Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG BMT (Baitul

Maal Wat Tamwil) DI KOTA MEDAN

OLEH

YOGA HADRY PRATAMA

080501018

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Nama : Yoga Hadry Pratama

PERSETUJUAN PENCETAKAN

NIM : 080501018

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul : Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan

Tanggal:……….. Ketua Program Studi,

NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph,D

Tanggal:……….. Ketua Departemen,

NIP. 19730408 199802 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

Nama : Yoga Hadry Pratama

PERSETUJUAN PERCETAKAN

NIM : 080501018

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Ekonomi Syariah

Judul : Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan

Tanggal:……….. Dosen Pembimbing,

NIP. 19730325 200801 2 007

Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si

Tanggal:……….. Dosen Pembaca,

NIP. 19710503 200312 1 003


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang bejudul “Analisis Persepsi Masyarakat Tentang BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) di Kota Medan” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari lembaga dan yang saya kutip dari karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditentukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Juni 2014

080501018


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) dan mengetahui perkembangan Baitul Mal Wattamwil (BMT) di kota Medan, serta mengetahui besarnya ketertarikan masyarakat untuk menjadi nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT).

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari wawancara secara langsung dan data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, penulis menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 untuk pengolahan data. Data-data penelitian yang dihimpun hasilnya dan dikelompokkan/diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan bentuk gambar (diagram).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan kemudahan dalam bertransaksi dan mendapatkan informasi menjadi faktor utama nasabah memilih Baitul Mal Wattamwil (BMT) dan faktor yang kedua adalah produk-produknya tidak bertentangan dengan agama. Selain itu produk pembiayaan mudharabah menjadi produk yang banyak dipilih nasabah karena kebanyakan nasabah berasal dari kalangan wirausaha dan ibu rumah tangga.

Masalah yang dihadapi oleh nasabah adalah kecilnya nilai pinjaman yang diberikan serta hanya yang punya usaha saja yang diberikan pinjaman oleh Baitul Mal Wattamwil (BMT). Selain Terlepas dari masalah yang dihadapi oleh para nasabah terkait produknya, para nasabah juga memperoleh manfaat adanya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Kota Medan, yaitu usaha mereka dapat terbantu, mendapatkan modal tambahan, dan dapat membeli barang yang mereka butuhkan dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan nasabah itu sendiri.


(6)

ABSTRACT

This research deals with the public perception of the existence of Baitul Maal Wattamwil (BMT). This study aims to determine the benefits of the existence of Baitul Maal Wattamwil (BMT), to know the development of the Baitul Mal Wattamwil (BMT) in Medan, and to determine the public interest to be customer of Baitul Mal Wattamwil (BMT).

The data which is used in this study is primary data that obtained from direct interviews and collected data by using a questionnaire. In this study, the method of analysis used is method of descriptive analysis, the author uses the computer program SPSS version 17.0 for data processing. Data were collected and the results are grouped in the form of tables and forms a diagram.

The results showed that the reason for the ease in transaction and obtain customer information as a major factor in choosing the Baitul Mal Wattamwil (BMT) and the second factor is that its products are not opposed to religion. Addition of mudharabah financing products which is chosen by some customers because most customers come from entrepreneurs and housewives.

The problem faced by the customer is the small of value loans as well as the only business that has been lent by the Baitul Mal Wattamwil (BMT). Besides Regardless of the problems faced by the customers related products, customers also benefit from the presence of Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) in Medan, in example they can be helped business, additional capital, and can buy the goods they need with the terms that does not burden the customer itself.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkah dan izin-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berserta salam untuk Nabi Muhammad SAW yang telah memberi inspirasi kepada kita umatnya untuk selalu mencari ilmu dan mengamalkannya dengan baik. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Teristimewa untuk kedua orang tua saya, Ayahanda Riady Dharma dan Ibunda Syafrida yang telah memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, S.E, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen penasihat akademi dan Bapak Paidi Hidayat, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang pasti akan bermanfaat bagi saya.

7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.


(8)

8. Rekan-rekan mahasiswa stambuk 2008 program Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, Juni 2014

080501018


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PERCETAKAN

PERSETUJUAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 8

2.1. Pengertian Persepsi ... 8

2.1.1. Jenis-Jenis Persepsi ... 9

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ... 12

2.2. Ruang Lingkup Baitul Mal Wattamwil ... 16

2.2.1. Pengertian Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 16

2.2.2. Kedudukan Dan Status Baitul Mal Wattamwil .... 17

2.2.3. Karateristik Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 19

2.2.4. Fungsi Dan Peran Baitul Mal Wattamwil (BMT) . 20 2.2.5. Visi Dan Misi Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 21

2.2.6. Manfaat Dan Tujuan Baitul Mal Wattamwil (BMT) 23 2.2.7 Prinsip Operasional Baitul Mal Wattamwil (BMT) 24 2.3. Produk Jasa Keuangan BMT ... 26

2.3.1 Produk Pengumpulan Dana Masyarakat ... 26

2.3.2 Produk Penyaluran Dana ... 27

2.4. Penelitian Terdahulu ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 33

3.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

3.4. Batasan Operasional ... 34

3.5. Skala Pengukuran Variabel ... 34

3.6. Populasi Dan Sampel ... 34


(10)

3.7. Jenis Data ... 38

3.8. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.9. Teknik Analisa Data ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

4.1. Gambaran umum PINBUK ... 41

4.1.1 Latar Belakang ... 41

4.1.2 Visi... 42

4.1.3 Misi ... 43

4.1.4 Tujuan PINBUK ... 44

4.1.5 Kompentisi PINBUK ... 45

4.1.6 Mitra Kerja PINBUK... 45

4.1.7 Agenda Kedepan PINBUK ... 46

4.2. Hasil Pembahasan ... 47

4.2.1. Profil Responden ... 47

4.2.2. Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

4.2.3. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 48 4.2.4. Data Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 49

4.2.5. Data Responden Berdasarkan Pendapatan ... 50

4.2.6. Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 51

4.2.7. Alasan Responden Memilih Baitul Mal Wattamwil 52 4.2.8. Produk Yang Telah Diketahui Nasabah ... 54

4.2.9. Tanggapan Responden Terhadap Lokasi Baitul Mal Wattamwil (BMT) Di Kota Medan .. 56

4.2.10. Masalah Yang Dihadapi Selama Menjadi Nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 58

4.2.11. Manfaat Yang Diperoleh Dari Baitul Mal Wattamwil ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1. Tabel Tempat Penelitian ... 33

4.1. Profil Responden Menurut Jenis Kelamin ... 47

4.2. Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 48

4.3. Data Responden Berdasarkan Latar Belakang Pekerjaan ... 49

4.4. Data Responden Berdsarkan Pendapatan ... 51

4.5. Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ... 52

4.6. Alasan Responden memilih Baitul Mal Wattamwil (BMT) .. 53

4.7. Produk Baitul Mal Wattamwil Yang Diketahui Masyarakat . 55 4.8. Tanggapan Responden Terhadap Lokasi Baitul Mal Wattamwil di Kota Medan ... 57

4.9. Tanggapan Responden Terhadap Masalah Yang Dihadapi Selama Menjadi Nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 59

4.10 Tanggapan Responden Terhadap Manfaat Yang Diperoleh Dari Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 60


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN 4.1. Alasan Memilih BMT ... 54 4.2. Produk Baitul Mal Wattamwil (BMT) Yang Diketahui

Masyarakat ... 56 4.3. Tanggapan Responden Terhadap Lokasi Baitul Mal

Wattamwil Di Medan ... 58 4.4. Tanggapan Responden Terhadap Masalah Yang Dihadapi

Selama Menjadi Baitul Mal Wattamwil (BMT) ... 60 4.5. Tanggapan Responden Terhadap Manfaat Yang diperoleh


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) dan mengetahui perkembangan Baitul Mal Wattamwil (BMT) di kota Medan, serta mengetahui besarnya ketertarikan masyarakat untuk menjadi nasabah Baitul Mal Wattamwil (BMT).

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dari wawancara secara langsung dan data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif, penulis menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 untuk pengolahan data. Data-data penelitian yang dihimpun hasilnya dan dikelompokkan/diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan bentuk gambar (diagram).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan kemudahan dalam bertransaksi dan mendapatkan informasi menjadi faktor utama nasabah memilih Baitul Mal Wattamwil (BMT) dan faktor yang kedua adalah produk-produknya tidak bertentangan dengan agama. Selain itu produk pembiayaan mudharabah menjadi produk yang banyak dipilih nasabah karena kebanyakan nasabah berasal dari kalangan wirausaha dan ibu rumah tangga.

Masalah yang dihadapi oleh nasabah adalah kecilnya nilai pinjaman yang diberikan serta hanya yang punya usaha saja yang diberikan pinjaman oleh Baitul Mal Wattamwil (BMT). Selain Terlepas dari masalah yang dihadapi oleh para nasabah terkait produknya, para nasabah juga memperoleh manfaat adanya Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di Kota Medan, yaitu usaha mereka dapat terbantu, mendapatkan modal tambahan, dan dapat membeli barang yang mereka butuhkan dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan nasabah itu sendiri.


