Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Konsep Komunikasi

Komunikasi terkait seksualitas antara remaja dan orang tua masih sangat jarang, disebabkan karena masalah itu masih tabu untuk dibicarakan, kesibukan orang tua yang banyak berprofesi sebagai wiraswasta dan faktor pola asuh keluarga Darwati,2016. Berdasarkan penelitian Putra,dkk 2014 peran keluarga mengenai perilaku seksual pranikah remaja SMAsederajat di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I masih kurang yaitu sebesar 61,8. Berdasarkan data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Data yang diperoleh di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I, pada tahun 2012 menunjukkan bahwa telah terjadi kehamilan remaja sebanyak 11 kasus, tahun 2013 sebanyak 9 kasus, tahun 2014 sebanyak 26 kasus, dan tahun 2015 sebanyak 15 kasus. Untuk kasus IMS pada remaja pada tahun 2015 terdapat 1 kasus, yang terjadi pada remaja wanita berumur 16 tahun. Persalinan pada remaja juga cukup memprihatinkan, yakni pada tahun 2014 terdapat 20 remaja yang melahirkan dan tahun 2015 terdapat 15 remaja dari dalam wilayah dan 7 remaja dari luar wilayah kerja Puskesmas Sukawati I yang melahirkan akibat kehamilan tidak diinginkan. Komunikasi terkait seksualitas antara remaja dan orang tua sangat jarang, disebabkan karena masalah itu masih tabu untuk dibicarakan. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I tahun 2016?.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas maka pertanyaan peneliti adalah “Bagaimanakah tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I Tahun 2016?”.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I Tahun 2016.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik siswa dan orang tua siswa SMASMK di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I b. Mengetahui tingkat efektivitas komunikasi berdasarkan karakteristik siswa dan orang tua siswa c. Mengetahui tingkat efektivitas komunikasi berdasarkan aspek-aspek komunikasi

