Evaluasi penerapan metode penentuan harga jual beli murabahah pada BMT Prima Syariah

(1)

HARGA JUAL BELI MURABAHAH

PADA BMT PRIMA SYARIAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

Achmad Fauzan NIM: 106046101577

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Pada umunya bank syariah di Indonesia menggunakan murabahah sebagai model utama bank dalam melakukan pembiayaan kepada nasabahnya. Hal ini terkait dengan kemudahan analisa keuntungan yang bisa diperoleh oleh bank dan keuntungan yang pasti dari model ini.

Akan tetapi, dengan metode penentuan harga yang tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan bank konvensional, yaitu flat. Menimbulkan paradigma di tengah masyarakat, bahwa bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional. Bahkan dalam beberapa hal, tingkat keuntungan yang diambil bank syariah lebih besar daripada bank konvensional, dan oleh karena itu pula masyarakat lebih memilih bank konvensional dibanding bank syariah.

Metode penentuan harga semacam ini, ternyata tidak hanya terjadi di lingkup bank besar, akan tetapi juga BMT, salah satunya adalah BMT Prima Syariah. Penyalinan metode yang hampir sama dengan apa yang dilakukan bank berefek pada hal yang sama yang terjadi di bank, yaitu paradigma bahwa BMT Syariah juga tidak jauh berbeda dengan bank. Oleh karena itu, BMT Prima Syariah dituntut untuk menciptakan formula tersendiri dalam menentukan harga pada pembiayaan

murabahah.

Untuk itu dalam penelitian ini, penulis akan mencoba untuk menemukan sisi-sisi yang dirasa kurang tepat dengan kajian syariah yang terdapat pada kebijakan penentuan harga jual pembiayaan murabahah di BMT Prima Syariah, kemudian menawarkan solusi alternatif yang bisa digunakan.

Dari hasil penelitian dan analisa menunjukan bahwa penentuan harga jual pada pembiayaan murabahah yang dilakukan BMT Prima Syariah memasukan variabel-variabel yang seharusnya secara syar’i tidak diperbolehkan, dan hal ini menimbulkan efek tingginya harga jual pembiayaan murabahah.

Kata Kunci: Pembiayaan Murabahah, Metode Penentuan Harga Jual, BMT Prima Syariah


(5)

v Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2011


(6)

vi

Atas kehendak dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi dan Rasul akhir zaman, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat, thabi’in-thabi’in dan seluruh umat manusia yang setia kepadanya hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi. Syukur alhamdulillah, berkat keikhlasan hati dan kerja keras disertai doa dan dorongan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga kesulitan dan hambatan dapat penulis lalui dengan sebaik-baiknya. Dengan penuh kesadaran, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, melalui tulisan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM. 2. Ketua Program Studi Muamalat, Ibu Dr. Euis Amalia, M. Ag dan Sekretaris

Program Studi Muamalat Bapak Mu’min Rouf, M.A.

3. Dosen Pembimbing, Bapak Dr. Afifi Fauzi Abbas, M.A yang telah membimbing, memberikan pengarahan, saran, koreksi, ilmu pengetahuan dan pengalamannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(7)

vii

Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama di bangku kuliah dan Pimpinan beserta Staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum juga Pimpinan beserta Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan. 5. Kepada BMT Prima Syariah, yang menyempatkan waktunya untuk membantu

dalam memberikan data-data yang penulis butuhkan sampai dengan penyelesaian skripsi dan bersedia untuk diwawancarai oleh penulis.

6. Rasa terima kasih yang tak terhingga ananda persembahkan kepada Ayahanda Abdul Hamid dan Ibunda Hanunah tersayang yang tak kenal lelah, telah banyak berjasa dan berkorban, selalu memberikan curahan kasih sayang, dukungan moril dan materiil yang tak ternilai harganya. Doa dan nasehat yang Bapak dan Ibu berikan selalu menyertai dan memotivasi ananda untuk selalu semangat, tak kenal menyerah dalam mencapai masa depan dan membuktikan kepada dunia bahwa ananda adalah bagian penting dari dunia.

7. Abangku, Sofwan, terimakasih atas segala yang telah diberikan, hingga akhirnya adikmu bisa seperti ini. Tanpa ada Kalian adikmu tidak akan pernah dapat merasakan indahnya lika-liku dunia kampus dan berani menggantungkan cita-citanya yang tinggi. Semoga adikmu bisa membalas jasa-jasa kalian dan Allah juga membalasnya. Amin.

8. Abangku, Sofwan, terimakasih atas motivasi serta bimbingannya untuk mengarungi dunia ini. Adik-adikku terkasih, Eva Juhaifah, Hamdi Humaedi,


(8)

viii

9. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan Perbankan Syariah Reguler 2006 khususnya Perbankan Syariah A, yang selalu memberikan kebersaman selama penulis berada di bangku kuliah. Semoga kebersamaan kita takkan habis seiring memudarnya waktu.

10.Teman terdekat penulis Dede Hilman dan Ahmad Syarifuddin, persahabatan kita akan selalu terjaga Sobat. Abdul Bashir, Doel Badruddin, Suhrowardi, Ahmad Faiz, Rico Elhando Badri, Abdul Hafidz Nur, Ahmad Dzulfikar Fauzi, Ahmad Rikza, Khairunnisa, Ikhsan, Utha’ dan teman-teman lainnya. Hasil kerja keras kita, saya yakin bakal terbayar dengan sukses dan bermanfaatnya segala yang kita hasilkan bagi diri kita sendiri dan orang-orang disekitar kita. Amin. Ida, yang selalu memberi semangat selama proses pengerjaan skripsi ini.

11.Teman-teman di kantor produksi, Barokah Industri Garment; MH. Hasbani, Ade Fitri, Santo, Bapak Kasman, Bapak Sis dan Bapak Yono. Terimakasih banyak atas ilmu yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga kita semua bisa sukses dalam berkarir.

12.Teman-teman di organisasi baik internal maupun eksternal; BEM-J (Jazuli— teman seperjuangan, Kak Hamdi—sang pembimbing, Ayu, Asoka, Iwan, Doni, Mutia, Dian dan lain sebagainya) BEM-F (Kak Asep, Kak Irham dan lain sebagainya). Terimakasih, berkat kalian semua kepribadianku berubah menjadi lebih baik.


(9)

ix

memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat lulus menjalani perkuliahan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta hingga selesai.

Di balik kekurangan dan kesalahan terdapat kesempurnaan yang hanya milik Allah Semata, karena itu penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Terakhir, semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan dan memerlukannya untuk menjadi bahan pelajaran dan ilmu pengetahuan untuk masa depan.


(10)

x

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... iii

ABSTRAK ... iv

LEMBAR PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Review Kajian Terdahulu ... 5

E. Metode Penelitian ... 9

F. Objek Penelitian ... 12

G. Teknik Penulisan ... 13

H. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II JUAL BELI MURABAHAH A. Murabahah ... 15

B. Harga ... 22

C. Tinjauan Penentuan Harga Menurut Konvensional ... 28


(11)

xi

A. Latar Belakang BMT Prima Syariah ... 51

B. Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Budaya ... 51

C. Struktur Organisasi ... 53

D. Produk BMT Prima Syariah ... 54

E. Proses Mekanisme Transaksi Jual Beli Murabahah ... 58

BAB IV JUAL BELI MURABAHAH PADA BMT PRIMA SYARIAH A. Metode Penentuan Harga Jual di BMT Prima Syariah ... 65

B. Kebijakan Penentuan Harga Jual di BMT Prima Syariah ... 68

C. Formulasi Penentuan Harga Jual Yang diajukan ... 69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 76

B. Saran... 77


(12)

xii

3. GAMBAR 2.1 ... 16

4. GAMBAR 2.2 ... 17

5. GAMBAR 3.3 ... 54


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penentuan harga merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan pemasaran. Harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan nantinya.

Bagi perbankan terutama bank yang berdasarkan prinsip konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan harga bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.

Bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional pengertian harga berdasarkan bunga terdapat 3 macam yaitu harga beli, harga jual, dan biaya yang dibebankan kepada nasabahnya. Harga beli adalah bunga yang diberikan kepada para nasabah yang memiliki simpanan, seperti jasa giro, bunga tabungan, dan bunga deposito, sedangkan harga jual merupakan bunga yang dibebankan kepada penerima kredit. Kemudian biaya ditentukan kepada berbagai jenis jasa yang ditawarkan.1

1


(14)

Pada saat ini praktek perbankan syariah dan BMT dalam menentukan kebijakan harga jual yang diinginkan tidaklah terlepas dari rujukan (benchmark)

kepada suku bunga konvensional, tingkat pesaing (competitor), dan lain-lain. Di sisi lain, masih terdapat kritikan-kritikan terhadap beberapa praktek yang dilakukan perbankan syariah dan BMT selama ini, terutama pada jual beli murabahah yang dianggap masih sama dengan kredit pada perbankan konvensional. Hipotesa ini didasarkan pada kenyataan bahwa proses penentuan harga jual murabahah adalah tetap menggunakan metode pembebanan bunga flat rate dan prinsip cost of fund yang merupakan pikiran utama dalam perbankan konvensional.2

Bahkan penentuan marjin yang diberikan terkadang lebih besar dari suku bunga konvensional. Hal ini untuk menghindari akibat dari terjadinya inflasi. Kondisi seperti ini membuat adanya persepsi yang kurang baik dari masyarakat bahwa praktek bank syariah atau BMT tidak ada bedanya dengan bank konvensional bahkan mungkin lebih jahat dari bank konvensional. Oleh karenanya menjadi hal yang sangat menarik apabila kita kaji lebih dalam tentang kebijakan yang diberikan bank syariah dalam menentukan harga jual murabahah, karena penentuan harga yang dilakukan oleh bank syariah atau BMT merujuk pada suku bunga konvensional adalah paradigma yang sangat menyesatkan.