(14)

ABSTRACT

This research deals with the public perception of the existence of Baitul Maal Wattamwil (BMT). This study aims to determine the benefits of the existence of Baitul Maal Wattamwil (BMT), to know the development of the Baitul Mal Wattamwil (BMT) in Medan, and to determine the public interest to be customer of Baitul Mal Wattamwil (BMT).

The data which is used in this study is primary data that obtained from direct interviews and collected data by using a questionnaire. In this study, the method of analysis used is method of descriptive analysis, the author uses the computer program SPSS version 17.0 for data processing. Data were collected and the results are grouped in the form of tables and forms a diagram.

The results showed that the reason for the ease in transaction and obtain customer information as a major factor in choosing the Baitul Mal Wattamwil (BMT) and the second factor is that its products are not opposed to religion. Addition of mudharabah financing products which is chosen by some customers because most customers come from entrepreneurs and housewives.

The problem faced by the customer is the small of value loans as well as the only business that has been lent by the Baitul Mal Wattamwil (BMT). Besides Regardless of the problems faced by the customers related products, customers also benefit from the presence of Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) in Medan, in example they can be helped business, additional capital, and can buy the goods they need with the terms that does not burden the customer itself.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu sektor yang berperan vital bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. Disamping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran (Kashmir, 2004:23). Di Indonesia terdapat dua jenis bank yang melakukan aktivitas dalam lingkup yang berbeda, yaitu bank konvensional dengan konsep bunga dan bank syariah (Bank Islam) dengan konsep bebas bunga serta bagi hasil. Bagi bank yang berdasarkan pada prinsip syariah tidak dikenal bunga dalam memberikan jasa simpanan maupun pinjaman. Di bank ini jasa bank yang diberikan disesuaikan dengan hukum Islam. Prinsip pembiayaan syariah yang diterapkan oleh bank syariah adalah pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa aqtina) (Kashmir, 2004:25).


(16)

Di Indonesia pelaksanaan sistem ekonomi Islam sudah dimulai sejak tahun 1992 dan semakin marak dengan bertambahnya jumlah lembaga keuangan Islam baik bank maupun non bank. Dikenal dua jenis lembaga keuangan syari`ah bank yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat Syari`ah (BPRS). Sedangkan lembaga keuangan syari`ah non bank diwujudkan dalam bentuk Asuransi Takaful (AT), Baitul Maal wat Tamwil (BMT), Unit Simpan Pinjam Syari`ah (USPS) dan Koperasi Pesantren (Kopontren) di berbagai wilayah di Indonesia.

BMT termasuk pada kategori lembaga keuangan mikro non bank yang bersifat informal, disebut informal karena keberadaan BMT tidak memerlukan legitimasi formal karena keberadaan BMT tidak memerlukan legitimasi formal dari pemerintah / instansi terkait. Kinerja baitul maal wat tamwil hampir sama dengan koperasi dimana di dalamnya terdapat pula berbagai produk baik untuk pengumpulan dana maupun penyaluran dana. Untuk operasionalnya sendiri hampir sama dengan operasional bank Syariah yaitu dengan penerapan sistem bagi hasil.

Dengan semakin bertambahnya jaman, sudah banyak lembaga keuangan baru berbentuk BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) bermunculan yang berbasis Syariah serta kemunculan sebagai organisasi yang relatif baru. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) merupakan lembaga swadaya masyarakat, yang didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat. BMT didirikan dengan menggunakan modal dari masyarakat yang bertempat di lokasi yang sama dimana BMT itu berdiri.


(17)

Pendirian dari BMT bukan hanya dari masyarakat yang bertempat tinggal di lokasi berdirinya BMT tetapi mendapatkan bantuan dari luar.

Fungsi dasar dari lembaga keuangan syariah yaitu sebagai lembaga perantara atau intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dana. Bank syariah sebagai salah satu jenis lembaga keuangan syariah pada kenyataannya masih belum mampu menjangkau Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Padahal lapisan inilah penyedia lapangan kerja terbesar di Indonesia. Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa layanan pembiayaan dengan menggunakan pendekatan perbankan sulit dilakukan dan tidak menjangkau UMKM dikarenakan adanya faktor yang membatasi hubungan UMKM dengan perbankan, yaitu masalah agunan dan formalitas (Suhendi, 2004). Namun demikian saat ini telah ada lembaga keuangan syariah yang berpihak pada pengusaha mikro yaitu Baitul Mal Wat Tamwil (BMT).

Menurut Ridwan (2004), BMT merupakan sebuah lembaga yang tidak saja berorientasi bisnis tetapi juga sosial, dan juga lembaga yang tidak melakukan pemusatan kekayaan pada sebagian kecil orang tetapi lembaga yang kekayaannya terdistri Bina Ummat Sejahterai secara merata dan adil. BMT juga merupakan lembaga keuangan syariah yang jumlahnya paling banyak dibandingkan lembaga-lembaga keuangan syariah lainnya. Menurut Aziz (2004), pada tahun 2001 jumlah BMT yang terdaftar sebanyak 2938 sedangkan Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha Kecil (PINBUK) menargetkan terdapat 10.000 BMT di akhir tahun 2010.


(18)

PINBUK merupakan lembaga yang mempelopori berdirinya ribuan BMT. Selama ini, perkembangan BMT di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari peran Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dalam mendorong pendirian BMT-BMT di Indonesia. PINBUK merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kepedulian untuk mengembangkan usaha kecil dan menengah di Indonesia.

Bank Indonesia tahun 2008 merilis kredit UMKM (Mikro Kecil dan Menengah) sendiri tetap mengalami pertumbuhan, kendati tren pertumbuhannya hampir sejajar dengan non MKM, akan tetapi terdapat konsistensi yang diharapkan dapat menjadi pijakan untuk ditingkatkan, data BI menunjukkan bahwa kredit Usaha Kecil menyumbang peningkatan yang lebih besar daripada usaha besar, dan perkembangan paling kecil disumbang oleh usaha mikro. Namun sayang, perkembangan tersebut lebih banyak disumbang oleh penggunaan yang bersifat konsumtif, terlihat dari data berdasar jenis penggunaan, pada akhir Triwulan III 2008, sebesar Rp334,1 triliun (51,6%) dari kredit MKM merupakan kredit konsumsi, selebihnya sebesar Rp256,2 triliun (39,6%) digunakan sebagai kredit modal kerja dan Rp56,7 triliun (8,8%) sebagai kredit investasi.

Berdasarkan data BMT Center, total pembiayaan yang dilakukan BMT-BMT anggota meningkat sebesar 81% pada 2008 atau sebesar Rp 792,5 miliar, tumbuh dari Rp 436,7 miliar pada 2007. Berdasarkan jenis penggunaan, 65% pembiayaan terserap sebagai modal kerja, 12% investasi, sisanya konsumtif. BMT Center juga mampu menunjukkan bahwa secara konsisten usaha mikro tetap


(19)

tumbuh sekaligus menunjukkan bahwa secara umum pengaruh krisis global terhadap usaha mikro belum kelihatan. Perkembangan BMT ini didasari pada kenyataan bahwa keberadaan perbankan syari`ah masih berpusat di masyarakat perkotaan dan lebih melayani pada usaha-usaha golongan menengah keatas. Sementara kebanyakan pelaku usaha mikro dan kecil (UKM) berada dipinggiran kota dan desa. Mereka umumnya memiliki jenis usaha yang relatif kecil dan terbatas sehingga mengalami kesulitan akses modal. Karena itulah dikembangkan lembaga-lembaga keuangan syari`ah mikro yang dapat berinteraksi dengan masyarakat di desa dengan kemudahan memberikan pembiayaan usaha-usaha kecil seperti BMT.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Persepsi Masyarakat Tentang Baitul Maal Wat Tamwil di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil?

2. Bagaimana perkembangan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)?

3. Bagaimana manfaat Baitul Mal wat Tamwil (BMT) bagi masyarakat umum?


(20)

4. Bagaimana ketertarikan masyarakat untuk menjadi nasabah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).

2. Untuk mengetahui perkembangan Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di kota Medan.

3. Untuk mengetahui manfaat Baitul Mal wat Tamwil (BMT) bagi masyarakat umum.

4. Untuk mengetahui ketertarikan masyarakat untuk menjadi nasabah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau instansi-instansi terkait seperti Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sedekah (BAZIS), Departemen Agama, Lembaga Amil Zakat (LAZ), Badan Kenaziran Mesjid (BKM), Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dan lainnya.