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

a. Bagi Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi orang tua, sehingga orang tua mampu memahami berbagai problematika yang sedang dialami oleh remaja serta mengerti kebutuhan-kebutuhan psikis dan emosional disamping kebutuhan materi. Selain itu orang tua diharapkan membahas masalah seksualitas sejak dini, agar anak terbiasa dengan topik bahasan tersebut, sehingga pada akhirnya anak bersedia terbuka kepada orang tua mengenai masalah seksualitas. b. Bagi Remaja Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi remaja dalam membangun komunikasi yang lebih baik dengan orang tua, mengenai seksualitas sehingga permasalahan remaja terkait seksualitas dapat dicegah.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan bahan referensi bagi mahasiswa yang berkepentingan untuk mengembangkan penelitian khususnya dalam bidang kesehatan reproduksi yang berkaitan dengan komunikasi orang tua dan remaja.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang kesehatan reproduksi dan terbatas pada tingkat efektivitas komunikasi orang tua pada remaja tentang seksualitas remaja di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I Tahun 2016. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan kepada penerima pesan agar dapat dimengerti dan dilaksanakan sesuai isi. Komunikasi mampu menghasilkan perubahan sikap pada orang lain yang dapat terlihat pada proses komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif jika dapat memberikan informasi, mendidik, menginstrusikan, mengajak dan menghibur audience termasuk remaja Hastuti, 2015. Komunikasi memiliki beberapa tujuan, diantaranya membangun hubungan yang harmonis, membentuk suasana keterbukaan, serta saling membantu dalam menyelesaikan masalah. Ada beberapa manfaat dari komunikasi yaitu meningkatkan pengetahuan dan wawasan, mengupayakan solusi dari permasalahan, dan menyangkal persepsi yang salah di masyarakat terkait isu tertentu BKKBN, 2012. Dalam Wulandari 2009 agar tercipta komunikasi yang efektif, diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi diantaranya komunikator. Komunikator adalah orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain, disebut juga pengirim pesan. Komunikator bisa individu, kelompok, keluarga atau organisasi. Unsur kedua yang tak kalah penting adalah pesan. Pesan adalah berita yang disampaikan oleh komunikator. Kedua sarana yaitu komunikator dan pesan, lazim digunakan bersama dalam komunikasi. Artinya, komunikasi akan berlangsung jika ada komunikator dan pesan. Selain komunikator dan pesan, unsur yang tidak kalah pentingnya dalam komunikasi adalah saluran komunikasi. Saluran komunikasi adalah sarana untuk menangkap lambang yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang memberi makna terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Dalam proses komunikasi, unsur mewujudkan kegiatan komunikasi perlu dilengkapi dengan keberadaan komunikan. Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi. Sukses dan gagalnya komunikasi sangat tergantung dari penilaian yang diberikan oleh komunikan. Komunikasi dinyatakan berhasil apabila komunikan mampu memberikan umpan balik yang berbentuk tanggapan atau respon. Umpan balik adalah arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya komunikasi. Dalam BKKBN 2012 terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh komunikator agar komunikasi menjadi efektif yaitu keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif dan kesetaraan. Keterbukaan adalah suatu sikap dimana tidak ada perasaan tertekan ketika melakukan kegiatan komunikasi yang ditandai dengan kesediaan untuk jujur dalam menyampaikan apa yang sedang dirasakan dan sedang dipikirkan. Keterbukaan juga berarti memberikan tanggapan sejujurnya terhadap rangsangan yang diterima. Indriyati 2007 menyatakan keterbukaan dalam komunikasi dapat mendorong timbulnya saling pengertian, saling menghargai, dan yang paling penting yaitu saling mengembangkan kualitas hubungan interpersonal. Dengan adanya keterbukaan dalam komunikasi maka dapat meningkatkan kedekatan antara orang tua dan remaja. Aspek selanjutnya adalah empati. Empati adalah adanya usaha masing-masing pihak untuk merasakan apa yang sedang dirasakan oleh orang lain, dalam upaya untuk memahami orang lain. Berempati juga membutuhkan kepekaan agar dapat merasakan perasaan orang lain ketika komunikasi berlangsung. Empati juga berarti suatu sikap ikut merasakan apa yang dirasakan oleh lawan bicara, yang ditandai dengan kesediaan mendengarkan dengan sepenuh hati, merespon secara tepat setiap perilaku yang muncul dalam kegiatan komunikasi. Wiendijarti 2011 dalam penelitiannya menyatakan bahwa anak sangat mendambakan memperoleh empati dari orang tua saat mengalami masalah. Apabila orang tua mampu memberikan rasa nyaman saat berbicara dengan anak, maka anak akan bersikap terbuka dalam membicarakan permasalahannya. Empati dalam komunikasi hanya dapat terwujud melalui jalur keterbukaan, jadi selama jalur keterbukaan belum terbuka sepenuhnya, maka empati sulit terwujud. Dukungan adalah suatu sikap memberikan respon balikan terhadap apa yang dikemukakan dalam kegiatan komunikasi, sehingga dalam kegiatan komunikasi terjadi pola dua arah. Dukungan dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal. Ungkapan verbal seperti gerakan menganggukkan kepala, mengedipkan mata, tersenyum atau tepukan tangan. Ungkapan non verbal, seperti memahami dan berpikir secara terbuka mampu menerima pandangan orang lain. Munawaroh 2012 menyatakan dukungan berperan penting dalam komunikasi orang tua dan anak. Sikap orang tua yang mau mendengar pertanyaan anak dan tidak membatasi pertanyaan anak terkait seksualitas akan semakin meningkatkan kualitas hubungan orang tua dan anak. Sikap positif adalah suatu perasaaan memandang orang lain dalam kegiatan komunikasi sebagai manusia. Hal ini ditandai dengan sikap tidak mudah men judge dalam setiap kegiatan interaksi dalam komunikasi. Kesetaraan, adalah suatu kondisi dimana dalam kegiatan komunikasi terjadi posisi yang sama antara komunikan dan komunikator, tidak terjadi dominasi antara satu dengan yang lain. hal ini ditandai arus pesan yang dua arah. Menurut Suranto dalam Ahdiyat 2013 komunikasi efektif dapat dibagi menjadi 3 kualitas umum yaitu efektif bila memenuhi setidaknya tiga dari lima aspek komunikasi, cukup efektif bila memenuhi hanya dua dari lima aspek komunikasi, tidak efektif bila memenuhi hanya satu atau sama sekali tidak memenuhi aspek komunikasi.

2.2 Konsep Orang tua