Analisis Prosedur Pembiayaan Berdasarkan Penilaian Prinsip 5C Pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam

(1)

(2)

ANALISIS PROSEDUR PEMBIAYAAN BERDASARKAN

PENILAIAN PRINSIP 5C

PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) MIFTAHUSSALAM

ANALYSIS OF FINANCING PROCEDURES BASED ASSESSMENT

PRINCIPLES 5C

AT BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) MIFTAHUSSALAM

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi

Oleh:

Mochamad Gilang Kumala 21309014

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(3)

(4)

iv

Analisis Prosedur Pembiayaan Berdasarkan Penilaian Prinsip 5C Pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam

Oleh :

Mochamad Gilang Kumala 21309014

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam, berdasarkan fenomena yang terjadi adalah terjadi penurunan jumlah debitur dikarenakan banyaknya debitur bermasalah yang menjadikan adanya kredit macet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prosedur pembiayaan dan untuk mengetahui kendala-kendala serta upaya-upaya dalam peningkatan pembiayaan pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data adalah studi lapangan, meliputi metode pengamatan, wawancara, serta dokumentasi dan dengan studi kepustakaan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prosedur pembiayaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam sudah baik hanya saja pada tahap penganalisaan prinsip 5C yaitu character, capacity, capital, colaterral dan

condition, ternyata BMT Miftahussalam hanya menggunakan 3 prinsip yakni

character, collateral dan capacity. Kendala pada BMT Miftahussalam adalah

terdapat pembiayaan macet yang disebabkan karena kesalahan pada proses penganalisaan oleh account officer. Upaya yang dilakukan BMT Miftahussalam dalam mengatasi pembiayaan macet yakni harus meningkatkan kualitas pegawai dengan meningkatkan kualitas pendidikan agar para pegawai khususnya pada bagian account officer tidak akan salah lagi dalam proses analisa nasabah.


(5)

iii

At Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam

by :

Mochamad Gilang Kumala 21309014

ABSTRACT

The research was conducted at Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam, based on the phenomenon that occurs is a decline in the number of troubled borrowers because the number of debtors who made the bad loans. The purpose of this study was to determine the financing procedures and to determine the constraints and efforts to increase funding to the Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam.

The method used in this research is descriptive method. Procedures used in data collection is a field study, including methods of observation, interviews, and documentation and with the study of literature. The results of this study indicate that the procedure of financing Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam is well only at the stage of analyzing the principle 5C character, capacity, capital, colaterral and condition, BMT Miftahussalam only uses 3 the principle character, collateral and capacity. Constraints on the BMT Miftahussalam financing is stuck there due to errors in the process of analyzing the account officer. BMT Miftahussalam efforts made to overcome the loss of financing should improve the quality of employees by improving the quality of education for employees, especially in the account officer will not be any longer in the process of analyzing the customer.


(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Analisis Prosedur Pembiayaan Berdasarkan Penilaian Prinsip 5C Pada

Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam”.

Penyusunan tugas akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Diploma pada Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna, baik dari isi maupun bahasanya. Hal ini karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun untuk dijadikan bahan masukan guna penulisan yang akan datang sehingga menjadi lebih baik lagi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, dorongan, nasehat serta doa dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar - besarnya kepada:


(7)

vi Universitas Komputer Indonesia.

3. Sri Dewi Anggadini SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi Jenjang Diploma III Universitas Komputer Indonesia.

4. Lilis Puspitawati, SE.,M.Si.Ak., selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia dan selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tekun memberikan waktu dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir.

5. Ony Widilestariningtyas,SE.,M.Si., selaku Dosen Wali Kelas AK-5 Angkatan 2009 Program Studi Akuntansi Jenjang Diploma Pendidikan III Universitas Komputer Indonesia.

6. Semua Bapak, Ibu Dosen dan Karyawan Universitas Komputer Indonesia yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

7. Tantan Sontani. SH, selaku pembimbing kami serta semua Bapak, Ibu dan Pegawai Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam khususnya di bagian pembiayaan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Untuk kedua orang tua saya yang sangat saya cintai “Bapak Rahmat Suryana dan Ibu Euis Siti Rohayani” terima kasih atas semua perhatian, dukungan, kasih dan sayang, serta do’a yang tiada henti untuk anakmu ini hingga saat ini serta seluruh keluarga besar penulis.


(8)

vii

9. Teman-teman AK-5 angkatan 2009 serta teman – teman se-UNIKOM, juga semua orang yang dikenal penulis terima kasih banyak atas semua dukungannya.

10.Untuk anak – anak MABES ,CIR dan untuk Eka Siti Fatimah Mutoharoh atas dorongan dan motivasi bagi penulis selama ini.

Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih atas semua bantuan selama laporan ini. Sebagai akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua yang memerlukan.

Bandung,...Agustus 2012


(9)

viii

Halaman

LEMBAR PENGESAHAAN... ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... ii

ABSTRACT... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR TABEL... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian... 1

1.2 Identifikasi dan rumusan masalah... 4

1.2.1 Identifikasi masalah... 4

1.2.2 Rumusan masalah... 5

1.3 Maksud dan Tujuan... 5

1.3.1 Maksud penelitian... 5

1.3.2 Tujuan penelitian... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

1.4.1.Kegunaan praktis... 6

1.4.2.Kegunaan akademis... 6


(10)

ix

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1Kajian Pustaka... 8

2.1.1 Variabel Penelitian... 8

2.1.1.1 Pengertian Prosedur... 8

2.1.1.2.1 Pengertian Pembiayaan... 9

2.1.1.2.2 Unsur-Unsur Pembiayaan... 9

2.1.1.2.3 Tujuan Pembiayaan... 11

2.1.1.2.4 Fungsi Pembiayaan... 14

2.1.1.2.5 Jenis-Jenis Pembiayaan... 17

2.1.1.2.6 Pengolongan kolektabilitas pembiayaaan... 18

2.1.1.2.7 Risiko Pembiayaan... 19

2.1.1.2.8 Pengertian Akad... 20

2.1.1.2.9 Macam-Macam Akad Pembiayaan... 20

2.1.1.2.10 Prosedur Pembiayaan... 22

2.1.1.3 Pengertian Baitul Maal Wattamwil... 28

2.1.2 Model Pendekatan... 28

2.1.3 Keterkaitan Variabel dengan Model Pendekatan... 32

2.2 Kerangka Pemikiran... 33

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian... 36

3.2 Metode Penelitian... 36


(11)

