DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PENYAKIT MEN
Jurnal
Kesehatan Masyarakat
DEWAN REDAKSI
PENASEHAT
Prof. H. Sugeng Juwono Mardihusodo, dr. DAP&E, M.Sc (Tropmed)
PENANGGUNGJAWAB
Ariana Sumekar, SKM.,M.Sc
PIMPINAN REDAKSI
Siti Uswatun Chasanah, S.K.M.,M.Kes.
SEKERTARIS REDAKSI
Heni Febriani, S.Si.,M.P.H.
BENDAHARA
Sigit Hartono, S.E.
PENANGGUNG JAWAB EDITOR
Tedy Candra Lesmana, S.Hut.,M.Kes.
HUMAS DAN PUBLIKASI
Sri Lestari, S.K.M.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT adalah jurnal mengenai kesehatan masyarakat yang diterbitkan
oleh prodi kesehatan masyarakat STIKES Wira Husada. Jurnal terbit dua kali dalam satu tahun untuk
volume yang sama. Jurnal ini diterbitkan sebagai wahana komunikasi ilmiah antar akademisi, peneliti,
pakar dan pemerhati untuk pengembangan IPTEK dalam bidang kesehatan masyarakat. Isi jurnal ini
berupa hasil penelitian, kasus lapangan, resensi buku, atau kajian ilmiah bidang kesehatan masyarakat.
Artikel topik khusus dimungkinkan untuk diterbitkan di dalam jurnal. Pengiriman naskah, surat-menyurat
dan permintaan berlangganan, dialamatkan kepada redaksi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan atas tersusunnya Jurnal
Kesehatan Masyarakat Volume 08/Nomor 1/Maret/2015. Dalam tersusunnya Jurnal
Kesehatan Masyarakat edisi ini, semoga dapat memberikan manfaat dan memperluas
wawasan dibidang penelitian dan pendidikan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada para penulis dalam Jurnal
Kesehatan Masyarakat yang telah berkenan menjalin kerjasama dalam menerbitkan
naskah Jurnal ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada segenap jajaran
Jurnal Kesehatan Masyarakat atas dedikasi dan kerjasamanya dalam upaya
mewujudkan penerbitan Jurnal Kesehatan Masyarakat edisi ini.
Salam,
Redaksi
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Volume 08/Nomor 1/Maret/2015
Daftar Isi:
ARTIKEL PENELITIAN
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja ........................................ 309
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa
di Kabupaten Rembang ............................................................................................. 318
Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap
Penurunan Kepadatan Jentik Nyamuk aedes aegypti L. di Kelurahan
Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta ............................................................... 326
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan kinerja Perawat di
Ruang Rawat Inap ..................................................................................................... 332
RSUD Ahmad Yani Metro Lampung dampak Perubahan Iklim pada Penyakit
Menular: sebuah Kajian Literatur .............................................................................. 342
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar pada
Bayi di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta ................................................................. 349
Perbedaan Konsentrasi Perekat antara Briket Bioarang Tandan Kosong Sawit
dengan Briket Bioarang Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Lama Membara .......... 356
Dampak Psikologis Terhadap Istri yang Menjadi Korban Kekerasan dalam
Rumah Tangga Di P2TP2A provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 ........................ 369
Analisis Pengetahu, Sikap, Dan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri
(Apd) pada Perajin Perak di Industri Perak “X” Yogyakarta ...................................... 374
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan Motivasi Kontrol Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klinik Kartika Husada Sitimulyo Piyungan
Bantul ....................................................................................................................... 382
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/ No.01/Maret/2015
MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT JOGJA
Muchsin Maulana1, Hari Kusnanto2, Agus Suwarni3
1
Postgraduate of Public Health, Gadjah Mada University. [email protected]
2
Field Epidemiology Training Program, Gadjah Mada University
3
Health Polytechnic, Health Ministries
Diterima 17 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015
ABSTRACT
Jogja Hospital is a Government-owned Hospital run by the Government of city of
Jogyakarta. In its daily activities, the hospital produces waste which, if not properly
discharged or burned, may cause adverse effect on workers as well as the
surrounding area. Jogja hospital has Incinerator, thus simplifying the management
such waste. The waste management including the rules, procedures and
policymaking need to be explored to investigate the process of waste management of
Jogja hospital. Methods in this study used a qualitative descriptive case study in
order to get a clear picture or description about certain situation objectively. The
unit analysis was the solid waste management in the Jogja Hospital. In-depth
interviews were conducted with the Head of Environmental Health Installation and
Waste Management Officer. Data were obtained through observation, in-depth
interviews and document studies. The results shows, the process of solid waste
management at the Jogja hospital was carried out by the hospital waste management
officer under the direction of the Hospital Environmental Health Installation. Waste
Management Officer was a by-contract employee financed by the Hospital. The
Incinerator Facility helped the hospital in processing the medical waste.
Keywords: Management; treatment; solid waste, Hospital Jogja
ABSTRAK
Rumah Sakit Jogja merupakan Rumah Sakit Pemerintah yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Jogja. Rumah Sakit Jogja dalam kegiatan seharinya menghasilkan
limbah dan jika tidak dilakukan pembuangan atau pembakaran dengan benar maka
akan menimbulkan efek buruk pada petugas maupun daerah sekitar. Rumah Sakit
Jogja memiliki insinerator, sehingga mempermudah dalam pengelolaan limbah
Rumah Sakit. Pengelolaan limbah, peraturan, prosedur tetap serta pengambilan
kebijakan perlu diekplorasi untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan limbah
di Rumah Sakit Jogja. Metode penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus
deskriptif kualitatif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif. Unit analisis adalah manajemen limbah padat
di Rumah Sakit Jogja. Wawancara mendalam dilakukan kepada Kepala Instalasi
Kesehatan Lingkungan dan Petugas Pengelolaan Limbah. Sumber data didapat dari
observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan
proses pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Jogja dilakukan oleh Petugas
Pengelolaan Limbah di bawah arahan Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Petugas Pengelolaan Limbah merupakan tenaga kontrak dengan pembayaran
309
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
swadana dari rumah sakit. Fasilitas incenerator di rumah sakit memberikan
kemudahan dalam proses pengolahan sampah medis.
Kata Kunci: Manajemen, pengolahan, limbah padat, Rumah Sakit Jogja
menyebabkan
PENDAHULUAN
Selama beberapa dekade, organisasi
kesehatan memiliki layanan outsourcing
signifikan
peningkatan
dalam
yang
kualitas
tingkat
pelayanan[1].
