Gambar 3 Data Cacat
melakukan rework produk. Cacat yang termasuk ke dalam cacat mayor ialah: Cacat desain huruf atau gambar pada kepala punch, Cacat kepala punch karena
kedalaman kepala punch salah, Cacat dimensi punch karena diameter punch bo- di terlalu besar, dan Cacat melengkung.
3. Minor nonconformities cacat minor: cacat ini dapat dihubungkan dengan peng-
aruh penampilan produk tetapi tak mempengaruhi fungsi punch untuk mencetak obat. Punch dapat digunakan dan tidak mempengaruhi kualitas obat yang diha-
silkan. Konsumen mengeluh, namun produk masih dapat diterima konsumen. Cacat yang termasuk ke dalam kategori minor ialah: Cacat Oksidasi.
5.2 Pareto
Menurut Ishikawa 1980, Diagram Pareto ialah diagram yang digunakan
untuk mengidentifikasi cacat yang perlu mendapat prioritas untuk ditangani dan di- kendalikan. Diagram Pareto ini cocok digunakan di berbagai tingkat dalam program
perbaikan mutu untuk menentukan langkah yang harus diambil selanjutnya.
Diagram Pareto
500000 1000000
1500000 2000000
2500000 3000000
3500000 4000000
4500000
se m
pla k
bo di k
ec il
be la
h ke
pal a
ru sa
k bo
di b
esa r
ked al
am an
de sa
in k
ep ala
me le
ng ku
ng ok
si da
si 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Sumber: Hasil Perhitungan Penulis, 2008
Gambar 4 Diagram Pareto
Dari hasil perhitungan, cacat yang memerlukan prioritas penanganan ialah cacat kepala punch karena bibir kepala punch rusak semplak sebesar 35,36, cacat
dimensi punch karena diameter punch bodi terlalu kecil sebesar 28,29, dan cacat punch belah sebesar 21,22, dengan total persentase kumulatif 84,88.
5.3 CTQ Critical To Quality
Penentuan CTQ Critical To Quality merupakan tahapan yang sangat pen- ting untuk mengetahui karakteristik kritis terhadap kualitas produk karena berkaitan
langsung dengan kebutuhan dan kepuasan konsumen. Critical To Quality untuk pro- duk punch dapat dilihat di Tabel 1
Tabel 1 CTQ Critical To Quality
Jenis Cacat CTQ
Spesifikasi Cacat Punch belah
Tingkat kekerasan bahan 55 HRC 60
Cacat kepala punch karena bibir kepala punch rusak semplak
Tingkat kekerasan bahan Dimensi
55 HRC 60 18 x 7 mm
Cacat dimensi punch karena diameter punch bodi terlalu kecil
Diameter bodi punch 25,35 mm
Sumber: Wawancara Bagian Operasional Produksi PT WPN, 2008
5.4 Peta Kendali Variabel
Peta kendali merupakan suatu diagram yang menunjukkan batas-batas dima- na hasil pengamatan masih dapat ditolerir dengan resiko tertentu, yang menjamin
bahwa proses produksi masih berada dalam keadaan baik. Peta kendali yang diguna- kan ialah peta kendali
x
dan s. untuk tiap CTQ hasil Diagram Pareto. Grafik peta
x
menggambarkan letak nilai rata-rata suatu subgroup relatif terhadap batas kontrol atas dan bawah untuk menilai keterkendalian proses produksi. Sedangkan peta s
menggambarkan dispersi rentang subgroup.
Berdasarkan hasil perhitungan peta kendali
x
, proses bubut, hardening, dan grinding masih terdapat subgroup yang keluar batas kendali, sehingga dapat disim-
pulkan proses bubut hardening dan grinding belum terkendali. Sedangkan hasil per- hitungan peta kendali s, tidak terdapat subgroup yang keluar batas kendali, sehingga
dapat disimpulkan bahwa dispersi proses bubut, hardening, dan grinding terkendali. Revisi peta kendali belum dapat dilakukan karena penyebab proses out of control
belum diketahui.
5.5 Peta Kendali Atribut
Sebagaimana terlihat di perhitungan Pareto pada Gambar 4, cacat semplak merupakan salah satu cacat yang dikategorikan ke dalam kategori kritis. CTQ pe-
nentu cacat semplak ialah kekerasan bahan dan dimensi. Cacat ini perlu diukur peta kendalinya karena cacat ini merupakan indikator proses grinding.
Berdasarkan perhitungan peta kendali p, terdapat subgroup keluar batas kendali, sehingga dapat disimpulkan proses belum terkendali. Revisi peta kendali
belum dapat dilakukan karena penyebab out of control belum diketahui.
5.6 Perhitungan Indeks Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses ialah kemampuan proses memenuhi spesifikasi. Makin besar kemampuan suatu proses menghasilkan produk yang memenuhi batas-batas
spesifikasi, maka dapat dikatakan proses tersebut makin capable atau mendekati ni-
lai spesifikasi target kualitas yang ditetapkan.
