam kepentingan pribadi,
mengambil barang-barang kantor dan menggelembungkan biaya-biaya. Dalam beberapa budaya bisnis, tindakan – tindakan seperti ini dipandang tidak etis.
3. Bagaimana organisasi dan karyawan memperlakukan agen ekonomi lainnya
Etika yang terlibat dalam hubungan antara perusahan dan karyawannya dengan agen ekonomi yang lain meliputi konsumen, competitor, pemegang saham, pemasok, dealer
dan serikat pekerja. Jenis interaksi antara organisasi dengan agen-agen ini rentan terhadap ambigu etis yang meliputi iklan dan promosi, pembukaan rahasia keuangan, pemesanan
Universitas Sumatera Utara
dan pembelian, dan lain sebagainya. Perbedaan praktek bisnis antar negara menimbulkan kerumitan secara etis bagi perusahaan dan karyawan mereka.
Mengelola Perilaku Etis Lintas Batas
Meskipun tiap individu mempunyai etika, banyak bisnis berusaha untu mengatur perilaku manajer dan karyawan dengan secara jelas menegakkan fakta bahwa mereka berharap para
manajer dan karyawan melaksanakan perilaku yang etis. Cara-cara yang paling umum dilakukan adalah dengan menggunakan penuntun atau standar etika, pelatihan etika, dan melalui praktek
organisasi dan budaya perusahaan. Banyak perusahaan multinasional besar termasuk Toyota, Siemens, General Mills dan Johnson
Johnson telah menulis penuntun yang terperinci bagaimana karyawan memperlakukan pemasok, konsumen, competitor dan pihak lain. Adakalanya perusahaan memiliki standar global
yang menyeluruh dan kemudian menyesuaikan masing-masing dengan konteks local. Ada juga perusahaan multinasional yang memberikan pelatihan untuk mengatasi dilemma etika yang
konsisten secara global dan apakah harus disesuaikan dengan konteks local. Selain itu praktek organisasi dan budaya perusahaan juga menyumbang ke pengelolaan perilaku etika. Jika
pimpinan suatu perusahaan bersikap etis dan pelanggaran etika diatasi secara langsung dengan benar, maka setiap orang di organisasi akan memahami bahwa perusahaan mengharapkan
mereka untuk bersikap etis, membuat keputusan etis dan melakukan hal yang benar.
Tanggung Jawab Sosial dalam Konteks Lintas Budaya dan Internasional
Tanggung jawab social adalah kumpulan kewajiban organisasi untuk melindungi dan memajukan masyarakat dimana organisasi bekerja. Kompleksitas bagi manajer bisnis internasional adalah
jelas yaitu kesinambungan yang ideal anara tanggung jawab social secara global terhadap kondisi lokal yang mungkin memaksa perbedaan pendekatan dengan di neagra- negara yang berbeda –
beda dimana perusahaan tersebut melakukan bisnis.
Universitas Sumatera Utara
Contoh klasik keseimbangan tersebut berkaitan dengan industry tembakau. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Afrika Selatan dan Inggris, perusahaan tembakau dibatasi dalam
mengiklankan rokok. Tetapi di banyak negara lain lebih longgar pembatasannya atau bahkan tidak ada pembatasan apa pun. Isunya kemudian adalah, sampai sejauh mana perusahaan
temabakau harus menerapkan pendekatan paling ketat ke semua pasar atau mengambil keuntungan dari fleksibilitas yang ditawarkan di beberapa pasar untuk secara aktif
mempromosikan penjualan dan penggunaan produk tembakau.
Bidang – Bidang Tanggung Jawab Sosial
Organisasi dapat menerapkan tanggung jawab social terhadap pihak-pihak yang berkepentingan, terhadap lingkungan alam dan kesejahteraan social. Beberapa organisasi mengetahui tanggung
jawab mereka di ketiga bidang itu dan berusahan sungguh – sungguh untuk mencapainya, yang lainnya menekankan hanya satu atau dua bidang tanggung jawab sosial. Dan sedikit sekali yang
tidak mengetahui tanggung jawab sosial sama sekali. a.
Stakeholder Organisasi Stakeholder organisasi adalah orang dan organisasi yang dipengaruhi langsung oleh
praktek organisasi tertentu dan mempunyai kepentingan terhadap kinerja organisasi itu. Kebanyakan perusahaan berkonsentrasi terhadap konsumen, karyawan dan investor.