Untuk
seperti layanan makanan dan rumah
pelaksanaan
reformasi
Wideman
kesehatan yang efektif, berbagai bentuk
mengemukakan program perawatan yang
dan tingkat privatisasi telah menjadi
dikelola
komponen penting
tangga.
Sarpin
saat
mengurangi
dan
ini
biaya
mencoba
untuk
kesehatan
dengan
kesehatan
di
baru
terutama
di
mempertahankan
standar
solusi
yang
diusulkan untuk meningkatkan sistem
beralih ke outsourcing dalam cara-cara
untuk
dari
seluruh
dunia,
negara
namun
berkembang,
menanggapi
terbatasnya data yang tersedia untuk
realitas ekonomi saat ini[1]. Outsourcing
mengevaluasi efek dan konsekuensi dari
memiliki banyak manfaat dan merupakan
privatisasi
solusi untuk membatasi keuangan dan
kesehatan yang digunakan eksekutif atau
kebutuhan investasi kurang modal[2].
pimpinan rumah sakit untuk memenuhi
tinggi
perawatan
sambil
Alasan untuk outsourcing: 1) untuk
target
[4].
Salah
menghemat
satu
biaya
strategi
adalah
mengurangi biaya; 2) untuk fokus pada
outsourcing, namun outsourcing akan
keunggulan kompetitif inti; 3) untuk
gagal jika tidak ditangani dengan baik.
memperkenalkan
Sangat sedikit penelitian yang telah
fleksibilitas
kerja; 4)
untuk mengelola
masalah
hubungan
peningkatan
terkait
tenaga
masalah-
industrial
dalam
dan
kekuatan
dilakukan
pada
proses
pengambilan
keputusan outsourcing di sektor publik
terutama di sektor kesehatan [5].
Rumah
manajemen atas tenaga kerja; 5) untuk
Sakit
Jogja
merupakan
memenuhi tujuan pribadi, dan 6) untuk
rumah sakit pemerintah yang berhasil
membentuk
publik
untuk
lembaga-lembaga
sektor
melakukan pengolahan limbah dengan
menyesuaikan
dengan
baik, sehingga perlu diekplorasi untuk
agenda pemerintah yang menyediakan
mengetahui
dana
fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah
tersebut[3].
penyedia
layanan
Kerjasama
kontrak
dengan
telah
310
bagaimana
pemanfaatan
Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni
Kota Yogyakarta dan proses pengelolaan
Sakit Jogja mempunyai koordinasi yang
limbah di Rumah Sakit Jogja.
baik dalam distribusi kerja, hal ini
dikarenakan pembagian kerja yang merata
sehingga
METODE
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan studi kasus deskriptif kualitatif
untuk menggambarkan manajemen limbah
padat di Rumah Sakit Jogja. Wawancara
mendalam
Instalasi
dilakukan
Kesehatan
kepada
Kepala
Lingkungan
dan
Petugas Pengelolaan Limbah. Sumber
data didapat dari pengamatan, wawancara
tidak
pekerjaan.
terjadi
penumpukan
Lundstrom
memaparkan
petugas kesehatan memiliki peran penting
dalam pengelolaan lingkungan efek dari
praktik mereka[6]. Setiap upaya yang
dilakukan oleh mereka membangun basis
suara
perilaku
dan
pemikiran
yang
diperlukan untuk mencapai visi yang lebih
besar untuk planet yang sehat. Sumber
daya manusia yang bekerja di Instalasi
mendalam dan studi dokumen.
Kesehatan
Lingkungan
pengolahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
limbah
yaitu
yang
petugas
berhadapan
langsung dengan limbah dan bertanggung
Manajemen Kontrak
Hasil
pengamatan
jawab penuh atas limbah yang berasal dari
menunjukkan
sumber daya manusia yang mengelola
rumah sakit maupun limbah yang berasal
dari luar rumah sakit.
limbah Rumah Sakit Jogja adalah petugas
yang
bekerja di Instalasi
Kesehatan
Lingkungan dan petugas yang langsung
berhadapan dengan limbah padat rumah
sakit
(petugas
Petugas
yang
pengolahan
bekerja
di
limbah).
Sumber
dalam
Jogja berdasarkan jenis jabatan dan tugas,
pendidikan serta jumlah tenaga yang
bekerja tersaji pada Tabel 1.
Instalasi
Instalasi Kesehatan Lingkungan, Kepala
Sub-Instalasi I, Kepala Sub-Instalasi II,
Sub-Instalasi
manusia
pengolahan limbah padat di Rumah Sakit
Kesehatan Lingkungan terdiri dari Kepala
Kepala
daya
Administrasi
Logistik, Perencanaan dan Pengembangan
dan Staf Urusan.
Sumber daya manusia yang berada
di Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah
311
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
Tabel 1. Sumber Daya Manusia dalam Pengolahan Limbah Padat di Rumah Sakit
Jogja
No
1.
2.
3.
4.
Jenis Jabatan dan Tugas
Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan
Kepala Sub Instalasi I
Kepala Sub Instalasi II
Kepala Sub Instalasi Administrasi
Perencanaan dan Pengembangan
Staf Urusan
Petugas pengolahan Limbah (PPL):
o Operator Insinerator
o Petugas Limbah Medis
o Petugas Limbah Non Medis
5.
6.
Hasil
terhadap
wawancara
Kepala
Instalasi
Logistik,
di
Pendidikan
S 1/SE
D3/AMKL
S 1/SKM
D3/AMKL
Jumlah
1
1
1
1
D3/AMKL
1
SMA/SMP
SMA
SMA
2
1
3
mendalam
turun
Kesehatan
pelatihannya ya dari bagian Instalasi
Lingkungan untuk mengetahui jumlah dan
Kesehatan
status petugas pengolahan limbah sebagai
mas…”.
lapangan…
Lingkungan
Patil
berikut:
“Jumlah PPL ada 6 orang mas, trus
yang
Rumah
mengemukakan
kasi
Sakit
program
pelatihan wajib dilakukan untuk seluruh
pendidikan mereka 5 orang tamatan SMA
staf
dan 1 orang tamatan SMP, mmm… 1
membiasakan mereka dengan prosedur
orang petugas sampah medis, 3 orang
operasi yang dipraktikkan di rumah
petugas sampah non medis dan 2 orang
sakit[7]. Sawalem et al memaparkan, hasil
operator Insinerator mas. Petugasnya itu,
survei pada personil, 85% termasuk
karyawan
manajer, staf pembersih, dan pekerja
kontrak
kontrak/cleaning
mas,
dengan
service
pembayaran
swadana dari rumah sakit”.