2

http://www. opensubscriber.com/message/ekonomi-syariah@yahoogroups.com/7209777.html di akses pada 4 Januari 2011.


(15)

Idealnya selain dituntut untuk memenuhi aturan-aturan syariah, bank syariah dan BMT juga diharapkan mampu memberikan bagi hasil kepada dana pihak ketiga minimal sama dengan, atau bahkan lebih besar dari suku bunga yang berlaku dibank konvensional serta menerapkan marjin keuntungan pembiayaan murabahah yang lebih rendah daripada suku bunga kredit bank konvensional.

Untuk merealisasikan konsep ideal tersebut, bank syariah atau BMT harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip syariah.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mencoba mengevaluasi terhadap proses penentuan harga jual beli murabahah yang lazim dilakukan oleh BMT, dengan mengambil topik “Evaluasi Penerapan Metode Penentuan Harga Jual Beli Murabahah Pada BMT Prima Syariah”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagaimana berikut:

1. Apa yang di maksud metode penentuan harga jual beli Murabahah? 2. Kenapa ada metode penentuan harga jual beli Murabahah?

3. Untuk apa metode penentuan harga jual beli Murabahah?

4. Bagaimana kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah di BMT Prima Syariah?

5. Apakah metode penerapan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah di BMT Prima Syariah telah sesuai dengan prinsip syariah?


(16)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui metode penentuan harga jual beli murabahah.

b. Mengetahui fungsi dan tujuan adanya metode penentuan harga jual beli murabahah.

c. Mengetahui penerapan kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah di BMT Prima Syariah.

2. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat bagi: a. Perguruan Tinggi

Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya tentang kajian penerapan kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah di BMT.

b. Masyarakat/pihak yang berkepentingan

Dapat menjadi masukan yang positif atau sebagai sumber informasi tambahan serta menambah khazanah bacaan ilmiah.

c. BMT

Dapat membantu memberikan tambahan dan masukan bagi BMT Prima Syariah agar dapat berkembang lebih baik sesuai dengan prinsip syariah dan akhlak islami.

d. Penulis

Diharapkan penulis mendapatkan tambahan pengetahuan yang selama ini hanya didapat penulis secara teoritis. Dan penulis mengharapkan dapat


(17)

menerapkan praktek penentuan harga (marjin) jual beli murabahah yang sesungguhnya pada lembaga keuangan syariah.

D. Review Kajian Terdahulu

Adapun kajian yang digunakan dari penulisan ini yaitu dari beberapa karya tulis ilmiah yang berjudul:

1. Denda Murabahah dalam Pandangan Sistem Ekonomi Islam pada Bank Syariah Mega Indonesia.

Yetty Nur Indah Sari3 melakukan penelitian pada Bank Syariah Mega Indonesia. Fokus pada pembahasan penerapan denda murabahah di Bank Syariah Mega Indonesia dalam pandangan sistem ekonomi islam. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Adapun sumber data yang digunakan yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan suatu transaksi dan cidera janji yang dilakukan nasabah terhadap bank. Dokumentasi dari arsip dan data Bank Syariah Mega Indonesia yang berhubungan dengan penelitian. Buku, artikel dan karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan penelitian.

Adapun kesimpulan dalam pembahasan ini, bahwa: (1) Islam memandang bahwa, denda tersebut adalah utang yang wajib dibayar. Sehingga denda dengan ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak sah menurut syariah. (2) Denda murabahah adalah sah menurut syariah

3

Yetty Nur Indah Sari, Denda Murabahah dalam Pandangan Sistem Ekonomi Islam Pada Bank Syariah Mega Indonesia, Skripsi S1 Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.


(18)

berdasarkan fatwa DSN MUI No. 17 tahun 2000. (3) Denda dapat dikenakan kepada nasabah-nasabah nakal, yang sanggup dan mampu untuk membayar tepat pada waktunya tetapi sengaja ditunda-tunda. Di BSMI dana denda tidak diambil dan dipergunakan oleh bank melainkan ditampung dalam suatu pos atau rekening yaitu, dana non halal atau dana sosial yang setiap bulannya akan dilimpahkan atau dihibahkan kepada lembaga amil zakat untuk dipergunakan membantu fakir miskin dan membangun sarana serta prasarana umum.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah penulis membahas tentang penerapan metode penentuan harga (marjin) jual beli murabahah pada BMT Prima Syariah, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Yetty Nur Indah Sari fokus pada kajian denda yang muncul sebagai akibat wanprestasi (cidera janji).

2. Upaya Penyelesaian Murabahah Tidak Lancar Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah.

Husni Firdaus melakukan penelitian pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah. Fokus pada pembahasan penanggulangan murabahah

tidak lancar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis. Data yang digunakan adalah data kualitatif. Adapun sumber data yang digunakan melalui interview kepada pihak yang berwenang pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah dengan mengajukan kuisioner yang berhubungan dengan penelitian. Dan data yang dikumpulkan atau dibukukan


(19)

oleh pihak lain yang berkaitan dengan penelitian seperti melalui buku, artikel dan karya-karya ilmiah.4

Adapun kesimpulan dalam pembahasan ini, bahwa: (1) Upaya atau cara yang dilakukan BSMI PI dalam menyelesaikan murabahah tidak lancar, itu telah sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis. (2) BSM PI memberikan sedikit kelonggaran bagi nasabahnya untuk membayar hutangnya sampai nasabahnya itu sanggup kembali untuk segera melunasi hutangnya. Hal ini sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 280 yang artinya: “Jika orang yang berhutang itu mengalami kesulitan, maka berilah penangguhan hingga ia berkelapangan.” Sedangkan bagi nasabah yang dengan sengaja menunda membayar hutangnya padahal ia mampu untuk membayarnya, BSM PI mengenakan sanksi kepada nasabah yang bersangkutan. Dan bagi nasabah yang curang, masuk ke dalam

black list nasabah bank tersebut. Dan apabila terjadi perselisihan, maka kasusnya diselesaikan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Husni Firdaus melakukan penelitiannya pada Bank Syariah Mandiri Pondok Indah yang memiliki ruang lingkup usaha nasional, sedangkan penulis melakukan penelitian pada BMT Prima Syariah dengan cakupan usaha lokal.

4

Husni Firdaus, Upaya Penyelesaian Murabahah Tidak Lancar Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pondok Indah, Skripsi S1 Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.


(20)

3. Strategi Pembiayaan Murabahah Dalam Peningkatan Jumlah Pendapatan Di Lembaga Keuangan Mikro Syariah Al-Hidayah.

Emi Jamilatul Hijriah5 melakukan penelitian pada LKMS Al-Hidayah Cililitan Jakarta Timur. Fokus pembahasan tentang strategi pembiayaan murabahah pada LKMS Al-Hidayah Cililitan Jakarta Timur. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Adapun data kuantitatif sebagai cara dalam membantu menganalisis data kualitatif atau sebagai penguat dalam melakukan analisis data. Adapun sumber data yang di gunakan bersumber dari data-data yang diperoleh dari hasil wawancara secara langsung dengan membuat list pertanyaan yang diajukan kepada pihak yang berwenang dan para nasabah pembiayaan yang terlibat dalam penelitian ini. Dan data yang diperoleh dari buku-buku: Fred R. David, “Manajemen Strategi Konsep-Konsep”, Edisi bahasa Indonesia, Cet ke 9, Jakarta: Indeks, 2004, Wiroso, SE, MBA., “Jual Beli Murabahah”, Yogyakarta: UII Press, 2005, Cet ke 1., Ir. Adiwarman Karim, SE., M.B.A., M.A.E.P.,“Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, edisi ke 3, PT. Raja Grafindo Persada, 2007, Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, Yogyakarta: AMP YKPN, 2005 dan lain-lain.

5

Emi Jamilatul Hijriah,Strategi Pembiayaan Murabahah Dalam Peningkatan Jumlah Pendapatan Di Lembaga Keuangan Mikro Syariah Al-Hidayah, Skripsi S1 Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.


(21)

Adapun kesimpulan dalam pembahasan ini, bahwa: (1) Strategi pembiayaan yang dilakukan oleh LKMS Al Hidayah pertama, mempercepat proses pembiayaan sehingga menutup kesempatan rentenir untuk masuk kedalam lingkungan masyarakat Cililitan, Kedua, marjin atau bagi hasil sebesar 5% atau lebih rendah dari rentenir sebesar 20%, Ketiga, strategi jemput bola sudah diberlakukan bagi nasabah pembiayaan, Keempat, asas kepercayaan (tanpa jaminan) hanya untuk orang-orang tertentu yang sudah dikenal baik oleh pihak LKMS Al-hidayah, Kelima, prosedur lebih cepat dibandingkan melakukan pinjaman ke bank-bank besar.

Dalam penelitian yang penulis lakukan, data kuantitatif tidak diikutsertakan dalam proses pengkajian penelitian, sedangkan Emi Jamilatul Hijriah, menggunakan data kuantitatif sebagai salah satu bahan dalam mengkaji penelitian yang dia lakukan.

E. Metode Penelitian 1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif yang bersifat induktif dalam arti cara menerangkannya dari data ke arah teori.6 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau

6


(22)

menghubungkan dengan variabel yang lain.7Penelitian bertujuan untuk membuat deskriptif mengenai situasi-situasi atau kejadian tertentu sehingga diperoleh deskriptif yang sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta.8 Yaitu dengan cara memaparkan informasi-informasi faktual yang diperoleh dari BMT Prima Syariah secara langsung yang berhubungan dengan kebijakan penentuan harga jual beli murabahah kemudian mengevaluasinya dengan berbagai teori yang berkaitan dengan pokok masalah dalam penelitian ini, sekaligus memberikan solusinya.