x

3.2.3 Sumber Teknik dan Penentuan Data... 42

3.2.3.1Sumber Data... 42

3.2.3.2Teknik Penentuan Data... 42

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data... 44

3.2.5 Rancangan Analisis... 45

3.2.5.1Analisis data... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 47

4.1.1 Sejarah Perusahaan... 47

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan... 51

4.1.3 Job Description... 52

4.2 Karakteristik Responden... 69

4.3 Analisis Deskriptif... 70

4.3.1 Prosedur Pembiayaan... 70

4.3.1.1Persyaratan pembiayaan... 73

4.3.2 Kendala-kendala serta serta upaya-upaya dalam peningkatan pembiayaan... 74

4.1 Hasil implementasi model... 74

4.4.1 Analisis Prosedur Pembiayaan... 74

4.4.2 Analisis kendala-kendala serta upaya dalam Peningkatan pembiayaan... 76


(12)

xi BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan... 79

5.2 Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA... 81

HASIL WAWANCARA... 82


(13)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Perkembangan dunia usaha di negara kita terlihat semakin memacu laju perekonomian negara. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan lembaga keuangan, karena sebagian besar kehidupan dunia bisnis sangat bergantung pada lembaga keuangan, dimana setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha apapun selalu tidak terlepas dari kebutuhan dana (modal) untuk membiayai usahanya, dan lembaga keuangan mempunyai peran strategis bagi aktivitas perekonomian nasional, yaitu sebagai wadah yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Di samping itu lembaga keuangan juga merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) sebagai prasarana pendukung yang amat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian.

Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip syariah atau lebih dikenal dengan nama bank syariah di Indonesia bukan merupakan hal yang asing lagi. Mulai awal tahun 1990 telah terealisasi ide tentang adanya bank Islam di Indonesia, yang merupakan bentuk penolakan terhadap sistem riba yang bertentangan dengan hukum Islam. Riba merupakan tambahan nilai yang diperoleh dengan tanpa resiko dan bukan merupakan hadiah atau kompensasi kerja. Hal inilah yang mendorong berdirinya lebih dari 300 Baitul Maal WaTamwil pada akhir Oktober 1995. Di Indonesia Baitul Maal WaTamwil lebih


(14)

2 dikenal dengan nama Balai Usaha Mandiri Terpadu (disingkat BMT), dan masing-masing BMT melayani 100-150 pengusaha kecil bawah (Diyana Al Barra : 2006).

Dari sekian banyak lembaga keuangan syariah, koperasi syariah merupakan lembaga ekonomi Islam yang dibangun berbasis keumatan, sebab dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat. Dari segi jumlah, koperasi syariah pun merupakan lembaga keuangan syariah yang paling banyak apabila dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. Kehadiran koperasi syariah di Indonesia, selain ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, juga memiliki misi penting dalam pemberdayaan usaha kecil dan menengah di wilayah kerjanya. Hal ini didasarkan pada visi koperasi syariah bahwa pembangunan ekonomi hendaknya dibangun dari bawah melalui kemitraan usaha. (Adiwarman : 2003).

Baitul Maal wa Tamwil lebih dikenalnya dengan sebutan BMT. Yang terdiri dari dua istilah yakni baitul Maal dan baitul tamwil. Secara harfiah atau lughowi baitul Maal berarti rumah dana dan baitul tamwil berarti rumah usaha.

Bait yang artinya rumah dan tamwil (pengembangan harta kekayaan) yang asal katanya Maal atau harta. Jadi berikut tamwil dimaknai sebagai tempat untuk mengembangkan usaha atau tempat mengembangkan harta kekayaan. (Bambang Sugeng : 2011).

Seiring dengan hal tersebut di atas, Lembaga Keuangan Syariah yang ruang lingkupnya mikro yaitu Baitul Maal wal Tamwil (BMT) juga semakin


(15)

menunjukkan eksistensinya. Seperti halnya bank syariah, kegiatan BMT adalah melakukan penghimpunan (prinsip wadiah dan mudharabah) dan penyaluran dana (prinsip bagi hasil, jual beli dan ijarah) kepada masyarakat. (Asmi Nur Siwi Kusmiyati : 2007).

Ekonomi melihat pembiayaan dari segi kemanfaatan fasilitas pembiayaan yakni profitable dan non profitable sedangkan yuridis melihatnya dari segi perjanjian yang dibentuknya yaitu meliputi struktur perjanjian secara menyeluruh. Sistem pembiayaan berdasarkan prinsip syariah menurut sudut pandang yuridis adalah pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah dan prinsip musyarakah, pembiayaan jual beli berdasarkan prinsip murabahah, prinsip istishna dan prinsip as-salam, pembiayaan sewa berdasarkan prinsip Ijarah (sewa murni) dan Ijarah al-muntahia bit-tamlik (sewa beli atau sewa dengan hak opsi). (Ahmad Supriyadi : 2003)

Dalam perkembangan BMT tentunya tidak lepas dari berbagai kendala, walaupun tidak berlaku sepenuh kendala ini di suatu BMT. Kendalanya diantara lain adalah akumulasi kebutuhan dana masyarakat belum bisa dipenuhi oleh BMT. Hal ini yang menjadikan nilai pembiayaan dan jangka waktu pembayaran kewajiban dari nasabah cukup cepat dan belum tentu pembiayaan yang diberikan BMT cukup memadai untuk modal usaha masyarakat. (Muhammad : 2005 )

Menurut Tantan Sontani S.H (2012) selaku manajer pembiayaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam Kabupaten Ciamis mengatakan bahwa telah terjadi penurunan jumlah debitur/nasabah mikro Baitul Maal Wattamwil


(16)

4 (BMT) Miftahussalam Kabupaten Ciamis karena para debitur/nasabah mulai beralih melakukan pinjaman kepada pelepas-pelepas uang (rentenir) dan hal ini terjadi karena Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam Kabupaten Ciamis mempunyai aturan yang dianggap terlalu sulit bagi para nasabah baik dalam hal peminjaman ataupun dalam pembayarannya sehingga para nasabah mikro meminta bantuan pinjaman terhadap pelepas-pelepas uang (rentenir) yang dianggap lebih mudah dalam pemberian pinjaman ataupun dalam pembayarannya, masalah lainnya adalah banyaknya kredit kurang lancar dan kredit macet yang disebabkan karena para debitur/nasabah mikro mengalami masalah dalam perusahaannya.

Berdasarkan uraian di atas yang telah peneliti jabarkan, maka penelitian ini diberi dengan judul “ Analisis Prosedur Pembiayaan Berdasarkan Penilaian Prinsip 5C Pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis terhadap suatu perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut:

1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Terjadi banyaknya kredit kurang lancar dan macet pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam.

2. Terjadi penurunan nasabah diakibatkan karena prosedur pembiayaan oleh Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam di anggap terlalu sulit sehingga banyak nasabah yang beralih melakukan pinjaman


(17)

kepada rentenir yang dianggap bisa lebih cepat dalam prosedur pemberiannya.