baru
di
lingkungan,
rumah
tidak
sakit
dilatih
untuk
untuk
pengelolaan sampah di rumah sakit dan
Hasil wawancara dengan Petugas
tidak memiliki penjelasan rinci tentang
Pengelolaan Limbah (PPL) Padat Rumah
tugas mereka dalam hal penanganan
Sakit Jogja untuk mengetahui riwayat
limbah, 55% dari dokter dan perawat tidak
pelatihannya sebagai berikut:
mengetahui protokol pengelolaan limbah
“Untuk pelatihannya kami belum
pernah
mendapatkan
pelatihan
yang
rumah
sakit
dan
menunjukkan
pengetahuan yang cukup tentang potensi
resmi e mas… hanya pelatihan dari
bahaya,
Rumah Sakit yang diberikan sebelum kami
bertanggung jawab untuk transportasi
312
dan
90%
pekerja
kota
Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni
limbah
rumah
sakit
ke
tempat
rangka
mewujudkan
dan
memenuhi
pembuangan akhir dan tidak pernah
standar kualitas kesehatan pengelolaan
waspada terhadap bahaya terkait dengan
sampah di fasilitas kesehatan, pekerja
limbah rumah sakit[8].
harus dilatih untuk melaksanakan tugas
perbedaan
mereka secara akurat dan aman[12]. Di
antara rumah sakit umum dan swasta
Thailand, meskipun rumah sakit tidak
terutama karena ukuran unit-unit atau
memiliki program reguler pelatihan untuk
bagian yang ada dalam rumah sakit.
staf, semua staf baru atau anggota diberi
Rumah sakit umum terdapat bagian atau
orientasi menyeluruh dan kuliah tentang
instalasi yang bertanggung jawab untuk
keselamatan kerja di tempat kerja dan
pengumpulan
berhubungan dengan manajemen limbah.
Ferreira
menjelaskan
sampah dalam
layanan
(penyimpanan di tempat), transportasi di
Penelitian
tempat pusat penyimpanan sementara,
pengelolaan limbah klinis yang lemah
transportasi
off-site
dan
pembuangan
Blenkharn
menyatakan
memperburuk risiko infeksi bagi yang
akhir, sedangkan rumah sakit swasta,
terkena
cleaning service melakukan semua operasi
kompromi
pengelolaan
memiliki implikasi kontrol infeksi[13].
limbah
di
rumah
sakit
sebelum transportasi off-site dilakukan
limbah
medis,
kebersihan
Kepala
seharusnya
rumah
Instalasi
Kesehatan
oleh perusahaan yang bertanggung jawab
Lingkungan
untuk pembuangan akhir[9]. Penelitian
menyatakan PPL merupakan karyawan
Blenkharn menyatakan petugas harus
kontrak
diberikan
untuk
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, serta
dengan
pembayaran swadana dari rumah sakit.
keselamatan
Kebijakan ini pula yang membuat PPL
latihan
memastikan
benar
untuk
yang
sampah
tepat
dikelola
menjamin
di
Rumah
sakit
bawah
Sakit
kendali
Jogja
Instalasi
mematuhi standard operating procedur
karyawan dan orang lain[10].
Penelitian Abdullah menunjukkan
yang berlaku dalam pengolahan limbah di
kebutuhan akan program pelatihan untuk
Rumah Sakit Jogja. Young memaparkan
berbagai tingkat staf di rumah sakit dari
pada sektor kesehatan, outsourcing lebih
administrator, manajer, dokter, perawat,
sering terjadi pada layanan non-klinis dari
sampai
dan
layanan klinis[14]. Mengingat daerah
pemeliharaan limbah serta staf operasi
mana yang menjadi outsourcing yang
insinerator[11]. Ali mengemukakan dalam
dibuat pada basis seperti karakteristik dari
petugas
penanganan
313
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
pasar tenaga kerja, termasuk tingkat
memberikan kontrak penyedia layanan
keterampilan karyawan dan ketersediaan
kerangka kerja yang diharapkan akan
tenaga kerja, sifat hubungan industrial dan
membantu mereka dalam meningkatkan
persepsi tentang apa inti dalam kaitannya
bisnis mereka di pasar yang dinamis dan
dengan
meskipun
berkembang pesat[1]. Penelitian Danvers
persepsi itu konsisten. Menurut Towne
dan Nikolov di 16 negara bagian dan
dan Hoppszallern dengan biaya kesehatan
empat
yang
mengidentifikasi ada dampak keuntungan
perawatan
meningkat,
pasien,
masuk
akal
untuk
wilayah
Amerika
Serikat,
menyimpulkan bahwa rumah sakit akan
dari outsourcing
melihat ke outsourcing/kontrak sebagai
perkotaan, tetapi efek yang agak positif
cara tradisional untuk mengendalikan
untuk rumah sakit pendidikan[17]. Chih et
biaya. Rumah sakit, terutama untuk rumah
al
sakit umum, bisa mendapatkan manfaat
terutama
dari outsourcing untuk menghidupkan
mendapatkan manfaat dari outsourcing
kembali keterbatasan sumber daya penuh
untuk menghidupkan kembali waktu kerja
waktu-setara dan manusia[15]. Castella
penuh
menyimpulkan
strategi
keterbatasan sumber daya manusia[18].
memiliki
Keuntungan lainnya seperti menghemat
banyak kesempatan untuk meningkatkan
energi personil manajemen, meningkatkan
pelayanan umum rumah sakit, mengurangi
efisiensi dan semangat kerja karyawan,
biaya,
dan
dan membantu rumah sakit memperoleh
instalasi, tanpa menggunakan sumber
instrumen baru tanpa beban keuangan.
daya yang terbatas rumah sakit terutama
Peneliti
menarik
ditujukan
yang
langkah
ini
yang
menjamin efektifnya penggunaan tenaga
sebenarnya[16]. Socrates and Michael
pengolahan limbah, sehingga jika PPL
penelitian di rumah sakit publik Yunani
melakukan kesalahan yang fatal maka
dalam
sewaktu-waktu dapat diputus kontrak
bahwa
outsourcing/kontrak
memperbarui
merupakan
untuk
bisnis
penggunaan
dalam
kami
peralatan
kesehatan,
inti
kontrak
penyedia
layanan menunjukkan outsourcing dalam
pemikiran
potensi
untuk
dan
rumah sakit
bahwa
rumah sakit,
rumah
sakit
paruh
waktu
kesimpulan
diambil
dalam
menurut kesepakan tersebut.
kesehatan publik organisasi di Yunani
memiliki
menjelaskan
untuk
untuk
pengembangan lebih lanjut. penelitian ini
314
umum,
dalam
bahwa
rangka
Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni
Abdullah, F., Qdais H, A., & Rabi, A.