2. Sumber Data

Sumber data yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini terdiri atas : a. Data Primer

Merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari manajemen BMT Prima Syariah, baik melalui observasi maupun interview yang berkaitan dengan penerapan metode penentuan harga (marjin) jual beli murabahah. b. Data sekunder

Teori- teori yang penulis ambil dari berbagai literatur, melalui buku diantaranya: Fiqih Muamalah Perbankan Syariah (Wahbah Zuhaili), Fatwa DSN-MUI, Bank Islam (Adiwarman Karim) dan lain-lain. Melalui internet dan literatur-literatur lain yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.

7

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Cet. Kedelapan (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), h. 11. 8


(23)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada beberapa hal, meliputi:

1. Observasi/pengamatan langsung

Dimana penulis melakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap praktek penerapan kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli

murabahah yang dilakukan manajemen BMT Prima Syariah. Lamanya waktu kurang lebih 1 (satu) bulan untuk mendapatkan dan mengumpulkan data primer dan data skunder yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa pihak yang dilibatkan dalam pengamatan ini yaitu ibu Esya Purwanty selaku Customer Service yang menjadi perantara penulis untuk interview dengan bapak Budi Sutyarso selaku account officer yang mengetahui secara jelas tentang kebijakan dalam menentukan marjin harga jual beli murabahah.

2. Wawancara

Metode ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang kebijakan penentuan harga (marjin) pada jual beli murabahah yang ada di BMT Prima Syariah dimana informasi yang diperoleh adalah dari bapak Budi Sutyarso selaku account officer yang mengetahui secara jelas bagaimana kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli murabahah itu diberikan dengan cara melakukan wawancara terstruktur dengan memberikan daftar pertanyaan melalui pedoman wawancara. Adapun


(24)

lokasi wawancara di kantor BMT Prima Syariah pada hari Rabu, 12 Januari 2011.

3. Studi pustaka

Yang merupakan suatu studi dokumentasi dengan cara menelaah buku-buku fiqih muamalah, perbankan syariah, fatwa DSN-MUI dan buku-buku-buku-buku lainnya, serta jurnal, majalah, surat kabar, maupun dengan penelusuran melalui internet dan literatur-literatur lain yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.

4. Teknik Analisis Data.

Metode analisis yang digunakan dalam peneltian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu dengan cara memaparkan informasi-informasi faktual yang diperoleh dari BMT Prima Syariah, yang berhubungan dengan proses mekanisme transaksi jual beli murabahah dan metode penentuan harga (marjin) jual beli murabahah. Sehingga mendapatkan keadaan dan praktek yang berlangsung dalam BMT tersebut kemudian mengevaluasinya dengan berbagai teori yang berkaitan dengan pokok masalah dalam penelitian ini.

F. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh penulis bertempat di BMT Prima Syariah, Jl. Kalisari Raya No. 5 Rt. 006/02 Pasar Rebo Jakarta Timur.


(25)

G. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

H. Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri atas lima bab dengan sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi: Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metode Penelitian, Objek Penelitian, Teknik Penulisan Dan Sistematika Penulisan.

BAB II JUAL BELI MURABAHAH

Meliputi: Murabahah, Harga, Tinjauan Penentuan Harga Menurut Konvensional, Dan Tinjauan Penentuan Harga Menurut Syariah.

BAB III GAMBARAN UMUM BMT PRIMA SYARIAH

Meliputi: Latar Belakang BMT Prima Syariah, Tujuan, Visi, Misi, Motto Dan Budaya, Struktur Organisasi, Produk BMT Prima Syariah dan Proses Mekanisme Transaksi Jual Beli Murabahah BMT Prima Syariah.

BAB IV JUAL BELI MURABAHAH PADA BMT PRIMA SYARIAH

Meliputi: Metode Penentuan Harga Jual Di BMT Prima Syariah Dan Analisa Data Tentang Penerapan Kebijakan Penentuan Harga (Marjin) Jual Beli Murabahah Serta Mengajukan Formulasi Baru Yang Tepat Untuk Diterapkan.


(26)

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir pada skripsi ini yang memuat kesimpulan dan saran-saran.


(27)

15

BAB II

JUAL BELI MURABAHAH A. Murabahah

1. Pengertian Jual Beli Murabahah

Di dalam fiqih muamalah terdapat jenis jual beli yang dinamakan

bai' al amanah yaitu jual beli secara amanat (kepercayaan) dimana pembeli mempercayai perkataan penjual tentang harga pertama tanpa ada bukti dan sumpah, sehingga harus terhindar dari khianat dan prasangka buruk. Sistem jual beli sendiri terdiri dari tiga bentuk yaitu murabahah, tauliyah,

dan wadhi'ah. Murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan keuntungan. Tauliyah adalah jual beli dengan harga pertama tanpa ada penambahan atau pengurangan. Sedangkan wadhi`ah adalah jual beli dengan harga jual lebih rendah dari harga pertama. Dalam pembahasan ini penulis hanya akan membatasi pada aspek jual beli

murabahah.1

Murabahah secara bahasa adalah bentuk mutual (bermakna: saling) dari kata ribh yang artinya keuntungan, yakni pertambahan nilai modal (jadi artinya saling mendapatkan keuntungan). Menurut termino logi ilmu fiqih artinya murabahah adalah menjual dengan modal asli bersama

1

Wahbah Zuhaili, Fiqih Muamalah Perbankan Syariah, (Jakarta: Bank Muamalat Indo, 1999), h. 5.


(28)

tambahan keuntungan yang jelas.2

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan/marjin yang disepakati.3

Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (marjin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.4

Jual beli murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam jual beli murabahah, penjual harus memberitahukan bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.5

2. Skema Murabahah

Gambar 2.1

Skema Gambar Asli Murabahah6

2

Abdullah AI-Muslih dan Shalah Ash-Shawi, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, Cet. Pertama, (Jakarta: Darul Haq, 2004), h. 198.

3

Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 “tentang Murabahah”. 4

Istini T Siddharta dkk, Peryataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Perbankan Syariah,Cet. Pertama, (Jakarta: Ikatan Akuntansi Indonesia, 2001), h. 12.

5

Moh. Rifa’I, Konsep Perbankan Syariah,(Semarang: CV. Wicaksana, 2002), h.61 6

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Bagi Bankir&Praktek Keuangan,Cet. Pertama, (Jakarta: Bank Indonesia-Tazkia, 1999), h. 166.


(29)

Bank Syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, barang diserahkan segera dan pembayaran dilakukan secara tangguh.7

Skema Pengembangan

Gambar 2.2

Skema Pengembangan Murabahah

Sumber: Penjelasan Fatwa No.04/DSN-MUI/IV/2000

Jika pihak bank ingin mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga (supplier), maka kedua pihak harus menandatangani kesepakatan agensi (agency contract), dimana pihak bank memberikan otoritas kepada nasabah untuk menjadi agennya guna membeli komoditas dari pihak ketiga atas nama bank, dengan kata la in, nasabah me njad i wakil bank unt uk me mbe likan ko modit as. Kemudian, nasabah me mbe li ko moditas atas nama bank, dan kepemilikannya hanya sebatas sebagai agen dari pihak bank. Selanjutnya, nasabah memberikan informasi

7


(30)

kepada pihak bank bahwa ia telah membeli komoditas, kemudian pihak

bank menawarkan komoditas tersebut kepada nasabah, dan

terbentuklah kontrak jual beli dan komoditas kemudian pindah menjadi milik nasabah dengan segala resikonya. Menurut Ahmad Muhyiddin Ahmad dari

Kuwait Islamic Bank, transaksi ini diperbolehkan dan lazim disebut dengan

al murabahah lil amir bissyira' bil wakalah.8 2. Dasar Hukum Jual Beli Murabahah

Dasar hukum jual beli murabahah telah ditetapkan dalam Al-Qur'an surat al-Nisa (4) ayat 29 :

                                    /ءﺎﺴﻨﻟا} ٤ : ٢٩ {

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”.(Surat Al-Nisa (4) : 29)

Ayat ini melarang segala bentuk transaksi yang batil. Diantara transaksi yang dikategorikan batil adalah yang mengandung bunga (riba) sebagaimana terdapat pada sistem kredit konvensional. Berbeda dengan

murabahah, dalam akad ini tidak ditemukan unsur bunga, namun hanya menggunakan marjin. Disamping itu, ayat ini mewajibkan untuk keabsahan setiap transaksi murabahah harus berdasarkan prinsip kesepakatan antara para pihak yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang menjelaskan dan

8


(31)

dipahami segala hal yang menyangkut hak dan kewajiban masing-masing.9 Surat al-Baqarah (1): 275:

…          ... } ةﺮﻘﺒﻟا / ١ : ٢٧۵ {

"...Padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..."(Al- Baqarah (1): 275).

Dalam ayat ini, Allah mempertegas legalitas dan keabsahan jual beli secara umum, serta menolak dan melarang konsep ribawi. Berdasarkan ketentuan ini, jual beli murabahah mendapat pengakuan dan legalitas dari syara', dan sah untuk dioperasionalkan dalam praktek pembiayaan bank syariah dan BMT karena ia merupakan salah satu bentuk jual beli dan tidak mengandung unsur ribawi.10

Hadits Rasulullah SAW :

َﻗ َلﺎ َر ُﺳ ُلﻮ ِﷲا َﺻ ﱠﻠ ُﷲا ﻰ َﻋ َﻠ ِﮫﯿ َو َﺳ ﱠﻠَﻢ : َﺛ ) َﻼ َث ِﻓْﯿ ِﮭ ﱠﻦ َﺒﻟا َﺮ َﻛ ُﺔ َﺒﻟا . ْﯿ ُﻊ ِإَﻟ َأ ﻰ َﺟ ًﻞ َو ُﻤﻟا َﻘ َرﺎ َﺿ ُﺔ ِأو ْﺧ َﻠ ُطﺎ ُﺒﻟا ِﺑ ﺮ َﺸﻟﺎ ِﻌْﯿ ِﺮ ِﻟْﻠ َﺒْﯿ ِﺖ َﻻ ِﻟْﻠَﺒ ْﯿ ِﻊ (

Dari Suhaib Ar Rumi ra, bahwa Rasulullah bersabda, "Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: Jual-beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual." (HR. Ibnu Majah)

Had it s r iw a yat Ibnu Ma ja h merupa ka n da lil la i n d ibo le hk a nnya murabahah yang dilakukan secara tempo. Kedudukan hadits ini lemah, namun demikian banyak ulama yang menggunakannya

9

Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 “tentang Uang Muka dan Jaminan dalam Murabahah”.

