d. Faktor demografis Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang
merokok pada usia dewasa semakin bertambah. Akan tetapi pengaruh jenis kelamin tidak terlalu berperan penting karena
banyak pria dan wanita sudah memiliki kebiasaan merokok.
D. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN REMAJA DENGAN
ORANGTUA DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA
Kelekatan merupakan suatu ikatan emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan orang yang
mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orangtua. Bowlby dalam Barrocas, 2008 menyatakan bahwa hubungan
kelekatan akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur lain pengganti
ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth 1985 mengatakan bahwa kelekatan
adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu dengan orang lain yang bersifat spesifik, mengikat mereka dalan suatu kedekatan
yang bersifat kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat attachment behavior
yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelekatan yang terjadi pada bayi dengan figur pengasuh memiliki peranan penting dalam kehidupan anak dan menjadi dasar dalam
hubungan anak dengan orang lain di kemudian hari. Kualitas kelekatan yang terbentuk antara anak dengan figur pengasuh di masa lampau
tidak lantas hilang begitu saja namun akan senantiasa berkembang ketika individu menginjak pada masa remaja maupun dewasa. Dengan
kata lain kualitas kelekatan yang tampak pada hubungan yang terjalin pada saat individu memasuki masa remaja dan dewasa bersumber dari
kualitas kelekatan yang dirasakan ketika individu tersebut ketika masih bayi hingga kanak-kanak. Burland dan Zimmerman dalam Santrock,
2002 kelekatan dengan orangtua juga menumbuhkan berbagai kemampuan adaptif yang berkaitan dengan kemampuan sosial karena
perkembangan kemampuan sosial bersumber pula dari perkembangan karkteristik mental individu seperti harga diri, kepercayaan diri,
kemampuan penyesuaian emosional, dan sebagainya. Kelekatan yang terjalin antara figur pengasuh dengan remaja
terbangun dari adanya tiga aspek aspek yang mendukung tumbuhnya kelekatan dan menghambat tumbuhnya kelekatan. Aspek yang
mendukung tumbuhnya kelekatan yaitu rasa percayatrust dan komunikasi. Kedua aspek ini akan menggambarkan hubungan yang
kuat antara remaja dengan figur lekat. Sedangkan aspek yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
mengahambat tumbuhnya kelekatan atau alienasi lebih menggambarkan tentang kurangnya kedekatan antara remaja dengan figur pengasuh.
Rasa percayatrust dalam kelekatan membuat remaja belajar membangun rasa percaya dalam suatu hubungan dengan belajar bahwa
orang lain secara konsisten ada untuknya Collins Repinsky, 1994; Armsden Greenberg, 1987. Remaja yang memiliki hubungan aman
dengan figur lekatnya akan memandang orang lain akan ada untuknya dan merasa diri dicintai sehingga remaja akan memiliki pandangan
yang positif terhadap orang lain dan dirinya. Hal tersebut akan mempengaruhi remaja dalam memotivasi dirinya sendiri dan membina
hubungan dengan orang lain Wills, 1985; Maholtra, 1977 dalam Barrocas, 2008, Remaja yang memandang orang lain ada untuknya
akan merasa dicintai sehingga remaja akan memiliki pandangan yang positif terhadap orang lain dan dirinya Steinberg, 2002. Santrock
2002 menjelaskan jika anak yang tumbuh dalam kelekatan yang aman akan menjadi individu yang memiliki harga diri dan kesejahteraan
emosianal yang baik. Adanya figur orangtua membuat remaja percaya diri untuk mengekplorasi lingkungan baru yang semakin luas. Kondisi
psikologis yang sehat membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinan perasaan tertekan atau ketegangan emosi yang berkaitan
dengan transisi dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa. Dengan demikian remaja tidak terjerumus dalam perilaku merokok
karena memiliki kondisi psikologis yang sehat ditambah adanya figur lekat yang akan selalu mendukung secara emosional.
Komunikasi dalam kelekatan diibaratkan sebagai komunikasi dua arah yang terjadi antara remaja dengan figur lekat atau orangtua.
