Latar Belakang Gagasan Konsepsi “Bangsa” menurut Benedict Anderson

28 versi bahasa Indonesia merupakan terjemahan ke-21. Kedua puluh bahasa dimaksud, adalah bahasa Arab Mesir, Bulgaria, Cina Taiwan, Kroasia, Belanda, Prancis, Jerman, Yunani, Ibrani Israel, Italia, Jepang, Korea Selatan, Norwegia, Polandia, Portugis Brazil, Slovenia, Spanyol Meksiko, Swedia, Turki, dan Yugoslavia Serbia. Di samping itu, ada pula lima terjemahan bahasa lainnya yang saat itu sedang dipersiapkan untuk diterbitkan, masing-masing: bahasa Russia, Rumania, Lithuania, Georgia, dan Thailand. 26

1. Latar Belakang Gagasan

Konfrontasi bersenjata yang berkecamuk di semenanjung Indocina yang melibatkan negara-negara rezim revolusioner Marxis – antara Vietnam dengan Kamboja, dan Republik Rakyat China dengan Vietnam – antara tahun 1978-1979, diakui Anderson telah menginspirasi dirinya untuk menggagas tema “komunitas-komunitas terbayang” melalui karyanya ini. Bagi Anderson, kenyataan tadi seolah mengindikasikan bahwa di paruhan kedua abad ke-20, sedang terjadi sebuah proses tranformasi dalam sejarah Marxisme dan gerakan Marxis. Ia mengutip Eric Hobsbawm, ketika menyatakan bahwa: …gerakan-gerakan dan negara-negara Marxis telah cenderung untuk menjadi „nasional‟ bukan hanya dalam bentuknya melainkan juga dalam substansinya, yakni menjadi nasionalis. 27 Menurutnya, dahulu banyak “bangsa-bangsa tua” yang kelihatannya telah terkonsolidasi secara mapan, tapi justru mendapati dirinya sedang ditantang oleh kemuculan “subnasionalisme- subnasionalisme ” dalam batas-batas wilayahnya sendiri. Kemunculan sejumlah subnasionalisme ini menurut Anderson hendak menunjukkan, bahwa seolah-olah mereka tengah bermimpi untuk suatu hari kelak bisa mengibarkan bendera kemerdekaan sendiri. Sinyalemen akan berakhirnya 26 Lih. Ibid., xiv-xv. 27 Ibid., 3, mengutip Eric Hobsbawn, “Some Reflections on The Break-up of Britain”, dalam New Left Review, 105 September-Oktober 1977, 13. 29 era nasionalisme seperti yang sempat diramalkan sejumlah pihak pun, menurut Anderson tidak akan pernah menjadi kenyataan. Ia mengklaim, bahwa “kenasionalan” justru telah dianggap sebagai nilai yang paling absah secara universal dalam pergolakan politik global dewasa ini. Ia juga mengakui, bahwa “nasion atau bangsa,” “nasionalitas atau kebangsaan,” dan “nasionalisme atau paham kebangsaan,” merupakan sekumpulan peristilahan yang agak rumit untuk dirumuskan, apalagi jika harus diuraikan. Gagasan-gagasan teoritis seputar nasionalisme dirasakannya agak langka, manakala harus membandingkan pengaruh nasionalisme itu sendiri terhadap dinamika perpolitikan bangsa-bangsa di zaman modern. Secara sepintas ia mengungkapkan, bahwa nasionalisme dalam perkembangannya seolah telah menjadi “anomali” atau keganjilan dalam hubungannya dengan teori Marxis. Akan tetapi, anomali ini justru merupakan entry point bagi garapan analisa Benedict Anderson mengenai nasionalisme. Menurut Anderson, nasionalitas nationality, atau ke-nasional-an nationness, atau sama halnya dengan nasionalisme, dapat dipandang seumpama “artefak-artefak” budaya jenis khusus. Pandangan inilah yang telah menjadi titik pijak bagi Anderson untuk melakukan analisa dimaksud. Dalam kepentingan ini, ia lantas berargumen bahwa: . . . penciptaan artefak-artefak ini pada akhir abad ke-18 merupakan penyulingan spontan atas „persilangan‟ berbagai kekuatan historis; namun, sekali telah tercipta, artefak-artefak ini menjadi „modular‟ standar, yang dapat ditanamkan dengan berbagai derajat kesadaran diri, ke berbagai bentangan sosial yang luas, untuk melebur dan dileburkan dengan serangkaian tata politis dan ideologis yang luas pula. 28 Untuk masuk lebih jauh ke dalam pemahaman tentang bangsa dan paham kebangsaan menurut Benedict Anderson, maka ada beberapa point utama yang bisa dirujuk guna menjelaskan gagasan yang dimaksud – sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini. 28 Ibid., 6., 30

2. Konsep dan Defenisi Bangsa

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM)

0 2 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM)

0 2 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) T2 752010013 BAB I

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) T2 752010013 BAB II

0 2 49

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendeta Perempuan dalam Kepemimpinan di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) T2 752010013 BAB IV

0 0 11

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB II

0 0 17

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Manajemen Kurikulum Pendidikan Katekisasi (Studi di Gereja Protestan Maluku) T2 BAB II

0 1 35