1.2.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana prosedur pembiayaan berdasarkan prinsip 5C terhadap nasabah pada pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam. 2. Bagaimana kendala-kendala serta upaya-upaya dalam peningkatan

pembiayaan pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk meneliti bagaimana prosedur pembiayaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan berdasarkan prinsip 5C terhadap nasabah pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala serta upaya-upaya dalam peningkatan pembiayaan pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam


(18)

6 1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi :

1. Bagi penulis

Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan secara teoritis yang diperoleh selama di bangku perkuliahan ke dalam praktek kerja yang sesungguhnya.

2. Bagi peneliti lainnya

Tulisan ini berguna sebagai bahan masukan/informasi bagi penulis-penulis lainnya yang berminat dan tertarik terhadap permasalahan pembiayaan pada koperasi yang berbasis syariah.

3. Bagi Perusahaan

Tulisan ini kiranya dapat menjadi suatu bahan masukan dan pertimbangan dalam menyalurkan pembiayaan bagi nasabah dimasa yang akan datang dalam peningkatan pembiayaan.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Sebagai referensi untuk meningkatkan dan menambah wawasan mengenai mata kuliah Akuntansi yang berhubungan dengan pembiayaan pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam, sebagai bahan evaluasi atau perbandingan antara teori yang didapat di perkuliahan dengan praktek di lapangan serta dapat memberikan masukan pemikiran dan informasi yang


(19)

berguna khususnya Program Studi Akuntansi di lingkungan Diploma III Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat yang menjadi tempat penelitian adalah Baitul Maal Wattamwil (BMT) Miftahussalam yang beralamatkan di Jalan H. Ubad No. 94 Handapherang - Ciamis.

Tabel 1.1 Agenda Penelitian

No Kegiatan

Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Survei ke

perusahaan

2 Pengambilan Data

3 Pengolahan Data 4 Bimbingan

5 Pesiapan Sidang 6 Revisi


(20)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka

Dalam melakukan suatu penelitian kita perlu memaparkan tentang apa yang kita teliti hal tersebut dapat memudahkan dan menjelaskan lebih rinci tentang variabel yang akan kita teliti.

2.1.1 Variabel Penelitian 2.1.1.1Pengertian prosedur

Prosedur merupakan rangkaian langkah-langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat memudahkan pekerja dalam menyelesaikan suatu masalah secara terperinci sesuai dengan jangka waktu yang sudah ditentukan sebelumnya. Ada berbagai pendapat para ahli tentang prosedur diantaranya:

Menurut pendapat M. Nafarin, merumuskan :

“Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama”(2007:3).

Sedangkan menurut Mulyadi (2008:5), merumuskan :

“Prosedur adalah Suatu urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”.

Dari definisi diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan, yaitusebagai berikut :

Prosedur adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan secara serentak untuk menyelaraskan suatu kegiatan perusahaan yang secara berulang-ulang.


(21)

2.1.1.2.1 Pengertian Pembiayaan

Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai kebutuhan usaha sedangkan definisi pembiayaan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam ksp/usp koperasi pola syariah pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa Pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan akad bagi hasil, dan atau akad jual beli antara KSP Syariah/USP Syariah dengan anggota yang mewajibkan anggota untuk melunasi pokok pembiayaan yang diterima sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah imbalan bagi hasil

dan atau marjin.

Adapun pengertian pembiayaan menurut Kasmir (2008:96) adalah sebagai berikut:

“Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

2.1.1.2.2 Unsur-Unsur Pembiayaan

Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur – unsur yang direkatkan menjadi satu. Adapun unsur - unsur yang terkandung dalam pembiayaan menurut Kasmir (2008:98) adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan 2. Kesepakatan 3. Jangka waktu 4. Risiko


(22)

10

5. Balas jasa 1. Kepercayaan.

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank.

2. Kesepakatan.

Kesepakatan antara si pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing - masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing - masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak.

3. Jangka Waktu.

Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran


(23)

yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.

4. Risiko.

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko disengaja, maupun risiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.

5. Balas Jasa.

Dalam Bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.

2.1.1.2.3 Tujuan Pembiayaan

Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro.

Secara makro, tujuan pembiayaan menurut Muhamad (2005 : 17-18) adalah sebagai berikut :


(24)

12

1. Peningkatan ekonomi umat

2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha 3. Meningkatkan produktivitas

4. Membuka lapangan kerja baru 5. Terjadi distribusi pendapatan

Secara makro, tujuan pembiayaan menurut Muhamad (2005 : 18) adalah sebagai berikut:

1. Upaya memaksimalkan laba 2. Upaya meminimalkan risiko 3. Pendayagunaan sumber ekonomi 4. Penyaluran kelebihan dana Tujuan secara mikro pembiayaan adalah: 1. Peningkatan ekonomi umat

Artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf hidupnya.

2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha

Artinya untuk pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melakukan aktivitas pembiayaan. Pihak yang surplus dana menyalurkan kepada pihak minus dana sehingga dapat tergulirkan.

3. Meningkatkan produktivitas

Artinya adanya pembiayaan memberikan peluang bagi masyarakat usaha mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya produksi tidak akan dapat jalan tanpa adanya dana.


(25)

Artinya dengan dibukanya sektor-sektor usaha melalui penambahan dana pembiayaan maka sektor usaha tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan kerja baru.

5. Terjadi distribusi pendapatan

Artinya masyarakat usaha produktif mampu melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.

Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk: 1. Upaya memaksimalkan laba

Artinya setiap usaha yang dibuka memiliki tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang cukup.

2. Upaya meminimalkan risiko

Artinya usaha yang dilakukan agar mampu menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Risiko kekurangan modal usaha dapat diperoleh melalui tindakan pembiayaan.

3. Pendayagunaan sumber ekonomi

Artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya alam dan sumber daya manusianya ada, dan


(26)

14

sumber daya modal tidak ada, maka dapat dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian, pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-sumber daya ekonomi.

4. Penyaluran kelebihan dana

Artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan. Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan (minus) dana.

2.1.1.2.4 Fungsi Pembiayaan

Fungsi pembiayaan menurut Muhammad (2005 : 19-21) antara lain : 1 Untuk meningkatkan daya guna uang

2 Untuk meningkatkan daya guna barang 3 Untuk meningkatkan peredaran uang 4 Untuk menimbulkan kegairahan berusaha. 5 Sebagai alat stabilitas ekonomi

6 Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Penjelasan dari fungsi pembiayaan diuraikan sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas/memperbasar usahanya baik untuk peningkatan produksi, perdagangan maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun memulai usaha baru. Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang)


(27)

tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun kemanfaatan bagi masyarakat. 2. Untuk meningkatkan daya guna barang

Seluruh barang-barang yang dipindahkan/dikirim dari suatu daerah ke daerah lain yang kemanfaatan barang itu lebih terasa, pada dasarnya meningkatkan utility barang itu. Pemindahan barang-barang tersebut tidaklah dapat diatasi oleh keuangan para distributor saja dan oleh karenanya mereka memerlukan bantuan permodalan dari bank berupa pembiayaan.