2. Sebagai sarana belajar dan masukan bagi penulis salam mengaplikasikan teori yang telah dipelajari di perkuliahan.


(21)

3. Sebagai tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa fakultas ekonomi terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Persepsi

Menurut kamus Bahasa Indonesia (2001), persepsi adalah tanggapan, penerimaan langsung dari suatu serapan, atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan hal yang mempengaruhi sikap, dan sikap akan menentukan perilaku. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa persepsi akan mempengaruhi perilaku seseorang atau perilaku merupakan cermin persepsi yang dimilikinya.

Feming dan Levie dalam Mahmudah (2006) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi bersifat:

1. Relatif, tidak absolut, tergantung pada pengalaman sebelumnya.

2. Selektif, tergantung pada pengalaman, minat, kebutuhan, dan kemampuan untuk mengadakan persepsi, dan

3. Teratur, sesuatu yang tidak teratur akan sukar untuk dipersepsikan

Persepsi didefinisikan sebagai tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau merupakan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Gibson et al. Dalam Mahmudah (2006), persepsi merupakan proses mental dan kognitif yang memungkinkan individu Menafsirkan dan memahami informasi tentang lingkungan, baik untuk penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.


(23)

Menurut Pearson dalam Sutyastuti (2003), perbedaan persepsi disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1. Faktor fisiologis yang mencakup gender, panca indera dan lain sebagainya.

2. Pengalaman dan peranan, yaitu apa yang dialami pada masa lalu dan peranan individu yang diajak diskusi.

3. Budaya yang merupakan sistem kepercayaan, nilai, kebiasaan, dan perilaku yang digunakan dalam masyarakat tertentu.

4. Perasaan dan keadaan misalnya sugesti tertentu dalam suatu hal.

2.1.1 Jenis-jenis Persepsi

Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis.

1. Persepsi Visual

Persepsi visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya, misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya.


(24)

Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.

2. Persepsi Auditori

Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara. Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak. Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak.

3. Persepsi Perabaan

Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit. Kulit dibagi menjadi 3 bagian, yaitu bagian epidermis, dermis, dan subkutis. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang; sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya


(25)

menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.

4. Persepsi Penciuman

Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. Penciuman, penghiduan, atau olfaksi, adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata. Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi zat kimia asiri atau, pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair.Pada organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia terkandung pada medium air di sekitarnya. Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah suatu bentuk kemosensor.

5. Persepsi Pengecapan

Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. Pengecapan atau gustasi adalah suatu bentuk kemoreseptor langsung dan merupakan satu dari lima indra tradisional. Indra ini merujuk pada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat seperti makanan atau racun. Pada manusia dan banyak hewan vertebrata lain, indra pengecapan terkait dengan indra penciuman pada persepsi otak terhadap rasa. Sensasi pengecapan klasik mencakup manis, asin, masam, dan pahit.


(26)

Belakangan, ahli-ahli psikofisik dan neurosains mengusulkan untuk menambahkan kategori lain, terutama rasa gurih (umami) dan asam lemak.Pengecapan adalah fungsi sensoris sistem saraf pusat. Sel reseptor pengecapan pada manusia ditemukan pada permukaan lidah, langit-langit lunak, serta epitelium faring dan epiglotis.

2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Seseorang belum tentu mempunyai persepsi yang sama tentang suatu objek yang sama. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990:41). Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan.

Arikunto dalam Ali (2004:19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi faktor-faktor yaitu :

1. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang.

2. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya.

3. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku.


(27)

Sedangkan menurut Walgito (2002:70), faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :

1. Objek yang dipersiapkan

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor.

2. Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran

3. Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditunjukkan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor Eksternal.


(28)

1. Faktor Internal

faktor internal yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dalam diri individu (Niven N, 2002). Diantara faktor internal tersebut adalah:

a. Pengalaman

Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia.

b. Motif

Dijelaskan bahwa motif menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ” pendorongan” suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. (Purwanto, 2002: 71).

c. Minat

Menurut Joko Sudarsono (2003:8) “Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyad ari pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut.


(29)

d. Harapan

Menurut Ristiyanti Prasetijo (2005 : 78) mengungkapkan bahwa harapan adalah dibentuk dari pengalaman sebelumnya, dari informasi yang dia peroleh melalui media massa dan dari kenalannya, atau juga dari apa yang dilihat, didengar dan diraba saat itu.

e. Sikap

Azwar S. (2000 : 6) menyatakan sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dapat menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat

f. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar individu yang meliputi:

a. Kondisi Stimulus b. Lingkungan


(30)

2.2. Ruang Lingkup Baitul Mal Wattamwil 2.2.1 Pengertian Baitul Mal Wattamwil (BMT)

Baitul Maal Wattamwil (BMT) merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitulmaal dan baitul tamwil. Baitul Maal terdiri dari kata bait yang berarti rumah sedangkan maal berasal dari kata mall yang artinya harta, jadi baitul maal artinya rumah harta. Baitul maal lebih mengarah kepada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non-profit, seperti: zakat, infaq, dan sedekah serta mengoptimalkan pendistribusiannya sesuai dengan peraturan dan amanah. Sedangkan baittul tamwiil secara etimologi berasal dari kata baitun dan mawala, tetapi jamaknya tamwil yang artinya berputar atau produktif sehingga dana yang ada dapat disimpan untuk dibiayakan atau diputar melalui usaha agar produktif. Dengan kata lain baittul tamwil adalah usaha yang melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonomi. Lembaga ini didirikan dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh pelayanan bank Islam atau BPRS. BMT memiliki pangsa pasar tersendiri, yaitu masyarakat kecil yang mengalami hambatan psikologis bila berhubungan dengan pihak bank.

Kegiatan utama BMT antara lain adalah menyumbangkan usaha-usaha produktif dan investasi-investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Sedangkan kegiatan Baitul Mal, BMT dapat


(31)

menerima titipan BAZIS dari dana zakat, infaq, dan sedekah dan menjalankan sesuai dengan peraturan serta amanahnya sehingga fungsi BMT tidak hanya profit oriented, tetapi juga social oriented.

2.2.2 Kedudukan dan Status Baitul Maal Wattamwil (BMT)

Sama halnya dengan lembaga-lembaga ekonomi lainnya, kedudukan dan status BMT merupakan lembaga keuangan yang memiliki badan hukum. Tiga landasan pokok pendirian BMT (Solehudin dalam Endang, 2012) yakni:

1. Filosofis

Gagasan pendirian BMT didasarkan kepada kepentingan menjabarkan prinsip-prinsip ekonomi Islam (fiqh al-muamalah) dalam praktek. Prinsip-prinsip ekonomi Islam sejenis tauhid, keadilan, persamaan, kebebasan, tolong-menolong, dan toleransi menjadi kerangka filosofis bagi pendirian BMT di Indonesia. Selain itu, azas-azas muamalah seperti kekeluargaan, gotong-royong, mengambil manfaat dan menjauhi mudharat serta kepedulian terhadap golongan ekonomi lemah menjadi dasar utama bagi kepentingan mendirikan BMT di Indonesia.

2. Sosiologis

Pendirian BMT di Indonesia lebih didasarkan kepada adanya tuntutan dan dukungan dari umat Islam bagi adanya lembaga keuangan berdasarkan syariah. Seperti diketahui, umat Islam merupakan mayoritas penduduk Indonesia, tetapi belum ada lembaga keuangan berbasis syariah. Pada


(32)

gilirannya, ide pembentukan BMT semakin mencuat ke permukaan di awal tahun 1990-an (Antonio, 2001: 25).

3. Yuridis

Pendirian BMT di Indonesia diilhami oleh keluarnya kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 7 / 1992 dan PP No. 72 / 1992 tentang Perbankan. Ketika bank-bank syariah banyak didirikan diberbagai wilayah, pada saat bersamaan BMT-BMT pun tumbuh subur mengikuti kebijakan pemerintah tersebut.

BMT berasaskan Pancasila dan UUD 45 serta berlandaskan prinsip syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan / koperasi, kebersamaan, kemandirian dan profesionalisme. Dengan demikian keberadaan BMT menjadi organisasi yang sah dan legal. Sebagi lembaga keuangan syariah, BMT harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah. Keimanan menjadi landasan atas keyakinan untuk mau tumbuh dan berkembang. Keterpaduan mengisyaratkan adanya harapan untuk mencapai sukses di dunia dan di akhirat juga keterpaduan antara sisi maal dan tamwil (sosial dan bisnis). Kekeluargaan dan kebersamaan berarti upaya untuk mencapai kesuksesan tersebut diraih secara bersama. Kemandirian berarti BMT tidak dapat hidup hanya dengan bergantung pada uluran tangan pemerintah, tetapi harus berkembang dari meningkatnya partisipasi anggota dan masyarakat, untuk itulah pola pengelolaannya harus professional.


