Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul Hasan Pada Sejumlah Bmt
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
AHMAD FAUZI
NIM: 109046100010
KONSENTRASI
PERBANKAN SYARI’AH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435H/2014M
(2)
(3)
SEJUMLAH
BMT
telah diujikan dalam Sidang N{unaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 16Januari 2AA. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjaria Ekonomi Syariah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, I 6 Januari 2014 ahui,
Itas S dan Hukum
,o
z--,in Suma 550505 198203 1 012
PANITIA
Ketua
UJIAN
: Dr. Euis Amalia. M.Ag NIP. r9710701 199803 2002
: Mu'min Rouf. MA
NIP. 19700416 199703 1 004
: Asep Saepudin.Iahar. MA. Ph.D NIP. 19691216 199603 I 00t
: Dr. H. Sumuran Harahap. M.Ag. NrP. 19530320 197903
I
002: Afwan Faizin. MA
NrP. 19721026 2003t21 001
Sekretaris
Pembimbing
Penguji I
Penguji II
,... . . ...)
t -*t7.
e/t
/'
(4)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
Skripsi
ini
merupakan hasil karya asli saya sendiri yang diajikan untuk memenuhi salah satu persyaratan memfer,lleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Semua sumber yang saya gUnakan dalam penulisan ini telah saya canfumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi
yang berlaku di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.Jakarta" Januari 2014
1.
a J.
(5)
i
NIM : 109046100010
Program Studi : Muamalat
Judul : Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul Hasan pada Sejumlah BMT
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) pada dasarnya mempunyai 2 fungsi yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Akan tetapi BMT lebih tertarik menyalurkan pembiayaan yang sifatnya komersil atau pembiayaan tamwil. Karena pembiayaan
baitul maal atau qardhul hasan dianggap sebagai produk yang sulit mendapatkan
keuntungan yang sifatnya tolong menolong. Pengelolaan dana maal disetiap BMT
berbeda-beda, khususnya pembagian dana qardhul hasan. Karena disetiap BMT
mempunyai pemasukan dan pengeluaran yang berbeda. Tugas BMT adalah mengelolanya dan menyalurkannya agar tepat sasaran. Maka dari itu perlu adanya kebijakan untuk membagi berapa persentase dana yang dialokasikan untuk
pembiayaan qardhul hasan pertahunnya. Permohonan kembali pembiayaan qardhul
hasan juga perlu di cermati jika mitra sudah berkembang usahanya dan bisa mandiri. Maka dari itu perlu adanya kebijakan dari BMT untuk memberikan kembali
pembiayaan dana qardhul hasan atau merubahnya ke pembiayaan tamwil yang
sifatnya komersil.
Metodologi penelitian yang dipakai menggunakan metode kualitatif deskripstif. Yaitu dengan melakukan penelitian kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data melalui sumber tertulis. Penelitian lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara dengan pimpinan atau staf yang bertanggung jawab atas program pembiayaan qardhul hasan sehingga mendapat data-data yang akurat yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
Kata kunci: Baitul Maal wa Tamwil (BMT), Pembiayaan dan Qardhul Hasan
(6)
ii
Alhamdulillahi rabbil al-‘alamin, segala puji dan syukur tak hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala nikmat dan anugerah, sehingga skripsi yang berjudul: “Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul Hasan Pada Sejumlah BMT” dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya sampai akhir zaman.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis menyadari bahwa tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin memberikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesaar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak Mu’min Rauf, MA, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat Perbankan Syariah yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyikapi skripsi ini.
(7)
iii
4. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi pustaka.
5. Kedua orang tuaku Ayahanda Naswan Hamzah dan Ibunda Atikah yang telah
memberikan segalanya dan do’a restunya dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kakak-kakak ku yang kusayangi Nurlailah SE, Eri Cahyo Widodo SE,
Nasrulloh SE,Sy, Nurazizah S.Pdi, Syafrizal yang banyak memberi masukan kepada penulis dan keponakanku Jeehan Kirana Suci dan Naura Syifa Maulida.
7. Para pimpinan dan staff BMT Ta’awun, BMT Al Azhar dan BMT Al Kariim yang telah bersedia menjadi objek penelitian dan meluangkan waktunya untuk pengambilan data dan wawancara.
8. Teman-teman PSA’2009 yang banyak membantu memberikan masukan, saran
dan kritik kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
9. Teman-teman Daarul Muta’allimin Group dan Keluarga besar BEKSI
Tradisional H. Hasbulloh khususnya guru besar Bapak Sabenuh Masir yang
telah memberikan pengertian, semangat dan do’a kepada penulis agar cepat
(8)
iv
Semoga amal baik dan jasa yang telah diberikan para pihak kepada penulis diterima oleh Allah SWT dan diberikan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam karya ilmiah ini, besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kita. Amin.
Jakarta, Januari 2014
(9)
v HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR ……… ii
DAFTAR ISI ……… v
DAFTAR GAMBAR ……… viii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Identifikasi Masalah ……… 8
C. Rumusan Masalah ……… 8
D. Tujuan dan Manfaat ……… 9
E. Review Studi Terdahulu ……… 10
F. Kerangka Teori dan Konseptual ……… 16
(10)
vi
A. Konsep Pembiayaan ……… 23
1. Pengertian Pembiayaan ……… 23
2. Prinsip-Prinsip Pembiayaan ……… 24
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan ……… 25
B. Konsep Qardhul Hasan ………... 27
1. Pengertian Qardhul Hasan ……… 27
2. Landasan Syariah ……… 29
3. Rukun dan Syarat ……… 32
4. Sumber Dana ……… 33
5. Aplikasi dalam Lembaga Keuangan ……… 34
6. Manfaat Qard ……… 34
7. Ketentuan Qard ……… 35
C. Konsep Manajemen/Pengelolaan ……… 36
1. Pengertian Manajemen ……… 36
2. Sarana Manajemen ……… 36
3. Fungsi Manajemen ……… 37
BAB III : Gambaran Umum Tentang BMT A. Pengertian Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ……… 40
(11)
vii
………
E. Struktur Organisasi ……… 45
F. Status BMT ……… 46
G. Produk-Produk BMT ……… 47
H. Kesehatan BMT ……… 52
BAB IV : Pengelolaan Qardhul Hasan di BMT A. BMT Ta’awun ……… 54
B. BMT Al Azhar ……… 60
C. BMT Al Kariim ……… 66
BAB V : Penutup A. Kesimpulan ………... 71
B. Saran ……… 72
DAFTAR PUSTAKA
(12)
viii
Kerangka Berpikir ………. 19
Gambar 3.1
Struktur Organisasi BMT(Sederhana) ………. 45
Gambar 3.2
Cara Kerja Perputaran Dana BMT ………. 49
Tabel 4.1
(13)
1
Keadaan ekonomi pada zaman sekarang ini sangatlah kompetitif. Manusia bekerja mencari nafkah sehari-hari untuk menghidupi kebutuhan hidup di dunia. Dan manusia juga harus mempersiapkan bekal hidupnya di kemudian hari nanti. Segala resiko yang akan terjadi nantinya tidak bisa di hindari namun bisa di minimalisir. Semua orang sadar akan kebutuhannya nanti di kemudian hari yang sangat penting, dengan demikian orang akan berlomba-lomba untuk menabung dan berinvestasi. Untuk bisa menabung dan berinvestasi, seseorang harus berusaha kerja keras dengan berusaha menjadi karyawan atau menjadi wirausaha. Untuk memulai suatu usaha pastinya memerlukan modal yang cukup. Dan untuk mendapatkan modal bisa melalui pinjaman orang pribadi atau dengan meminjam ke lembaga formal atau lembaga non formal. Dengan cara ini lah seseorang akan mendapatkan penghasilan untuk mengumpulkan bekal di kemudian hari. Dukungan regulasi dan fasilitas pemerintah sangat diperlukan bagi tumbuh kembangnya usaha rakyat berbasis syariah, ini sehingga ketimpangan pendapatan dapat segera diatasi dalam tempo yang tidak terlalu lama.1
Banyak bank-bank yang tersebar di seluruh Indonesia, namun pada kenyataannya belum mampu menyentuh masyarakat kalangan menengah ke bawah.
1
Euis Amalia, Transformasi Nilai-Nilai Ekonomi Islam , Jurnal Iqtishad, vol. 1, no. 1 (Februari 2009), h.106.
(14)
Masyarakat lapisan bawah pada umumnya nyaris tidak tersentuh oleh (undeserved) dan tidak dianggap memiliki potensi dana oleh lembaga keuangan formal, sehingga
menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi terhambat pada tingkat subsistensi saja.2
Faktanya, mayoritas UKM dan masyarakat terjebak pada money lender (rentenir)3
karena mungkin saja dana yang di butuhkan tidak terlalu banyak.
Perbankan syariah di Indonesia keberhasilannya tidak bisa lepas dengan adanya Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS). Penyaluran dana untuk pembiayaan mikro di salurkan melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS), diantaranya Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan Koperasi. Saat ini LKS banyak dilirik sebagai jawaban atas masalah kemiskinan dan pengangguran sebab seperti telah terbukti dibeberapa negara islam
misalnya Banglades dengan Grameen Banknya yang terkenal.4
BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al maal
al tamwil. Baitul maal dan baitul tamwil menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan
syariah.5 BMT didirikan dalam bentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) atau
Koperasi. Hingga akhir 2012 ini, sudah ada 3.900 BMT. Sebanyak 206 di antaranya
2
Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h.125.