3. Untuk meningkatkan peredaran uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening-rekening koran pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, bilyet, giro, wesel, promes dan sebagainya. Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan akan bertambah baik kualitatif apalagi secara kuantitatif. 4. Untuk menimbulkan kegairahan berusaha.

Ditinjau dari hukum permintaan dan penawaran maka terhadap segala macam dan ragamnya usaha, permintaan akan terus bertambah bilamana masyarakat telah memulai melakukan penawaran. Timbullah kemudian efek kumulatif oleh semakin besarnya permintaan sehingga secara berantai kemudian menimbulkan kegairahan yang meluas di kalangan masyarakat untuk sedemikian rupa meningkatkan produktifitas. Secara


(28)

16

otomatis kemudian timbul pula kesan bahwa setiap usaha untuk peningkatan produktivitas, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan modal oleh karena masalahnya dapat diatasi oleh bank dengan pembiayaannya.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha antara lain:

a.pengendalian inflasi b.peningkatan ekspor c.rehabilitasi prasarana

d.pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat untuk menekan arus inflasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan ekonomi maka pembiayaan bank memegang peranan yang penting. 6. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan lagi kedalam struktur permodalan, maka peningkatan akan terus berlangsung terus menerus. Apabila rata-rata pengusaha,pemilik tanah,pemilik modal dan buruh/karyawan mengalami peningkatan pendapatan, maka pendapatan negara melalui pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan


(29)

konsumsi berkurang, sehingga langsung atau tidak melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan bertambah.

2.1.1.2.5 Jenis-Jenis Pembiayaan

Jenis-jenis pembiayaan dapat dikelompokan menurut beberapa aspek, diantaranya : Muhammad (2005 – 22)

1. Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi: a. Pembiayaan modal kerja

b. Pembiayaan investasi

2. Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi: a. Pembiayaan jangka waktu pendek

b. Pembiayaan jangka waktu menengah c. Pembiayaan jangka waktu panjang Adapun penjelasan di atas diuraikan sebagai berikut : 1. Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:

a. Pembiayaan modal kerja

Yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk mendapatkan modal dalam rangka pengembangan usaha.

b. Pembiayaan investasi

Yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.

2. Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi: a. Pembiayaan jangka waktu pendek

Yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun.


(30)

18

Yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun.

c. Pembiayaan jangka waktu panjang

Yaitu pembiayaan yang dilakukan dengan waktu lebih dari 5 tahun.

Pembiayaan menurut sifat penggunaan dapat dibagi menjadi 2 hal, sebagai berikut: Antonio ( 2001:160)

1. Pembiayaan Produktif 2. Pembiayaan Konsumsi

Adapun penjelasan di atas diuraikan sebagai berikut : 1. Pembiayaan Produktif.

Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

2. Pembiayaan Konsumsi.

Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kousumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

2.1.1.2.6 Penggolongan Kolektabilitas Pembiayaan

Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikann menjadi lima macam, yaitu : Muhammad (2005-165)

1. Lancar atau kolektabilitas 1

2. Perhatian khusus atau kolektabilitas 2 3. Kurang lancar atau kolektabilitas 3 4. Diragukan atau kolektabilitas 4 5. Macet atau kolektabilitas 5


(31)

Penggolongan kolektabilitas pembiayaan di atas diuraikan sebagai berikut: 1. Lancar (L) atau kolektabilitas 1 yaitu pembiayaan dengan

pembayaran tepat waktu.

2. Kredit dalam perhatian khusus (DPK) yaitu kredit dengan pembayaran pokok dan/atau bunga sampai 90 hari.

3. Kredit kurang lancar (KL) yaitu kredit dengan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.

4. Kredit diragukan (D) yaitu kredit dengan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari.

5. Kredit macet (M) yaitu kredit dengan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari.

2.1.1.2.7 Risiko Pembiayaan

Menurut Muhammad (2005 : 67) ada beberapa jenis risiko pembiayaan antara lain :

1. Risiko Makro, berkaitan dengan hal: a. Menurunnya daya beli konsumen

b. Berkurangnya anggaran belanja pemerintah c. Gejolak valuta asing

d. Deregulasi pasar

e. Pembatasan impor/ekspor

2. Risiko mikro, berkaitan dengan hal: a. Hilangnya/berkurangnya pangsa pasar

b. Pengurangan/penghentian fasilitas pembiayaan dari supplier

c. Kekurangan bahan baku

d. Usangnya persediaan barang dagangan e. Meninggalnya para pengelola kunci


(32)

20

2.1.1.2.8 Pengertian Akad

Pengertian akad dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah janji, perjanjian, kotrak. Akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan

(al rabth) maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan

mengingatkan salah satunya pada yang lainnya sehingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu20. Sebagaimana pengertian akad adalah perjanjian, istilah yang berhubungan dengan perjanjian di dalam Al Qur’an

setidaknya ada dua istilah yaitu al ‘aqdu (akad) dan al ‘ahdu (janji).21. Istilah al aqdu terdapat dalam Surat Al Maidah ayat 1, bahwa dalam ayat ini ada kata

bil’uqud dimana terbentuk dari hurf jar bad dan kata al ‘uqud atau bentuk jamak

taksir dari kata al ‘aqdu oleh team penerjemah Departemen Agama RI di artikan

pejanjian (akad). Didik Hijrianto (2010 : 48) 2.1.1.2.9 Macam-Macam Akad Pembiayaan

Adapun macam-macam akad dalam pembiayaan menurut Heri Sudarsono (2008 : 71-86) adalah sebagai berikut:

1. Akad jual beli

a. Ba’i al murabahah b. Ba’i as-salam c. Ba’i al-ishtisna 2. Akad sewa

a. Al-ijarah 3. Akad bagi hasil

a. Al-musyarakah b. Al-mudharabah 4. Akad pelengkap pinjaman

a. Al-hiwalah b. Ar-rahn c. Al-qardh d. Al-wakalah e. Al-kafalah

Adapun penjelasan dari macam-macam akad di atas di uraikan sebagai berikut :

1. Akad jual beli


(33)

Adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah

b. Ba’i as-salam

Adalah akad pesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang dalam majelis itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan yang barang pesanan tersebut menjadi tanggungan penerima pesanan.

c. Ba’i al-ishtisna

Adalah akad yang hampir sama ketentuannya dengan akad Ba’i as-salam hanya saja dalam pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.