(33)

2.2.3 Karakteristik Baitul Maal Wattamwil (BMT)

Sebagai lembaga usaha yang mandiri, BMT memiliki karakteristik (Suhendi, 2004: 29-30) sebagai berikut:

1. Berorientasi bisnis, yakni memiliki tujuan mencari laba bersama dan meningkatkan pemanfaatan segala potensi ekonomi yang sebanyak-banyaknya bagi para anggotra dan lingkungannya.

2. Bukan merupakan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mengelola dana sosial umat seperti zakat, infaq, sedekah, hibah, dan wakaf.

3. Lembaga ekonomi umat yang dibangun dari bawah secara swadaya yang melibatkan peran serta masyarakat disekitarnya.

4. Lembaga ekonomi milik bersama antara kalangan masyarakat bawah dan kecil serta bukan milik perorangan atau kelompok tertentu diluar masyarakat sekitar BMT.

5. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif dan dinamis, berpandangan positif, dan produktif dalam menarik dan mengelola dana masyarakat. 6. Kantor BMT dibuka pada waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah staf

dan karyawan untuk memberikan pelayanan kepada nasabah. Sebagian lainnya terjun langsung ke lapangan mencari nasabah, menarik, dan menyalurkan dana kepada nasabah, menyetor dana ke kas BMT, memonitor, dan melakukan supervisi.

7. BMT memiliki komitmen melakukan pertemuan dengan semua komponen masyarakat dilapisan bawah melalui forum-forum pengajian, dakwah,


(34)

pendidikan, dan kegiatan sosial-ekonomi yang berimplikasi kepada kegiatan produktif di bidang ekonomi.

8. Manajemen dan operasional BMT dilakukan menurut pendekatan profesional dengan cara-cara Islami.

2.2.4 Fungsi dan Peran Baitul Maal Wattamwil (BMT) Adapun Fungsi BMT (Soemitra,2009:448)

1. Mengindentifikasi, memobilisasi, mengorganisir, mendorong, dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha anggota muamalat (Pokusma) dan daerah kerjanya,

2. Mempertinggi kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global,

3. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota,

4. Menjadi peranan keunagan antara gharim (yang berhutang) sebagai shahibul maal dengan dhuafa sebagai mudharib, terutama untuk dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah, wakaf, hibah dll.

5. Menjadi perantara keuangan antara pemilik dana baik sebagai pemodal maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha produktif.

Adapun peranan BMT (Musfidin dalam Endang, 2012) antara lain adalah sebagai berikut:


(35)

1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat non-syariah. Aktif dalam melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting sistem ekonomi islam. Hal ini biasa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara bertransaksi islami.

2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah.

3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat masih tergantung pada rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi masyarakat dalam memenuhi dana segera. Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana, dan lain sebagainya.

4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.

2.2.5 Visi dan Misi Baitul Maal Wattamwil (BMT)

Semakin banyaknya lembaga keuangan syariah bank dan non-bank, maka semakin banyak masyarakat beralih memanfaatkan pelayanan jasa keuangan syariah yang ditawarkan. Mereka menuntut suatu kepercayaan bahwa sistem bagi hasil di lembaga keuangan syariah tidak akan membebani mereka dalam aspek pengembalian kredit dan pembiayaan seperti di lembaga keuangan konvensional. Dalam hal ini, BMT pun hendaknya mempertegas kembali visinya (Suhendi, 2004: 35-36) yang mencakup:


(36)

1. Mengusahakan pengelolaan modal yang berasal dari simpanan-simpanan anggota dengan sistem syariah dan usaha lain yang tidak bertentangan dengan misi BMT.

2. Memberikan pelayanan pembiayaan kepada para anggota untuk tujuan-tujuan produktif dengan sistem pelayanan yang cepat, layak, dan tepat sasaran.

3. Mengusahakan program pendidikan secara intensif dan teratur bagi anggota untuk menambah pengetahuan dan keterampilan para kewirausahaan anggota.

4. Melakukan program pembinaan keagamaan kepada para anggota BMT. 5. Usaha-usaha lain yang bermanfaat bagi anggota dan tidak bertentangan

dengan misi BMT.

Disamping mempertegas visinya, BMT pun hendaknya mempertegas pula misinya yaitu:

1. Meningkatkan kesejahteraan dikalangan anggota pada khususnya dan kemajuan ekonomi dilingkungan kerja pada umumnya.

2. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan prinsip syariah.

3. Mengembangkan sikap hemat dari kegiatan menyimpang.

4. Menumbuhkembangkan usuha-usaha yang produktif ditengah masyarakat dan anggotanya di lingkungannya.

5. Memperkuat bargaining power, sikap amanah, dan jaringan komunikasi bisnis yang lebih luas dengan anggota dan masyarakat dilingkungannya.


(37)

2.2.6 Manfaat dan Tujuan Baitul Maal Wattamwil (BMT)

Sebagai lembaga pengelola dana masyarakat dalam skala kecil dan menengah, BMT sesungguhnya menawarkan pelayanan jasa dalam bentuk kredit dan pembiayaan kepada masyarakat. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelayanan BMT (Suhendi, 2004: 41), antara lain:

1. Meraih keuntungan bagi hasil dan investasi dengan cara syariah.

2. Pengelolaan dana berdasarkan nilai-nilai kejujuran dan keadilan akan menjadikan setiap simpanan dan pinjaman di BMT aman baik secara syari’i maupun ekonomi.

3. Komitmen kepada ekonomi kerakyatan, di mana BMT membuat setiap transaksi keuangan, memperoeh kredit berikut pengelolaannya bermanfaat bagi pengembangan ekonomi umat Islam.

4. BMT dan masyarakat dapat berperan membangun citra perekonomian yang dikelola umat Islam.

5. Menggairahkan usaha-usaha kecil produktif dan membebaskan mereka dari jeratan rentenir.

6. Partisipasi positif bagi kemajuan lembaga-lembaga keuangan dan perbankan Islam termasuk di dalamnya BMT.

Jika dilihat dalam kerangka sistem ekonomi Islam, tujuan BMT (Suhendi, 2004: 33) adalah sebagai berikut:

1. Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi umat dalam program pengentasan kemiskinan.


(38)

2. Memberikan sumbangan aktif terhadap upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan umat.

3. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan prinsip syariah.

4. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan gemar menabung. 5. Menumbuhkembangkan usaha-usaha yang produktif dan sekaligus

memberikan bimbingan dan konsultasi bagi anggota di bidang usahanya. 6. Meningkatkan wawasan dan kesadaran umat tentang sistem dan pola

perekonomian Islam.

7. Membantu para pengusaha lemah untuk mendapatkan modal pinjaman. 8. Menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat menopang percepatan

pertumbuhan ekonomi nasional.

2.2.7 Prinsip Operasional Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

a. Pertumbuhan

• Tumbuh dari masyarakat sendiri dengan dukungan tokoh masyarakat, orang berada (aghnia) dan Kelompok Usaha Muamalah (POKUSMA) yang ada didaerah tersebut.

• Modal awal (Rp 20-30 Juta) dikumpulkan dari para pendiri dan POKUSMA dalam bentuk Simpanan Pokok dan Simpanan Pokok Khusus.

• Landasan sebaran keanggotaan yang kuat sehingga BMT tidak dikuasai oleh perseorangan dalam jangka panjang.


(39)

• BMT adalah lembaga bisnis, membuat keuntungan, tetapi juga memiliki komitmen yang kuat untuk membela kaum yang lemah dalam penanggulangan kemiskinan, BMT menggunakan dana maal.

b. Profesional

• Pengelola profesional, bekerja penuh waktu, pendidikan S1 minimum D3, mendapat pelatihan pengelolaan BMT oleh PINBUK selama 2 minggu, memiliki komitmen kerja, penuh waktu, penuh hati, dan perasaanya untuk mengembangkan bisnis dan lembaga BMT.

• Menjemput bola, aktif membaur dalam masyarakat.

Pengelola profesional berlandaskan sifat-sifat amannah, siddiq, tabligh, fattonah, sabar, dan istiqomah.

• Berlandaskan sistem dan prosedur: SOP dan Sistem Akuntansi yang memadai.

• Bersedia mengikat kerjasama dengan PINBUK untuk menerima dan membayar secara cicilan, jasa manajemen, dan teknologi informasi.

• Pengurus mampu melakukan pengawasan yang efektif. • Akuntabilitas dan transparansi dalam pelaporan. c. Prinsip Islamiyah

• Menerapkan cita-cita dan nilai-nilai Islam. • Akad yang jelas.


(40)

• Rumusan penghargaan dan sanksi yang jelas dan penerapannya yang tegas dan lugas.

• Berpihak pada yang lemah.

Program pengajian/penguatan ruhiyah yang teratur dan berkelanjutan sebagai program dari BMT.