KESIMPULAN DAN SARAN
(2007)
Organisasi pengelolaan limbah di
Site
medical
Rumah Sakit Jogja mempunyai organisasi
investigation
waste
on
management
practices in northern Jordan. Waste
tersendiri dengan tingkat kompetensi dan
Management, Vol 28 450–458.
akses organisasi baik, yang mana sudah
ada bidang yang membawahi masalah
Aksan, H, AD., Ergin, I., & Ocek, Z.,
sanitasi lingkungan Rumah Sakit Jogja
(2010) The change in capacity and
(Instalasi Kesehatan Lingkungan). Petugas
service delivery at public and
Pengelolaan Limbah (PPL) merupakan
private hospitals in Turkey: A
karyawan kontrak di bawah kendali
closer look at regional differences.
Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah
Ali, M., & Kuroiwa, C. (2009 ) Status and
Sakit dengan pembayaran swadana dari
Challenges
Rumah Sakit. Pertemuan secara rutin
Waste Management: Case Studies
dengan
Rumah
mengikutsertakan
Sakit,
Bagian
Pimpinan
from
Administrasi,
of
Hospital
Thailand,
Solid
Pakistan,
and
Mongolia. J Mater Cycles Waste
Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan,
Management, Vol 11:251–257.
Staf, Petugas Pengelolaan Limbah yang
secara langsung maupun tidak langsung
Blenkharn,
kesulitan
praktis
(2006a)
Potential
clinical waste carts. Journal of
rangka untuk berbagi dan mendiskusikan
atau
I.
compromise of hospital hygiene by
terlibat dengan pengelolaan limbah dalam
teknis
J,
Hospital
dan
Infection,
Vol
63,
423e42.
memberikan saran khusus ke Rumah
Blenkharn, J, I. (2006b) Standards of
Sakit.
Clinical Waste Management in UK
Hospitals. Journal of Hospital
DAFTAR PUSTAKA
Infection, Vol 62, 300–303.
Ab Rahim, N., Baldry, D., & Amaratunga,
D. (2010) Decision Making in
Castella,
F.,
Outsourcing Support Services in
hospital
The
Hospital
United
Kingdom
Public
(1999)
Outsourcing
services:
of
in
Teaching
Badalona,
Spain.
Health Estate, 1999 Jun;53(5):32-
Healthcare.
4.
315
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
Hospital:a Case Study. Journal of
Chih, T, H., Jar, Y, P., Hero C. (2009) The
study
on
the
outsourcing
Waste Management, 25 592–599.
of
Taiwan's hospitals. BMC Health
Sawalem, M., Selic, E., & Herbell, J, D.
Services Research 2009, 9:78
(2009)
affect
profitability:
Department
study. Waste Management. 29
hospital
1370–1375.
of
Accountancy, Clarion University,
Socrates, J, M., & Michael, N, K.,
Clarion, Pennsylvania, USA. J
Health
Care
Finance,
Outsourcing in public hospitals: a
2010
Greek
Fall;37(1):13-29.
Program
About
of
Journal
Organization
of
and
Management Vol. 20 No. 1, 2006.
Tourani, S., Maleki, M., Ghodousi, M, S.,
Medical Waste Management on
Awareness
perspective.
Health
El-Sharkawy, G, F. (2009) Effect of An
Educational
waste
management in Libya: A case
Danvers, K., & Nikolov, P., (2010)
outsourcing
Hospital
& Gohari M.R (2010), Efficiency
Internship
and Effectiveness of the Firoozgar
Physicians in Zagazig University
Teaching
Hospitals. Journal of Occupational
after Outsourcing, Tehran, Iran,
Health and Safety. Vol. 2 No. 1
Journal of Health Administration
June.
2010; 12 (38).
Ferreira, V., & Teixeira, M, R., (2010),
13th Annual Contract Management
Practices and Associated Risk
Survey: This article first appeared
Perceptions in Algarve Hospitals,
in the October 2003 issue of
Portugal. Faculty of Sciences and
University
Pharmacy
Towne, J., & Hoppszallern, S., (2003)
The Medical Waste Management
Technology,
Hospital's
H&HN magazine.
of
Algarve, Campus de Gambelas,
Young, S. (2005) Outsourcing in the
Health Sector: The Interplay of
Faro; Portugal.
Economics
Patil, G, V., & Pokhrel, K. (2004)
Biomedical
Solid
Waste
Management
in
Indian
an
and
Politics,
International Journal of Public
Sector Management, 18(1) p25-36.
Young, S. (2007) Outsourcing: two case
studies from the Victorian public
316
Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni
hospital
Planning,
sector,
Policy
Australian
and
Health
Review February 2007 Vol 31 No
1.
317
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/No.01/Maret/2015
KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL BIDAN DAN PENCAPAIAN CAKUPAN K4
BIDAN DESA DI KABUPATEN REMBANG
Fitri Indrawati1
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
Diterima 24 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015
ABSTRACT
Many factors affect the achievement of K4. Coverage of K4 in Rembang District
in 2013 has yet to reach the target set by the national (93%) that is equal to 80,79%.
The purpose of this study was to determine the relationship between the quality of
antenatal care provided by midwives with the coverage K4 midwife. The study is an
observational analytic study with cross sectional approach. The population in this
study were all midwives in Rembang, amounting to 287 midwives. The sample in this
study is the 75 village midwive. The results of this study showed that there was
significant relationship between the quality of antenatal care provided by midwives
with the coverage K4 midwive.
Keyword: quality of service; antenatal; midwives; K4 scope
ABSTRAK
Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian K4. Cakupan K4 di Kabupaten
Rembang pada tahun 2013 masih belum mencapai target yang ditetapkan nasional
(93%) yaitu sebesar 80,79%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan desa dengan
pencapaian cakupan K4 bidan desa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh bidan desa di Kabupaten Rembang yang berjumlah 287 bidan. Sampel pada
penelitian ini adalah bidan desa yang berjumlah 75 bidan. Ada hubungan yang
bermakna antara kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan desa dengan
pencapaian cakupan K4 bidan desa. Saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten
Rembang adalah agar memberikan pendidikan yang berkelanjutan kepada bidan desa
sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Keyword: kualitas pelayanan; antenatal; bidan; cakupan K4
Indonesia sesuai dengan target yang
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih tetap tinggi. Berdasarkan
Survei
Demografi
dan
Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu sebesar 359 per 100.000
kelahiran
hidup[1].