Kriteria untuk kapabilitas proses ialah:
- C
P
≥ 2 ; proses dianggap mampu dan kompetitif, merupakan perusahaan berkelas dunia
- C
P
1-1,99 ; proses dianggap cukup mampu, namun perlu upaya untuk peningkatan kualitas menuju target tingkat kegagalan menuju nol zero defect oriented
- C
P
1 ; proses dianggap tidak mampu dan kompetitif untuk bersaing di pasar global.
Tabel 2 Indeks Kapabilitas Proses
Proses Cp Cpk
Bodi 0.5095 0.4434
Leher 0.4315 0.2887
Ekor 2.2634 0.5233
Hardening 0.9545 0.8958
Grinding Bodi 0.2764
0.0559 Grinding
lebar kepala 0.3105 0.1938
Grinding Panjang kepala
0.3622 -0.0801 Sumber: Hasil Perhitungan Penulis, 2008
Berdasarkan hasil perhitungan indeks kapabilitas proses, semua proses menghasilkan nilai di bawah 1, kecuali proses bubut ekor, hingga disimpulkan pro-
ses produksi saat ini tidak capable atau tidak mampu memenuhi spesifikasi, hingga banyak produk tidak memenuhi batas spesifikasi atau cacat.
5.7 Fault Tree Analysis FTA
Fault tree analysis merupakan tool untuk mengetahui akar permasalahan yang menyebabkan tingginya variasi hasil proses produksi. Fault tree analysis pada
penelitian ini dibuat untuk masing-masing proses penentu CTQ yaitu proses har- dening mesin oven, proses bubut bodi, leher dan ekor mesin bubut, proses grin-
ding bodi mesin cylindrical grinding, serta proses grinding lebar dan panjang bagi- an kepala punch mesin CNC machining center. Berikut adalah FTA untuk masing-
masing proses penentu CTQ:
Sumber: Hasil Wawancara Dengan Kepala Bagian Produksi PT WPN, 2008
Gambar 5 Fault Tree Analysis Variasi Hasil Proses Bubut Mesin Bubut
Sumber: Hasil Wawancara Dengan Kepala Bagian Produksi PT WPN, 2008
Gambar 8 Fault Tree Analysis Variasi Hasil Hardening
Sumber: Hasil Wawancara Dengan Kepala Bagian Produksi PT WPN, 2008
Gambar 6 Fault Tree Analysis Variasi Hasil Proses Grinding Bodi Mesin Cylindrical
Grinding
Sumber: Hasil Wawancara Dengan Kepala Bagian Produksi PT WPN, 2008
Gambar 7 Fault Tree Analysis Variasi Hasil Proses Grinding Lebar dan Panjang Kepala
Punch Bodi Mesin CNC Machining Center
5.8 Control Plan
Control plan merupakan gambaran ringkasan mengenai langkah-langkah pe- rencanaan kualitas untuk mengetahui spesifikasi produk, proses atau jasa yang harus
dikendalikan. Berdasarkan pembuatan Control Plan, dapat diketahui prosedur peng- endalian kualitas yang dilakukan oleh perusahaan pada saat ini dan kelemahan-kele-
mahannya. 5.9 Failure Mode and Effect Analysis FMEA
Failure Mode and Effect Analysis FMEA ialah suatu prosedur terstruktur untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak mungkin mode kegagalan failure
modes. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembuatan FMEA ialah mode kega- galan potensial, dampak kegagalan severity, penyebab kegagalan potensial, ke-
mungkinan kegagalan occurrence, pengendalian sekarang, kemudahan mendeteksi detectability, RPN Risk Priority Number, dan tindakan yang direkomendasikan.
Berikut adalah FMEA
tiap proses dengan variasi hasil produksi yang tinggi.
Tabel 3
Nama Part : Punch
No FMEA : 1
Nomor Part :
Halaman : 1
Engineer : Tanggal
: Mode
Kegagalan Potensial
Akibat Potensial dari Mode
Kegagalan Potensial
Dampak Kegagalan
Severity Penyebab Kegagalan Potensial
Kemungkinan Kegagalan
Occurrence Pengendalian
Sekarang Kemudahan
Mendeteksi Detectability
RPN Preventive maintenance oven tidak
dilakukan 8
Pengamatan Waktu Kenaikan Suhu
4 256
Kadar karbon tidak dicek ke supplier 3
Tidak Ada 9
216 Frekuensi penggantian cairan coolant
rendah 8
Pemeriksaan Visual 3
192 Preventive maintenance tangki
pendingin tidak ada 2
Pengamatan Visual 3
48
Failure Mode and Effect Analysis
Failure Mode and Effect Analysis FMEA Proses Hardening Mesin Oven
Variasi tingkat kekerasan
produk hasil proses
produksi hardening
tinggi Cacat Belah
8
Nilai severity, occurrence, dan detectability didapatkan dari hasil wawancara langsung dengan operator hardening dan Ka Bag. Prod PT Wahana Pancha Nugraha Sumber : Hasil Wawancara dengan Kepala Bagian Produksi PT Wahana Pancha Nugraha, 2008
5.10 Pareto RPN
Berdasarkan perhitungan pareto RPN, menunjukkan bahwa basic dan unde- veloped event yang harus mendapatkan prioritas ialah
1. Proses Hardening; Preventive maintenance oven tidak dilakukan, Kadar karbon
tidak dicek ke supplier, dan Rendahnya frekuensi penggantian cairan coolant.