2.3Produk-Produk Jasa Keuangan BMT

Sama halnya dengan lembaga keuangan syariah lainnya, BMT menawarkan berbagai jenis produk yang dikumpulkan dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Produk-produk BMT (Yusup dalam Endang, 2012) tersebut mencakup atas:

2.3.1 Produk Pengumpulan Dana Masyarakat

Pelayanan jasa simpanan yang diselenggarakan oleh BMT merupakan suatu bentuk simpanan yang terkait dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-syarat tertentu dalam penyertaan dan penarikannya. Berkenaan dengan hal tersebut, maka jenis simpanan yang dapat ditawarkan oleh BMT relatif sangat beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki simpanan tersebut. Sedangkan transaksi yang mendasari bagi berlakunya simpanan BMT adalah akad wadi’ah dan mudharabah.

a. Simpanan Wadi’ah adalah titipan dana ynag dilakukan setiap waktu dan dapat ditarik pemilik atau nasabah dengan cara mengeluarkan semacam surat berharga pemindah bukuan/transfer dan perintah membayar lainnya.


(41)

Pihak-pihak penyimpan dana dapat menerima keuntungan bagi hasil yang sesuai dengan jumlah dana yang diinvestasikan di BMT. Simpanan terbagi dua yaitu wadi’ah dhomanah dan wadi’ah amanah.

b. Simpanan Mudharabah adalah simpanan para pemilik dana yang penyetoran dan atau penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

c. Selain kedua jenis simpanan tersebut, BMT juga mengelola dana ibadah seperti zakat, infaq, sedekah (ZIS) yang dalam hal ini BMT berfungsi sebagai badan amil. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap muslim.

2.3.2 Produk Penyaluran Dana

BMT bukan sekedar lembaga keuangan non-bank yang berfungsi sosial, tetapi juga dapat menjadi lembaga bisnis yang berperan dalam meningkatkan dan membangun sistem perekonomian umat. Sejalan dengan kedua fungsi tersebut, maka kumpulan dana dari nasabah yang dikelola oleh BMT selanjutnya disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat (nasabah). Pinjaman yang diberikan oleh BMT kepada masyarakat disebut kredit pembiayaan. Kredit pembiayaan merupakan suatu fasilitas produk yang diberikan oleh BMT kepada anggotanya untuk digunakan sebagai dana pendukung kegiatan usaha. Berbagai bentuk pembiayaan yang ditawarkan oleh BMT kepada masyarakat bergantung kepada dua jenis akad, yaitu: musyarakah dan jual-beli (bai’). Di antara


(42)

pembiayaan yang sudah umum dikembangkan oleh BMT maupun lembaga keuangan syariah lainnya (Yusup dalam Endang, 2012) adalah:

a. Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil

Pembiayaan berakad jual-beli adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara BMT dengan anggotanya, dimana BMT menyediakan dana investasi atau berupa pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh pemnjam adalah jumlah atas harga barang modal dan mark-up yang telah disepakati bersama.

b. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan berakad jual-beli. Pembiayaan murabahah pada dasarnya merupakan kesepakatan antara BMT dengan pemberi modal dan anggota sebagai peminjam. Prinsip yang digunakan adalah sama seperti pembiayaan BBA, tetapi proses pengembaliannya akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.

c. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan dengan akad syirkah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara BMT dan anggota, di mana BMT menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya.


(43)

d. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan dengan akad syirkah adalah penyertaan BMT sebagai pemilik modal dalam kegiatan usaha, di mana terjadinya kesepakatan untuk menanggung resiko dan keuntungan yang berimbang sesuai dengan penyertaan modal masing-masing.

e. Pembiayaan Qardhul Hasan

Pinjaman kebajikan yaitu suatu perjanjian antara BMT sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau biaya apa pun. Peminjam (nasabah) berkewajiban mengembalikan uang atau barang yang dipinjam, dengan jumlah yang sama dengan pokok pinjaman. BMT sebagai pemberi pinjaman tidak diperbolehkan meminta peminjam untuk membayar lebih dari jumlah pokok pinjaman, akan tetapi BMT dibenarkan untuk menerima kelebihan pembayaran secara sukarela yang besarnya tidak ditentukan sebelum akad, ini hukumnya sunnah. Tujuan utama pembiayaan Qardhul Hasan adalah untuk menolong peminjam yang berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif maupun produktif. Peminjam dipilih secara selektif dan hati-hati terutama kepada peminjam yang dinilai jujur dan mempunyai reputasi baik. Dana Qardhul Hasan ini berasal dari dana zakat, infaq, dan sedekah yang dititipkan di BMT (Sumitro: 107).


(44)

Dana Qardhul Hasan ini dapat bersumber dari bagian modal BMT, keuntungan BMT yang disisihkan, atau dari lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaknya kepada BMT. Dasar hukum dari Qardhul Hasan adalah sebagai berikut:

1. Q.S. Al-Baqarah (2): 282, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bermuamalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis…”

2. Q.S. Al-Hadid (57): 11, “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”

3. HR. Muslim “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitan dunia, Allah akan melepaskan kesulitan di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.”

Adapun ketentuan mengenai Qardhul Hasan telah diatur dalam fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IX/2000. Dalam fatwa ini, ketentuan umum Qardhul Hasan adalah sebagai berikut:

a. Qardhul Hasan adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.

b. Nasabah Qardhul Hasan wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.


(45)

d. Bank dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.

e. Nasabah Qardhul Hasan bisa memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad. f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan nasabah telah memastikan ketidakmampuannya, maka dapat memperpanjang waktu pengembalian, atau menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian pertama yaitu “Persepsi Masyarakat Propinsi Banten Terhadap Perbankan Syariah” yang diteliti oleh Zulpahmi, Sumardi, dan Wardah Al Farisiah Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara masyarakat yang ada di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan Kabupaten Pandeglang. Sampel yang digunakan sebesar 1000 responden dengan cara penyebaran kuesioner, namun hanya 857 kuesioner yang dapat diolah untuk ditindaklanjuti. Hasilnya disimpulkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara masyarakat di Banten yang terdiri dari tiga kota atau kabupaten yaitu kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Pandeglang terhadap perbankan syariah.


(46)

Penelitian yang kedua diteliti oleh Dian Ariani (2007) yaitu “Persepsi Masyarakat Umum Terhadap Bank Syariah Di Medan”. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer melalui interview dan kuesioner. Total sampel 100 responden dan menggunakan metode Non Probability Sampling. Hasil dari pengolahan dengan menggunakan metode analisis regresi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara variabel pendidikan, usia dan pelayanan dengan persepsi masyarakat umum terhadap Bank Syariah di Medan. Namun dari ketiga variable yang berkaitan tersebut, hanya variabel pelayanan lah yang memberikan kontribusi paling besar terhadap persepsi bank Syariah di Medan.

Penelitian yang ketiga yaitu “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Masyarakat (Nasabah) Melakukan Qardhul Hasan di BMT Waashil Medan” yang diteliti oleh Endang Tri Astuty (2012). Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 40 nasabah yang menerima pembiayaan Qardhul Hasan dari BMT Waashil Medan, digunakan metode descriptive analyze dengan bantuan software SPSS 16.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan kemudahan peminjaman menjadi faktor utama nasabah memilih pembiayaan Qardhul Hasan dan faktor utama yang kedua adalah tidak adanya jaminan dan bunga dalam peminjaman.

Dari ketiga penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat memiliki persepsi yang positif terhadap lembaga keuangan syariah khususnya Baitul Maal Wat Tamwill.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu tanpa membuat prediksi atau mencari pemecahan atas masalah yang ada dalam objek tersebut.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 4 (empat) BMT yang ada di kota Medan, yaitu: Tabel 3.1

Tabel Tempat Penelitian

No NAMA BMT ALAMAT

1 BMT WAASHIL Jl. Gatot Subroto Sei Kambing Medan

2 BMT MES Jl. Gagak Hitam

3 BMT AR-RIDWAN Jl. Ayahanda – Gatot Subroto 4 BMT USWATUN HASANAH Jl. Williem Iskandar Gedung Baziz

lantai II

3.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada persepsi masyarakat (nasabah) memahami akan fungsi dan peran Baitul Mal Wa Tamwil (BMT).


(48)

Selain itu penelitian ini juga akan meneliti dampak dari pemahaman masyarakat terhadap keberadaan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) di Medan.

3.4 Defenisi Operasional

1. Persepsi adalah Tingkat pemahaman masyarakat terhadap suatu hal tertentu.

2. Nasabah BMT Kota Medan adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan dalam lembaga keuangan syariah BMT di Kota Medan.

3. Masyarakat adalah Warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di Kota Medan

4. Baitul Maal Wal Tamil adalah suatu sistem perbankan yang pelaksanaannya berdasarkan hukum Islam.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala nominal. Skala nominal merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, kelompok, atau klasifikasi konstruk yang diukur dalam bentuk variabel. Nilai variabel dengan skala nominal hanya menjelaskan kategori, tidak menjelaskan nilai peringkat, jarak, atau perbandingan.