3 Euis Amalia,
Keadilan Distributif Dalam Ekonomi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) hal.68
4
Djawahir Hejazziey, Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM) Melalui Lembaga Keuangan Syariah(LKS) Untuk Mengentaskan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran , Jurnal Iqtishad, vol. 1, no. 1 (Februari 2009), h.121.
5
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta: Ekonisia, 2007), h.96.
(15)
bergabung dalam asosiasi BMT seluruh Indonesia.6 Pada 2005 seluruh aset 96 BMT yang menjadi anggota asosiasi mencapai Rp 364 miliar. Pada 2006, aset tumbuh menjadi Rp 458 miliar, dan hingga akhir 2011 jumlah aset mencapai Rp 3,6 triliun dari 206 BMT yang bergabung di asosiasi.7 Beberapa BMT memiliki kantor pelayanan lebih dari satu. Jika di tambah faktor mobilitas yang tinggi dari para
pengelola BMT untuk “jemput bola”, maka sosialisasi keberadaan BMT tealah
masif.8 Wilayah operasionalnyaa pun sudah mencakup daerah perdesaan dan perkotaan, di pulau jawa dan luar jawa.
Secara kelembagaan BMT di dukung oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Dalam prakteknya, PINBUK menetaskan BMT, dan pada gilirannya
BMT menetaskan usaha kecil.9 UU yang terkait dengan keberadaan BMT
dianataranya adalah UU no. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, UU no. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian dan UU no. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Selain itu berhubungan dengan semua UU tersebut, maka UU no. 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga perlu diperhatikan oleh BMT, mengingat dalam UU LKM mengaitkan LKM termasuk BMT dengan OJK. Selama ini BMT harus juga dijalankan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KepMen) no. 91 tahun 2004 tentang
6 Aset BMT Tumbuh Signifikan ,
Artikel di akses pada 30 April 2013 dari
http://www.tempo.co/read/news/2012/11/07/089440268
7
Ibid
8 Islamic Mikrofinance di Indonesia ,
Sharing edisi 47 (November 2010), h.24.
9
M. Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial-Ekonomi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal.431.
(16)
Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).10 Penggunaan dana hukum kelompok swadaya masyarakat dan koperasi untuk BMT ini di sebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga keuangan formal yang di jelaskan UU. No. & tahun 1992 dan UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan. Kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 yang memberikan landasan operasi yang lebih jelas bagi perbankan syariah sehingga telah memiliki
landasan yuridis dan legitimasi yang kuat. Meskipun dalam undang-undang tersebut
tidak disebutkan sebagai suatu jenis bank tersendiri disamping bank umum dan BPR, tetapi suatu bank umum atau BPR boleh melakukan usahanya tidak berdasarkan atas bunga tetapi berdasarkan prinsip syari’ah.11
BMT sangatlah berbeda dengan BPRS karena legalitas BMT ada di bawah tanggung jawab Departemen Koperasi dengan asas kekeluargaan dikelola secara bersama, sedangkan BPRS di bawah tanggung jawab PT yang diakui atau direkomendasikan BI. BMT tidak diaudit oleh BI,
sedangkan BPRS diaudit oleh BI dan Menkeu.12
Salah satu pengertian BMT adalah Baitul al-mal. Baitul mal adalah bagian
dari kegiatan BMT yang di jalankan tanpa mencari keuntungan yang sifatnya sosial. 13
BMT berfungsi sebagai pengemban amanah, serupa dengan amil zakat,
10
BMT Dikepung Oleh Undang-Undang , Artikel di akses pada 1 Mei 2013 dari
http://abiaqsa.blogspot.com/2013/03/bmt-dikepung-oleh-undang-undang.html
11
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta, Pustaka Utama Grafiti, 1999), h.121.
12Subandikot. Kenapa BMT Belum Mau Jadi Bank Syariah ,
Artikel di akses pada 1 Mei 2013 dari http://ib.eramuslim.com/2010/01/22/kenapa-bmt-belum-mau-jadi-bank-syariah/
13
(17)
menyalurkan dana langsung kepada pihak yang berhak dan membutuhkan. Sumber dananya berasal dari zakat, infak dan sedekah, serta dari bagian laba BMT yang
disisihkan untuk tujuan dari baitul mal. Imam Al-Ghazali dalam al-Mustasyfa
mengemukakan bahwa tujuan utama syariah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia yang terletak pada pemeliharaan iman, hidup, akal, keturunan
dan harta.14 Hal ini sesuai dengan fungsi BMT yaitu memberdayakan masyarakat.
Tugas BMT di atas sudah jelas untuk membantu mengelola dana zakat, infaq dan sedekah. Tetapi terkadang dana zakat yang di kumpulkan di kampung-kampung tidak di kelola dan di salurkan dengan baik. Misalnya ada penumpukan dana di Amil atau Mustahik mendapat bagian sangat berlebih karena tidak di kelola dengan baik dan penyalurannya tidak merata. Penyaluran zakat yang dilaksanakan masyarakat hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mendasar dan sesaat (konsumtif). Alokasi penggunaan dana zakat yang diterima oleh Mustahik tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Sebagai salah satu contoh ada satu kasus disalah satu Lembaga Amil Zakat, dimana Mustahik menerima bagian zakat fitrahnya berupa
beras, ternyata dijual kembali dan dibelikan minuman keras.15 Pengelolaannya ini
tidak di sertai target adanya kemandirian sosial maupun kemandirian ekonomi misalnya zakat di salurkan dengan begitu saja sehingga Mustahik menjadi konsumtif bahkan ada yang ke arah konsumsi negatif.
14 Institut Bankir Indonesia,
Konsep Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah,
(Jakarta: Djambatan, 2003), h.11.
15
(18)
Sifat zakat ada 2 yaitu bersifat konsumtif dan bersifat produktif. Zakat yang bersifat konsumtif adalah zakat yang di berikan hanya 1 kali. Sesuai dengan penjelasan UU No. 38 tahun 1999 pasal 28. Mustahik delapan asnaf ialah fakir, miskin, mualaf, riqob, garimin, fisabilillah, dan ibnu sabil. Sedangkan zakat yang bersifat produktif dapat diberikan apabila kebutuhan mustahik yang delapan sudah terpenuhi dan terdapat kelebihan. Adapun pendayagunaan dana zakat, infak, sedekah, hibah, wasiat, waris, dan kafarat di utamakan untuk usaha yang produktif agar
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.16
Dana zakat yang bersifat produktif seperti yang telah di jelaskan di atas biasa
disebut dana qardul hasan atau pinjaman lunak yang di berikan kepada mustahik.
Salah satu ciri istimewa di lembaga keuangan syariah adalah tersedianya fasilitas
kredit kebaikan (Al-Qardh Al-Hasan) yang diberikan secara cuma-cuma.17 Pengertian
qardul hasan sendiri yaitu pemberian harta kepada orang lain yang dapat di tagih atau
di minta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.18
Dalam ilmu ekonomi, qardhul hasan bisa disebut juga dengan pinjaman lunak.
Karena sesuai dengan konsep pemberdayaan maka aktivitas sosial (non profit
oriented) seperti pengorganisasian dan penguatan kelompok di tingkat komunitas
16
Didin Hafiduddin, Problematika Kontemporer Arkulasi Proses Politik Bangsa. (Jakarta: Forum Zakat, 2003), hal. 95.
17 Muhammad,
Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h.128.
18Syafi’I Antonio,
(19)
(jamaah) menjadi langkah awal sebelum masuk pada aktivitas yang mendatangkan
profit (seperti pinjaman/pembiayaan).19
Setiap tahunnya BMT mendapatkan dana zakat, infaq dan sedekah. Tugas BMT adalah mengelolanya dan menyalurkannya agar tepat sasaran. Di setiap BMT mempunyai pemasukan dan pengeluaran yang berbeda-beda. Maka dari itu perlu adanya kebijakan untuk membagi berapa persentase dana yang di alokasikan untuk
pembiyaaan qardhul hasan tersebut. Misalnya saja pada Bank Syariah Mandiri, sejak
tahun 2000 pembiayaan UKM selalu berada diatas kisaran 50% dari total pembiayaan
dan terus meningkat disetiap tahunnya.20 Dengan memberikan pembiayaan ini,
pergulatan usaha mikro, kecil dan menengah dalam mengembangkan usaha terutama
yang kesulitan mendapatkan modal kerja akan teratasi.21 Jadi mitra dan BMT
sama-sama berkembang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mencoba untuk membahas lebih
rinci, sejauh mana kinerja BMT dalam menganggarkan dana qardhul hasan dari
keseluruhan dana maal. Hal tersebut yang akan dituangkan dalam sebuah karya
19
Baiha i Abdul Majid, Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Di Pedesaan Melalui BMT Dan
Koperasi , Artikel di akses tanggal 30 April 2013
http://darussalambengkulu.wordpress.com/2012/06/17/pemberdayaan-ekonomi-rakyat-di-pedesaan-melalui-bmt-dan-koperasi-syariah/
20
Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h.131.
