untuk meningkatkan mutu hukum positif yang berlaku.Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang termuat dalam kamus-kamus hukum, ensiklopedi, bibliografi, berbagai terbitan yang memuat
indeks hukum dan semacamnya meliputi berbagai undang-undang, Penelitian hukum semacam ini tidak mengenal penelitian lapangan field research karena yang diteliti adalah bahan-bahan
hukum sehingga dapat dikatakan sebagai library based, focusing on reading and analysis of the primary and secondary materials.
22
1.7.6 Teknik Penetuan Sampel Penelitian
Teknik yang digunakan dalam skripsi ini adalah Teknik Non Probability Sampling yaitu dengan menggunakan teknik ini akan memberikan peraan yang sangat besar pada penelitian untuk
menentukan pengambilan sampelnya. Dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti berapa sampel yang harus di ambil agar dapat dianggap mewakili populasi sebagaimana halnya dalam teknik
random sampling. Hasil penelitian yang menggunakan teknik pengambilan sampel seperti ini tidak dapat digunakan untuk membuat generalisasi tentang populasinya, karena sesuai dengan ciri umu
dari non probability sampling tidak semua elemen dalam populasi mendapatkan kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik Non Probability Sampling digunakan dalam hal :
• Data tentang populasi sangat langka atau tidak diketahui secara pasti jumlah populasinya • Penelitian bersifat studi eksploratif atau deskriptif
• Tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi tentang populasinya Adapun bentuk dari non probability sampling yang digunakan adalah purposive sampling
di mana penarikan sampel dilakukan berdasarkan tujuan tertentu, yang mana penunjukan dan pemilihan sampel didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat
atau karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari populasinya.
22
Jhonny Ibrahim, Op.cit, hlm. 46
1.7.7 Teknik Pengolahan dan Analisis data
Data yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data belum memberikan arti apa- apa bagi tujuan suatu penelitian. Penelitian belum dapat ditarik kesimpulan bagi tujuan
penelitiannya, sebab data itu masih merupakan data mentah dan masih diperlukan usaha atau upaya untuk mengolahnya. Proses yang dilakukan adalah dengan memeriksa, meneliti data yang telah
diperoleh untuk menjamin apakah data dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kenyataan. Setelah data diolah dan dirasa cukup maka selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi dan mungkin
juga dalam bentuk tabel.Setelah data terkumpul lengkap dan telah diolah dengan menggunakan narasi ataupun tabel maka selanjutnya dianalisis secara diskriptif kualitatif melalui tahap-tahap
konseptualisasi, kategorisasi, relasi dan eksplanasi. Konseptualisasi adalah upaya menemukan makna dari konsep-konsep atau dalil-dalil yang terkandung dalam ketentuan hukum baik yang
tertulis maupun tidak tertulis.
23
Setelah semua bahan hukum yang diperlukan terkumpul kemudian dilakukan teknik analisis bahan hukum secara kualitatif yang artinya penelelitian ini akan perupaya untuk
memaparkan sekaligus untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang ada dengan cara yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan yang jelas dan benar.
24
Dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menemukan konsep-konsep yang terkandung dalam bahan-bahan hukum
konseptualiasi dilakukan dengan cara memberikan interpretasi terhadap bahan hukum tersebut;
23
Soetandyo Wignjosoebroto, 2002, Hukum Paradigma, Metode dan Dinamika Masalahnya, ELSAM dan HUMA, Jakarta, hlm.155-156.
24
Bambang Sunggono, 2002, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta hlm. 106.
b. Mengelompokan konsep-konsep atau peraturan-peraturan yang sejenis atau
berkaitan; c.
Menemukan hubungan diantara berbagai konsep, kemudian diolah; d.
Menjelaskan dan menguraikan hubungan diantara berbagai konsep atau peraturan. Untuk melengkapi teknik kualitaif juga teknik content analysis yaitu analisis yang
integrative dan secara konseptual cendrung diarahkan untuk menemukan, mengindetifikasi, mengolah dan menganalisis bahan hukum untuk memahami makna, signifikasi dan
relevansinya.
25
Dengan demikian pada tahap akhir akan ditemukan hukum secara konkritnya kemudian penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir secara deduktif
yaitu menarik kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kearah yang bersifat khusus serta dipersentasikan dalam bentuk deskriptif.
25
Burhan Bungin, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif: Aktualisasi Metodologi Kearah Ragam Varian Kontemporer, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 203.
BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN PENGGUNA
JASA PARKIR 2.1 Perlindungan Hukum Dan Konsumen
2.1.1 Perlindungan Hukum
Menurut Satjipto Raharjo, Teori perlindungan hukum bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena dalam
suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan di lain pihak.
1
Kepentingan hukum adalah mengurusi hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan
kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan hukum yang
diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan prilaku antara anggota-anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan
pemerintah yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat.
2
Kepentingan-kepentingan tersebut digolong-golongkan dengan maksud jika terjadi perselisihan kepentingan dalam proses pembangunan khususnya benturan kepentingan umum atau
sosial dengan kepentingan individu, maka perlu diupayakan keseimbangan atau harmonisasi kepentingan. Dalam pertentangan kepentingan itu, hukum akan memilih dan mengakui
kepentingan yang lebih utama melalui penggunaan kekuasaan. Ini menuntut adanya korban kepentingan pada salah satu pihak sebagai konsekwensi pembangunan. Supaya hukum dapat
1
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti,Bandung,hlm. 53.
2
Ibid, hlm. 54.