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi atau sering juga disebut universe adalah keseluruhan atau totalitas objek yang diteliti yang ciri-cirinya akan diduga atau ditaksir (estimated).


(49)

Ciri-ciri populasi disebut parameter. Oleh karena itu, populasi juga sering diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana data akan dijaring atau dikumpulkan. Populasi dalam penelitian (penelitian komunikasi) bisa berupa orang (individu, kelompok, organisasi, komunitas, atau masyarakat) maupun benda, misalnya jumlah terbitan media massa, jumlah artikel dalam media massa, jumlah rubrik, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita menggunakan teknik analisis isi (content analysis).

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri secara harfiah berarti contoh). Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. 2. Lebih cepat dan lebih mudah.

3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam. 4. Dapat ditangani lebih teliti.

Ada beberapa hal yang mempengaruhi berapa besar sampel yang harus diambil, yaitu sebagai berikut.

1. Heterogenitas dari populasi

Semakin heterogen sebuah populasi semakin, jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar sehingga seluruh karakteristik populasi dapat terwakili

2. Jumlah variabel yang digunakan

Semakin banyak jumlah variabel yang ada, jumlah sampel yang diambil pun harus semakin besar. Hal ini mengingat adanya persyaratan pengujian


(50)

hubungan (misalnya dengan chi-square test of independent yangn tidak memungkinkan adanya sel dengan nilai yang diharapkaan < 1 yang dalam perhitungannya dipengaruhi oleh besaran sampel)

3. Teknik penarikan sampel yang digunakan

Jika peneliti menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana, otomatis jumlah sampel tidak terlalu berpengaruh dibandingkan dengan penggunaan teknik penarikan acak terlapis. Semakin banyak lapisan maka membutuhkan sampel yang lebih besar pula.

Pada penelitian ini telah ditetapkan populasi penelitian adalah seluruh BMT yang berada di Kota Medan. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah masyarakat (nasabah) BMT yang berada di Kota Medan.

3.6.1 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ada dua teknik pengambilan sampel yang biasa digunakan yaitu teknik pengambilan sampel probabilitas (probability sampling) dan teknik pengambilan non probalilitas (non probability sampling). Sampel probabilitas atau disebut juga sampel random (sampel acak) adalah sampel yang pengambilannya berlandaskan pada prinsip teori peluang, yakni prinsip memberikan peluang yang sama kepada seluruh unit populasi untuk dipilih sebagai sampel, teknik probability sampling ini digunakan apabila factor keterwakilan (representativeness) oleh sampel terhada populasi sangat dibutuhkan dalam penelitian agar hasil penelitian dapat digeneralisasi secara lebih luas. probability sampling terdiri dari beberapa jenis yaitu acak sederhana (simple


(51)

random sampling), sistematik, klaster (cluster ramdom sampling), bertingkat (stratified random sampling). Sebaliknya, sampel non probabilitas atau sampel non random (sampel tak acak) adalah sampel yang pengambilannya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu (bisa pertimbangan penelitian maupun pertimbangan peneliti), terdiri dari purposive (purposeful sampling), bola salju (snowball sampling), dan kuota (quota sampling).

Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik sampel acak sederhana (simple random sampling). Sampel acak sederhana (simple random sampling) adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh setiap unit penelitian untuk dipilh sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran sampel yang dikehendaki dibagi dengan ukuran populasi.

Dari berbagai rumus yang ada, ada sebuah rumus yang dapat digunakan untuk menentukan besaran sampel, yaitu Rumus Slovin:

� = �

1 +��2

n = Besaran Sampel N = Besaran Populasi

E = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel)

Pada penelitian ini besarnya populasi adalah sebesar 37936 orang nasabah yang tersebar di 53 BMT di Kota Medan. Dengan nilai kritis sebesar 10%, maka besarnya sampel dengan menggunakan rumus Slovin adalah:


(52)

� = �

1 +��2

� = 37936

1 + 37936 (0.1)2

� = 37936

380.36

� = 99.7

� = 100

Jadi sampel yang akan digunakan pada penelitian ini sebanyak 100 orang nasabah (responden) Baitul Mal Wa Tamwil (BMT). Setelah menentukan besaran sampel, maka harus memilih sampel.

Pada penelitian ini telah ditetapkan sampel penelitian adalah masyarakat nasabah BMT yang berada di Kota Medan. Besarnya sampel adalah 100, maka peneliti dapat memilih secara bebas sampel/responden dengan karateristik yang telah ditentukan.

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer, yaitu data yang di peroleh dari hasil penyebaran kuisioner secara langsung kepada masyarakat kota Medan

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber seperti: buku, literatur, media internet, serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.


(53)

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui: 1. Kuesioner

Kuesioner atau angket merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi (Soeratno dan Lincolin Arsyad, 1993:96).

2. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini pengamatan langsung ke BMT yang berada di kota Medan.

3. Studi Kepustakaan dan Studi Dokumentasi. Studi Kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang ada di dalam penelitian skripsi ini, dapat diperoleh dari buku-buku, internet, dan lain-lain. Sedangkan, Studi Dokumentasi yaitu mengadakan pencatatan langsung terhadap dokumen atau arsip yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Berdasarkan rumusan masalah dan karakteristik objek penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner atau angket merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi (Soeratno dan Lincolin Arsyad, 1993:96).

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kuesioner adalah mengenai data pribadi responden. hal itu dikarenakan data pribadi menunjukkan keberadaan responden secara riil agar tidak terjadi responden fiktif. Daftar pertanyan dikuesioner ini dikelompokkan menjadi 4 bagian pertanyan, yaitu :


(54)

1. Ketertarikan menjadi nasabah Baitul Maal Wattamwil (BMT) 2. Keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT)

3. Perkembangan Baitul Maal Wattamwil (BMT)

4. Manfaat Baitul Maal Wattamwil (BMT) terhadap Masyarakat

3.9 Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah dengan metode analisis deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang dilakukan dengan cara menyusun data, mengelompokkannya untuk dianalisis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai fakta-fakta dan sifat serta hubungan-hubungan antar fenomena yang sedang diteliti. Data-data yang diperoleh dianalisis dengan cara tabulasi, sehingga diperoleh jumlah dan persentase dari variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini penulis menggunakan program komputer SPSS versi 17.0 untuk pengolahan data. Data-data penelitian yang dihimpun hasilnya akan dikelompokkan/diklasifikasikan dalam bentuk tabel dan bentuk gambar (diagram).


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum PINBUK 4.1.1 Latar Belakang

Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) atau Centre for Micro Enterprise Incubation didirikan pada tanggal 13 Maret 1995 di Jakarta oleh Prof.DR. B.J. Habibie Ketua Umum ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Se-Indonesia), alm. K.H. Hasan Basri Ketua Umum MUI (Majelis Ulama Indonesia) dan Zainul Bahar Noor, SE. direktur utama Bank Muamalat Indonesia (BMI). PINBUK didirikan karena adanya tuntutan yang cukup kuat dari masyarakan yang menginginkan adanya perubahan dalam struktur ekonomi masyarakat yang dikuasai oleh beberapa gelintir orang tertentu, utamanya dari ekonomi konglomerasi kepada ekonomi yang berbasis masyarakat banyak yang khususnya ekonomi kerakyatan yang berbasis syariah.

Besarnya jumlah penduduk miskin dan unit usaha mikro mengharuskan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha mikro sebagai prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam hal ini, PINBUK yang didirikan sejak 1995 dengan mengembangkan model Lembaga keuangan Mikro-Baitul Maal wat Tamwil (LKM BMT) sebagai pemberdayaan masyarakat melalui penumbuhkembangan keswadayaan dan kelembagaan sosial ekonomi yang dapt menjangkau dan melayani banyak unit usaha mereka yang tidak mungkin dijangkau langsung oleh perbankan umum.


(56)

PBB melalui “Millenium Development Goals (MDGs)” telah menargetkan penurunan kemiskinan hingga tahun 2015 sebesar 50% dari 1,5 milyar jumlah penduduk miskin dunia saat ini melalui layanan Lembaga Keuangan MIkro (LKM). Demikian juga Indonesia, pada tanggal 26 Februari 2005 presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, telah mencanangkan tahun 2005 sebagai Tahun Keuagan Mikro Indonesia. Hal ini semakin mengukuhkan apa yang sudah dan sedang terus dilakukan oleh PINBUK selama ini melalui pengembangan merupakan strategi yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat.

Semangat ini juga yang mengiringi proses kelahiran PINBUK Sumatera Utara sebagai perwakilan dari PINBUK pusat yang berada di Jakarta yang didirikan pada tanggal 5 Mei 1996. Disamping itu, diharapkan pendirian PINBUK di daerah-daerah adalah sebagai upaya untuk berbagai peran sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Sampai saat ini telah berdiri PINBUK Perwakilan di setiap Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara yang telah terbentuk di 20 Daerah, dengan harapan sebagai perpanjangan tangan dari PINBK Perwakilan SUMUT sehingga dapat merayap aspirasi BMT-BMT yang ada di daerah masing-masing.