21 Djawahir Hejazziey, Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah(UMKM)
melalui Lembaga Keuangan Syariah (LKS) untuk mengentaskan Kemiskinan dan Pengurangan Pengangguran . Jurnal Iqtishad, vol. 1, no. (1 Februari 2009), h.125.
(20)
ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul: “Evaluasi Pengelolaan Dana Qardhul Hasan pada Sejumlah BMT”.
B. Identifikasi Masalah
1. Berapa persentase pembagian untuk pembiayaan qardhul hasan dari keseluruhan
dana ZIS?
2. Berapa lama jangka waktu mitra untuk menggunakan pembiayaan qardhul
hasan?
3. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra terlambat mengembalikan dana qardhul
hasan?
4. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra tidak bisa mengembalikan dana qardhul
hasan?
5. Bagaimana jika mitra ingin meminjam kembali dengan dana yang besar untuk
pengembangan usahanya?
6. Apakah bisa terjadi perubahan akad jika mitra ingin meminjam kembali dengan
dana yang besar? C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan BMT Ta’awun, BMT Al Kariim dan BMT Al Azhar
menganggarkan berapa besar persentase untuk pembiayaan qardhul hasan dari
(21)
2. Bagaimana kebijakan BMT Ta’awun, BMT Al Kariim dan BMT Al Azhar
melayani mitra pengguna dana qardhul hasan yang ingin meminjam modal
kembali untuk pengembangan usahanya? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan
1. Mengetahui pengelolaan dana qardhul hasan di BMT.
2. Mengetahui kebijakan yang di lakukan BMT untuk penganggaran dana
qardhul hasan.
3. Mengetahui kebijakan BMT jika mitra ingin meminjam modal lagi untuk
pengembangan usahanya yang dahulu menggunakan dana qardhul hasan.
Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan untuk:
1. Manfaat Akademis
Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi civitas
akademik pendidikan khususnya dalam hal pengelolaan dana qardhul
hasan di BMT terhadap usaha masyarakat pada BMT tersebut. Dan juga sebagai masukan serta referensi bagi pihak-pihak yang melakukan penelitian serupa. Selain itu, menjadi bahan kajian atau pemikiran bagi lembaga keuangan non bank khususnya pada pengembangan pembiayaan Qardhul Hasan di setiap BMT.
(22)
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Menambah Ilmu tentang pengelolaan dana qardhul hasan di
setiap BMT, dan untuk memperluas pengetahuan di dunia kerja khususnya dilembaga keuangan yang berbasis syariah, sehingga kedepan mampu memberikan kontribusi pada dunia keuangan syariah.
b. Bagi BMT
Dapat dijadikan pertimbangan BMT dalam mengambil keputusan untuk pemberian pembiayaan, khususnya dalam pemberian
pembiayaan Qardhul Hasan sehingga kedepan dapat lebih
berkembang
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi yang lengkap mengenai BMT kepada masyarakat, khususnya pengusaha kecil dalam mengambil keputusan untuk memperoleh modal. Sehingga dikemudian hari masyarakat tergerak untuk menggunakan pembiayaan
dana Qardhul Hasan, serta meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan BMT di tanah air. E. Review Studi Terdahulu
Dalam penelitian atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang berkaitan dengan penelitian yang kita jalankan sekalipun arah tujuan yang di teliti berbeda.
(23)
Dari penelitian ini penulis menemukan beberapasumber kajian lain yang telah lebuh
dahulu membahas terkait dengan Qardhul Hasan, diantaranya adalah:
No Nama Penulis/ Judul skripsi, jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
1 M. Syahrul Munir
/ Efektivitas
Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Dana
Qardhul Hasan di
BMT El-Syifa
Ciganjur /
Fakultas Syariah
dan
Hukum-Muamalat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
Skripsi ini menjelaskan
tentang pola
pemberdayaan
masyarakat, prospek
pembiayaan qardhul
hasan dan tingkat
efektifitas.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif
deskritif dengan
analisis SWOT.
Hasil penelitian adalah
bermanfaat bagi
masyarakat, dalam
Penulis meneliti tentang
pembagian persentase
untuk pembiayaan
qardhul hasan dan
kebijakan BMT jika ada
mitra yang ingin
meminjam modal
kembali untuk
memperbesar usahanya.
Metodelogi penelitian
(24)
analisis SWOT berada pada posisi kuadran I,
yaitu menandakan
organisasi kuat dan
memiliki peluang,
tingkat efektivitasnya sebesar 86%, dan jika
disesuaikan dengan
criteria tingkat
efektifitas, maka
berada pada kuadran I yaitu berjalan sangat efektif
No. Nama Penulis/ Judul skripsi, jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
2 Arif Apriansyah /
Studi Analisis
Terhadap Kinerja
Badan Amil
Jurnal ini menjelaskan
tentang usaha dan
penghimpunan dana
zakat dan
Penulis meneliti tentang
pembagian persentase
untuk pembiayaan
(25)
Zakat(BAZ) Kota
Bogor dalam
meningkatkan
Jumlah Usaha
Produktif Para
Mustahiq.
Al-Infaq Jurnal
Ekonomi Islam,
Prodi Ekonomi
Islam, Fakultas
Agama Islam,
Universitas Ibn
Khaldun Bogor.
meningkatkan jumlah
usaha produktif
mustahiq.
Metodologi penelitian
adalah kualitatid
deskritif.
Yang kesimpulan
akhirnya adalah kinerja
cukup baik dalam
kegiatan fundraising
dan ZIS, kinerja
pendistribusian dan
ZIS melalui program
TAREKAT sangat
rendah
kebijakan BMT jika ada
mitra yang ingin
meminjam modal
kembali untuk
memperbesar usahanya.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif deskritif
No. Nama Penulis/ Judul skripsi, jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dengan
(26)
3 Maria Ulfa / Efektifitas
Pembiayaan
Dana Qardhul
Hasan Pada BMT
Bina Ummat
Sejahtera Periode
2006-2010 /
Fakultas Syariah
dan
Hukum-Muamalat UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta 2012
Skripsi menjekaskan
tentang konsep
pembiayaan qardhul
hasan, jumlah dana yang terkumpul pada periode 2006-2010 dan tingkat efektifitas dana qardhul hasan.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif
deskriptif
Hasil penelitiannya
adalah pembiayaan
qardhul hasan bersifat
nirlaba. Dana yang
terkumpul setiap
tahunnya selalu
meningkat. Tingkat ke efektifannya tergolong
efektif dengan
menyalurkan ke 8
Penulis meneliti tentang
pembagian persentase
untuk pembiayaan
qardhul hasan dan
kebijakan BMT jika ada
mitra yang ingin
meminjam modal kembali
untuk memperbesar
usahanya.
Metodelogi penelitian
(27)
asnaf.
No. Nama Penulis/ Judul skripsi, jurnal/ Tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
4 Ade Agung
Dwiputra / Peran Dana Qard
Al-Hasan Dalam
Memberdayakan Usaha Kecil (Pada
BMT Husnayain
di Pasar Rebo dan BMT Al-Azhar di Pasar Minggu) /
Fakultas Syariah
dan
Hukum-Muamalat Uin
Syarif Hidayatullah Jakarta 2012
Skirpsi ini
menjelaskan tentang
pemberdayaan pada
usaha kecil, cara BMT meningkatkan
penggunaan dana
qardhul hasan, kendala dan rintangan dalam pelaksanaan
pembiayaan.
Metodelogi penelitian
adalah kualitatif
deskriptif.
Hasil penelitiannya
adalahperan dana
qardhul hasan di ke 2
Penulis meneliti tentang
pembagian persentase
untuk pembiayaan
qardhul hasan dan
kebijakan BMT jika ada
mitra yang ingin
meminjam modal
kembali untuk
memperbesar usahanya.
Metodelogi penelitian
(28)
BMT masih kecil.
Cara meningkatkan
dana qardhul hasan melalui infaq dari para
anggota dan
masyarakat. Kelebihan BMT Al Azhar adalah mendapat dana dari masjid dan penunjukan dari LAZIS. Kendala di BMT Husnayain adalah nasabah sulit dalam pengembalian, tetapi di BMT
Al-Azhar sulit untuk
(29)
F. Kerangka Teori dan Konseptual
(Pembiayaan)
Menurut sifat dan penggunaanya, pembiayaan dapat di bagi menjadi dua hal sebagai berikut:22
1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang di tujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang di gunakan untuk
memenuhi konsumsi, yang akan habis di gunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat
kategori yang di bedakan berdasarkan tujuan penggunaannya,yaitu:23
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
4. Pembiayaan dengan akad pelengkap
22Syafi’I Antonio,
Bank Syariah Dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), hal.160.
23
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2010), hal.97.
(30)
Namun dalam hal pembiayaan bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah di gariskan. Alokasi ini mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkat risiko yang rendah
2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi
liquiditas tetap aman.