Target
AKI
di
dituangkan
dalam
Millennium
Development Goal (MDG) sebesar 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015[2].
Kebijakan
Departemen
Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan AKI dan Angka Kematian
318
Fitri Indrawati
Bayi (AKB) pada dasarnya mengacu
antenatal dan peningkatan K1 dan K4 ibu
kepada intervensi strategis “Empat Pilar
hamil dengan tujuan untuk memenuhi hak
Safe Motherhood” (keluarga berencana,
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
ANC,
antenatal
persalinan
bersih
dan
aman,
yang
berkualitas
pelayanan dasar obstetri). Akses terhadap
mampu
pelayanan antenatal di Indonesia sudah
sehat,
cukup baik, namun mutu pelayanan
melahirkan bayi yang sehat. Sasaran
antenatal
penggunaan buku pedoman ini adalah
itu
sendiri
masih
perlu
tenaga
ditingkatkan[3].
WHO)merekomendasikan minimal
empat
kunjungan
antenatal,
dengan
menjalani
sehingga
kehamilan
dengan
bersalin dengan selamat,
kesehatan
yang
dan
memberikan
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir
dan
keluarga
berencana.
Pelayanan
ketentuan waktu pemberian pelayanan
antenatal adalah pelayanan kesehatan
yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali pada
yang diberikan kepada ibu selama masa
triwulan pertama, 1 kali pada triwulan
kehamilannya
kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga
pelayanan
yang
seperti
anamnesis, pemerikasaan fisik umum dan
vaksinasi tetanus toxoid, skrining dan
kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas
pengobatan untuk infeksi, dan identifikasi
indikasi tertentu serta indikasi dasar dan
tanda-tanda bahaya selama kehamilan.
khusus. Cakupan K4 adalah pelayanan
Selain itu, WHO menyarankan bahwa
antenatal sesuai standar paling sedikit 4
pelaksanaan dari suatu paket intervensi
kali, yaitu minimal 1 kali pada triwulan
yang
perawatan
pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2
antenatal harus dimonitor dan diaudit
kali pada triwulan ketiga. Cakupan K4
dengan fokus pada kualitas pelayanan,
merupakan salah satu indikator yang
yaitu praktek-praktek berbasis bukti yang
digunakan dalam mengukur keberhasilan
dimaksudkan untuk disampaikan melalui
pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal
program ini, outcome ibu dan perinatal,
terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan
terutama saat dilahirkan[4].
yang kompeten yaitu dokter, bidan dan
terdiri
dari
kompleks
intervensi
seperti
sesuai
antenatal
dengan
yang
standar
mencakup
Kementerian
perawat terlatih sesuai dengan ketentuan
Pedoman
yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu
Pelayanan Antenatal Terpadu sebagai
terdiri dari: anamnesa, pemeriksaan fisik,
salah satu panduan untuk pelaksanaan
penanganan tindak lanjut, pencatatan hasil
Pemerintah
Kesehatan
melalui
mencanangkan
319
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa di Kabupaten
Rembang
pemeriksaan
antenatal
terpadu
Kualitas pelayanan antenatal adalah
dan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
segala
yang efektif[5].
kesehatan yang diberikan kepada ibu
Target cakupan K4 nasional pada
bentuk
aktivitas
pelayanan
selama masa kehamilannya sesuai dengan
tahun 2012 adalah sebesar 90%. Pada
standar
tahun 2012 angka cakupan pelayanan
mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik,
antenatal secara nasional untuk persentase
diagnosis
pencapaian K4 sebesar 90,18%. Masih
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
terdapat disparitas antar provinsi dan antar
antenatal dan dokumentasi kebidanan
kabupaten/kota yang variasinya cukup
bidan[8]. Dari latar belakang tersebut
besar(6). Pencapaian cakupan K4 di Jawa
maka penulis tertarik untuk melakukan
Tengah pada tahun 2012 secara umum
penelitian tentang
sudah melampaui target nasional, yakni
antenatal terhadap pencapaian cakupan K4
sebesar
bidan desa di Kabupaten Rembang tahun
92,99%,
tetapi
beberapa
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih
pelayanan
antenatal
kebidanan
yang
intervensi,
kualitas
pelayanan
2013.
memiliki cakupan kunjungan K4 di bawah
target[6]. Pada tahun 2013 target yang
METODE
Jenis penelitian ini observasional
ditetapkan secara nasional untuk cakupan
cross
K4 adalah 93%. Dari 35 Kabupaten/Kota
analitik,
dengan
di Jawa Tengah terdapat 7 Kabupaten
sectional.
Data
yang persentase cakupan K4 kurang dari
wawancara langsung dan pengamatan
target nasional. Salah satunya adalah
dengan
Kabupaten Rembang, yakni menduduki
lembar pengamatan. Populasi penelitian
peringkat 3 terendah. Dengan persentase
ini adalah seluruh bidan desa pelaksana
cakupan
K4
Kabupaten
rancangan
dikumpulkan
menggunakan
melalui
kuesioner
dan
sebesar
80,79%[7].
Di
KIA/pelayanan antenatal di wilayah kerja
Rembang
terdapat
16
Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang
puskesmas dengan jumlah bidan desa
sebanyak
sebanyak 287 bidan. Dari 287 bidan desa,
penelitian ini sebanyak 75 bidan desa
94 bidan desa telah memenuhi target
diambil dengan simple random sampling.
nasional cakupan K4, sedangkan yang
Data
belum
variabel
memenuhi
target
pencapaian
cakupan K4 nasional sebanyak 193 bidan.
287
diolah
bidan
desa.
menggunakan
tunggal
untuk
Sampel
analisis
mengetahui
distribusi frekuensi variabel bebas yaitu
320
Fitri Indrawati
kualitas pelayanan antenatal dan variabel
variabel bebas dan variabel terikat. Hasil
terikat yaitu pencapaian cakupan K4 bidan
pengumpulan, analisis dan pengolahan
desa. Analisis dua variabel digunakan
data
untuk
frekuensi disertai dengan narasi.
mengetahui
hubungan
antara
disajikan
dalam
bentuk
tabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Bidan menurut Umur
Umur
25-29
30-34
35-39
40-44
≥45
Total
F
%
22
24
9
15
5
75
29,33
32,00
12,00
20,00
6,67
100,00
Umur bidan menurut Tabel 1 mempunyai frekuensi tertinggi pada umur antara 3034 tahun dengan persentase 32% dan terendah berumur ≥45 tahun dengan persentase
6,67%.