4.1.2 Visi

Menjadi lembaga yang terpercaya di Indonesia yang khususnya di SUMUT dalam penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan kelompok-kelompok usaha mikro yang mandiri,


(57)

berkelanjutan dan mengakar di masyarakat sehingga tercapainya tujuan mulia yang berdasarkan hakekat hukum islam.

4.1.3 Misi

Mewujudkan kehidupan “Rahmatan Lil ‘Alamin”, rahmat bagi semua, dengan:

1. Membangun keswadayaan masyarakat dan pengembangan LKMS/BMT dan kelompok-kelompok Usaha Mikro yang mandiri, berkelanjutan dan mengakar di masyarakat.

2. Menumbuhkembangkan praktek-praktek kewirausahaan yang bermutu dan profesional yang berstandarkan perbankan.

3. Menciptakan akses yang lebih mudah hingga masyarakat miskin dan Usaha Mikro mampu menjangkau Peluang, informasi dan sumber daya untuk pengembangan usaha.

4. Mengembangkan sumberdaya manusia dan sumberdaya ekonomi masyarakat miskin dan usaha mikro serta lembaga-lembaga pendukung dalam pengembangannya.

5. Mendorong terwujud kebijakan publik yang mendukung pada peningkatan akses masyarakat miskin da usaha mikro kepada sumberdaya ekonomi melalui pengembangan LKMS/BMT.

6. Mengembangkan lembaga-lembaga pendukung/infrastruktur dalam pengembangan kualitas dan kuantitas LKMS serta layanan pengembangan usaha mikro.


(58)

7. Mengembangkan pemberdayaan sosial masyarakat yang terpadu dalam aspek usaha ekonomi produktif (UEP) dan usaha kesejahteraan sosial (UKS) pada berbagai kelompok masyarakat.

8. Memasyarakatkan Ekonomi Syariah di level Mikro.

4.1.4 Tujuan PINBUK

1. Mengembangkan lembaga PINBUK sebagai fasilitator dan inkubator dalam penumbuhan serta pengembangan BMT dan usaha kecil.

2. Mengembangkan model-meodel pengembangan BMT secara operasional menjadi lembaga yang berkemampuan secara jaringan vertikal dan horizontal dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya.

3. Mengupayakan agar BMT menjadi geraka umat secara nasional bagi pengembangan usaha kecil dan mikro.

4. Menjadikan usaha kecil dan mikro melalui Kelompok Usaha Muamalah yang berbasis syariah sebagai kekuatan pembangunan struktur pengusaha kecil mikro pedesaan.

5. Menjadikan usaha kecil mikro sebagai sarana pemerataan asset nasional yang berkadilan dan efektif dalam mendukung pembangunan masyarat yang berkelanjutan.

6. Meningkatkan peranan usaha kecil mikro dalam ikut menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi di berbagai level penentuan keputusan.


(59)

4.1.5 Kompetensi PINBUK

1. Community Development (Pemberdayaan Masyarakat) 2. Pelahiran Lembaga Keuangan Mikro Syariah (BMT) 3. Pelatiahan, Pendampingan, Pengawasan dan Pembinaan 4. Konsultasi

5. Kemitraan 6. Penelitian.

4.1.6 Mitra Kerja PINBUK

1. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pemuda & Olahraga SU, Dinas Sosial SU, Biro Pemberdayaan Perempuan (PP), Biro Perekonomian, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan nasional, Dinas pertanian BAPPEDA.

2. Perguruan Tinggi pada program ICL: UMSU, IAIN SU, Universitas Al Azhar dan UISU.

3. BUMN (PT. Perkebunan Nusantara II, III, IV, dan Pelindo).

4. Perbankan: BI (Bank Indonesia), BMI (Bank Muamalat Indonesia), BSM (Bank Syari’ah Mandiri) dan BPRS serta PNM.

5. Asosiasi dan perusahan yang sepaham dengan gerakan PINBUK dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berbasis syariah.


(60)

4.1.7 Agenda Kedepan PINBUK SUMUT

1. Penguatan jaringan ekonomi islam (Islamic Economy Network) yang melibatkan semua sektor ekonomi, sektor keuangan, sektor ril, sektor sosial.

2. Penguatan kualitas sumber daya manusia.

a. Akses endidikan yang mudah bagi masyarakat b. Peningkatan jiwa kewirausahaan

c. Penguatan kualitas peranan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sistem ekonomi

d. Regulasi, yaitu PERDA yang mengakomodasi perkembangan dan pengembangan ekonomi islam

e. Serta berbagai kebijakan pemerintah yang secara langsung dapat mendorong penguatan ini

f. Mitra usaha

• Motivasi untuk berwirausaha

• Jiwa kewirausahaan merupakan faktor yang penting dan cukup menentukan dalam pembangunan ekonomi

Kerja sama (partnership) berarti sinergi antara beberapa sektor sekonomi, sektor keuangan, sektor ril dan sektor sosial.


(61)

4.2 Hasil Pembahasan 4.2.1 Profil responden

Responden penelitian ini berjumlah 100 orang. Dimana, responden yang diberikan kuesioner merupakan nasabah BMT Waashil, BMT MES, BMT Ar-Ridwan, dan BMT Uswatun Hasanah. Penulis memperoleh profil responden dengan mendatangi rumah mereka masing-masing. Nasabah yang menjadi responden diberikan beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner dimana nantinya jawaban dari pertanyaan tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, frekuensi, gambar, dan tabulasi silang (crosstab).

4.2.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian dapat terlihat perbandingan jenis kelamin responden. Perbandingan jenis kelamin ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang menjadi nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Dalam Tabel 4.1 ini diuraikan data responden menurut jenis kelamin.

Tabel 4.1

Profil Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

1 Laki – Laki 71 71,0

2 Perempuan 29 29,0

Total 100 100,0


(62)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 responden ternyata jumlah nasabah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumah nasabah perempuan. Jika dilihat dari frekuensi dan presentasenya, jumlah responden laki-laki ada 71 orang (71%) dari jumlah yang ada sedangkan untuk jumlah nasabah perempuan ada 29 orang (29%).

4.2.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia akan mampu meningkatkan kesejahteraan hidup baik dari segi pekerjaaan dan pendapatannya. Pada Tabel 4.2 diuraikan data responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 4.2

Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat

Pendidikan

Frekuensi Presentase

SD 6 6,0

SMP/Sederajat 15 15,0

SMA/Sederajat 67 67,0

Diploma 7 7,0

Sarjana 5 5,0

Pasca Sarjana 0 0,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan nasabah yang menjadi nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) didominasi oleh tingkat pendidikan SMA/sederajat dengan jumlah nasabah sebanyak 67 orang (67,0%). Kemudian tingkat SMP/sederajat dengan jumlah sebanyak 15 orang (15,0%).


(63)

Untuk tingkat sekolah dasar (SD) memiliki jumlah 6 nasabah atau setara dengan (6,0%). Sedangkan untuk diploma sebanyak 7 nasabah atau setara dengan (7,0%) dan sarjana berjumlah 5 orang (5,0%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan SMA/sederajat memiliki jumlah yang paling besar. Karena sulitnya mencari pekerjaan dan kesulitan ekonomi membuat para nasabah mulai berfikir untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dengan melakukan wirausaha dengan dana yang diberikan oleh pihak Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) kepada nasabahnya.

4.2.4 Data Responden Berdasarkan Pekerjaan

Dari hasil penelitian dapat terlihat perbandingan jenis pekerjaan responden. Perbandingan jenis pekerjaan ini digunakan untuk mengetahui latar belakang pekerjaan apa saja nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) tersebut. Berikut adalah hasil penelitian yang akan disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Data Responden Berdasarkan Latar Belakang Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi Presentase

PNS/TNI/POLRI 0 0,0

Pegawai Swasta 1 1,0

Wirausaha 58 58,0

Buruh 3 3,0

Pensiunan 14 14,0

Ibu Rumah Tangga 24 24,0

Total 100 100,0


(64)

Berdasarkan data diatas dapat terlihat bahwa nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Kota Medan berasal dari latar belakang pekerjaan sebagai wirausaha sebanyak 58 orang (58%), kemudian disusul dari kalangan ibu Rumah Tangga sebanyak 24 orang (24%), dari kalangan Pensiunan 14 orang (14%), dan dari Buruh sebanyak 3 orang (3%), serta dari Pegawai Swasta 1 orang (1%).