10

Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 “tentang Uang Muka dan Jaminan dalam Murabahah”.


(32)

sebagai dalil untuk akad mudharabah ataupun jual beli tempo. Ulama menyatakan bahwa keberkahan dalam arti tumbuh dan menjadi lebih baik, terdapat pada perniagaan, terlebih pada jual beli yang dilakukan secara tempo atau pun akad mudharabah sebagaimana disabdakan Rasulu llah dala m had it s tersebut. Dengan menunjuk adanya keberkahan ini, hal ini mengindikasikan diperbolehkannya praktek jual beli yang dilakukan secara tempo, begitu juga dengan pembiayaan murabahah yang dilakukan secara tempo, dalam arti, nasabah diberi tenggang waktu untuk melakukan pelunasan atas harga komoditas sesuai kesepakatan.11 Kaidah Fiqh: َﻻا ْﺻ ُﻞ ِﻓ ُﻤﻟا ﻰ َﻌ َﻣﺎ َﻠِﺔ ِﻻأ َﺑ َﺣﺎ ُﺔ ِاﱠﻟ َﻣﺎ َد ﺎ ﱠل ﱠﺪﻟا ِﻟْﯿ ُﻞ َﻋ َﻠ َﺗ ﻰ ْﺤ ِﺮ ْﯾِﻤ َﮭ ﺎ

"Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh kecuali ada dalil yang mengharamkan."12

4. Rukun dan Syarat Jual Beli Murabahah : Adapun rukun-rukun jual beli murabahah adalah: a. Penjual

b. Pembeli

c. Barang yang dijual d. Harga

11

Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 “tentang Uang Muka dan Jaminan dalam Murabahah”.

12

Penjelasan Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 “tentang Uang Muka dan Jaminan dalam Murabahah”.


(33)

e. Sighah: Ijab dan Qabul13

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam transaksi ini adalah: a. Harus digunakan untuk barang-barang yang halal; barang najis tidak sah

diperjual belikan dan barang bukan larangan negara. b. Penjual memberitahukan biaya modal kepada nasabah.

c. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian.

e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.14

5. Perbandingan Akad Murabahah Antara Praktek Klasik Dan Praktek

Kontemporer

Perbandingan antara praktek akad murabahah secara klasik dengan cara kontemporer disajikan seperti tabel berikut:15

Tabel 2.1

Tabel Perbandingan Akad Antara Praktek Klasik dan Kontemporer

Karakteristik Pokok Praktek Klasik (dalam transaksi umum dan ideal)

Praktek Kontemporer

Tujuan transaksi Kegiatan jual beli Pembiayaan dalam rangka penyediaan fasilitas barang Tahapan transaksi Dua tahap Satu tahap

Proses transaksi 1. Penjual membeli barang dari produsen

2. Penjual menjual barang kepada pembeli

Bank selaku penjual dapat mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari produsen untuk dijual kembali

13

Bimb Institute of Research and Training SDM, Konsep Syariah Dalam Sistem Perbankan Islam,Cet. Pertama, (Malaysia, 1998), h. 8.

14

Moh. Rifai, Konsep Perbankan Syariah, (Semarang: CV. Wicaksana, 2002), h.61-62. 15

Ahmad Buchori, dkk, Standarisasi Akad Perbankan Syariah, (Jakarta: Bank Indonesia, 2004), h. 48.


(34)

kepada nasabah tsb Status kepemilikan barang

pada saat akad

Barang telah dimiliki penjual saat akad penjual dengan pembeli dilakukan

Barang belum jelas dimiliki penjual saat akad penjualan dengan pembeli dilakukan Perhitungan tingkat margin 1. Perhitungan laba

menggunakan biaya transaksi riil (real transactionary cost) 2. Perhitungan laba

merupakan lumpsum (sekaligus) dan

wholesale

1. Perhitungan menggunakan

benchmark atas rate yang berlaku dalam pasar uang

2. Perhitungan laba menggunakan

persentase per annum dan dihitung berdasarkan baki debet (outstanding)

pembiayaan Sifat pemesanan barang oleh

nasabah

- Tidak tertulis

- Dua pendapat mengikat dan tidak mengikat

- Tertulis dan mengikat

Pengungkapan harga pokok dan marjin

Harus transparan Harus transparan

Tenor Sangat pendek Jangka panjang (1-5 tahun) Cara pembayaran transaksi

jual beli

Cash and carry Dengan cicilan/angsuran (ta’jil)

Kolateral (jaminan) Tanpa kolateral Ada kolateral/jaminan tambahan

Sumber: Bank Indonesia, Standarisasi Akad Perbankan Syariah, 2004. B. Harga

1. Pengertian Harga

Harga adalah sesuatu yang bernilai yang harus direlakan oleh pembeli untuk memperoleh barang atau jasa. Di dunia perbankan, ini mencakup biaya-biaya transaksi, suku bunga, dan saldo minimum atau kompensasi.16

Harga jual produk mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama harga, adalah sarana untuk memenangkan persaingan dipasar. Fungsi kedua,

16

Setyo Soedrajat, Manajemen Pemasaran Jasa Bank, Cet. Pertama, (Jakarta: PT. Ikral Mandiri Abadi, 2004), h. 57-58.


(35)

harga adalah sumber keuntungan perusahaan.17

Harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi dan komisi, biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran, dan biaya-biaya lainnya. Sedangkan harga bagi bank berdasarkan prinsip syariah adalah bagi hasil.18

2. Tujuan Penentuan Harga

Tujuan Penentuan Harga secara umum adalah sebagai berikut: a. Untuk Bertahan Hidup

Artinya, dalam kondisi tertentu, terutama dalam kondisi persaingan yang tinggi. Dalam hal ini bank menentukan harga semurah mungkin dengan maksud produk atau jasa yang ditawarkan laku dipasaran, misalnya untuk bunga simpanan lebih tinggi dibandingkan dengan bunga pesaing dan bunga pinjaman rendah, tetapi dalam kondisi menguntungkan.

b. Untuk Memaksimalkan Laba

Tujuan harga ini dengan mengharapkan penjualan yang meningkat sehingga laba dapat ditingkatkan. Penentuan harga biasanya dapat dilakukan dengan harga murah atau tinggi.

c. Untuk Memperbesar Market Share

Penentuan harga ini dengan harga yang murah, sehingga diharapkan

17

Siswanto Sutojo, Manajemen Terapan Bank, Cet. Pertama, (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1997), h. 132.

18

Kasmir, Manajemen Perbankan,Cet. Ke empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 196.


(36)

jumlah nasabah meningkat dan diharapkan pula nasabah pesaing beralih ke produk yang ditawarkan. Contohnya seperti penentuan suku bunga simpanan yang lebih tinggi dari pesaing ditambah kelebihan lainnya seperti hadiah.

d. Mutu Produk

Tujuan dalam hal mutu produk adalah untuk memberikan kesan bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki kualitas yang tinggi dan biasanya harga jual ditentukan setinggi mungkin dan untuk bunga simpanan ditawarkan dengan suku bunga rendah.

e. Karena Pesaing

Dalam hal ini, penentuan harga dengan melihat harga pesaing. Tujuannya adalah agar harga yang ditawarkan jangan melebihi harga pesaing, artinya bunga simpanan diatas pesaing dan bunga pinjaman, dibawah pesaing.19

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis besar sebagai berikut:

a. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana (jumlah simpanan sedikit), sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank

19

Kasmir, Manajemen Perbankan,Cet. Ke empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 198.


(37)

untuk menutupi agar kekurangan dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan meningkatnya suku bunga simpanan akan menarik nasabah baru untuk menyimpan uang dibank. Dengan demikian kebutuhan dana dapat dipenuhi. Sebaliknya jika bank kelebihan dana, dimana simpanan banyak akan tetapi permohonan kredit sedikit, mak a ba nk aka n me nuru nk a n bu ng a s impa na n s e hingg a me ngura ng i min at nasa ba h unt uk me nyimpa n. At au denga n cara menurunkan juga bunga kredit sehingga permohonan kredit meningkat.

b. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, penentuan utama tingkat suku bunganya pihak perbankan harus memperhatikan perilaku pesaing. Dalam arti jika pesaing menetapkan untuk bunga simpanan rata-rata 16% per tahun, maka jika kita hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing misalnya 17% per tahun. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing.

c. Kebijaksanaan pemerintah

Dalam kondis i tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinja man. Dengan ketent uan bat as minima l at au maksima l bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi


(38)

batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. d. Target laba yang di inginkan

Target laba yang diinginkan, merupakan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, pihak bank harus serius dalam menentukan persentase laba atau keuntungan yang diinginkan.

e. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah.

f. Kualitas Jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. Sebagai contoh dengan jaminan sertifikat deposito bunga pinjaman akan lebih rendah jika dibandingkan dengan nasabah yang memiliki jaminan sertifikat tanah. Alasan utama perbedaan ini adalah hal pencairan jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah. Bagi bank jaminan yang likuid seperti sertifikat deposito atau rekening giro yang dibekukan akan lebih mudah untuk dicairkan jika dibandingkan dengan jaminan sertifikat tanah.