Tabel 2. Distribusi Bidan menurut Tempat Tinggal
Tempat tinggal
F
Desa
Polindes
Lain-lain
%
43
27
5
75
Total
57,33
36,00
6,67
100,00
Bidan yang bertempat tinggal di polindes menurut Tabel 2 sebanyak 57,33% dan
yang bertempat tinggal di luar desa (lain-lain) dengan sebanyak 6,67%.
Tabel 3. Distribusi Responden menurut Kualitas Pelayanan Antenatal
Kualitas Pelayanan Antenatal
Sesuai
Tidak sesuai
F
%
56
19
75
Total
321
74,67
25,33
100,00
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan Dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa Di Kabupaten
Rembang
Tabel 4. Distribusi Bidan menurut Pencapaian Cakupan K4
Cakupan K4
F
Sesuai target
Tidak sesuai target
%
43
32
75
Total
57,33
42,67
100,00
Bidan yang memenuhi target pencapaian cakupan K4 menurut Tabel 4 diketahui
sebanyak 43 (57,33%), sedangkan yang tidak memenuhi target sebanyak 32 (42,67%).
Tabel 5. Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal dengan Pencapaian Cakupan K4
Bidan Desa
Kualitas pelayanan antenatal
Pencapaian cakupan K4
Sesuai
Tidak sesuai
Jumlah
target
target
n
%
n
%
n
%
38 88,37
18
56,25
56 100
5
11,63
14
43,75
19 100
75 100
Sesuai
Tidak sesuai
Total
Hasil uji
0,03
Tabel 5 menunjukkan hasil uji
minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa
statistik dengan menggunakan Chi Square
lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika
diperoleh nilai p 0,03 maka Ho ditolak
ada keluhan, penyakit atau gangguan
dan Ha diterima berarti ada hubungan
kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam
antara kualitas pelayanan antenatal yang
K4[5].
diberikan
oleh
bidan
desa
dengan
Menurut
Keputusan
Menteri
pencapaian cakupan K4 bidan desa. K4
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali
938/MENKES/SK/VIII/2007
atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mewujudkan pelayanan kebidanan yang
mempunyai
berkualitas diperlukan adanya standar
mendapatkan
kompetensi,
pelayanan
terpadu
untuk
dan
sebagai
acuan
bagi
bidan
untuk
dalam
komprehensif sesuai standar. Kontak 4
memberikan asuhan kepada klien di setiap
kali dilakukan pada sekali pada trimester I
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, yang
(kehamilan hingga 12 minggu), trimester
bertujuan adanya standar sebagai acuan
ke 2 (>12-24 minggu) dan minimal 2 kali
dan
kontak pada trimester ke 3 yang dilakukan
tindakan/kegiatan dalam lingkup tanggung
setelah minggu ke 24 sampai dengan
jawab bidan, mendukung terlaksananya
322
landasan
dalam
melaksanakan
Fitri Indrawati
asuhan kebidanan berkualitas, sebagai
pasien kembali memanfaatkan pelayanan
parameter
dan
tersebut. Begitu pula dengan pelayanan
keberhasilan asuhan yang diberikan bidan
antenatal pada ibu hamil, dengan kualitas
dan sebagai perlindungan hukum bagi
pelayanan yang baik, maka cakupan K4
bidan dan klien/pasien[9].
juga semakin meningkat[13].
tingkat
kualitas
Sejalan dengan penelitian Widowati
(2006) yang menunjukkan ada hubungan
KESIMPULAN DAN SARAN
Terdapat hubungan yang bermakna
yang signifikan antara kualitas pelayanan
ANC
dengan
karakteristik
cakupan
bidan
dan
K4,
selain
kelengkapan
antara kualitas pelayanan antenatal yang
diberikan
oleh
bidan
desa
dengan
sarana[10]. Sistem perawatan kesehatan
pencapaian cakupan K4 bidan desa. Bagi
yang
Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang
berkualitas
adalah
perawatan
berkelanjutan, bukan hanya untuk layanan
untuk
pengobatan,
berkelanjutan kepada bidan desa sehingga
tetapi
untuk
promosi
memberikan
pendidikan
yang
kualitas pelayanan antenatal dapat lebih
kesehatan dan pencegahan[11].
Ketanggapan adalah kecepatan dan
optimal. Kepada bidan desa diharapkan
ketanggapan bidan dalam memberikan
untuk senantiasa meningkatkan kualitas
jasa. Dengan indikator di mana bidan
pelayanan sehingga cakupan K4 bidan
cepat dan tanggap dalam melayani ibu
desa dapat memenuhi target yang telah
hamil, dengan memberikan pemeriksaan
ditetapkan.
baik
fisik
maupun
kebidanan,
serta
memberikan pemeriksaan laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
atas indikasi tertentu serta indikasi dasar
Statistics
Indonesia
(Badan
Pusat
dan khusus sampai dengan melakukan
Statistik) & Macro International,
KIE kepada ibu hamil. Menurut Nasriwati
2013, Indonesia Demographic and
(2010) hubungan antar manusia yang baik
Health Survey 2012, Calverton,
akan
Maryland, USA: BPS and Macro
menimbulkan
percaya,
saling
kemitraan,
menghormati
saling
International.
dan
WHO,
keterbukaan[12].
Menurut Solikhah (2008) dengan
terciptanya
kualitas
pelayanan
akan
menciptakan kepuasan pasien, sehingga
323
2011b,
Newborn
Monitoring
and
Understanding
Child
Key
Maternal,
Health:
Progress
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan Dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa Di Kabupaten
Rembang
Indicators.
Switzerland:
World
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2013, Laporan Penyelenggaraan
Health Organization.
Departemen
Kesehatan
Republik
Rapat Kerja Kesehatan Daerah
2007a,
Pedoman
Tahun 2013, Dinas Kesehatan
Indonesia,
Pelayanan Antenatal, Direktorat
Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2008,
Pedoman
Kesehatan Keluarga Departemen
Peningkatan
Mutu
Pelayanan
Kesehatan
Medik Dasar, Direktorat Jendral
Jendral
Pembinaan
Masyarakat,
Kesehatan
Direktorat
Republik
Departemen
Bina
Indonesia,
Bina Gizi dan KIA Departemen
Jakarta.