Terlihat bahwa jumlah nasabah perempuan lebih banyak daripada jumlah nasabah laki-laki. Hal ini dapat terlihat dari tabel yang telah disajikan diatas. Jumlah nasabah yang paling banyak bekerja sebagai wirausaha dengan responden laki-laki sebanyak 4 orang (10,0%) dan perempuan sebanyak 17 orang (42,5%). Kemudian disusul dengan ibu rumah tangga sebanyak 10 orang dengan presentase sebesar 25,0%. Ada juga pegawai swasta yang masing-masing nasabah sebanyak 1 orang dengan total nasabah sebesar 5,0%. Pensiunan dengan nasabah perempuan sebanyak 1 orang (2,5%). Sedangkan nasabah yang bekerja sebagai buruh berjumlah 6 orang dengan perbandingan 1:1 yang artinya 3 nasabah laki-laki dan 3 nasabah perempuan dengan total presentase sebesar 15,0%.

4.2.5 Data Responden Berdasarkan Pendapatan

Karena nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) berasal dari latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda, pendapatan yang mereka miliki juga bervariasi. Ada yang berpendapatan tinggi, sedang, dan rendah. Dimana dengan pendapatan tersebut, nasabah mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Berikut ini akan ditampilkan data responden berdasarkan pendapatan yang akan diuraikan pada Tabel 4.4


(65)

Tabel 4.4

Data Responden Berdasarkan Pendapatan

Pekerjaan Frekuensi Presentase

< Rp. 500.000 13 13,0

Rp. 501.000 – Rp. 1.000.000 54 54,0 Rp. 1.001.000 – Rp. 1.500.000 28 28,0 Rp. 1.501.000 – Rp. 2.000.000 3 3,0

>Rp. 2.001.000 2 2,0

Total 100 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui sebanyak 54 nasabah (54%) memiliki pendapatan Rp 501.000-1.000.000. Kemudian untuk pendapatan Rp 1.001.000-1.500.000, jumlah nasabah sebanyak 28 orang dengan presentase sebesar 28%, hanya 13 orang nasabah yang memiliki pendapatan yang sangat rendah yaitu < Rp 500.000 per bulan. Sedangkan untuk pendapatan Rp 1.501.000-2.000.000 dan > Rp 2.001.000 masing-masing memiliki jumlah nasabah sebanyak 3 dan 2 orang dengan presentase total sebesar 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan responden tidak terlalu tinggi dan hanya berkisar antara Rp 501.000-1.000.000 saja.

4.2.6 Data Responden Mengenai Lama Menjadi Nasabah Baitul Maal Wat

Tamwil (BMT)

Kepercayaan nasabah terhadap suatu lembaga keuangan syariah terlihat pada lamanya nasabah tersebut bergabung dengan lembaga keuangan tersebut. Ketika nasabah merasa yakin dengan lembaga keuangan yang mampu memberikan apa yang nasabah inginkan, maka nasabah tersebut tidak akan


(66)

berpindah ke lembaga keuangan lainnya. Pada Tabel 4.5 dibawah ini akan terlihat mengenai data responden mengenai lamanya mereka menjadi nasabah BMT.

Tabel 4.5

Data Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah Lama Menjadi Nasabah Frekuensi Presentase

1 Tahun 17 17,0

2 Tahun 24 24,0

3 Tahun 53 53,0

4 Tahun 4 4,0

>4 Tahun 2 2,0

Total 100 100,0

Sumber: Data Primer

Jika dilihat dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden telah menjadi nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) selama 3 tahun. Mereka berjumlah 53 orang dengan presentase sebesar 53%. Kemudian selanjutnya lama menjadi nasabah adalah 2 tahun dengan total nasabah berjumlah 24 orang (24%). Dan yang menjadi nasabah di Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) untuk 1 tahun dengan total nasabah sebesar 17 orang (17%). Sedangkan untuk lama responden selama 4 tahun, jumlah total responden yang menjadi nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) adalah 4 orang dengan presentase sebesar 4%. Untuk tahun lainnya, lama responden menjadi nasabah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) hanya 2 %.

4.2.7 Alasan Responden Memilih Baitul Maal Wat Tamwil (BMT)

Setiap orang selalu memilih lembaga keuangan yang terbaik untuk memperoleh pelayanan dengan rasa aman, nyaman, dan kualitas pelayanan yang


(1)

Isilah titik-titik dibawah ini dan beri tanda X pada salah satu

jawaban yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu.

Identifikasi Responden:

1. Nama :

2. Umur : Tahun

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-Laki 2. Perempuan

4. Tingkat Pendidikan : 1. SD 4. Diploma

2. SMP/Sederajat 5. Sarjana

3. SMA/Sedrajat 6. Pasca Sarjana

5. Pekerjaan : 1. PNS/ TNI/ POLRI

2. Pegawai Swasta

3. Wirausaha

4. Buruh

5. Pensiunan

6. Ibu Rumah Tangga


(2)

1. < Rp 500.000

2. Rp 501.000 – 1.000.000

3. Rp 1.001.000 – 1.500.000

4. Rp 1.501.000 – 2.000.000

5. > Rp 2.001.000

A. kuesioner mengenai ketertarikan menjadi nasabah Baitul Maal Wattamwil (BMT)

1. Sudah berapa lama Bapak/Ibu mengenal Baitul Maal Wattamwil (BMT)? 1. 1 Tahun

2. 2 Tahun 3. 3 Tahun 4. 4 Tahun

5. Lainnya...

2. Dari Mana Bapak/Ibu mengetahui tentang Baitul Maal Wattamwil (BMT)? 1. Surat Kabar/Majalah/Brosur

2. Teman/keluarga 3. Pegawai BMT 4. Lainnya……

3. Alasan Bapak/Ibu memilih Baitul Maal Wattamwil (BMT)? 1. Mudah dalam bertransaksi dan mendapatkan info 2. Keyakinan pribadi


(3)

4. Tidak bertentangan dengan agama 5. Lainnya………

4. Produk apa saja yang Bapak/Ibu ketahui? 1. Simpanan Wadi’ah

2. Pembiayaan Mudharabah 3. Qardhul Hasan

4. Lainnya………

B. Kuesioner mengenai keberadaan Baitul Maal Wattamwil

1. Bagaimana menurut Bapak/Ibu sosialisasi Baitul Maal Wattamwil (BMT) kepada masyarakat?

1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Baik

4. Kurang baik 5. Buruk /Tidak ada

2. Bagaimana menurut Bapak/Ibu sosialisai produk-produk Baitul Maal Wattamwil (BMT)?

1. Sangat baik 2. Cukup baik 3. Baik

4. Kurang baik 5. Buruk/tidak ada


(4)

1. Sangat baik dan sangat strategis 2. Baik dan Strategis

3. Cukup baik dan cukup strategis 4. Kurang baik dan kurang strategis 5. Sangat kurang baik dan kurang strategis

4. Bagaimana pemanfaatan IT terhadap layanan kepada masyarakat(nasabah)? 1. Sangat baik

2. Cukup baik 3. Baik

4. Kurang baik 5. Sangat tidak baik

C. Kuesioner mengenai perkembangan Baitul Maal Wattamwil (BMT)

1. Menurut Bapak/Ibu apakah Baitul Maal Wattamwil (BMT) telah tersebar di seluruh daerah di Kota meda?

1. Ya

2. Belum (alasan...)

2. Menurut Bapak/Ibu bagaimana tenaga Sumber Daya Manusia di Baitul Maal Wattamwil (BMT)?

1. Sangat baik & berkompeten 2. Cukup baik & cukup berkompeten 3. Baik & berkompeten

4. Kurang baik & kurang berkompeten 5. Sangat kurang baik & tidak berkompeten


(5)

3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana system administrasi yang diterapkan oleh Baitul Maal Wattamwil (BMT)?

1. Sangat mudah 2. cukup mudah 3. Mudah 4. Agak sukar 5. Sangat sukar

4. Menurut Bapak/Ibu apa yang menjadi masalah/kendala selama menjadi nasabah di Baitul Maal Wattamwil (BMT)?

1. ... 2. ... 3. ... 4. ...

D. Kuesioner mengenai manfaat Baitul Maal Wattamwil (BMT)

1. Adakah manfaat yang Bapak/Ibu dapatkan semala menjadi nasabah Baitul Maal Wattamwil (BMT)?

1. Ya (sebutkan...) 2. Tidak

2. Menurut Bapak/Ibu apakah keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) memberi manfaat kepada warga di sekitar Baitul Maal Wattamwil (BMT) berdiri?

1. Ya (alasan...) 2. Tidak (alasan...)


(6)

3. Menurut Bapak/Ibu apakah keberadaan Baitul Maal Wattamwil (BMT) mampu meningkatkan aktifitas perekonomian di sekitar Baitul Maal Wattamwil (BMT) berdiri? 1. Ya

2. Tidak (alasan...)

4. Menurut Bapak/Ibu apakah penyaluran dana kepada nasabah disalurkan sesuai dengan prinsip syariah?

1. Ya