(39)

g. Reputasi perusahaan

Reputasi perusahaan atau bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit juga sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

h. Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai kredit tersebut laku dipasaran. Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan tingkat pengembalian kredit terjamin, karena produk yang dibiayai laku dipasaran.

i. Hubungan baik

Biasanya pihak bank menggolongkan nasabahnya menjadi dua yaitu nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

j. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit.


(40)

Biasanya pihak yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, sehingga bunga yang dibebankan juga berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiganya kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan pihak ketiga oleh pihak perbankan.20

C. Tinjauan Penentuan Harga Menurut Konvensional 1. Metode Penentuan Harga Bank

Dalam penentuan harga digunakan beberapa metode yang sesuai dengan tujuan perusahaan. Metode penentuan suatu harga produk bank secara umum terdapat beberapa model, antara lain:

a. Modifikasi harga atau diskriminasi yang dapat dilakukan:

 Menurut pelanggan, yaitu harga yang dibedakan berdasarkan nasabah utama

(primer) atau nasabah biasa (sekunder). Nasabah utama adalah nasabah yang loyal dan memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh bank. Nasabah biasa adalah nasabah umum.

 Menurut bentuk produk, harga ditentukan berdasarkan bentuk produk atau kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh suatu produk, misalnya untuk kartu kredit ada master card dan ada visa card.

 Menurut tempat, yaitu harga yang ditentukan berdasarkan lokasi cabang

20

Kasmir, Manajemen Perbankan,Cet. Ke empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 199-201


(41)

bank dimana produk atau jasa ditawarkan.

 Menurut waktu, yaitu harga yang ditentukan berdasarkan periode atau masa tertentu dapat berupa jam, hari, mingguan, atau bulanan.21

b. Penetapan harga untuk produk baru

Misalnya, bank baru mengeluarkan kartu kredit sehingga perlu ditentukan berapa iuran perbu lan dan berapa bunga yang dikenakan untuk set iap transaksi.

Market skimming pricing yaitu harga awal produk yang ditetapkan setinggi-tingginya dengan tujuan bahwa produk atau jasa memiliki kualitas tinggi.

Market penetration pricing yaitu dengan menetapkan harga yang serendah mungkin dengan tujuan untuk menguasai pasar.

c. Metode penetapan harga :

Cost plus pricing yaitu penentuan harga yang didasarkan kepada harga pokok, biaya tetap, biaya variable

= +

Dimana :

Variable Cost (VC) =Biaya Variabel

Fixed Cost (FC) =Biaya Tetap

21

Kasmir, Manajemen Perbankan, Cet. Ke empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 204-206.


(42)

Total Sales (TS) = Total Penjualan Ilustrasi:

VC = Rp 10,- FC = Rp 640.000,- TS = 100.000 Unit

Har gapokok = 10 + 640.000

100.000= Rp16,4per unit

Cost plus pricing dengan Mark up

Jika perusahaan mengharapkan laba 20%

Harga dengan Mark up = ( )

( )

Harga dengan Mark up = .

( , ) = Rp166.666

Marginal Pricing

yaitu penentuan harga dengan menghitung marginal cost di tambah dengan laba yang diinginkan.

Non Cost Pricing

yaitu harga yang didasarkan kepada mekanisme permintaan dan penawaran, dalam hal ini bank harus mampu menyesuaikan dengan kondisi yang terbentuk di pasar.

Break Even Pricing (BEP) atau Target Pricing yaitu harga ditentukan berdasarkan titik impas.

= atau =


(43)

Perceived Value Pricing

Adalah penentuan harga dengan tidak menggunakan variabel harga sebagai dasar harga jual. Harga jual didasarkan pada harga pokok pesaing dimana perusahaan melakukan penambahan atau perbaikan unit untuk meningkatkan kepuasan pembeli.22

 Target-return Pricing

Adalah penentuan harga jual produk yang bertujuan mendapatkan tingkat return atas besarnya modal yang di investasikan. Dalam bahasan keuangan dikenal dengan Return on Investment (ROI). Dalam bahasan ini, perusahaan akan menentukan berapa return yang diharapkan atas modal yang telah diinvestasikan.

− = + ×

Value Pricing

Adalah kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas tinggi. Dengan ungkapan: ono rego ono rupo. Artinya: Barang yang baik pasti harganya mahal. Namun perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang mampu menghasilkan barang yang berkualitas dengan biaya yang efisien sehingga perusahaan tersebut dapat dengan leluasa menentukan tingkat harga dibawah harga kompetitor.23

22

Kasmir, Manajemen Perbankan, Cet. Ke empat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 204-206.

23

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 134-137.


(44)

Demand or value pricing

Harga produk selalu disesuaikan dengan perubahan permintaan konsumen akan produk yang bersangkutan. Misalnya pada saat produk baru diterjunkan (dan belum ada atau belum banyak produk serupa dipasar, sehingga seluruh permintaan yang ada akan tertuju kepada produk baru tersebut), bank dapat menetapkan harga tinggi. Pada saat produk serupa milik bank lain bermunculan, harga produk baru akan ditinjau kembali.

Follow the leader

Metode harga produk ditentukan berdasarkan harga produk sejenis yang berlaku dipasar. Metode ini cukup mudah penerapannya, disamping terasa aman dari ancaman reaksi negatif dari bank saingan yang kuat. Walaupun demikian metode ini mengabaikan faktor penghitungan beban biaya yang harus ditanggung masing-masing bank, sehingga walaupun harga yang ditetapkan dapat diterima konsumen, belum tentu produk yang bersangkutan menguntungkan.24

2. Komponen-komponen dalam Menentukan Bunga Kredit

Khusus untuk menentukan besar kecilnya suku bunga kredit yang akan diberikan kepada para debitur terdapat beberapa komponen yang mempengaruhi. Komponen-komponen ini ada yang dapat diperkecil (dikurangi) dan ada pula yang tidak.

24

Siswanto Sutojo, Manajemen Terapan Bank, Cet. Pertama, (Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo, 1997), h. 139.


(45)

Adapun komponen dalam menentukan suku bunga kredit antara lain: a. Total biaya dana (Cost of fund)

Merupakan total bunga yang dikeluarkan oleh bank untuk memperoleh dana simpanan baik dalam bentuk simpanan giro, tabungan maupun deposito. Total biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditetapkan untuk memperoleh dana yang diinginkan. Semakin besar bunga yang dibebankan terhadap bunga simpanan maka semakin tinggi pula biaya dananya demikian pula sebaliknya. Total biaya dana ini harus dikurangi dengan cadangan wajib atau reserve requirement (RR) yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Saat ini besarnya RR yang ditetapkan pemerintah besarnya 5%.

b. Biaya operasi

Dalam melakukan setiap kegiatan setiap bank membutuhkan berbagai sarana dan prasarana baik berupa manusia maupun alat. Penggunaan sarana dan prasarana ini memerlukan sejumlah biaya yang harus ditanggung bank sebagai biaya operasi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji pegawai, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya-biaya lainnya.

c. Cadangan resiko kredit macet

Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang akan diberikan, hal ini disebabkan setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko


(46)

tidak terbayar. Resiko ini dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya dengan cara membebankan sejumlah presentase tertentu terhadap kredit yang disalurkan.

d. Laba yang diinginkan

Setiap kali melakukan transaksi bank selalu ingin memperoleh laba yang maksimal. Penentuan ini ditentukan oleh beberapa pertimbangan pent ing, mengingat penentuan besarnya laba sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini, biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga melihat sektor-sektor yang dibiayai, misalnya jika proyek pemerintah atau untuk pengusaha/rakyat kecil maka labanya pun berbeda dengan yang komersil.

e. Pajak

Pajak merupakan kewajiban yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya.25

Untuk lebih mudah memahami pembebanan suku bunga berikut ini contoh komponen-komponen pembebanan suku bunga dalam menentukan suku bunga kredit adalah sebagai berikut:

PT Bank MARINDO menentukan suku bunga deposito 18% Pa. kepada

25

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke enam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 124-126


(47)

para deposannya. Cadangan Wajib (RR) yang ditetapkan pemerintah adalah 5%. Kemudian biaya operasi yang dikeluarkan adalah 6% dan cadangan resiko kredit macet 1%. Laba yang diinginkan adalah 5% dan pajak 20%.

Pertanyaan :

Hitung berapa bunga kredit yang diberikan (based lending rate) kepada para debiturnya (peminjam).

=

100%−

= 18%

100−5%

= 18%

95% = 18,95% 19%

Jadi cost of fund 18,95% dibulatkan menjadi 19% untuk menghitung bunga kredit yang diberikan adalah sebagai berikut :

Total biaya dana (cost of fund) 19 %

Total biaya operasi 6 % +

25%

Cadangan resiko kredit macet 1% +

26%

Laba yang diinginkan 5% +

31%

Pajak 20% dari laba (5%) 1% +

Bunga kredit yang diberikan (based lending rate)26 32 %

26

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke enam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 126-127


(48)

Rate of loan = Profit margin + cost to service +credit premium + cost of fund

3. Komponen Biaya Dana dalam Model Loan Pricing

Pada dasarnya penetapan loan pricing (rate of loan) suatu bank dipengaruhi oleh faktor tingkat cost of fund, kredit peremium, cost to service, tingkat profit margin serta bad debt yang dicadangkan oleh bank tersebut. Rumusnya dapat ditulis sebagai berikut :

Profit margin adalah persentase spread yang ditetapkan pada kebijakan pricing pinjaman yang terutama ditujukan untuk memperoleh ROA (return on assets) yang ditargetkan. Cost to service merupakan persentase yang dibebankan atas biaya yang dikeluarkan penghimpunan dana diluar bunga dan administrasi rekening dana dan pinjaman. Credit premium adalah penambahan persentase evaluasi resiko industri dan usaha. Cost of fund

adalah komponen utama kebijakan pricing yang dihitung atas dasar hasil murni suku bunga dana dengan mempertimbangkan aspek dana yang bisa dipinjamkan.27

D. Tinjauan Penentuan Harga Menurut Syariah

Menurut Bank Indonesia pada suatu transaksi jual beli yang ideal, bank syariah harus dapat menghitung dan memisahkan 'real costs' dan tingkat

27

Bambang Djinarto, BankingAsset Liability Management, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2000). h. 45-46.