Organisasi yang bertanggung jawab terhadap konsumen berusaha untuk memperlakukan mereka dengan adil dan jujur, dengan menjanjikan untuk memberikan harga yang sesuai,
menganggap penting jaminan produk, menepati komitmen pengiriman dan menjaga kualitas produk yang mereka jual. Contoh perusahaan multinasional yang menerapkan ini
adalah Toyota, Dell Computer, Daimler-Chrysler dan Volkswagen. Organisasi yang bertanggung jawab secara social dalam menghadapi karyawan, akan
memperlakukan pekerja secara adil, membuat mereka sebagai tim dan menghargai kebebasan dan kebutuhan dasar mereka sebagai manusia. Organisasi yang telah
membangun reputasi kuat dibidang ini adalah HONDA.
Universitas Sumatera Utara
Organisasi yang bertanggung jawab terhadap investor, manajer akan mengikuti prosedur akuntansi yang benar, memberikan informasi yang cukup pada pemegang saham tentang
kondisi keuangan perusahaan, dan mengelola organisasi untuk melindungi hak pemegang saham dan investasi.
b. Lingkungan Alam
Belum terlalu lama, banyak organisasi tanpa terkecuali membuang kotoran, limbah produksi dan sampah ke sungai, ke udara dan tanah kosong. Ketika Royal DutchShell
pertama kali mengeksplorasi sungai Amazon untuk potensi lokasi pengeboran di akhir 1980-an, krunya menebangi hutan dan meninggalkan sampah di sungai tersebut.
Sekarang banyak undang-undang yang mengatur pembuangan limbah material. Dalam banyak hal, perusahaan-perusahaan telah semakin bertanggung jawab secara social
terhadap pembuangan bahan polusi dan perlakuan secara umum terhadap lingkungannya. Kembali ke Shell, ketika meluncurkan ekspedidi eksplorasi yang terakhir ke daerah
bagian sungai Amazon, kelompok ini melibatkan ahli biologi untuk mengawasi perlindungan lingkungan dan ahli antropologi untuk membantu tim lebih efektif
berinteraksi dengan suku asli. Perusahaan juga telah mengembangkan cara-cara yang layak dan ekonomis untuk
menghindari hujan asam dan pemanasan global, menghindari penipisan ozon, dan mengembangkan metode alternative menangani kotoran, limbah produksi dan sampah
biasa.Contohnya adalah Procter and Gamble yang menggunakan bahan daur ulang untuk wadah-wadahnya dan Starbuck meneluarkan rencana membayar supplier kopi bonus
tambahan 10 sen per pound jika mereka menunjukkan komitmen untuk melindungi lingkungan. Dalam hal ini internet juga memainkan peranan penting dalam konservasi
sumber daya dengan mengurangi biaya energy dan polusi dalam transaksi bisnis. c.
Kesejahteraan Sosial Umum Contoh-contohnya adalah mencakup memberi sumbangan untuk kegiatan sosial,
organisasi amal, dan yayasan nirlaba, asosiasi , museum, serta mengambil peranan dalam meningkatkan kesehatan dan pendidikan masyarakat. Bahkan beberapa orang percaya
bahwa perusahaan harus turut bertindak lebih luas untuk memperbaiki ketidakmerataan
Universitas Sumatera Utara
politik dan sosial yang ada di dunia. Dan akhirnya dipercaya bahwa untuk memperlakukan stakeholder dan lingkungan dengan penuh tanggung jawab, maka
organisasi bisnis internasional juga harus bisa mendorong kesejahteraan social umum masyarakat Negara tersebut.
Mengelola Tanggung Jawab Sosial Lintas Batas
Dalam hal pengelolaan tanggung jawab, bisnis biasanya membuat beberapa usaha aktif untuk mengatasi tanggung jawab sosial. Perusahaan akan mengadopsi satu dari empat pendekatan
berbeda terhadap tanggung jawab social. a.