(Qardhul Hasan)
Qard adalah bagian dari akad tabarru’, yaitu segala macam perjanjian yang
menyangkut not-for profit transaction (transaksi nirlaba). Yang bertujuan untuk
tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan, dan tidak berhak mensyaratkan
imbalan apapun kepada pihak lainnya.24
Menurut Syafi’i Antonio, al qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat di tagih atau di minta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa
mengharapkan imbalan.25
Qardh merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya untuk
pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti
sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya).26 Karena bunga di larang dalam islam maka
pinjaman qardhul hasan merupakan pinjaman tanpa bunga. Lebih khusus lagi,
24
Ah. Azharudin Lathif, Fiqih Muamalah, (Jakarta, UIN Jakarta Press, 2005), h.149.
25Syafi’i
Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 131.
26
(31)
pinjaman qardhul hasan merupakan pinjaman kebajikan yang tidak bersifat komersial, tetapi bersifat sosial.27
Evaluasi adalah riset untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan
informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi, menilai dengan
membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya di pergunakan untuk
mengambil keputusan mengenai objek evaluasi.28
Kerangka Konseptual
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
27
Ibid
28
Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi, (Jakarta: Rjawali Pers, 2011), h.7.
BMT
Persentasi Pembagian Dana Qardhul Hasan
Evaluasi Pembiayaan Qardhul Hasan
Kebijakan Adanya Perubahan Akad atau
(32)
G. Metode Penelitian
1. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang akan di pakai adalah kualitatif deskritif. Yaitu metode penelitian yang data-datanya dinyatakan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi obyek yang dialami.29 Metode penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu seistem pemikiran,
ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang.30
2. Jenis Data
Jenis data yang di kumpulkan berupa data kualitatif terdiri dari data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak yang bersangkutan,serta dokumentasi/arsip perusahaan.
b. Data sekunder
Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, baik itu berupa buku-buku sumber, jurnal, surat kabar atau sumber-sumber lain yang relevan dengan pokok masalah yang diangkat penulis pada skripsi ini.
29
Made Wirartha, Metode Penelitian Sosial Ekonomi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2006)h.134
30
(33)
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
BMT yang akan di teliti.
b. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara kepada pengelola
BMT untuk mendapatkan informasi.
c. Teknik kepustakaan, yaitu dengan mencari data pada laporan keuangan yang
ada di BMT. H. Sistematika Penulisan
BAB 1. PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teori dan konseptual, metode penelitian, serta sistematika penelitian.
BAB II . LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori dari pembiayaan, pengertian qardhul hasan, dasar hukum qardhul hasan, dan pengelolaan.
BAB III. GAMBARAN UMUM
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum BMT.
BAB 1V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembagian persentase dana untuk qardhul hasan dari keseluruhan dana ZIS dan membahas tentang kebijakan
(34)
BMT bagi nasabah yang ingin meminjam modal untuk pengembangan
usahanya setelah meminjam dana qardhul hasan
Bab V . PENUTUP
Bab ini memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, serta saran saran yang sekiranya dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran.
(35)
23
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Pembiayaan
1. Pengertian pembiayaan
Menurut sifat penggunanya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal berikut:1
a. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
b. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut.2
a. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
peningkatan produksi, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif dan
untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu
barang.
b. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal
(capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.
1
M. Syafi’I Antonio. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 160.
2
(36)
2. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah. Prinsip pembiayaan ini bisa disebut dengan 5C, pada dasarnya konsep 5C ini memberikan informasi mengenai itikad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk melunasi pinjaman. Prinsip 5C tersebut adalah sebagai berikut:
a. Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
b. Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima pembiayaan
untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
c. Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara
keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada
(37)
d. Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
e. Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
3. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat mikro.3
Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak dapat akses secara
ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat mengaksesnya. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan taraf kehidupan ekonominya.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan usaha
membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini dapat diperoleh melalui
3
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. (Yogyakarta: Unit Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,2005), h. 16.
(38)
aktifitas pembiayaan. Pihak yang surplus dan menyalurkan kepada pihak yang minus dana, sehingga dapat tergulirkan.
c. Meningkatkan produktifitas, artinya adanya pembiayaan memberikan peluang
bagi masyarakat agar mampu meningkatkan daya produksinya. Sebab upaya meningkatkan produksi tidaka akan dapat terlaksanakan tanpa adanya dana.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor
tersebut akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah dan membuka lapangan kerja baru.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu
melakukan aktifitas-aktifitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan dari pendapatan masyarakat. Jika ini berhasil maka akan terjadi distribusi pendapatan.
Adapun sektor mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan yang tinggi, yaitu memaksimalkan laba usaha untuk menghasilkan laba maksimal, maka perlu pendukung dana yang cukup.
b. Upaya memaksimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal, maka para pengusaha harus mampu meminimalkan resiko. Resiko kekurangan modal dapat diatasi dengan pembiayaan.
(39)
c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal(pembiayaan).
B. Konsep Qardhul Hasan 1. Pengertian Qard
Secara etimologi, qardh berarti qath’i(memotong). Harta yang dibayar kepada
muqtarid(yang diajak akad qardh) dinamakan qarad, sebab merupakan dari harta muqrid(pemilik barang).4 Pengertian secara terminologi, antara lain dikemukakan
oleh ulama hanafiyah. Menurut nya qardh adalah sesuatu yang diberikan seseorang
dari harta mitsil (yang memiliki perumpamaan) untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan menurut ulama Malikiyah adalah suatu penyerahan harta kepada orang
lain yang tidak disertai iwadh(imbalan) atau tambahan dalam pengembaliannya.5 Bila
pinjaman di berikan tanpa mensyaratkan apapun, selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu maka bentuk meminjamkan uang seperti ini disebut dengan qard.6
4
Ah. Azharudin Lathif, Fiqih Muamalah, (Jakarta, UIN Jakarta Press, 2005), h. 150.
5
Ibid. h. 150.
6
(40)
Menurut Fatwa DSN MUI Nomer: 19/DSN-MUI/IV/2001 Al-Qardh adalah
pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan. Nasabah
al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.
Pada hakikatnya, akad tabarru’ adalah akad melakukan kebaikan yang
mengharapkan balasan dari Allah semata. Itu sebabnya akad ini tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan komersil. Konsekuensi logisnya, bila akad tabarru’ dilakukan
dengan mengambil keuntungan komersil, maka ia bukan lagi akad tabarru’. Ia akan
menjadi akad tijarah.7
Secara umum, Qardhul Hasan diartikan sebagai infak di jalan Allah, di dalam
jihad dan peperangan demi menegakkan kebenaran dan bersedekah kepada para fakir
miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Ada juga yang mengatakan: Qardh
Hasan itu adalah amal shaleh muthlaqon yang mana dia adalah bentuk transaksi pinjaman yang benar-benar bersih dari tambahan/bunga.
2. Landasan Syariah
Transaksi qardh hukumnya termasuk Jaiz (diperbolehkan). Oleh para ulama
berdasarkan hadits riwayat Ibnu Majjah dan Ijma’ ulama. Qardh bersifat mandub
(dianjurkan) bagi muqridh (orang yang mengutangi) dan mubah bagi muqtaridh
(orang yang berutang).
7
(41)
-Al-Qur’an
مْيركرْجأ ,هلو ,هل ,هفعضيف انسح اضْرق ل ضرْقي ىذَلا اذ ْنَم
“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya`, dan dia akan
memperoleh pahala yang banyak.” (QS. Al-Hadid: 11)
-Al-Hadits
نمام لاق َ س هي ع ه ىَ ص َيبَنلا َنأ د عسم نبا نع
اًم سم ضرقي سم
.ًةَرم ا تقدصك ناك َّإ نيتَرم اًضرق
Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi Saw. Berkata : “Bukan seorangmuslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainnya) dua kali kecuali yang
satunya adalah (senilai) sedekah”. (HR. Ibnu Majah no. 2421, kitab
Al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi)8
نن يل ننيأر َ ننس هنني ع ه ى ننص ه ل ننسر لننق لاننق ننلام نننب ْنننأ نننع
ضرنننقلا اننن لا مأ رنننلعب قدنننَصلا انننب تكم ننننُلا انننب ىننن ع ينننب برنننسأ
ضرننقلا لاننبام لننيربُ انني نن قت رننلع ننين اننم ب
لاننق ننق دننَصلا نننم لننضتأ
. ننننننُا نم َّإ ضرقتننننننسي ّ ضرقتننننننسملا ضدنننننننع لَننننننسي لَاننننننَسلا َنأ
8
Muhammad Nashiruddin Al-Albani, Sahih At-Targhib Wat Tarhib Al-Juzul Awwal, (Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif Lin Nasyri Wat Tauzi’, 000), hal. 5 8.