(49)

keuntungan yang diinginkan oleh bank sebagai dasar penetapan marjin. Demikian pula pada transaksi investasi, suatu bank syariah harus dapat menentukan tingkat keuntungan berdasarkan kinerja keuangan yang nyata dari suatu perusahaan. Namun demikian, pada kenyataannya marjin keuntungan pada transaksi jual beli masih di benchmark terhadap tingkat suku bunga karena belum adanya basis data tentang benchmark biaya perolehan dan handling kelompok-kelompok komoditas yang akurat sebagai indikator penetapan marjin. Demikian pula pada transaksi investasi, belum tersedianya benchmark yang dapat menggambarkan proyeksi profitabilitas bidang usaha serta belum tersediannya metode perhitungan standar atas biaya-biaya yang dapat diperhitungkan dalam penentuan bagi hasil, mengakibatkan bank mengambil benchmark yang secara prinsip tidak mengindikasikan tingkat produktivitas nyata jenis usaha.28

1. Penetapan Marjin Keuntungan

Bank syariah menetapkan marjin keuntungan terhadap produk-produk pembiayaan yang berbasis Natural Certainty Contracts (NCC), yakni akad bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah

(amount) maupun waktu (timing), seperti pembiayaan murabahah, ijarah, ijarah muntahia bit tamlik, salam, dan istishna'.

Secara t eknis, ya ng d imak sud deng an mar jin keu nt unga n ada la h persentase tertentu yang ditetapkan per tahun perhitungan marjin

28

Ahmad Buchori, dkk, Standarisasi Akad Perbankan Syariah, (Jakarta: Bank Indonesia, 2004), h. 51-52.


(50)

keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari; perhitungan marjin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan.

Pada umumnya, nasabah pembiayaan melakukan pembayaran secara angsuran. Tagihan yang timbul dari transaksi jual beli dan atau sewa berdasarkan akad murabahah, salam, istishna' dan atau ijarah

disebut sebagai piutang. Besarnya piutang tergantung pada plafond pembiayaan, yakni jumlah pembiayaan (harga be li d it a mbah harga po ko k) ya ng t ercant um di da la m perja njia n pembiayaan.29

2. Referensi Marjin Keuntungan

Yang dimaksud dengan Referensi Marjin Keuntungan adalah marjin keuntungan yang ditetapkan dalam rapat ALCO (Assets and Loans Committee) Bank Syariah. Penetapan marjin keuntungan pembiayaan berdasarkan rekomendasi, usul dan saran dari Tim ALCO Bank Syariah, dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut:

a. Direct Competitor's Market Rate (DCMR)

Yang dimaksud dengan Direct Competitor's Market Rate (DCMR) adalah tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah, atau tingkat marjin keuntungan rata-rata beberapa bank syariah yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kelompok kompetitor langsung atau tingkat marjin

29

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,Edisi Kedua, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2004), h. 253-254


(51)

keuntungan bank syariah tertentu yang ditetapkan dalam rapat ALCO sebagai kompetitor langsung terdekat.

b. Indirect Competitor's Market Rate (ICMR)

Yang dimaksud dengan Indirect Competitor's Market Rate (ICMR) adalah tingkat suku bunga rata-rata perbankan konvensional, atau tingkat rata-rata suku bunga beberapa bank konvensional yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai kelompok kompetitor tidak langsung, atau tingkat rata-rata suku bunga bank konvensional tertentu yang dalam rapat ALCO ditetapkan sebagai competitor tidak langsung yang terdekat.

c. Expected Competitive Return for Investors (ECRI)

Yang dimaksud dengan Expected Competitive Return for Investors (ECRI) adalah target bagi hasil kompetitif yang diharapkan dapat diberikan kepada dana pihak ketiga.

d. Acquiring Cost

Yang dimaksud dengan Acquiring Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh dana pihak ketiga.

e. Overhead Cost

Yang dimaksud dengan Overhead Cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh bank yang tidak langsung terkait dengan upaya untuk memperoleh


(52)

dana pihak ketiga.30

3. Penetapan Harga Jual

Setelah memperoleh referensi marjin keuntungan, bank melakukan penetapan harga jual. Harga jual adalah penjumlahan harga beli/harga pokok/harga perolehan bank dan marjin keuntungan.31

4. Pengakuan Angsuran Harga Jual

Angsuran harga jual terdiri dari angsuran harga beli/harga pokok dan angsuran marjin keuntungan. Pengakuan angsuran dapat dihitung dengan menggunakan empat metode, yaitu:

a. Metode Marjin Keuntungan Menurun (Sliding)

Marjin Keuntungan Menurun adalah perhitungan marjin keuntungan yang semakin menurun sesuai dengan menurunya harga pokok sebagai akibat adanya cic ilan/angsuran harga pokok, jumlah angsuran (harga pokok dan marjin keuntungan) yang dibayar nasabah setiap bulan semakin menurun.

b. Metode Keuntungan Rata-rata

Marjin Keuntungan Rata-rata adalah marjin keuntungan menurun yang perhitungannya secara tetap dan jumlah angsuran (harga pokok dan marjin keuntungan) dibayar nasabah tetap setiap bulan.

30

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,Edisi Kedua, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2004), h. 254-255.

31

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,Edisi Kedua, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2004), h. 255.


(53)

c. Marjin Keuntungan Flat

Marjin Keuntungan Flat adalah perhitungan marjin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari satu periode ke periode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.

d. Marjin Keuntungan Annuitas

Marjin Keuntungan Annuitas adalah marjin keuntungan yang diperoleh dari perhitungan secara annuitas. Perhitungan annuitas adalah suatu cara pengembalian pembiayaan dengan pembayaran angsuran harga pokok dan marjin keuntungan secara tetap. Perhitungan ini akan menghasilkan pola angsuran harga pokok yang semakin membesar dan marjin keuntungan yang semakin menurun.32

5. Persyaratan Untuk Perhitungan Marjin Keuntungan

Marjin Keuntungan = f (plafond) hanya bisa dihitung apabila komponen-komponen yang dibawah ini tersedia:

a. Jenis perhitungan marjin keuntungan b. Plafond pembiayaan sesuai jenis c. Jangka waktu pembiayaan

d. Tingkat marjin keuntungan pembiayaan

e. Pola tagihan atau jatuh tempo tagihan (baik harga pokok maupun marjin

32

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,Edisi Kedua, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2004), h. 255-256.


(54)

keuntungan).33

6. Metode Penentuan Harga Jual (Profit Margin) di Bank Syariah

Penentuan harga dalam pembiayaan di bank syariah dapat menggunakan salah satu diantara beberapa model konvensional tersebut diatas. Namun yang lazim digunakan oleh bank syariah saat ini adalah dengan menggunakan metode going rate pricing, yaitu menggunakan tingkat suku bunga pasar sebagai rujukan (benchmark).

Adapun alasannya karena bank syariah berkompet isi dengan bank konvensional. Disamping itu bank syariah juga berkeinginan untuk mendapatkan customer yang bersifat floating costumer.

Meskipun demikian, penentuan harga jual produk pada bank syariah harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang dibenarkan menurut syariah. Oleh karena itu, metode penentuan harga jual berdasarkan pada

target return pricing maupun mark-up pricing dapat digunakan dengan melakukan modifikasi.34

a. Penerapan Target Return Pricing untuk Pembiayaan Syariah

Bank syariah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga. Mekanisme operasional dala m me mpero leh pendapatan dapat dihasilkan berdasarkan klasifikasi akad, yaitu akad yang menghasilkan keuntungan

33

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan,Edisi Kedua, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2004), h. 256-257

34

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 137-138


(55)

secara pasti, disebut natural certainty contract, dan akad yang menghasilkan keuntungan yang tidak pasti, disebut natural uncertainty contract.

Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural certainty contract, maka metode yang digunakan adalah required profit rate (rpr).

rpr = n.v

dimana n = Tingkat keuntungan dalam transaksi tunai; v = Jumlah transaksi dalam satu periode

Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty contract, maka metode yang digunakan adalah expected profit rate (epr) epr diperoleh berdasarkan :

1) tingkat keuntungan rata-rata pada industri sejenis; 2) pertumbuhan ekonomi;

3) dihitung dari nilai rpr yang berlaku dibank yang bersangkutan; Perhitungannya :

Nisbah bank = epr/expected return bisnis yang dibiayai * 100%

Actual return bank = nisbah bank + actual return bisnis b. Penerapan Mark-up Pricing untuk Pembiayaan Syariah

Jika bank syariah hendak menerapkan metode Mark-up pricing, metode ini hanya tepat digunakan untuk pembiayaan yang sumber dananya dari

Restricted Investment Account (RIA) atau Mudharabah Muqayyadah. Mengapa demikian? Sebab akad Mudharabah Muqayyadah adalah akad


(56)

dimana pemilik dana menuntut adanya kepastian hasil dari modal yang diinvestasikan.35

7. Batas Maksimal Penentuan Keuntungan menurut Syariah

Tidak ada dalil dalam syariah yang berkaitan dengan penentuan keuntungan usaha, sehingga bila melebihi jumlah tersebut dianggap haram. Hal demikian, telah menjadi kaidah umum untuk seluruh jenis barang dagangan disetiap zaman dan tempat.36

Ketentuan tersebut, karena ada beberapa hikmah, diantarannya:

a. Perbedaan harga, terkadang cepat berputar dan terkadang lambat. Menurut kebiasaan, kalau perputarannya cepat, maka keuntungannya lebih sedikit. Sementara bila perputarannya lambat keuntungannya banyak;

b. Perbedaan penjualan kontan dengan penjualan pembayaran tunda (kredit). Pada asalnya, keuntungan pada penjualan kontan lebih kecil dibandingkan keuntungan pada penjualan kredit;

c. Perbedaan komoditas yang dijual, antara komoditas primer dan sekunder, keuntungannya lebih sedikit, karena memperhatikan kaum papa dan o r a ng-o r a ng ya ng me mbu t u hk a n, de ng an k o mo d it a s lu k s, ya ng keuntungannya dilebihkan menurut kebijakan karena kurang dibutuhkan.