Pendekatan terhadap tanggung jawab social Dasar dari pendekatan ini adalah berupa kewajiban organisasi terhadap masyarakat yang
terdapat dalam rentang dari tingkat terendah sampai tertinggi di bidang praktek tanggung jawab socsal. Ada 4 pendirian yang dapat diambil oleh organisasi dalam pendekatan
kewajiban terhadap masyarakat, yaitu: Sikap pandang menghalangi, yaitu biasanya organisasi melakukan sedikit mungkin untuk
mengatasi masalah social dan lingkungan, umumnya berupa penolakan atau penghindaran tanggung jawab atas tindakan mereka. Contohnya ketika perusahaan Nestle
dan Danone yang dituduh telah melanggar perjanjian internasional dengan mengendalikan pemasaran susu formula yang menggantikan air susu ibu, padahal Nestle
telah menandatangani perjanjian untuk menekankan pentingnya peranan ibu menyususi. Sikap pandang bertahan, dimana organisasi melakukan segala sesuatu yang
dipersyaratkan secara hukum tetapi tidak lebih. Pendekatan ini sering dilakukan oleh perusahaan yang tidak simpati pada konsep tanggung jawab sosial. Contohnya adalah
perusahaan Philip Morris, perusahaan ini mengikuti peraturan di Amerika Serikat dengan memasukkan peringatan pada perokok tentang produk mereka dan membatasi iklan di
media, akan tetapi mereka mempromosikan besar-besaran produknya serta sedikit sekali memakai label peringatan kesehatan di beberapa negara di Afrika.
Universitas Sumatera Utara
Sikap pandang akomodatif, dimana perusahaan yang memenuhi persyaratan hukum dan persyaratan etika tetapi juga akan melakukan lebih dari persyaratan ini dalam kasus
tertentu. Sikap pandang proaktif, dimana perusahaan sungguh-sungguh mendukung tanggung
jawab social, mereka melihat diri mereka sebagai warga masyarakat dan secara proaktif mencari kesempatan untuk menyumbang.
b. Mengelola kesesuaian terhadap peraturan
Seperti yang dilihat bahwa ada celah bagi manajer yang gagal untuk mengadopsi standar etika tinggi dan bagi perusahaan untuk mengelak dari tanggung jawab hukumnya.
Seharusnya mereka bisa memandang tanggung jawab social sama seperti mereka memandang strategi bisnis yang lain. Dengan memandang bahwa tanggung jawab social
juga memerlukan perencanaan, pengambilan keputusan, pertimbangan dan evaluasi yang cermat. Dimana dalam pengelolaannya, tanggung jawab social harus sesuai dengan
peraturan atau kesesuaian dengan hukum yang berlaku. Misalnya pimpinan eksekutif sumber daya manusia bertanggung jawab untuk menyesuaikan dengan hokum yang
terkait dalam hal perekrutan, pembayaran, keselamatan dan kesehatan kerja. Pengelolaan tanggung jawab harus memiliki kesesuaian dengan etika, yaitu dengan
memberikan pelatihan mengenai etika dan menyusun panduan serta peraturan etika. Selain itu pengelolaan tanggung jawab tidak luput dari hal pemberian bantuan
kemanusiaan. Seperti membangun pengolahan limbah sehingga masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai dapat terhindar dari bahayanya limbah beracun. Contoh paling
nyata adalah ketika perusahaan Merck, mengembangkan obat untuk cacing hati pada anjing. Disaat yang sama mereka mengetahui bahwa obat ini juga dapat menyembuhkan
penyakit yang umum dikenal dengan buta sungai akibat penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan lalat hitam pada penduduk yang tinggal di sub sahara yang
tergolong warga termiskin di dunia. Merck memutuskan untuk memberikan obat ini secara gratis bagi mereka, dan sejak tahun 1987 telah menyumbangkan lebih dari 250 juta
dos obat kepada kira-kira 30 juta orang Afrika di sub sahara. c.
Dimensi informal tanggung jawab social
Universitas Sumatera Utara
Selain perlunya peraturan formal dalam pengelolaan tanggung jawab social, diperlukan juga adanya dimensi informal dari perusahaan Yaitu pada prakteknya hal ini ditunjukkan
oleh kepemimpinan dan budaya organisasi didalam perusahaan. Serta bagaimana organisasi merespon praktek Wistle Blowing yg terjadi dalam oganisasi nya sering
menjadi indikasi sikap pandang organisasi terhadap tanggung jawab sosial. d.
Mengevaluasi tanggung jawab sosial Untuk melihat keefektifitasan dari pelaksanaan tanggung jawab sosial, perushaan perlu
melakukan evaluasi, dan umumnya dilakukan secara formal. Yaitu dengan rutin melakukan audit sosial perusahaan, yang merupakan analisa formal dan teliti mengenai
efektifitas kinerja sosial perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
III. KESIMPULAN