(42)
Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda, “Aku melihat pada waktu
malam di-isra’-kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas sepuluh kali
lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, ‘wahai jibril, mengapa qardh lebih utama dari sedekah?’ Ia menjawab, ‘karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan minjam kecuali
karena keperluan’.” (HR Ibnu Majah no. 2422, kitab al-Ahkam, dan Baihaqi)9
Setelah kita memberikan pinjaman kepada seseorang (saudaranya), hendaklah pinjaman tersebut mengandung unsur kebaikan, begitu juga apabila pinjaman tersebut telah jatuh tempo. Ber-ihsan dalam menagih hutang (Qardh), adakalanya dilakukan dengan menganggapnya lunas, semua maupun sebagiannya, atau dengan mengundurkan waktu pembayaran tersebut yang telah jatuh tempo, ataupun dengan mengurangi berbagai persyaratan pembayaran yang telah memberatkan.
-Ijma’
Dalil ijma’ adalah bahwa semua kaum muslimin telah sepakat dibolehkannya
utang piutang.10 Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan.
Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.
9
Ibid
10
(43)
Hak kepemilikan dalam Qardh menurut Abu Hanifah dan Muhammad –
berlaku melalui Qabdh (penyerahan).Jika seseorang berhutang satu mud gandum dan
sudah terjadi qabdh, maka ia berhak menggunakan dan mengembalikan dengan
semisalnya meskipun muqridh meminta pengembalian gandum itu sendiri, karena
gandum itu bukan lagi miliki muqridh. Yang menjadi tanggung jawab muqtaridh
adalah gandum yang semisalnya dan bukan gandum yang telah diutangnya, meskipun Qardh itu berlangsung.
Abu yusuf berkata : muqtaridh tidak memiliki harta yang menjadi objek Qardh selama Qardh itu berlangsung.
Mazhab hanafi berpendapat, Qardh dibenarkan pada harta yang memiliki
kesepadanan, yaitu harta yang perbedaan nilainya tidak menyolok, seperti barang-barang yang ditakar, ditimbang, biji-bijian yang memiliki ukuran serupa seperti kelapa dan telur, dan yang diukur, seperti kain bahan. Di perbolehkan juga meng-qardh roti, baik dengan timbangan atau biji.
Mazhab Maliki, Syafi’I, dan Hambali berpendapat, diperbolehkan melakukan
qardh atas semua harta yang bias dijualbelikan obyek salam, baik itu ditakar, ditimbang, seperti emas, perak dan makanan atau dari harta yang bernilai, seperti barang-barang dagangan, binatang dan sebagainya, seperti harta-harta biji-bijian, karena pada riwayat Abu Rafi’ disebutkan bahwa Rasulullah SAW berutang unta berusia masih muda, padahal untuk bukanlah harta yang ditakar atau ditimbang, dan karena yang menjadi obyek salam dapat di hakmiliki dengan jual beli dan ditentukan
(44)
dengan pensifatan. Maka bisa menjadi obyek qardh. Sebagaimana harta yang ditakar dan ditimbang.
Dari sini, menurut jumhur ahli fiqih, diperbolehkan melakukan qardh atas
semua benda yang boleh diperjualbelikan kecuali manusia, dan tidak dibenarkan
melakukan qardh atas manfaat/jasa, berbeda dengan pendapat Ibnu Taimiyah, seperti
membantu memanen sehari dengan imbalan ia akan dibantu memenen sehari, atau menempati rumah orang lain dengan imbalan orang tersebut menempati rumahnya. 3. Rukun dan Syarat
Rukun:
1) Muqridh (pemilik barang)
2) Muqtaridh (yang mendapat barang atau peminjam)
3) Ijab qobul
4) Qardh (barang yang dipinjamkan)
Syarat sah qardh :
1) Qardh atau barang yang dipinjamkan harus barang yang memiliki manfaat, tidak sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatan karena qardh adalah akad terhadap harta.
2) Akad qardh tidak dapat terlaksana kecuali dengan ijab dan qobul seperti
halnya dalam jual beli. Akad
1) Penggunaan dana-dana qardh oleh muqtaridh harus jelas diketahui dan
(45)
2) Masa pembiayaan dan system pengembaliannya harus dicantumkan dalam akad.
4. Sumber Dana
Sifat qardh tidak memberikan keuntungan finansial. Karena itu, pendanaan
qardh dapat diambil menurut kategori berikut:
1) Al-qardh yang diperlukan untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan social, dapat bersumber dari dana zakat, infaq, dan sedekah.
2) Al-qardh yang diperlukan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek. Talangan dana di atas dapat diambilkan dari modal bank.
5. Aplikasi dalam Lembaga Keuangan
Akad qard biasanya diterapkan sebagai berikut:11
1) Sebagai produk perlengkapan kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas
dan bonafiditasnya,yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang rlatif pendek.Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu.
2) Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat,sedangkan ia tidak
bisa menarik dananya karena,misalnya tersimpan dalam bentuk deposito.
11
(46)
3) Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau memebayar sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk
khusus yaitu al-qardh al-hasan.
6. Manfaat Qard
Manfaat qardh dalam praktiknya perbankan syariah banyak sekali diantaranya
sebagai berikut:12
1) Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk
mendapat talangan jangka pendek.
2) Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri syariah dan bank konvensional yang didalamnya terkandung pembeda antara bank misi sosial, disamping misi komersial.
3) Adanya misi kemasyarakatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat kepada bank syariah.
4) Risiko al-qardh terhitung tinggi karena ia di anggap pembiayaan yang tidak
ditutup dengan jaminan. 7. Ketentuan Qardh13
1) Al qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah yang memerlukan
2) Nasabah al qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada
waktu yang telah disepakati
12
Ibid, h. 337
13
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam. (Jakarta: Kencana, 2010), h.61.
(47)
3) Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah
4) LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu
5) Nasabah al qardh dapat memberikan tambahan dengan sukarela kepada LKS
selama tidak diperjanjikan dalam akad
6) Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya
pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuan, LKS dapat:
-memperpanjang jangka waktu pengembalian
-menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.
C. Konsep Manajemen/Pengelolaan 1. Pengertian Manajemen
Pengertian Manajemen menurut Haiman adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan George R. Terry mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang di tetapkan terlebih dahulu dengan
mempergunakan kegiatan orang lain.14 Kesimpulan dari pengertian tersebut yaitu
pertama, adanya tujuan yang ingin di capai, kedua, tujuanyang di capai dengan mempergunakan kegiatan orang-orang lain dan ketiga, kegiatan-kegiatan orang lain itu harus di bimbing dan di awasi.
14
M. Manullang, Dasar-dasar Manajemen. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 3.
(48)
Menurut pendapat Henry Fayol, Alfin Brown, Harold Koontz, Cyril O’Donnel dan George R. Terry beranggapan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni. Pernyataan bahwa manajemen itu adalah ilmu sekaligus seni, maka definisi manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah di tetapkan.15
2. Sarana Manajemen
Untuk mencapai tujuan para manajer menggunakan “Enam M”. Dengan kata lain, sarana (tools) atau alat manajemen untuk mencapai tujuan adalah men, money, materials, machines, methods dan market.16 Kesemuanya itu di sebut sumber daya yang di butuhkan untuk mencapai tujuan dari manajemen. Berbagai macam aktivitas yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan aktivitas itu dapat kita tinjau dari sudut proses seperti, planning, organizing, staffing, directing, dan controlling, dapat pula kita tinjau dari sudut bidang seperti penjualan, produksi, keuangan, personalia dan sebagainya.
3. Fungsi Manajeman
Untuk mencapai tujuan, organisasi memerlukan dukungan manajemen dengan berbagai fungsi yang di sesuaikan dengan kebutuhan organisasi masing-masing.
15
Ibid, h.5.
16
(49)
Beberapa fungsi manajemen sebagaimana diterangkan oleh Nickles, McHugh and
McHugh, terdiri dari empat fungsi:17
a. Perencanaan (Planning)
Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan penentu strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi. Diantara kecenderungan bisnis sekarang, misalnya bagaimana merencakan bisnis yang ramah lingkungan, bagaimana merencang organisasi bisnis yang mampu bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya. Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang meliputi forecasting, objective, policies, programs, procedures, dan badget.18
b. Pengorganisasian (Organizing)
Proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan di desain dalam sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh, system dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan bisa memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi. Pengorganisasian dan pengembangan organisasi adalah meliputi pembagian kerja yang logis,
17
Erni Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta:Kencana, 2005), h.8.
18
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), h. 97.
(50)
penetapan garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas, pengukuran
pelaksanaan dan prestasi yang dicapai.19
c. Pengimplementasian (Directing)
Proses implementasi program agar bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi
d. Pengawasan (Controlling)
Proses yang dilakukan untuk memastikan sebuah rangkaian kegiatan yang telah direncanakan, diorganisasikan, dan diimplementasikan bisa berjalan sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia bisnis yang di hadapi. Suatu organisasi dapat dikatakan memiliki sistem pengendalian manajemen baik apabila sistem tersebut mampu meminimalkan terjadinya deviasi dari kondisi nyata terhadap dari setiap rencana yang telah digariskan secara dini serta penyusunan
langkah-langkah penanggulangan atas setiap deviasi yang terjadi.20
Proses pengawasan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:21
a) Menentukan standar sebagai ukuran pengawasan
19
Ibid, h.104.
20
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.509.