2. Proses Produksi Bubut; Operator kurang teliti membaca jangka sorong, In-
formasi penggantian bahan baku tidak sampai ke operator, Jangka sorong tidak dikalibrasi ulang secara teratur, serta POSPK terlambat turun dan perusahaan
asi jadwal kirim. 3.
Pro los pemeriksaan, Informasi
tidak menegosi ses Produksi Cylindrical Grinding; Operator kurang teliti membaca jangka
sorong, Barang dalam proses hasil bubut lo penggantian bahan baku tidak sampai ke operator, dan Jangka sorong tidak
dikalibrasi ulang secara teratur.
4.
Proses Produksi CNC Machining Center; Barang dalam proses hasil milling lolos pemeriksaan, dan Program NC tidak disimulasikan
5.11
es, secara teoretis terdapat lima kemungkinan met
vari caca
usu agi menjadi dua bagian, yaitu usulan untuk me-
dala
Pengembangan Usulan
Untuk menekan variasi pros penyebab variasi, yaitu variasi pada tenaga kerja, barang dalam proses, mesin, meto-
de kerja, serta lingkungan. Untuk variasi yang berasal dari tenaga kerja, mesin, serta ode kerja dibutuhkan prosedur kerja standar yang harus ditaati. Untuk mencegah
asi akibat faktor variasi kualitas barang dalam proses, maka barang dalam proses t harus dicegah agar tidak mengalir ke proses berikutnya. Dengan demikian,
lan yang dikembangkan akan dib netapkan prosedur kerja serta usulan untuk meningkatkan pengawasan barang dalam
proses cacat. Berikut adalah prosedur-prosedur usulan dan prosedur inspeksi barang m proses;
Gambar 9 Prosedur Usulan
Gambar 9 Lanjutan Prosedur Usulan
6 Penutup 6.1 Kesimpulan
Untuk menekan cacat yang mengakibatkan pemborosan biaya dan waktu di PT Wahana Pancha Nugraha, kesimpulan analisis ialah sebagai berikut:
1. Terdapat cacat-cacat yang dihasilkan oleh proses produksi yaitu
a. Cacat yang termasuk dalam kategori kritis ialah cacat punch belah, cacat kepa-
la punch karena bibir kepala punch rusak semplak, cacat kepala punch karena bentuk kepala punch rusak salah bentuk, cacat dimensi punch karena diame-
ter punch bodi terlalu kecil. Cacat yang termasuk dalam kategori mayor ialah cacat desain huruf atau gambar pada kepala punch, cacat dimensi punch karena
diameter punch bodi terlalu besar, dan cacat melengkung. Cacat yang terma- suk dalam kategori minor ialah cacat oksidasi.
b. Cacat yang mendapat prioritas untuk ditangani terlebih dahulu ialah cacat ke-
pala punch karena bibir kepala punch rusak semplak, cacat dimensi punch ka- rena diameter punch bodi terlalu kecil, dan cacat bel
c. Variabel-variabel kritis yang diidentifikasi sebagai karakteristik kritis penye-
bab cacat ialah tingkat kekerasan bahan, dimensi bagian bodi dan dimensi ke- pala punch.
2. Proses produksi bubut, gri
PT Wahana Pancha Nugrah m terkendali dan
enuhi spesifikasi yang ditetap- proses bubut punch bagian ekor.
3. Akar-akar pe
ke keteliti-
penggantian negosiasi ulang jadwal kirim
la dentifikasi di
pemasaran, Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan, Kepala Operasional Produksi, Kepala Seksi Pelaksana Produksi, Kepala Regu Hardening, Kepala
ah.
nding, dan hardening di a
masih belu belum mampu mem
kan oleh pelanggan kecuali rmasalahan penyebab variasi kualitas yang perlu mendapat prioritas
pembenahan ialah preventive maintenance oven, pengecekan kadar karbon supplier, peningkatan frekuensi penggantian cairan coolant, peningkatan
an operator kurang teliti dalam membaca jangka sorong, penyebaran informasi bahan baku ke operator, keteraturan kalibrasi ulang jangka sorong,
jika POSPK terlambat turun, inspeksi barang da- m proses cacat, serta simulasi program NC. Kelemahan-kelemahan yang teri-
atas melibatkan kinerja bagian-bagian: Kepala Bagian marketing