2. Akad sewa a. Al-ijarah

Adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan.

3. Akad bagi hasil a. Al-musyarakah

Adalah akad kerja sama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.


(34)

22

Adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

4. Akad pelengkap pinjaman a. Al-hiwalah

Adalah akad yang digunakan dalam pengalihan utang. b. Ar-rahn

Adalah akad yang digunakan dalam menahan jaminan atas pinjaman yg diterimanya.

c. Al-qardh

Adalah akad yang digunakan dalam pemberian pinjaman tanpa mengharapkan imbalan.

d. Al-wakalah

Adalah akad yang digunakan untuk pelimpahan kekuasaan. e. Al-kafalah

Adalah akad yang digunakan untuk pengalihan tanggung jawab.

2.1.1.2.10Prosedur Pembiayaan

secara umum prosedur pemberian kredit/pembiayaan dapat oleh badan hukum menurut Kasmir (2008 : 96-102) sebagai berikut :

1. Pengajuan Proposal

2. Penyelidikan berkas pinjaman 3. Penilaian kelayakan kredit 4. Wawancara pertama

5. Peninjauan ke lokasi (on the spot) 6. Wawancara kedua


(35)

8. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya 9. Realisasi kredit

10. Penyaluran/penarikan dana

Adapun penjelasan di atas adalah sebagai berikut : 1. Pengajuan Proposal

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang dituangkan dalam suatu proposal, kemudian dilampirkan dengan berkas-berkas lainnya yang dibutuhkan :

a. Riwayat perusahaan seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama pengurus berikut latar belakang pendidikannya, perkembangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya. b. Maksud dan tujuan, apakah untuk memperbesar omset penjualan

atau meningkatkan kapasitas produksi atau mendirikan pabrik baru (perluasan) serta tujuan lainnya. Dan yang menjadi perhatian adalah apakah untuk modal kerja atau investasi.

c. Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin diperoleh dan jangka waktu kreditnya. Penilaian kelayakan besarnya kredit dan jangka waktunya dapat dilihat dari cash flow serta laporan keuangan tiga tahun terakhir (neraca dan laporan laba rugi). Jika dari hasil analisis tidak sesuai dengan permohonan, maka pihak bank tetap berpedoman terhadap hasil analisis mereka dalam memutuskan jumlah kredit dan jangka waktu kredit yang layak diberikan kepada si pemohon.


(36)

24

d. Cara pemohon mengembalikan kredit, dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya.

e. Jaminan kredit, hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap kemungkinan macetnya suatu kredit baik yang ada unsur kesengajaan atau tidak. Penilaian jaminan kredit haruslah teliti jangan sampai terjadi sengketa, palsu, dan sebagainya.

Selanjutnya proposal ini dilampiri dengan berkas-berkas yang telah dipersyaratkan seperti :

a. Akta pendirian perusahaan.

Dipergunakan untuk perusahaan yang berbentuk PT (Perseroan Terbatas) atau yayasan yang dikeluarkan oleh notaris dan disahkan oleh departemen kehakiman.

b. Bukti diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit. c. TDP (Tanda Daftar Perusahaan).

Tanda daftar perusahaan ada selembar sertifikat yang dikeluarkan oleh departemen perindustrian dan perdagangan dan biasanya berlaku 5 tahun dan jika masa berlakunya habis dapat diperpanjang kembali.

d. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak).

Nomor pokok wajib pajak, merupakan surat tentang wajib pajak yang dikeluarkan departemen keuangan.


(37)

f. Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan. g. Daftar penghasilan bagi perseorangan. h. Kartu Keluarga (KK) bagi perseorangan. 2. Penyelidikan berkas pinjaman

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai dengan persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan belum atau kurang lengkap maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya dan apabila sampai batas waktu yang ditentukan nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut, maka sebaiknya permohona kredit dibatalkan saja.

3. Penilaian kelayakan kredit

Dalam studi kelayakan ini setiap aspek dinilai apakah memenuhi syarat atau tidak. Apabila salah satu aspek tidak memenuhi syarat maka perlu dilakukan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Adapun aspek-aspek yang perlu dinilai dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah : a. Aspek hukum, tujuannya adalah untuk menilai keaslian dan

keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit. b. Aspek pasar dan pemasaran, bertujuan untuk menilai apakah kredit

yang dibiayai akan laku di pasar dan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan.

c. Aspek keuangan, bertujuan untuk menilai keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangannya.


(38)

26

d. Aspek teknis/operasi, untuk menilai masalah tentang lokasi usaha, kemudian kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki termasuk gedung dan ruangan.

e. Aspek manajemen, untuk menilai pengalaman peminjam dalam mengelola usahanya, termasuk sumber daya manusia yang dimiliki. f. Aspek sosial ekonomi, untuk menilai dampak usaha yang diberikan

terutama bagi masyarakat luas baik ekonomi maupun sosial.

g. Aspek AMDAL, aspek ini penting dalam rangka apakah usaha yang dibuatnya sudah memenuhi kriteria analisis dampak lingkungan terhadap darat, air, dan udara sekitar.

4. Wawancara pertama

Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan langsung berhadapan dengan calon peminjam, utuk meyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara ini juga dilakukan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang sebenarnya. Hendaknya dalam wawancara ini dibuat serileks mungkin sehingga diharapkan hasil wawancara akan sesuai dengan tujuan yang inginkan.

5. Peninjauan ke lokasi (on the spot)

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil lapangan dicocokan dengan hasil wawancara pertama. Pada saat hendak melakukan pemeriksaan sebaiknya jangan diberitahukan kepada


(39)

nasabah, sehingga apa yang dilihat di lapangan sesuai dengan keadaan sebenarnya.

6. Wawancara kedua

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan pemeriksaan ke lapangan. Catatan yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara pertama dicocokan dengan pada saat dilakukan pemeriksaan lapangan, apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.

7. Keputusan kredit

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit akan diberikan atau ditolak. Jika diterima maka dipersiapkan administrasinya, biasanya keputusan kredit yang akan mencakup : a. Jumlah uang yang akan diterima

b. Jangka waktu kredit

c. Biaya-biaya yang harus dibayar

Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan tim. Begitu pula kredit yang ditolak, maka akan dikirimkan surat penolakan sesuai dengan alasanya masing-masing.

8. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari keputusan kredit, maka sebelum kredit dicairkan terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan hipotik dan surat perjanjian atau


(40)

28

pernyataan yang dianggap perlu. Penandatanganan dilaksanakan antara bank dengan debitur secara langsung atau dengan melalui notaris. 9. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

10. Penyaluran/penarikan dana

Pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai dengan keputusan dan tujuan kredit yaitu sekaligus atau secara bertahap.

2.1.1.3 Baitul Maal Wattamwil

Baitul Maal Wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq, dan shodaqoh. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah. Heri Sudarsono (2008 : 107)

2.1.2 Model Pendekatan

Penilaian unsur 5 C merupakan prinsip analisa pembiayaan yang harus dinilai oleh KJKS/UJKS/BMT, sebagai alat analisa pembiayaan apakah calon mitra layak atau tidak layak untuk dibiayai. Menurut Rachmat Firdaus dan Maya Arianti (2009 : 83-88) Adapun unsur 5C adalah sebagai berikut :

1. Character

2. Capacity

3. Capital

4. Conditions


(41)

Penjelasan prinsip 5C di atas adalah sebagai berikut :

1. Character

Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon mitra, dengan tujuan untuk mempertimbangkan kemungkinan bahwa mitra pengguna dana yang mengajukan pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya. Untuk mempertimbangkan karakter calon mitra atau mitra berdasarkan kajian pada pembiayaan bermasalah adalah :

a. Mencocokan hasil wawancara dengan data yang diperoleh

b. Gaya bicara dalam wawancara; jika orang sudah menjelek-jelekan mitra lainnya biasanya ada indikasi kurang baik

c. Memandang nilai pembiayaan; jika calon mitra memandang remeh nilai pembiayaan berarti tidak punya rencana usaha dan cenderung menyembunyikan informasi usaha yang akurat

d. Menyampaikan rencana usaha; calon mitra yang tidak punya rencana usaha yang baik ingin selalu cepat dicairkan maka KJKS/UJKS harus cepat cepat juga menolak pegajuannya

e. Pergaulan di lingkungan warga f. Loyalitas dalam bekerjasama

g. Pelayanan terhadap petugas lapang pada saat survey; hati-hati terhadap service calon mitra yang berlebihan (petugas lapang dilarang menerima oleh-oleh hasil survey)


(42)

30

Penilaian karakter tidak dapat dilihat dan dirasakan dalam waktu yang singkat. Pertimbangan diatas merupakan langkah-langkah umum yang terjadi dalam transaksi pembiayaan.

2. Capacity

Penilaian secara subyektif tentang kemampuan mitra untuk melakukan pembayaran. Kemampuan ini diukur dengan catatan prestasi mitra masa lalu yang didukung dengan pengamatan dl lapangan atas usaha mitra, cara berusaha ataupun tempat berusaha. Kemampuan mitra dapat dilihat dari analisa kelayakan usaha. Perlu dicermati dalam melihat kemampuan mitra jika terjadi titik kritis, misalnya jika mitra tersebut sakit apakah ada yang menggantikan usahanya, bila terjadi musibah dan lain sebagainya apakah ada pendapatan lain yang dapat mengkaper pembayaran.

3. Capital

Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon mitra, yang diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui rasio finansialnya dan penekanan pada komposisi modalnya.

4. Conditions of Economy

Bagian pembiayaan KJKS/UJKS/BMT harus melihat kondisi perekonomian secara umum khususnya yang terkait dengan jenis usaha calon mitra. Hal tersebut dilakukan karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai. Kasus yang dapat kita lihat misalnya pada usaha wartel. Kondisi wartel saat ini sudah sangat jenuh karena pulsa celuler lebih murah dan penggunaanya sangat praktis sehingga kondisi seperti ini kurang baik untuk dibiayai, atau


(43)

sebaliknya kebutuhan akan bahan pokok tidak pernah jenuh dan sistem yang berjalan cukup baik sehingga secara conditioning usaha ini cukup baik dibiayai.

5. Colateral

Colateral adalah jaminan milik calon mitra. Penilaian jaminan untuk lebih meyakinkan jika suatu resiko kegagalan pembayaran terjadi, maka jaminan dipakai sebagai pengganti dari kewajibannya. Tetapi, colateral dalam KJKS KJKS/UJKS/BMT lebih ditekankan pada faktor kepercayaan, kedekatan hubungan dengan pengusaha dan kegiatan usahanya; sudah dikenal karakternya sebagai anggota KJKS, dijamin oleh seseorang. Walaupun demikian perlu adanya perangkat-perangkat dan dokumen dalam jaminan, paling tidak jika mitra akan menjual barang yang dijaminkan atau pindah tempat tinggal, dapat diketahui KJKS, sehingga dapat menyelesaikan pembiayaannya.

Bentuk jaminan dibagi dua yaitu : 1. Jaminan utama

A.Benda tak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Berdasarkan atas hak kepemilikan atas tanah, maka terbagi menjadi :

1. Akte Jual Beli, bukan merupakan tanda kepemilikan hak suatu tanah. Untuk jaminan ini, pemohon wajib melengkapi Surat Keterangan Riwayat tanah (SKRT) yang diketahui oleh Lurah/Kepala Desa dan Camat dimana jaminan tersebut berada. Surat ini menjelaskan sejarah pemindahalihan tanah sejak tahun 1961.


(44)

32

2. Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai. Untuk sertifikat selain hak milik, maka kepemilikan tanah mempunyai jangka waktu tertentu.

B.Benda bergerak, seperti kendaraan, mesin, serta tagihan.

Kebijakan KJKS KJKS/UJKS/BMT tentang jaminan berupa kendaran bermotor adalah :

1. Usia kendaraan bermotor maksimal lima tahun terhitung pada saat calon mitra mengajukan pembiayaan ke KJKS/UJKS/BMT. 2. Apabila kepemilikan kendaraan bermotor tersebut berasal dari

pihak lain yang dibeli oleh calon mitra dan belum dibalik nama, maka calon mitra wajib menyertakan bukti transaksi asli.

C.Benda tak berwujud, jaminan ini merupakan jaminan wajib berupa tabungan, salahsatu syarat mendapat fasilitas pembiayaan adalah mitra membayar simpanan pokok dan simpanan sukarela

2. Jaminan tambahan

Garansi atau jaminan kepercayaan atas pembiayaan yang diterima oleh mitra dari pihak ketiga.