Remaja yang merasa dekat dengan orangtuanya akan mampu mengungkapkan segala permasalahannya dengan orangtua secara
terbuka sehingga dapat saling menyampaikan pendapat dan perasaannya. Hal ini akan mendorong remaja dalam menumbuhkan
kemampuan berkomunikasi yang baik dengan orang lain. Bagi remaja komunikasi yang baik antasa remaja dengan orangtua juga akan mampu
menumbuhkan perasaan dicintai oleh orangtua Armsden Greenberg, 1987. Interaksi yang terbuka antara remaja dan orangtua akan
menumbuhkan iklim yang suportif dalam keluarga dan akan membuat remaja merasa aman menghadapi tahapan perkembangannya Santrock,
2002. Dengan adanya dukungan atau iklim yang suportif dalam keluarga remaja akan remaja akan terhindar dari perilaku menyimpang
khususnya perilaku merokok. Aspek alienasi dalam kelekatan merupakan aspek yang
mempunyai kecenderungan yang negatif. Alienasi menggambarkan perasaan negatif remaja terhdap orangtua. Aspek alienasi ini cenderung
menggambarkan tidak adanya orangtua atau pengasuh yang seharusnya dapat menjadi figur lekat. Hubungan antara remaja dengan pengasuh
yang kurang konsisten memunculkan perasaan diabaikan atau bahkan ditolak bagi remaja. Hal ini akan menimbulkan munculnya kecemasan
pada remaja Cassidy Shaver, 1999. Kecemasan yang tinggi pada masa remaja akan membuat remaja mencari pelampiasan dengan
melakukan hal-hal yang dirasa meredakan ketegangan atau kecemasan tersebut. Pada umumnya remaja dengan kondisi tersebut akan mudah
mangadaptasi perilaku menyimpang misalnya merokok atau bahkan berkaitan dengan penyalahgunaan zat terlarang Sarwono, 2006.
Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat jika kualitas kelekatan antara figur lekat atau orangtua dengan remaja akan sangat berpengaruh
dalam perkembangan emosional remaja. Dengan demikian keadaan emosional juga akan mempengaruhi remaja dalam beperilaku. Jika
remaja memiliki kelekatan aman dengan figur lekat atau orangtua, hal ini akan menumbuhkan keadaan emosional yang aman dan membuat
remaja merasa memiliki dukungan emosional yang positif. Dengan demikian remaja tidak perlu mencari kompensasi lain dalam
menghadapi badai krisis yang ada pada masa remaja. Sebaliknya jika remaja tidak memiliki kelekatan yang aman dengan orangtua, akan
menumbuhkan perasaan-perasaan yang tidak aman. Dengan tidak adanya dukungan emosional yang positif dari orangtua, remaja akan
memiliki kecenderungan lebih besar dalam mencari kompensasi dalam menghadapi krisis pada masa remaja.
Remaja dalam penjelasan sebelumnya merupakan masa transisi antara anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan
sosial-emosional. Hall
dalam Santrock,2003
menjelaskan remaja adalah masa antara usia 12 sampai 23 tahun dan penuh dengan badai dan tekanan. Badai dan tekanan storm and stress
adalah konsep Hall tentang remaja sebagai masa goncangan yang ditandai dengan adanya konflik dan perubahan suasana hati. Selain itu,
masa remaja adalah masa yang rentan terhadap berbagai masalah, sehingga
terkadang remaja
gagal dalam
menjalankan perkembangannya. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Adams
Gullotta dalam Laible dkk, 2000 mengemukakan jika masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap depresi, perilaku menyimpang,
bunuh diri, dan penyalahgubaan obat atau alkohol. Kecenderungan remaja untuk merokok dalam menghadapi
masalahnya merupakan tanda bahwa remaja tidak memiliki kemampuan emosional dan dukungan emosional yang baik. Hal ini sesuai dengan
Baer dan Corado dalam Atkinson, 1999; Steinberg, 2002 menjelaskan bahwa remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia. Remaja dalam keluarga yang tidak bahagia cenderung memiliki hubungan emosional yang kurang dekat atau
bermasalah dengan orangtuanya. Steinberg 2002 mengungkapkan jika kedekatan antara remaja dengan orangtuanya sangat kurang, remaja
akan mempunyai kecenderungan perilaku menyimpang dari perilaku merokok hingga penyalahgunaan obat. Hal ini juga dibahas oleh
Santrock 2002 tentang kelekatan remaja dengan orangtua dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja,
sebagaimana tercermin dalam ciri-ciri seperti harga diri, penyesuaian emosional, dan kesehatan fisik. Laible, Carlo, Raffaelli 2000
menjelaskan jika pada masa remaja interaksi antara remaja dan orangtua masih sangat penting meski sebagian besar waktu remaja
dihabiskan dengan lungkungan baru di luar keluarga. Dengan demikian kelekatan antara remaja dengan orangtua atau figur lekat akan memiliki
peran yang signifikan dalam menentukan masa perkembangannya. Dalam hal ini kelekatan yang terjalin akan memberikan efek adaptif
bagi remaja dalam mengahadapi krisis yang ada pada masa
perkembangaanya.
E. HIPOTESIS