35

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 137-138

36

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 141.


(57)

Sebagaimana telah dijelaskan, tidak ada riwayat dalam sunnah Nabi yang mengatur pembatasan keuntungan, sehingga tidak boleh mengambil keuntungan melebihi dan yang sewajarnya. Bahkan sebaliknya diriwayatkan dalam suatu hadits yang menetapkan bolehnya keuntungan perdagangan itu mencapai dua kali lipat pada kondisi tertentu, atau bahkan lebih.37

Diriwayatkan o leh Ahmad dalam Musnad-nya dari Urwah bahwa ia menceritakan :

ُﻋ ِﺮ َض ِﻟ ﱠﻠﺻ ﻲﺒﻨﻠ ّﻠﺳ و ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰ َﺟ ﻢ َﻠ ٌﺐ َﻓَﺄ ْﻋ َﻄ ِﻧﺎ ِد ﻲ ْﯾَﻨ ًرﺎ َو ا َﻗ َلﺎ َأْﯾ ُﻌ ْﺮ َو َة ِاْﺋ ِﺖ َﺠﻟا َﻠ َﺐ َﻓ ْﺷﺎ َﺘ ْﺮ َﻟَﻨ ﺎ َﺷ ًةﺎ َﻓَﺄ َﺗْﯿ ُﺖ َﺠﻟا َﻠ َﺐ َﻓ َﺴ َوﺎ ْﻣ ُﺖ َﺻ ِﺣﺎ َﺒُﮫ َﻓ ْﺷﺎ َﺘ َﺮ ْﯾ ُﺖ ِﻣْﻨ ُﮫ َﺷ َﺗﺎ ْﯿ ِﻦ ِﺑِﺪ ْﯾَﻨ ٍرﺎ َﻓ ِﺠ ْﺌ ُﺖ َأ ُﺳ ْﻮ ُﻗ ُﮭ َﻤ َأ ﺎ ْو َﻗ َلﺎ َأُﻗ ْﻮ ُد ُھ َﻤ ﺎ َﻓَﻠ ِﻘَﯿ ِﻨ َر ﻰ ُﺟ ٌﻞ َﻓ َﺴ َوﺎ َﻣِﻨ َﻓ ﻲ َﺄِﺑ ْﯿَﻌ ُﮫ َﺷ ًةﺎ ِﺑِﺪ ْﯾَﻨ ٍرﺎ َﻓ ِﺠ ْﺌ ُﺖ ِﺑ ِﺪﻟﺎ ْﯾَﻨ ٍرﺎ َو ِﺟ ْﺌ ُﺖ ِﺑ َﺸﻟﺎ ِةﺎ َﻓُﻘ ْﻠ ُﺖ َﯾ ﺎ َر ُﺳ ُلﻮ ِﷲا َھ َﺬ ِد ا َﻨﯾ ُرﺎ ُﻛ َو ﻢ َھ ِﺬِه َﺷ ُﺗﺎ ُﻜ َﻗ ﻢ َلﺎ َو َﺻ َﻨْﻌ َﺖ َﻛْﯿ َﻒ َﻗ َلﺎ َﻓ َﺤ َﺪْﺛ ُﺘُﮫ َﺤﻟا ِﺪْﯾ َﺚ َﻓَﻘ َلﺎ ﱠﻠﻟا ُﮭ ﱠﻢ َﺑ ِرﺎ ْك َﻟُﮫ ِﻓ َﺻ ﻲ ْﻔَﻘ ٍﺔ َﯾِﻤ ْﯿِﻨ ِﮫ َﻓَﻠ َﻘْﺪ َر َأْﯾ َﺘِﻨ َأ ﻲ ِﻗ ُﻒ ِﺑَﻜ َﻨ َﺳﺎ ِﺔ ُﻜﻟا ْﻮ َﻓِﺔ َﻓَﺎ ْر َﺑ ُﺢ َأ ْر َﺑِﻌ ْﯿ َﻦ َأْﻟ ًﻔ َﻗ ﺎ ْﺒ َﻞ َا ْن َأ ِﺻ َﻞ ِإَﻟ َأ ﻰ ْھِﻠ ﻲ َو َﻛ َنﺎ َﯾ ْﺸ َﺘ ِﺮ َﺠﻟا ى َﻮ ِرا َي َو َﯾِﺒ ْﯿ ُﻊ

Nabi pernah ditawarkan kambing dagang. Lalu beliau memberikan satu dinar kepadaku. Beliau bersabda, “Hai Urwah, datangi pedagang hewan itu, belikan untukku satu ekor kambing.'Aku mendatangi pedagang tersebut dan menawar kambingnya. Akhirnya aku berhasil membawa dua ekor kambing. Aku kembali dengan membawa kedua ekor kambing tersebut –dalam riwayat lain- menggiring kedua kambing itu. Di tengah jalan, aku bertemu seorang lelaki dan menawar kambingku. Kujual satu ekor kambing dengan harga satu dinar. Aku kembali kepada Nabi dengan membawa satu dinar berikut satu ekor kambing. Aku berkata 'Wahai Rasulullah! Ini kambing Anda dan ini satu dinar juga milik Anda! Beliau bertanya, "Apa yang engkau lakukan?'Aku menceritakan

37

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 141.


(58)

semuanya. 'Beliau bersabda, 'Ya Allah, berkatilah keuntungan perniagaanya.' Kualami sesudah itu bahwa aku pernah berdiri di Kinasah di Kota Kufah, aku berhasil membawa keuntungan empat puluh ribu dinar sebelum aku sampai kerumah menemui keluargaku".38

8. Penetapan Harga Jual Murabahah yang Efisien

Bank-bank syariah pada umumnya telah menggunakan

murabahah sebagai model pembiayaan yang utama. Praktek pada bank syariah di Indonesia, portofolio pembiayaan murabahah mencapai 70-80%. Kondisi demikian ini tidak hanya di Indonesia, namun juga terjadi pada bank-bank syariah, seperti di Malaysia, Pakistan.

Sejumlah alasan diajukan untuk menjelaskan popularitas murabahah

dalam operasi investasi perbankan syariah: (i) murabahah adalah suatu mekanisme investasi jangka pendek. dan dibandingkan dengan sistem bagi hasil (musyarakah dan mudharabah), cukup memudahkan; (ii) mark-up

dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga memastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan yang sebanding dengan keuntungan bank-bank berbasis bunga yang menjadi saingan bank-bank syariah; (iii) murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis dengan sistem bagi hasil; dan (iv) muraba ha h t idak me mu ngk inkan bank-ba nk s yar ia h unt uk menca mpur i manajemen bisnis, karena bank bukanlah mitra sinasabah, sebab hubungan mereka dalam murabahah adalah hubungan antara kreditur dan

38

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 141.


(59)

debitur.

Berdasarkan kondisi dan alasan praktek murabahah dibank syariah, maka ada semacam "kecaman" atau penilaian masyarakat terhadap praktek bank syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional (bank bunga). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh BI menunjukan bahwa 15% responden menilai bank syariah tidak ada bedanya dengan bank konvensional, "hanya beda bungkusnya" kalangan awam juga menilai bahwa bank syariah dalam mengambil keuntungan lebih besar dibandingkan dengan bank konvensional.39

Kondisi inilah yang harus dicarikan solusinya. Karena selama ini kalangan awam menilai yang namanya lembaga syariah selalu identik dengan harga murah. Sehingga jika terjadi penjualan barang oleh bank syariah dengan harga lebih tinggi dibanding harga jual bank tidak syariah, maka bank syariah dinilai lebih tidak islami. Padahal, suatu ketika memang bisa terjadi demikian adanya. Oleh karena itu, perlu kiranya dicarikan kemasan produk murabahah yang memberikan keuntungan secara adil antara pihak bank syariah dengan nasabah peminjam murabahah. Bagaimana kemasan murabahah dapat adil?

Bank syariah harus tidak hanya menjadikan tingkat suku bunga sebagai rujukan dalam penentuan harga jual (pokok+margin) produk

39

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 142.


(60)

murabahah. Cara penetapan margin yang hanya mengacu pada suku bunga merupakan langkah sesat sekaligus menyesatkan dan lebih berat lagi dapat merusak reputasi bank syariah. Dalam prakteknya, barangkali tingginya margin yang diambil oleh pihak bank syariah adalah untuk mengantisipasi naiknya suku bunga dipasar atau inflasi. Sehingga kalau terjadi kenaikan suku bunga yang besar, maka bank syariah tidak mengalami kerugian secara riil, namun demikian apabila suku bunga dipasar tetap stabil atau bahkan turun, maka margin murabahah akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pada bank konvensional.40

Dengan penetapan margin keuntungan murabahah yang tinggi ini, secara tidak langsung bahkan akan dapat menyebabkan inflasi yang lebih besar daripada yang disebabkan oleh suku bunga. Oleh karena itu, perlu dicari format atau formulasi yang tepat, agar nilai penjualan dengan

murabahah tidak mengacu pada sikap mengantisipasi kenaikan suku bunga selama masa pembayaran cicilan. Karena, me ngka it ka n ma rgin

keu nt ung a n mu rabaha h de ng a n bu nga p erba nka n konvensional, baik diatasnya maupun di bawahnya, tetaplah bukan cara yang baik.