21
(51)
b) Pengukuran dan pengamatan terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.
c) Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang
diminta.
d) Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.
e) Perbandingan hasil akhir (output) dengan masukan (input) yang
(52)
40
BAB III
Gambaran Umum Tentang BMT
A. Pengertian Baitul Maal Watamwil (BMT)
Baitul maal watamwil (BMT) adalah penggabungan dari baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal adalah lembaga keuangan yang kegiatannya mengelola dana yang bersifat nirlaba(social) dan berorientasi social keagamaan yang kegiatan umatnya menampung harta masyarakat dari berbagai sumber termasuk zakat, infaq dan shadaqah dan menyalurkannya untuk tujuan memajukan kemaslahatan umat dan
bangsa dalam arti seluas-luasnya.1 Adapun yang dimaksud dengan baitul tamwil
adalah lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat yang bersifat profit motive, kegiatannya utamanya adalah
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung
dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya.2
Selain berfungsi sebagai lembaga keuangan BMT juga bisa berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga keuangan BMT bertugas menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT) dan menyalurkan dana kepada kepada masyarakat
1
Makhlakul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Keuangan Mikro Keuangan Syariah.
(Yogyakarta: UII Pres,2002), h.66-67.
2
(53)
(anggota BMT). Sebagai lembaga ekonomi BMT juga berhak melakukan kegiatan
ekonomi, seperti berdagang industri dan pertanian.3
B. Prinsip BMT
BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salam, yaitu penuh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.
Prinsip dasar BMT, adalah:4
1. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ‘amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai salam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
2. Barokah, artinya berdayaguna, berhasilguna, adanya penguatan jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat.
3. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah)
4. Demokratis, partisipatif, dan inklusif
5. Keadilan sosial dan kesetaraan jender, non-diskriminatif
6. Ramah lingkungan
3
H. A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat. (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2002)
4
(54)
7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta keanekaragaman budaya.
8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan
kemampuan diri dan lembaga masyarakat local.
C. Fungsi BMT
Bmt bersifat terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi yang produktif bagi anggota dan kesejahteraan sosial masyarakat sekitar, terutama usaha mikro dan fakir miskin.
Adapun fungsi BMT di masyarakat, adalah:5
1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih
profesional, salaam (selamat, damai, dan sejahtera), dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dan berjuang dan berusaha (beribadah) menghadapi tangtangan global.
2. Mengorganisasi dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh
masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
5 Nurul Huda dan Mohamad Heykal,
Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis.
(55)
3. Mengembangkan kesempatan kerja
4. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk
anggota.
5. Memperkuat dan meningktakan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial
masyarakat banyak.
Setiap visi BMT harus mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota, sehingga mampu berperan sebagai wakil pengabdi Allah SWT, memakmurkan hidup anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.6 Misi BMT adalah membangun dan
mengembangkan tatanan perekonomian dan berstruktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran-berkemajuan, serta makmur-maju berkeadilan berlandaskan syariah
dan ridha Allah SWT.7
D. Pendirian dan Permodalan BMT
Baitul Mal wat Tamwil merupakan lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang sifatnya informal. Karena BMT didirikan oleh kelompok swadaya msayarakat yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankandan lembaga keuangan formal lainnya. BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan proses legalitas hukum yang bertahap. Awalnya dapat dimulai sebagai kelompok swadaya masyarakat dengan mendapatkan sertifikat operasi/kemitraan dari PINBUK. Jika
6
M. Nurianto Al Arif. Lembaga Keuangan Syariah (suatu kajian teoritis praktis). (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h.320.
7
(56)
telah mencapai nilai asset tertentu, lembaga keuangan segera menyiapkan diri ke dalam badan hukum.
BMT dapat didirikan oleh:8
1. Sekurang-kurangnya 20 orang
2. Antara satu pendiri dan lainnya tidak memiliki hubungan keluarga vertical
dan horizontal satu kali
3. Sekurang-kurangnya 70% anggota pendiri bertempat tinggal di sekitar daerah
kerja BMT
4. Pendiri dapat bertambah dalam tahun-tahun kenudian jika oleh rapat para
pendiri.
Modal BMT terdiri dari:
1. Simpanan pokok (SP) yang ditentukan besarnya sama besar untuk semua
anggota
2. Simpanan Pokok Khusus (SPK), yaitu simpanan pokok yang khusus
diperuntukan mendapatkan sejumlah modal awal sehingga memungkinkan BMT melakukan persiapan-persiapan pendirian dan memulai operasinya. Jumlahnya dapat berbeda antar anggota pendiri.
Pada pendirian BMT, para pendiri dapat bersepakat agar dalam waktu empat bulan sejak disepakati dapat terkumpul uang sejumlah:
8
(57)
1. Minimal Rp. 75juta untuk wilayah JABOTABEK
2. Minimal Rp. 50juta untuk wilayah ibukota provinsi
3. Minimal Rp. 30juta untuk wilayah ibukota kabupaten/kota
4. Minimal Rp. 20juta untuk wilayah kecamatan
5. Minimal Rp. 15juta untuk daerah pesantren
E. Struktur Organisasi
Setelah BMT berdiri, perlu diperhatikan bahwa struktur organisasi BMT yang paling sederhana harus terdiri atas badan pendiri, badan pengawas, badan pengelola dan anggota BMT. Struktur organisasi BMT akan terlihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Sturktur Organisasi BMT (sederhana)
Badan Pendiri Anggota BMT
Badan Pengelola Badan Pengawas
(58)
1. Badan pendiri, yaitu orang-orang yang mendirikan BMT dan mempunyai hak prerogative yang seluas-luasnya dalam menentukan arah dan kebijakan BMT. Badan pendiri berhak mengubah anggaran dasar dan bahkan sampai membubarkan BMT.
2. Badan pengawas, yaitu badan yang berwenang dalam menetapkan kebijakan
operasional BMT yang bertugas menetapkan kebijakan operasional, antara lain memilih badan pengelola, menelaah dan memeriksa pembukuan BMT dan memberikan saran kepada badan pengelola berkenaan dengan operasional BMT.
3. Badan pengelola, yaitu badan yang mengelola BMT yang dipilih dari dan oleh
anggota pengawas. Sebagai pengelola BMT, badan pengelola ini biasanya memiliki struktur organisasi tersendiri. Struktur organisasi pengelola BMT secara umum dapat disusun, baik secara sederhana maupun secara lengkap.
4. Anggota BMT, yaitu orang –orang yang secara resmi mendaftarkan diri
sebagai anggota BMT dan dinyatakan diterima oleh badan pengelola. F. Status BMT
Status BMT ditentukan oleh jumlah asset yang dimiliki sebagai berikut:9
1. Pada awal pendiriannya hingga mencapai asset lebih kecil dari Rp. 100juta,
BMT adalah Kelompok Swadaya Masyarakat yang berhak
meminta/mendapatkan Sertifikat Kemitraan dari PINBUK
9
(59)
2. Jika memiliki asset Rp. 100juta atau lebih, BMT diharuskan melakukan proses pengajuan Badan Hukum kepada notaries setempat, antara lain dapat berbentuk:
a. Koperasi Syariah (KOPSYAH)
b. Unit Usaha Otonom Pinjam Syariah dari KSP (Koperasi Simpan Pinjam),
KSU (Koperasi Serba Usaha), KUD (Koperasi Unit Desa), Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren) atau koperasi lainnya yang beroperasi otonom termasuk pelaporan dan pertanggungjawabannya.
G. Produk-produk BMT
BMT dapat diartikan juga dengan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah
menghimpun dan menyalurkan dana pada masyarakat yang bersifat profit motive.
Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan dari pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi, yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Secara umum produk BMT dalam rangka melaksanakan fungsinya tersebut dapat di kelompokkan menjadi empat, yakni:
1. Produk penghimpunan dana (funding),
2. Produk penyaluran dana (lending)
3. Produk jasa
(60)
Baitul Mal wa Tamwil merupakan lembaga keuangan mikro syariah. Sebagai
lembaga keuangan, BMT menjalankan fungsi menghimpun dana dan
menyalurkannya. Cara kerja dan perputaran dana BMT secara sederhana dapat di gambarkan pada gambar 3.2. Berdasarkan bagan 3.2, dapat dilihat perguliran dana BMT.