WHO,
WHO
2011a,
Statement
on
Kesehatan
Antenatal Care January 2011.
Switzerland:
Department
of
Indonesia,
Jakarta.
Departemen
Reproductive Health and Research
Indonesia,
World
Menteri
Health
Republik
Organization.
Kesehatan
Republik
2007b,
Keputusan
Kesehatan
Republik
Available:
Indonesia
http://whqlibdoc.who.int/hq/2011/
369/MENKES/SK/III/2007
WHORHR11.12engpdf [Accesed
Tentang Standar Profesi Bidan,
2 Februari 2015].
Kementrian Republik Indonesia.
Departemen
Nomor
Widowati, Christina dan Hakimi. H.M.
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2010,
Pedoman
(2006).
Pelayanan
Antenatal
Terpadu,
Kesehatan Ibu dan Anak Dan
Manajemen
Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kualitas
KIA
Puskesmas Keacamatan Semarang
Kementrian
Kesehatan
Kesehatan
Care
di
Barat. Jurnal KMPK, Program
Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian
Antenatal
Pelayanan
Magister Universitas Gajahmada,
Republik
Indonesia, 2013, Rencana Aksi
No. 17 April 2006
Angka
Sajid, M.S. & Baiq, M.K., 2007, Quality
Indonesia,
of Health Care: an Absolute
Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Necessity for Public Satisfaction.
KIA
International Journal of Health
Percepatan
Kematian
Penurunan
Ibu
di
Kementrian
Kesehatan
Care 20(6): 545-548.
Republik Indonesia, Jakarta.
324
Fitri Indrawati
Nasriwaty.
(2010).
Analisis
Kualitas
Pelayanan di Puskesmas Sulili
Kabupaten
Pinrang,
Tesis
Program Pascasarjanan Universitas
Hasanuddin Makasar.
Solikhah. (2008). Hubungan Kepuasan
Pasien
Dengan
Dalam
Pelayanan
Minat
Pemanfaatan
Pengobatan.
Pasien
Ulang
Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Vol. 11, No. 4 Desember 2008.
325
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/ No.01/Maret/2015
PENGARUH PEMBERIAN BUKU SAKU DEMAM BERDARAH DENGUE
TERHADAP PENURUNAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti L. di
KELURAHAN GEDONGKIWO MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA
Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2
1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Diterima 2 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015
ABSTRACT
The environment is very bad Gedongkiwo Village and unhealthy. The condition
of every corner of the house a lot of small pools of unused, used items such as paint
cans scattered, small aquariums, buckets of water reservoirs and many other items
that may be a nest to lay eggs of Aedes sp. This is what causes the density of
mosquito larvae in high Gedongkiwo Village area. The objective of this study was to
know the impact of the provision of a paperback book Dengue Fever to decrease the
density of larvae of Aedes sp in Gedongkiwo Village, District Mantrijeron,
Yogyakarta. This research is a quasi experimental. The population in this study is
the number of homes that are on RT 17 and RT 18 as many as 48 houses with a total
sample of 43 homes. Analysis of the data in this study using univariate analysis to
obtain an overview of each independent variable and the dependent variable and
using bivariate analytical hypothesis test between two variables with independent
variables and the dependent variable. Giving pocket book turned out to give effect to
the dengue mosquito larvae density that can be seen from the value of HI, Cid's BI.
Keywords: Aedes aegypti L., pocket books, effectiveness.
ABSTRAK
Keadaan lingkungan Kelurahan Gedongkiwo sangat buruk dan tidak sehat.
Kondisi setiap sudut rumah banyak sekali kolam-kolam kecil yang tidak terpakai,
barang bekas yang berserakan seperti kaleng cat, aquarium kecil, ember-ember
penampungan air dan banyak barang-barang lain yang dapat menjadi tempat sarang
nyamuk Aedes sp bertelur. Hal tersebut yang menyebabkan kepadatan jentik nyamuk
di wilayah Kelurahan Gedongkiwo tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak pemberian buku saku Demam Berdarah Dengue terhadap
penurunan kepadatan jentik nyamuk Aedes sp di Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperimental Populasi dalam penelitian ini yaitu jumlah rumah yang berada di RT
17 dan RT 18 sebanyak 48 rumah dengan jumlah sampel sebanyak 43 rumah.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis satu variabel untuk
memperoleh gambaran pada masing-masing variabel bebas dan terikat serta
menggunakan analisis dua variabel uji hipotesis antara dua variabel dengan variabel
bebas dan variabel terikat. Pemberian buku saku DBD ternyata memberikan
pengaruh terhadap kepadatan jentik nyamuk yaitu dilihat dari nilai HI, Cid an BI.
Kata Kunci : Aedes aegypti L., buku saku, efektivitas
326
Tri Wahyuni Sukesi, Bayu Shela
Penyebab
meningkatnya
jumlah
kasus dan semakin bertambahnya wilayah
terjangkit
Demam
A.
nyamuk
PENDAHULUAN
Berdarah
Gedongkiwo,
aegypti
di
Kecamatan,
Kelurahan
Mantrijeron
Kota Yogyakarta.
Dengue
(DBD) antara lain karena transportasi
METODE
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain
Jenis penelitian ini adalah quasi
dalam waktu singkat, adanya pemukiman-
eksperimental. Observasi dilakukan untuk
pemukiman
mengetahui
tradisional,
baru,
pengetahuan
dan
air
perilaku
dan
penurunan kepadatan jentik nyamuk. Pre-
masih
test dilakukan sebelum pembagian buku
serta
pengetahuan
tingkat
penyimpanan
masyarakat
yang
kurang terhadap Pembersihan Sarang
saku.
Nyamuk (PSN)[1]. Promosi kesehatan
dilakukan, kemudian dilakukan post test.
dengan
pengetahuan
Perbedaan antara pre test dan post test
alat
diasumsikan
meningkatkan
masyarakat
menggunakan
bantu
Setelah
kegiatan
sebagai
intervensi
efek
dari
berupa Booklet, leaflet, flyer, poster, buku
eksperiment atau perlakuan[4]. Penelitian
saku, spanduk, video dan slide[2].
dilakukan di Kelurahan Gedongkiwo,
Yogyakarta
Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta
merupakan salah satu daerah endemis
dengan jumlah sampel sebanyak 43
DBD dengan angka insidensi DBD pada
rumah.
tahun 1999-2003 sebesar 28,2 per 10.000
kuesioner
penduduk dengan jumlah kasus sebesar
pengetahuan DBD dan checklist untuk
4.857 jiwa dan 75 jiwa di antaranya
mengukur keberadaan jentik dan alat
meninggal
bantu berupa buku saku sebagai media
Daerah
Istimewa
dunia[3].