Sebaiknya, penetapan harga jual murabahah dapat dilakukan dengan cara Rasulullah ketika berdagang. Dalam menentukan harga penjualan, Rasul secara transparan menjelaskan berapa harga belinya, berapa biaya yang telah

40

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 142.


(61)

dikeluarkan untuk setiap komoditas dan berapa keuntungan wajar yang diinginkan. Cara yang dilakukan oleh Rasulullah ini dapat dipakai sebagai salah satu metode bank syariah dalam menentukan harga jual produk murabahah.41

Dengan demikian, secara matematis bentuk formula dalam menentukan harga jual (p) barang pada akad murabahah yang dilakukan oleh perbankan syariah seharusnya hanya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu, harga dasar pembelian dari penyalur utama (x), biaya yang harus tertutupi (y), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh pihak bank dan nasabah (z).

p = x + y + z . . . (1)

Bia ya yang harus tertutupi (y), atau nila i yang dikeluarkan untuk meng had irkan bara ng t ersebut sampa i kepada nasaba h, didapat kan dari perhitungan rasio antara harga dasar pembelian (x) dan total target pembiayaan tahun berjalan yang dianggarkan oleh bank syariah (v) yang kemudian dikalikan dengan biaya operasional rata-rata tahun berjalan yang telah dianggarkan (c). Besarnya nilai total target pembiayaan tahun berjalan (v) dan rata-rata biaya operasio nal tahun berjalan (c)

bisa didapatkan dari hasil Rapat Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) bank syariah pada tahun terkait. Sehingga,

41

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN), h. 142.


(62)

= + x

v . c + z ……. ………. ( 2)

Dengan formula ini, penentuan harga jual barang pada akad

murabahah akan terbebas dari pengaruh fluktuasi suku bunga dan konsep cost of fund. Dan karena tingkat marjin tidak didefinisikan dengan persentase, maka tidak diperlukan lagi metode flat rate dalam perhitungan cicilannya, serta pemisahan antara cicilan pokok dan cicilan marjin yang diambil oleh bank. Semua telahberada dalam satu nilai saja, yaitu harga jual.

Kemudian berdasarkan formula (2), marjin (m) yang dapat diterima oleh bank adalah,

= x

v . c + z ……. ………. ( 3)

Sehingga komponen yang mempengaruhi besar kecilnya marjin yang akan diterima oleh bank (m) adalah harga dasar pembelian (x), total target pembiayaan tahun berjalan yang dianggarkan oleh bank syariah (v), biaya operasional rata-rata tahun berjalan yang telah dianggarkan (c), dan keuntungan wajar yang disepakati oleh pihak bank dan nasabah (z).42

42

http://images.statistician81.multiply.multiplycontent.com/Memperluas%20Pasar%20Bank% 20Syariah%20Dengan%20Formula%20Baru%20akad%20Murabahah. pdf di akses pada 7 januari 2011.


(63)

51

BAB III

GAMBARAN UMUM BMT PRIMA SYARIAH

A. Latar Belakang BMT Prima Syariah

BMT Prima Syariah yang merupakan unit usaha dari KOPERASI KARYAWAN PRIMA UTAMA PT. PRIMAPER TRADEA UTAMA resmi berdiri pada tanggal 03 Oktober 2003 dengan No. Badan Hukum Koperasi: 332/BH/MENEG.I/IV/2004 TGL: 06 APRIL 2004 namun demikian, kami telah melakukan aktifitas operasional pada tanggal 01 Mei 2003.1

Kegiatan usaha BMT Prima Syariah pada awal pendirian lebih berorientasi pada bengkel-bengkel per yang merupakan pelanggan dari PT. PRIMAPER TRADEA UTAMA dalam upaya mensinergikan usaha-usaha yang terkait agar dapat terus berjalan dan berkembang dengan sehat. Namun demikian BMT Prima Syariah mulai terbuka untuk umum dengan diadakannya Launching BMT Prima Syariah pada tahun 2004.2

B. Tujuan, Visi, Misi, Motto dan Budaya Tujuan

o Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin (Sesuai syariah, tidak

mengandung unsur-unsur mudharat bagi pihak-pihak terkait, dan memberikan manfaat dunia dan akhirat)

1

Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun Buku 2009, h. 1

2

Riwayat Singkat Unit Usaha BMT Prima Syariah dalam Laporan Usaha Kopkar Prima Utama Tahun Buku 2009, h. 2


(1)

DAFTAR LAMPIRAN Transliterasi Wawancara

Nama Interviewee : Budi Sutyarso

Jabatan : Menjabat sebagai Kepala Bagian Account Officer BMT Prima Syariah dan bergabung dengan BMT Prima Syariah sejak 2004.

Tanggal & Waktu : Rabu, 12 Januari 2011

Lokasi Wawancara : Kantor BMT Prima Syariah Ruangan Bapak Budi Sutyarso 1. T :

“Bagaimana mekanisme pembiayaan sistem murabahah di BMT Prima Syariah dan untuk siapa pembiayaan murabahah itu disalurkan?”

J :

“Jadi, Pada prinsipnya pembiayaan di BMT Prima Syariah yang berdasarkan sistem murabahah memiliki beberapa ketentuan, salah satunya adalah berdasarkan dengan yang namanya akad. Seperti yang kita ketahui, pembiayaan murabahah tuhkan pembiayaan dengan dasar akadnya jual beli. Kami mengartikan yang dimaksud dengan akad murabahah di BMT Prima Syariah adalah akad pembiayaan dengan sistem jual beli dimana BMT Prima Syariah dengan anggota/nasabah melakukan kesepakatan harga jual, yang tentunya tidak terlepas dari rukun jual beli yang ada dalam islam.


(2)

Jadi mekanismenya tuh seperti ini, awalnya pemohon datang ke BMT Prima Syariah terus membicarakan maksud kedatangannya untuk minjem, dari situ tuh orang menyerahkan foto copy KTP (identitas).

Kemudian BMT Prima Syariah tidak langsung mengabulkannya, tetapi BMT memberi waktu kepada orang tersebut untuk datang lagi. biasanya disuruh balik lagi waktunya sekitar 12 hari setelah dia meminta pinjaman. Oleh BMT digunakan survey dimana tempat tinggal pemohon untuk menentukan layak tidaknya si pemohon untuk menerima pinjaman, maka BMT akan memanggil si pemohon tersebut lewat surat pemanggilan, dan jika kalau misalkan layak untuk menerima/sudah mampu, pihak BMT Prima Syariah akan memberi formulir kepada pemohon untuk mengisi surat perjanjian (akad).

Di formulir akad tersebut tercantum didalamnya beberapa hal: satu, waktu pelaksanaan murabahah, kedua kehadiran kedua belah pihak yang melakukan akad murabahah.

Beberapa hal yang musti dilakukan oleh kedua belah pihak yang berakad adalah:

a. Persetujuan pemberian pembiayaan dengan akad murabahah kepada orang yang meminta pembiayaan.

b. Kewajiban debitur untuk melunasi pembiayaan sesuai dengan angsuran yang disepakati.


(3)

c. Memberikan keuntungan (margin) kepada pihak BMT sesuai dengan kesepakatan. Biasanya juga, kalau ada sesuatu yang belum diatur dalam akad murabahah akan diatur berdasarkan musyawarah kedua belah pihak. Setelah terjadi akad murabahah dan pihak pemohon telah mengisi formulir yang disediakan, kemudian formulir tersebut ditandatangani oleh kedua belah pihak dan disaksikan oleh dua orang saksi. Jadi akad murabahah yang dilakukan di BMT ini adalah secara lisan dan tertulis berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak yang berakad yaitu BMT dan orang yang meminta dana dan disaksikan oleh dua orang saksi. Pembiayaan murabahah yang dilakukan di BMT Prima syariah adalah merupakan pembiayaan dengan sistem jual beli. Dalam pembiayaan ini BMT, fungsinya hanya sebagai penyedia dana yang membelikan dahulu barang yang dibutuhkan oleh anggota dari pemasok (supplier), lalu BMT menjual barang itu kepada anggota dengan menetapkan harga beli barang ditambah keuntungan (margin) yang telah disepakati antara BMT dengan anggota. Lalu penyerahanan barangnya dilakukan pemasok (supplier) kepada anggota/nasabah.

Syarat-syaratnya yang harus dipenuhi biasanya: a. Foto copy KTP suami istri

b. Foto copy Surat nikah

c. Foto copy KK (Kartu Keluarga) d. Foto copy BPKB


(4)

e. Foto copy STNK, dan Nota Pajak f. Usaha yang bagus

2. T :

“Ketentuan – ketentuan apa saja yang diperlukan dalam pelaksanaan akad pembiayaan murabahah?”

J :

“Biasanya kita harus memahami rumus-rumus 5 C yang sudah sering ada di buku itukan;

1. Character 2. Capacity 3. Capital 4. Colateral 5. Condition

Selain itu, kami juga menetapkan plafond pembiayaan yang akan kami lakukan, biasanya untuk nasabah yang baru, plafondnya 1-5 juta rupiah, untuk nasabah yang sudah pernah meminjam di sini plafondnya bisa sampai 5-10 juta rupiah, dan untuk nasabah yang emang sudah bener-bener lama atau langganan gitu, kami berani antara 10-15 juta rupiah.

3. T :


(5)

(P x m) + (P / j)

J :

“Metode penentuan harga jual murabahah di BMT ini menggunakan metode keuntungan flat, jadi perhitungan marjin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan dilakukan secara tetap dari satu periode keperiode lainnya.

Kami punya rumus untuk penentuan harga jual ini, yaitu:

P = Jumlah pembiayaan m = Margin keuntungan/bln j = Jangka waktu pembayaran

Rumus ini yang kami pakai dalam menentukan harga jual. Istilah P, m, j dan lain-lain seperti :

Sp = Sisa Pembiayaan Ap = Angsuran Pokok Am = Angsuran Marjin


(6)