(61)
Gambar 3.2
Cara Kerja Perputaran Dana BMT
Modal Dasar: -Simp.pokok khusus -Simp.pokok -simp.wajib SHU dibagikan SHU Penggalangan Dana(funding) Penyaluran Dana (Financing) Operasional BMT Musyarokah (pembiayaan bersama bagi hasil) Murabahah (kepemilikan barang jatuh tempo) Mudharabah (pembiayaan total bagi hasil)
BBA (kepemilikan barang angsuran) Infaq Pool pendapatan Bagi Hasil Qard al-Hasan (pinjaman kebajikan) Simp.sukarela bagi hasil -Simp.Mudharabah -Simp.Pendidikan -Simp.Haji -Simp.Umrah -Simp.Qurban,dll -Simp.Berjangka (1,3,6,12bln) Biaya operasional Margin
Simp.Sukarela Titipan:
-Simp.Wadi’ah Amanah/ZIS -Simp.Wadi’ah Damanah Bonus Bagi Hasil
(62)
Jenis-jenis usaha BMT yang berhubungan dengan keuangan dapat berupa sebagai berikut:10
1. Setelah mendapatkan modal awal berupa simpanan pokok khusus, simpanan
pokok, dan simpanan wajib sebagai modal dasar BMT, selanjutnya BMT memobilisasi dana dengan mengembangkannya dalam aneka simpanan
sukarela(semacam tabungan umum) dengan berasaskan akad mudharabah
dari anggota berbentuk:
a. Simpanan biasa,
b. Simpanan pendidikan,
c. Simpanan haji,
d. Simpanan umrah,
e. Simpanan qurban,
f. Simpanan idul fitri,
g. Simpanan walimah,
h. Simpanan aqikah,
i. Simpanan perumahan,
j. Simpanan kunjungan wisata,
k. Simpanan mudharabah berjangka (semacam deposito 1, 3, 6, 12 bulan)
dengan akad wadiah
10
(63)
2. Kegiatan pembiayaan/kredit usaha kecil bawah (mikro) dan kecil antara lain dapat berbentuk:
a. Pembiayaan mudharabah, yaitu pembiayaan modal dengan menggunakan
mekanisme bagi hasil
b. Pembiayaan musyarokah, yaitu pembiayaan bersama dengan
menggunakan mekanisme bagi hasil
c. Pembiayaan murabahab, yaitu pemilikan barang tertentu yang dibayar
pada saat jatuh tempo
d. Pembiayaan bay bi sanam ajil, yaitu pemilikan barang tertentu dengan
mekanisme pembayaran cicilan
e. Pembiayaan qardhul hasan, yaitu pinjaman tanpa adanya tambahan
pengembalian, kecuali sebatas biaya administrasi.
Usaha-usaha diatas merupakan kegiatan-kegiatan BMT yang berkaitan langsung dengan masalah keuangan. Selain kegiatan-kegiatan keuangan tersebut, BMT juga bisa mengembangkan usaha di bidang sektor ril, seperti kios telepon, kios benda pos, memperkenalkan teknologi maju untuk peningkatan produktivitas hasil para nasabah, mendorong tumbuhnya industri rumah tangga atau pengolahan hasil, mempersiapkan jaringan perdagangan atau pemasaran masukan dan hasil produksi, serta usaha lainnya yang layak, menguntungkan dalam jangka panjang dan tidak menggangu program jangka pendek. BMT juga mempunyai usaha dalam bidang jasa
(64)
seperti pembayaran telfon, pembayaran listrik, pembayaran tv kabel, pembayaran kuliah dan pembayaran lainnya yang bisa dikerjasamakan dengan BMT.
H. Kesehatan BMT
Tingkat kesehatan BMT adalah ukuran kinerja dan kualitas BMT dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran, keberhasilan dan keberlangsungan usaha BMT, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Aspek kesehatan BMT dapat dilihat dari:11
1. Aspek Jasadiyah, yang meliputi:
a. Kinerja keuangan
BMT mampu melakukan penggalangan, pengaturan, penyaluran dan penempatan dana dengan baik, teliti, hati-hati, cerdik dan benar, sehingga berlangsung kelancaran arus pendanaan dalam pengelolaan kegiatan usaha BMT dan akan meningkatkan keuntungan secara berkelanjutan.
b. Kelembagaan dan manajemen
BMT memiliki kesiapan untuk melakukan operasinya dilihat dari sisi kelengkapan legalitas, aturan-aturan, dan mekanisme organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pendampingan dan pengawasan, SDM, permodalan, sarana dan prasarana kerja.
2. Aspek ruhiyah, yang meliputi:
11
(65)
a. Visi dan misi BMT
Pengelola, pengurus, dan pengawas syariah dan seluruh anggotanya memiliki kemampuan dan mengaplikasikan visi dan misi BMT.
b. Kepekaan sosial
Pengelola, pengurus, dan pengawas syariah dan seluruh anggotanya memiliki kepekaan yang tajam dan dalam, responsive, proaktif, terhadap nasib para anggota dan nasib (kualitas hidup) warga masyarakat di BMT tersebut.
c. Rasa memiliki yang kuat
Pengelola, pengurus, dan pengawas syariah dan seluruh anggota serta
masyarakat sekitar memiliki kepedulian untuk memelihara
keberlangsungan hidup BMT sebagai sarana ibadah.
d. Pelaksanaan prinsip-prinsip syariah
Pengelola, pengurus, dan pengawas syariah dan seluruh anggota memberlakukan aturan dan implementasi operasional BMT sesuai dengan syariah.
(66)
54
Pada bab ini akan menjelaskan BMT yang mengelola dana baitul maal
khususnya dana untuk pembiayaan qardhul hasan. Yaitu BMT Ta’awun Cipulir,
BMT Al Kariim dan BMT Al Azhar Pasar Minggu. Beberapa data yang disampaikan dalam hal ini lebih kualitatif karena beberapa data kuantitatif tidak di berikan oleh pihak BMT.
A. BMT Ta’awun
BMT ini beroperasi pada bulan Mei 2004 yang dimotori oleh AMK (Anak Muda Kreatif) Cipulir. Kantor pusat BMT Ta’awun bealamat di Jl. H. Amsar
Rt.014/05 No.4 Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saat ini BMT Ta’awun
mempunyai 2 kantor cabang di Jl. Lapangan tenis Rt 002/05 Srengseng, Jakarta Barat dan di Jl. Pondok Aren Raya komplek pertokoan arinda blok B2, Tangerang Selatan.
Perjalanan BMT Ta’awun baru diresmikan pada tanggal 21 Juli 2005 dengan legal
SIUP No.01696/1.824.51, SK MENKOP dan UKM No. 0254/BH/-1.82/VII/2005,
AKTA NOTARIS ARNASYAA PATTINAMA SH No.6 di Jakarta.1
Produk yang di miliki BMT Ta’awun ada 2 jenis, produk maal dan produk tamwil:2
1. Produk Maal
1Profil BMT Ta’awun, seperti yang ditunjukan pada data pelengkap dalam lampiran 2
(67)
a. Santunan
b. Beasiswa Pendidikan
c. Qordhul Hasan
d. Amilin
e. Muqoyyadah
f. Pemberdayaan Infaq
g. Kesehatan
h. Kemanusiaan
i. Muqoyyadah
2. Produk Tamwil
a. Produk Simpanan
1) Simpanan Ta’awul
2) Simpanan Pendidikan
3) Simpanan IdulFitri
4) Simpanan Qurban
5) Deposito
b. Produk Pembiayaan
1) Pembiayaan Mudharabah (bagi hasil)
2) Pembiayaan Murabahah (jual beli)
(68)
Pembiayaan qardhul hasan pada awalnya terlatar belakangi dengan niat menghapuskan rentenir serta mempberdayakan masyarakat di sekitar lingkungan
BMT yang kurang mampu agar bisa lebih produktif dan kreatif.3 Tanggung jawab
sosial yang di emban BMT Ta’awun menjadi suatu keharusan untuk memberdayakan
masyarakat di sekitar wilayah BMT Ta’awun dan sekitarnya. Di kalangan dhuafa
masih banyak yang membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. BMT
tidak hanya memberikan dana qardhul hasan secara cuma-cuma tetapi juga
membinanya sampai ia mandiri untuk melakukan kegiatan usahanya.
Mitra yang mengajukan pembiayaan qardhul hasan biasanya tidak jauh dari area BMT. Areanya di kantor pusat dan di dua kantor cabang. Area kantor pusat di sekitar wilayah Cipulir Jakarta Selatan, area kantor cabang Serengseng Jakarta Barat dan area kantor cabang Pondok Aren Tangerang Selatan. Penyaluran terpusat dan paling besar berada di kantor pusat. Tetapi bisa juga yang menggunakan dana qardhul hasan adalah mitra dari pembiayaan tamwil. Misalnya mitra di pembiayaan tamwil sedang mengalami penurunan usaha sehingga akan mengakibatkan kebangkrutan. Untuk menutupi kerugian dan agar usahanya bisa tetap berjalan maka akan ditalangi atau dibantu dengan dana qardhul hasan. Setelah usahanya pulih dan di nilai sudah bisa bangkit kembali, maka akan di kembalikan ke pembiayaan tamwil.
(69)
Tabel 4.1
Data Tahunan Qardhul Hasan Ta’awun
Tahun Pusat Cabang
2011 Rp. 4.255.000 Rp. 9.279.000
2012 Rp. 3.055.000 Rp. 3.762.000
Sumber: Laporan Qard Ta’awun
Pembiayaan qardhul hasan di BMT Ta’awun sudah menjadi kegiatan rutin
setiap tahunnya. Kebijakan BMT Ta’awun untuk pembiayaan qardhul hasan di
anggarkan setiap tahunnya sebesar 20% - 25% dari total dana baitul maal.4 Pada data
tahun 2012, dana qardhul hasan yang dikeluarkan di kantor pusat cipulir sebesar Rp.