2.1.3 Keterkaitan Variabel dengan Model Pendekatan

Prinsip 5C secara umum dapat dijadikan patokan penilaian untuk merealisasikan pemberian atau pencairan kredit. Walaupun pada dasarnya faktor 5C tidak mutlak. Secara konsep memang dipahami bahwa suatu dunia usaha tidak akan berkembang tanpa adanya bantuan dana dari pihak eksternal khususnya dunia perbankan. Namun publik juga harus mengerti bahwa kesalahan dalam


(45)

pemberian kredit yang tidak pada tempatnya cenderung telah menyebabkan naiknya angka kredit macet, dimana jika angka kredit macet ini bertambah dan tanpa ada jaminan penyelesaian maka implikasi yang timbul akhirnya juga berpengaruh pada menurunnya laju pertumbuhan ekonomi. Irham, F. & Yovi, L, H. (2009 : 25)

Analisis kredit merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai acuan bank apakah permohonan kredit dari nasabah dapat disetujui atau ditolak. Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan kredit calon debitur antara lain dikenal dengan prinsip 5P, 3R, 5C, dan analisis 6A. Penerapan prinsip dasar dalam pemberian kredit serta analisis yang mendalam terhadap calon debitur, perlu dilakukan oleh bank agar bank tidak salah memilih dalam menyalurkan dananya sehingga dana yang disalurkan tersebut dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. (Ismail : 2010).

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam menjalankan peran BMT sebagai perantara keuangan, maka penghimpunan dana merupakan aktivitas utama yang dilakukan sebelum menyalurkan dana kepada masyarakat. Dalam hal pembiayaan terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan pembiayaan dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis pembiayaan sampai dengan pembiayaan tersebut direalisasi. Tahapan-tahapan dalam memberikan pembiayaan ini dikenal dengan nama prosedur pembiayaan yang bertujuan untuk memastikan kelayakan suatu pembiayaan diterima atau


(46)

34

ditolak.

Pada Baitul Maal Wattamwil mekanismenya yaitu para nasabah harus mendaftar dan mengisi aplikasi ke customer service, setelah persyaratan sudah lengkap berkas tersebut diserahkan kepada Account Officer (AO) untuk dilakukan konfirmasi data dengan melakukan wawancara dan kunjungan/survey yang kemudian dilakukan analisa dan jika dirasa sudah benar maka hasil analisa tersebut akan di ajukan kepada manajer yang kemudian direview untuk dilakukan proses persetujuan pembiayaan dan setelah disetujui maka berkas tersebut akan diserahkan kepada bagian administrasi pembiayaan untuk melakukan realisasi pembiayaan kepada nasabah.

Pada Baitul Maal Wattamwil Kabupaten Ciamis telah terjadi penurunan nasabah mikro yang disebabkan karena nasabah merasa kesulitan dalam prosedur pembiayaan ataupun masih adanya kredit macet. Banyaknya kredit macet yang terjadi pada BMT dirasa perlu adanya suatu prosedur pembiayaan yang baik. Prosedur pembiayaan dimulai dari tahap pengajuan permohonan pembiayaan sampai dengan realisasi suatu pembiayaan. Dan proses analisa merupakan hal yang paling menentukan dalam layaknya pembiayaan diberikan dan besarnya pembiayaan yang diberikan atau ditolak.

Prosedur pembiayaan yang baik hendaknya tidak berbelit-belit sehingga dapat memudahkan para nasabah dalam prosesnya dari pengajuan pembiayaan sampai dengan pengucuran pembiayaannya tetapi bagi pihak kreditur (BMT) dalam hal prosedur pembiayaan yang baik hendaknya berdasarkan prinsip 5C yang dikenal dengan sebutan “The Five Of Credit Analysis”, karena hal tersebut


(47)

dapat mengurangi/menghindari terjadinya kredit macet yang berakibat pada kerugian pada BMT.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Baitul Maal Wattamwil

Analisis Prosedur Pembiayaan Berdasarkan Penilaian Prinsip 5C Pada Baitul Maal

Adanya Kredit Macet Analisis Pembiayaan

Prosedur Pembiayaan


(48)

81

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Supriyadi. (2003). System pembiayaan berdasarkan syariah, 10, 42-58 Antonio M Syafi’i. (2001). Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani

Ely Suhayati & Jonathan Sarwono. (2010). Riset Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Heri Sudarsono. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

Husein Umar. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Irham Fahmi & Yovi L Hadi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.

Ismail. (2010). Manajemen Perbankan. Jakarta: Kencana.

Jonathan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kasmir. (2008). Manajemen Perbankan. Jakarta:Raja Grafindo Persada Moh. Nazir. (2005). Desain Penelitian. Jakarta: Gramedia PustakaUtama.

Muhammad. (2005). Manajemen Pembiayaan. Yogyakarta: AMP YKPN.

Rachmat firdaus & maya arianti. (2009). Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Umi Narmawati, Sri Dewi Anggadini, & Linna Ismawati. (2010) ,Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis.


(49)

Data Pribadi

Nama Lengkap : Mochamad Gilang Kumala Tempat Tanggal Lahir: Ciamis, 12 Nopember 1987 Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat :Dusun Kandang gajah RT/RW 003/012 Desa Dewasari Kec.Cijeungjing Kabupaten Ciamis No.Hp : 0857 2345 2212

E – mail : gilang_refresh@yahoo.com Data Pendidikan

1. Pendidikan Formal :

Tahun Nama Keterangan

1994-2000 SD Negeri 1 Panjalu Berijazah 2000 - 2003 SMP Negeri 1 Panjalu Berijazah 2005 - 2006 SMA Negeri 1 Ciamis Berijazah

2009 -sekarang Universitas Komputer Indonesia

Tercatat sebagai mahasiswa jenjang D - III Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Unikom


(1)

2. Hak Milik, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai. Untuk sertifikat selain hak milik, maka kepemilikan tanah mempunyai jangka waktu tertentu.

B. Benda bergerak, seperti kendaraan, mesin, serta tagihan.

Kebijakan KJKS KJKS/UJKS/BMT tentang jaminan berupa kendaran bermotor adalah :

1. Usia kendaraan bermotor maksimal lima tahun terhitung pada saat calon mitra mengajukan pembiayaan ke KJKS/UJKS/BMT. 2. Apabila kepemilikan kendaraan bermotor tersebut berasal dari

pihak lain yang dibeli oleh calon mitra dan belum dibalik nama, maka calon mitra wajib menyertakan bukti transaksi asli.

C. Benda tak berwujud, jaminan ini merupakan jaminan wajib berupa tabungan, salahsatu syarat mendapat fasilitas pembiayaan adalah mitra membayar simpanan pokok dan simpanan sukarela

2. Jaminan tambahan

Garansi atau jaminan kepercayaan atas pembiayaan yang diterima oleh mitra dari pihak ketiga.

