B. Kesenian
Kesenian merupakan unsur kebudayaan selalu mengalami perkembangan dan perubahan dari masa ke masa. Perubahan itu disadari oleh pandangan manusia yang
dinamis dan semakin lama semakin berkembang dalam konsep proses dan hasil karya berkesenian.
Hal tersebut dapat dimengerti karena kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan dan manusia adalah pencipta sekaligus penikmatnya. Oleh karena itu,
sepanjang sejarahnya manusia tidak akan lepas dari seni, karena hal tersebut mengandung nilai estetis keindahan, sedangkan manusia menyukai keindahan. Sejalan
dengan hal tersebut, Rohidi 2000:3 berpendapat sebagai berikut: Kesenian telah menyertai manusia sejak awal kehidupannya, dan sekaligus
juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh hidup manusia. Semua ini menunjukkan keunikan baik dari umurnya maupun ke universalanya, sebagai salah
satu bagian dari kebudayaan.
Berdasarkan paparan diatas, berarti dengan seni, seseorang dapat memperoleh kenikmatan yang dirasakannya tidak hanya secara fisik saja, melainkan juga secara
batiniah. Estetika adalah disiplin terhadap keindahan atau seni.Bahasan seni dalam estetika mencakup masalah filosofis pengetahuan dan sains sekaligus. Kemudian,
secara bertahap berkembanglah berbagai disiplin seni yang lebih mengedepankan aspek rasional dan empiris yang didasari oleh interaksi bangsa-bangsa di dunia ini. Dimulai
oleh disiplin antropologi yang kemudian bersentuhan dengan disiplin seni. Kenikmatan itu timbul apabila kita menangkap simbol-simbol estetik dari penciptanya, sehingga
sering orang menyatakan nilai seni merupakan nilai spiritual kejiwaan. Pandangan tersebut dikemukakan pula oleh Rohindi 2000:11, sebagai berikut:
Kesenian adalah sebagai pedoman bagi pemenuhan integrative, yang bertalian dengan keindahan, berfungsi untuk mengintegrasikan berbagai kebutuhan
tersebut menjadi suatu satuan system yang diterima oleh cita rasa yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pembenaran secara moral dan penerimaan
akal pikiran warga masyarakat pendukungnya.
Karena kompleksitas dan kedalamannya, maka orang membuat batasan-batasan tentang seni. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam memahami dan menilai
seni, sehingga timbul konsep-konsep yang bervariasi sesuai dengan pemahaman, penghayatan, pengalaman dan pandangan seseorang terhadap seni.
Berbagai kesenian merupakan petualangan manusia, dan sebagian besar karya- karya tentang estetika pada masa kini, dimulai dari perbedaan-perbedaan umum di antara
cabang-cabang seni yang dihasilkan dalam kehidupan kita. Namun demikian, dalam tahapan tertentu berbagai cabang kesenian ini mempunyai satu kesatuan, yang
membentuk identitas masyarakat pendukungnya. Kesenian sudah melekat dalam tatanan hidup masyarakat. Hal ini tidak dapat
kita pungkiri lagi karena kesenian telah ada sejak jaman dulu dalam kehidupan masyarakat. Bentuk kesenian adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia di zaman dulu
tersebut, sering kali disebut sebagai kesenian tradisional. Kesenian tradisional lahir dari masyarakat, dipelihara oleh masyarakat, serta
mendapatkan pengembangannya oleh masyarakat. Oleh karena itu masyarakatlah yang menentukan perubahan pada kesenian tradisional.Kesenian tradisional memiliki ciri
tersendiri yang berpijak kepada adat istiadat atau aturan-aturan yang sudah baku, seperti yang diungkapkan oleh Edy Sedyawati 1981: 48 bahwa:
Predikat tradisional bisa diartikan sebagai segala yang sesuai dengan tradisi sesuai dengan kerangka pola-pola bentuk maupun penerapan yang selalu berulang,
sedang yang tidak tradisional adalah yang terikat pada kerangka apapun.