3.055.000. Sedangkan dikantor cabang pos pengumben sebesar Rp 3.762.000.5
Penyaluran yang sangat signifikan terjadi pada tahun 2011, di kantor pusat sebesar
Rp 4.255.000, sedangkan di kantor cabang pos pengumben sebesar Rp. 9.279.000.6
Kebijakan persentase untuk qardhul hasan juga melihat banyaknya program sosial
BMT Ta’awun yg membutuhkan dana maal.
Pembiayaan yang dikeluarkan untuk mitra yang meminjam pembiayaan qardhul hasan sekitar Rp 500.000 – Rp 2.000.000, tergantung kebutuhan mitra dan hasil survei yang dilakukan oleh pihak BMT agar lebih tepat dan mitra tidak hidup
4
Ibid
5Data keuangan ardhul hasan BMT Ta’awun seperti yang terdapat pada lampiran 6
(1)
- Jika terlambat, maka akan didatangi terlebih dahulu dengan pendekatan persuasif. Karena qardhul hasan jangan disamakan dengan pembiayaan lain. misalnya jika usahanya sudah tidak berjalan tetapi suaminya kerja, dibicarakan kembali dengan mitra apakah mau diangsur sesuai kesepakatan diawal atau dipotong cicilannya tetapi sampai selesai. Misalnya kesepakatan diawal perbulannya 100 ribu menjadi 50 ribu. 6. Bagaimana jika tidak bisa mengembalikan?
- Jika sudah tidak bisa mengembalikan, kalau seandainya sudah sangat terpaksa, usahanya sudah tidak berjalan, suaminya kerja serabutan, maka BMT akan menutupnya. Tetapi jika suatu saat nasabah sudah mempunyai penghasilan lagi, minimal punya penghasilan tetap, maka BMT akan membicarakannya kembali karena pada prinsipnya ini adalah uang zakat, infaq dan shodaqah yang merupakan amanah. 7. Berapa pembiayaan paling kecil dan berapa yang paling besar yang pernah
diberikan?
- Pembiayaan yang dikeluarkan untuk mitra yang meminjam pembiayaan qardhul hasan paling kecil 1 juta dan paling besar 6 juta.
8. Jika pinjaman besar, apakah ada jaminan?
- Ada jaminan peminjaman diatas 3 juta, minimal BPKB motor.
9. Apakah bisa terjadi perubahan akad jika mitra ingin meminjam kembali untuk pengembangan usahanya? (dari pinjaman maal ke pinjaman tamwil)
- Kita lihat dahulu, kalau memang usahanya sudah lancar, BMT akan berikan pembiayaan misalnya murabahah yang ada bagi hasilnya. Seandainya dia masih dibawah terus ya BMT berikan qardhul hasan lagi. Jadi diikuti dulu sudah layak atau belum.
(2)
10.Darimana saja mitra yang ingin meminjam dana qardhul hasan? Apakah hanya sekitar BMT atau dari daerah lain?
(3)
Hasil Wawancara dengan BMT Al Kariim
Tanggal : 26 September 2013
Narasumber :Bapak Andrie
Jabatan : Department Support
1. Apakah produk qardhul hasan ini sudah menjadi produk rutin di setiap tahunnya? - Untuk sekarang produk qardhul hasan kurang efektif, semenjak 2007. Sebelum 2007
pembinaan dan pemberdayaan terhadap nasabah qardhul hasan lebih efektif. Sekarang karena kurang SDM. Tetapi pembiayaan qardhul hasan masih ada dan tetap berjalan. 2. Apa latar belakang BMT ini mempunyai produk qardhul hasan?
- Awalnya untuk perberdayaan dari dhuafa bisa menjadi meningkat taraf hidupnya. Pembinaan bukan hanya bisnisnya tetapi juga rahaninya dengan diadakannya pengajian.
3. Berapa persentase untuk pembiayaan qardhul hasan dari keseluruhan pendapatan dana maal?
- Pendapatan maal rata-rata pertahunnya 15 sampai 20 juta. Mulai 2007 baitul maal agak vakum. Dana untuk qardhul hasan sebesar 50% dan sisanya untuk bantuan dana sosial, keagamaan dan bantuan dana untuk disalurkan ke cabang. 50% itu sudah termasuk untuk bantuan dana bagi nasabah yang usahanya sedang menurun atau hampir bangkrut.
4. Berapa lama jangka waktu mitra untuk menggunakan pembiayaan qardhul hasan? - 4 – 6 bulan, bayarnya harian atau mingguan lebih efektif.
(4)
5. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra terlambat mengembalikan dana qardhul hasan?
- Melalui pendekatan persuasif, dilihat dulu masalahnya. Ada kelonggaran, kalau qard tidak ketat dari pembiayaan lain. diberi kelonggaran 6 bulan.
6. Bagaimana jika tidak bisa mengembalikan?
- Ditutup atau dilunasi (write off). Ditalangi dari dana cadangan untuk kredit macet. Atau dengan persetujuan ulang. Misalnya perhari iuran 10 ribu menjadi 5 ribu 7. Berapa pembiayaan paling kecil dan berapa yang palig besar yang pernah
diberikan?
- Paling kecil Rp 300.000 dan paling besar Rp 2.000.000 8. Jika pinjaman besar, apakah ada jaminan?
- Jaminan dilihat dari hasil survei
9. Apakah bisa terjadi perubahan akad jika mitra ingin meminjam kembali untuk pengembangan usahanya? (dari pinjaman maal ke pinjaman tamwil)
- Mitra yang sudah berhasil dengan pinjaman dana qardhul hasan bisa meminjam kembali dana qardhul hasan atau di tawarkan ke pembiayaan tamwil. Alasan dialihkannya pengajuan pembiayaan qardhul hasan ke pembiayaan yang sifatnya komersil atau pembiayaan tamwil adalah untuk mensuport mitra.
10.Darimana saja mitra yang ingin meminjam dana qardhul hasan? Apakah hanya sekitar BMT atau dari daerah lain?
(5)
Hasil Wawancara dengan BMT Ta’awun Tanggal : Oktober 2013
Narasumber : Bapak Abdul Kodir, S.HI
Jabatan : Kepala Bagian Baitul Maal
1. Apakah produk qardhul hasan ini sudah menjadi produk rutin di setiap tahunnya? - Ya, Qardhul hasan sudah menjadi produk rutin disetiap tahunnya
2. Apa latar belakang BMT ini mempunyai produk qardhul hasan?
- Menghapus rentenir dan memberdayakan masyarakat di sekitar lingkungan BMT yang kurang mampu agar bisa lebih produktif dan kreatif
3. Berapa persentase untuk pembiayaan qardhul hasan dari keseluruhan pendapatan dana maal?
- Kebijakan BMT Ta’awun untuk pembiayaan qardhul hasan di anggarkan setiap
tahunnya sebesar 20% - 25% dari total dana baitul maal.
4. Berapa lama jangka waktu mitra untuk menggunakan pembiayaan qardhul hasan? - 1 tahun. Mitra membayar cicilan pembiayaan setiap bulannya dengan cara menyetor
langsung ke BMT
5. Bagaimana kebijakan BMT jika mitra terlambat mengembalikan dana qardhul hasan?
- Jika sudah di analisis oleh pihak BMT maka kebijakan BMT selanjutnya adalah memperpanjang waktu peminjaman menjadi maksimal 1 tahun lagi untuk melunasi sisa pembayaran.
(6)
6. Bagaimana jika tidak bisa mengembalikan?
- Sebagian tidak bisa mengembalikan tetapi tetap dianalisis sebab-sebab tidak bisa mengembalikan. Perpanjang maksimal 1 tahun lagi, kalau 1 tahun tidak bisa mengembalikan juga, maka diputihkan dianggap hibah atau sedekah.
7. Berapa pembiayaan paling kecil dan berapa yang palig besar yang pernah diberikan?
- Paling kecil Rp 500.000 dan paling besar Rp. 2.000.000, tergantung kebutuhan mitra dan hasil survei yang dilakukan oleh pihak BMT agar lebih tepat dan mitra tidak hidup konsumtif.
8. Jika pinjaman besar, apakah ada jaminan?
- Tidak ada jaminan untuk pembiayaan qardhul hasan
9. Apakah bisa terjadi perubahan akad jika mitra ingin meminjam kembali untuk pengembangan usahanya? (dari pinjaman maal ke pinjaman tamwil)
- Peminjaman kembali dana qardhul hasan bisa 2 – 3 tahun lagi baru bisa di rubah ke tamwil. Karena usaha yang baru 1 tahun biasanya belum bisa mandiri. BMT Ta’awun mewajibkan mitranya untuk menabung. Nah, gunanya menabung juga bisa
menggambarkan perkembangan usahanya. Jika 1 tahun sudah mampu berhasil, kita tawarkan dahulu mau ke tamwil atau masih mau menggunakan qardhul hasan. 10.Darimana saja mitra yang ingin meminjam dana qardhul hasan? Apakah hanya
sekitar BMT atau dari daerah lain?
- Dari area kantor pusat cipulir dan 2 kantor cabang (di serengseng dan Pondok aren). Bisa juga dari nasabah tamwil. Misalnya nasabah bangkrut lalu dibantu dengan dana qard, setelah usahanya pulih dikembalikan lagi ke pembiayaan tamwil.