2.1.3 Keterkaitan Variabel dengan Model Pendekatan

Prinsip 5C secara umum dapat dijadikan patokan penilaian untuk merealisasikan pemberian atau pencairan kredit. Walaupun pada dasarnya faktor 5C tidak mutlak. Secara konsep memang dipahami bahwa suatu dunia usaha tidak akan berkembang tanpa adanya bantuan dana dari pihak eksternal khususnya dunia perbankan. Namun publik juga harus mengerti bahwa kesalahan dalam


(2)

33

pemberian kredit yang tidak pada tempatnya cenderung telah menyebabkan naiknya angka kredit macet, dimana jika angka kredit macet ini bertambah dan tanpa ada jaminan penyelesaian maka implikasi yang timbul akhirnya juga berpengaruh pada menurunnya laju pertumbuhan ekonomi. Irham, F. & Yovi, L, H. (2009 : 25)

Analisis kredit merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai acuan bank apakah permohonan kredit dari nasabah dapat disetujui atau ditolak. Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan kredit calon debitur antara lain dikenal dengan prinsip 5P, 3R, 5C, dan analisis 6A. Penerapan prinsip dasar dalam pemberian kredit serta analisis yang mendalam terhadap calon debitur, perlu dilakukan oleh bank agar bank tidak salah memilih dalam menyalurkan dananya sehingga dana yang disalurkan tersebut dapat terbayar kembali sesuai dengan jangka waktu yang diperjanjikan. (Ismail : 2010).

2.2 Kerangka Pemikiran

Dalam menjalankan peran BMT sebagai perantara keuangan, maka penghimpunan dana merupakan aktivitas utama yang dilakukan sebelum menyalurkan dana kepada masyarakat. Dalam hal pembiayaan terlebih dahulu harus melalui tahapan-tahapan penilaian mulai dari pengajuan pembiayaan dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis pembiayaan sampai dengan pembiayaan tersebut direalisasi. Tahapan-tahapan dalam memberikan pembiayaan ini dikenal dengan nama prosedur pembiayaan yang bertujuan untuk memastikan kelayakan suatu pembiayaan diterima atau


(3)

ditolak.

Pada Baitul Maal Wattamwil mekanismenya yaitu para nasabah harus mendaftar dan mengisi aplikasi ke customer service, setelah persyaratan sudah lengkap berkas tersebut diserahkan kepada Account Officer (AO) untuk dilakukan konfirmasi data dengan melakukan wawancara dan kunjungan/survey yang kemudian dilakukan analisa dan jika dirasa sudah benar maka hasil analisa tersebut akan di ajukan kepada manajer yang kemudian direview untuk dilakukan proses persetujuan pembiayaan dan setelah disetujui maka berkas tersebut akan diserahkan kepada bagian administrasi pembiayaan untuk melakukan realisasi pembiayaan kepada nasabah.

Pada Baitul Maal Wattamwil Kabupaten Ciamis telah terjadi penurunan nasabah mikro yang disebabkan karena nasabah merasa kesulitan dalam prosedur pembiayaan ataupun masih adanya kredit macet. Banyaknya kredit macet yang terjadi pada BMT dirasa perlu adanya suatu prosedur pembiayaan yang baik. Prosedur pembiayaan dimulai dari tahap pengajuan permohonan pembiayaan sampai dengan realisasi suatu pembiayaan. Dan proses analisa merupakan hal yang paling menentukan dalam layaknya pembiayaan diberikan dan besarnya pembiayaan yang diberikan atau ditolak.

Prosedur pembiayaan yang baik hendaknya tidak berbelit-belit sehingga dapat memudahkan para nasabah dalam prosesnya dari pengajuan pembiayaan sampai dengan pengucuran pembiayaannya tetapi bagi pihak kreditur (BMT) dalam hal prosedur pembiayaan yang baik hendaknya berdasarkan prinsip 5C yang dikenal dengan sebutan “The Five Of Credit Analysis”, karena hal tersebut


(4)

35

dapat mengurangi/menghindari terjadinya kredit macet yang berakibat pada kerugian pada BMT.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Baitul Maal Wattamwil

Analisis Prosedur Pembiayaan Berdasarkan Penilaian Prinsip 5C Pada Baitul Maal

Adanya Kredit Macet Analisis Pembiayaan

Prosedur Pembiayaan


(5)

81 Insani

Ely Suhayati & Jonathan Sarwono. (2010). Riset Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Heri Sudarsono. (2008). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

Husein Umar. (2005). Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

Irham Fahmi & Yovi L Hadi. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Bandung: Alfabeta.

Ismail. (2010). Manajemen Perbankan. Jakarta: Kencana.

Jonathan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Kasmir. (2008). Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Moh. Nazir. (2005). Desain Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muhammad. (2005). Manajemen Pembiayaan. Yogyakarta: AMP YKPN.

Rachmat firdaus & maya arianti. (2009). Manajemen Perkreditan Bank Umum. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Umi Narmawati, Sri Dewi Anggadini, & Linna Ismawati. (2010) ,Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis.


(6)

Daftar Riwayat Hidup Data Pribadi

Nama Lengkap : Mochamad Gilang Kumala Tempat Tanggal Lahir: Ciamis, 12 Nopember 1987

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat :Dusun Kandang gajah RT/RW 003/012 Desa Dewasari Kec.Cijeungjing Kabupaten Ciamis

No.Hp : 0857 2345 2212

E – mail : gilang_refresh@yahoo.com

Data Pendidikan

1. Pendidikan Formal :

Tahun Nama Keterangan

1994-2000 SD Negeri 1 Panjalu Berijazah 2000 - 2003 SMP Negeri 1 Panjalu Berijazah 2005 - 2006 SMA Negeri 1 Ciamis Berijazah

2009 -sekarang Universitas Komputer Indonesia

Tercatat sebagai mahasiswa jenjang D - III Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Unikom


Dokumen yang terkait

Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan

10 119 89

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT)

0 8 18

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

3 46 80

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

3 13 18

FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM PENETAPAN BESARNYA NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BAITUL MAAL WATTAMWIL (BMT) (Studi pada Baitul Maal Wattamwil (BMT) di Kabupaten Situbondo)

0 4 18

Evaluasi penerapan metode penentuan harga jual beli murabahah pada BMT Prima Syariah

10 87 97

Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul Hasan Pada Sejumlah Bmt

2 18 109

Mark up margin dan implikasinya pada pembiayaan murabahah di baitul maal wattamwil

1 4 16

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBIAYAAN DENGAN PRINSIP MUSYARAKAH PADA BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) Pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Dengan Prinsip Musyarakah Pada Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Insan Kamil Di Surakarta.

0 4 21

BAB I PENDAHULUAN - Peranan kopentensi simpan pinjam dan pembiayaan syari'ah Baitul Maal Wattamwil KSPPS BMT Fajar Kota Metro,dalam mengembangkan msyarakat islam melalui kegiatan ekonomi syari'ah - Raden Intan Repository

0 0 19