Dari pernyataan di atas, menunjukan bahwa pandangan masyarakat tentang kesenian tradisi hanya diartikan sebagai warisan budaya yang patut dilestarikan tanpa
pengamatan yang lebih dalam, serta mencerminkan makna dan symbol yang terdapat didalamnya.
Kesenian tradisional sangat dirasakan masyarakat pendukungnya sebagai sarana untuk mencapai suatu kebutuhan baik moril maupun spiritual. Mereka sangat percaya
bahwa keinginannya, akhirnya akan tercapai. Akan tetapi makna yang terkandung dalam kesenian tradisional pada umumnya berhubungan dengan kebutuhan
pendukungnya. Dari begitu banyak gaya tari rakyat yang ada, maka dapat dilihat ciri-ciri yang
selalu ada pada setiap tari rakyat, hal ini diungkapkapkan oleh Sedyawati 1986: 169 diantaranya sebagai berikut:
1. Fungsi sosial; Tarian yang mempunyai sifat sosial atau kebersamaan, atau bisa
ditarikan oleh semua kalangan masyarakat. 2.
Ditarikan bersama; Kelompok ataupun massal, bukan pemain atau penari saja, akan tetapi penonton juga dapat ikut andil pada pertunjukkan tari rakyat tersebut.
3. Sifatnya spontanitas dan komunikatif; Geraknya dilakukan tanpa dipikirkan
terlebih dahulu tapi muncul secara spontan, asalkan mendekati suasana hati lingkungan, dapat menjadi unsur berlangsungnya sebuah tari rakyat.
4. Bentuk geraknya sederhana; Bentuk gerak yang diungkapkan bukan gerak yang
sukar dan tinggi mutunya dalam arti gaya tari tertentu yang tinggi nilainya, akan tetapi sifat atau bentuk gerak yang sederhana tidak ada pengolahan, sekedar
mengimbangi bentuk gerak dan irama pasangannya. 5.
Tata rias dan busana pada umumnya sederhana; Kespontanitasan yang dituntut untuk berpartisipasi dalam tarian rakyat, dengan sendirinya menjadikan unsur tata
rias dan tata busana penampilan tari rakyat sangat sederhana. 6.
Irama iringan dinamis; Iringan musiknya penuh semangat dan tenaga, sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Dengan diiringi
hentakan-hentakan pukulan kendang lebih kerap, yang menyebabkan gending iringan terasa lebih dinamis.
7. Jarang membawakan cerita lakon; Di dalam pertunjukkan tari rakyat ini tidak
membawakan cerita lakon. 8.
Jangka waktu pertunjukan tergantung dari gairah penari yang tergugah; Waktu pertunjukkan tari rakyat sangat tergantung dengan banyaknya para apresiator dari
penonton yang terlibat. Sebaliknya bila suasana sekekliling termasuk penonton tidak apresiatif, dan tambahan lagi penari-penari yang hadir tidak saling
menggugah kegairahan mereka, hal semacam ini dapat menyebabkan pertunjukan menjadi sangat kurang bergairah dan patah di tengah jalan
9. Sifat tari rakyat sering humoristis: Dari segi sifat tari rakyat, dapat dirasakan
bahwa humor sangat menonjol mewarnai sifat tari rakyat itu. 10.
Tempat pementasan berbentuk arena; Tempat penyelenggaraan tari rakyat sangat lumrah diadakan di arena, dimana kemungkinan tontonan itu menyatu dengan
para penontonnya tidak ada batas antara pemain dan penonton. 11.
Bertemakan kehidupan masyarakat; Tema tari rakyat mencerminkan kehidupan masyarakat dimana teori itu dilahirkan dan dibina, serta dikembangkan, seiring
dengan pengaruh suasana lingkungan tempat dan waktu. Pemaparan di atas diungkap pula oleh Dolyana 1981:14 bahwa, “Ciri khas
sebuah kesenian rakyat yaitu suasana yang akrab dan kadang-kadang tidak diketahui lagi batas antara pemain dengan penonton”. Hal tersebut sejalan dengan ciri-ciri
kesenian lengger yang merupakan kesenian rakyat.
C. Kesenian Tradisional Lengger