Kelurahan
Gedongkiwo berdekatan dengan aliran
Penelitian
untuk
ini
menggunakan
mengukur
tingkat
penyampian informasi DBD.
sungai serta banyaknya kolam-kolam di
sekitar rumah yang menyebabkan nyamuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aedes aegypti senang untuk berdiam dan
Berdasarkan hasil pemantauan jentik
bertelur yang mendasari kejadian DBD di
terhadap
Kelurahan Gedongkiwo sangat tinggi pada
jentik nyamuk Aedes sp. sebelum dan
tahun 2010. Peneliti ini dilakukan untuk
setelah pemberian buku saku DBD dapat
mengetahui dampak pemberian buku saku
diketahui pada Tabel 1.
DBD terhadap penurunan kepadatan jentik
327
kepadatan dan keberadaan
Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap Penurunan Kepadatan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti L. di Kelurahan Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta
Tabel 1. Distribusi Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. Sebelum dan Setelah Pemberian
Buku Saku DBD di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta
Tahun 2012
Jenis Container
Sebelum Penyuluhan
Positif
Negatif
5
3
28
12
0
1
19
21
10
11
3
8
20
6
Tempayan
Bak Mandi Drum Ember
Penampungan Air Kulkas
Penampungan Air Dispenser
Vas Bunga
Tempat Minum Burung
Bejana Sampah Padat Ban Bekas Kaleng
Bekas Botol Bekas Pecahan Kaca Ember
Tempayan
Bak Mandi Drum Ember
Penampungan Air Kulkas
Penampungan Air Dispenser
Vas Bunga
Tempat Minum Burung
Catatan: Data primer terolah
9
0
2
0
11
9
Setelah Penyuluhan
Positif
Negatif
0
8
21
19
0
1
6
34
7
14
2
9
2
24
8
0
5
2
4
2
5
0
0
0
1
1
12
0
7
2
14
10
Kepadatan jentik nyamuk Aedes sp.
masih terdapat jentik setelah pemberian
pada Tabel 1 menunjukkan baik sebelum
buku saku adalah bak mandi sebanyak 21
maupun setelah pemberian buku saku
positif jentik, vas bunga
DBD, hampir semua jenis kontainer
positif jentik, ember sebanyak 6 positif
positif
berisi larva Aedes sp. Total
jentik, ember bekas sebanyak 6 positif
jumlah
kontainer yang positif larva
jentik, kaleng bekas berjumlah 1 positif
sebanyak 141. kontainer yang paling
jentik, penampungan air kulkas 7 positif
banyak
jentik dan tempat minum burung menjadi
ditemukan
jentik
sebelum
pemberian buku saku yaitu bak mandi
sebanyak 2
5 positif jentik.
Pengetahuan
sebanyak 28 positif, vas bunga sebanyak
masyarakat
di
20 positif, ember sebanyak 19 positif,
Kelurahan Gedongkiwo sebenarnya sudah
ember bekas sebanyak 14 positif, kaleng
sangat
bekas sebanyak 11 positif, penampungan
mendukung upaya pemberantasan DBD,
air kulkas sebanyak 10 positif, dan tempat
namun perilaku masyarakat masih sangat
minum burung sebanyak 9 positif. Setelah
buruk berdasarkan hasil penelitian dan
pemberian
jumlah
wawancara didapatkan sebagian besar
kontainer yang positif larva menurun
responden dikategorikan tidak melakukan
menjadi 51 kontainer. Kontainer yang
PSN dengan teratur. Perilaku pencegahan
buku
saku
DBD
328
positif
dan
secara
umum
Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2
masih kurang dikatakan perilaku yang
ketergantungan
baik
fogging
apabila
dalam
setiap
minggu
terhadap
sebagai
pelaksanaan
satu-satunya
metode
melakukan PSN secara rutin dengan baik
pemberantasan
minimal satu kali dalam
paling baik daripada pelaksanaan PSN
seminggu
menguras bak mandi, mengubur barang-
DBD
yang
dianggap
(3M).
barang bekas, menutup penampungan air
Berdasarkan hasil analisis indikator
setiap
kepadatan jentik nyamuk Aedes sp baik
penampungan air[5]. Selain perilaku yang
sebelum dan setelah pemberian buku saku
buruk
DBD dapat dilihat pada Tabel 2.
dan
plus
ikanisasi
pada
masyarakat
memiliki
Tabel 2. Distribusi Indikator Kepadatan Vektor Nyamuk Aedes sp. Sebelum dan Setelah
Pemberian Buku Saku DBD di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota
Yogyakarta Tahun 2012
Indikator
Sebelum Pemberian Buku Saku DBD
Setelah Pemberian Buku Saku DBD
Catatan: Data primer
Parameter
entomologi
CI (%)
62
22
HI (%)
86
56
BI %
328
118
yang
22%, HI menjadi 56%. Nilai BI sebelum
digunakan berupa Container Index (CI),
diberikan buku saku adalah 328% dan
House Index (HI) dan Breteau Index (BI).
yang setelah diberikan buku saku adalah
CI adalah persentase kontainer yang
118%.
mengandung larva dan atau pupa, HI
HI merupakan salah satu indikator
adalah persentase rumah yang positif
yang digunakan untuk menghitung risiko
mengandung
penyebaran
larva
dan
atau
pupa,
penyakit.
Indikator
ini
sedangkan BI adalah persentase jumlah
menunjukkan persentase rumah yang
kontainer yang positif dengan larva Aedes
positif
sp
perkembangbiakan nyamuk. Dari hasil
dalam
100
rumah[6].
Distribusi
untuk
menjadi
tempat
kepadatan vektor nyamuk berdasarkan
perhitungan
Tabel 2 diketahui sebelum pemberian
Kelurahan Gedongkiwo didapatkan nilai
buku saku DBD didapatkan CI sebesar
CI dan HI masih lebih tinggi dari standar
62%, HI sebesar 86%. Setelah diberikan
WHO yang menyatakan suatu wilayah
pemberian
dikatakan mempunyai kepadatan jentik
buku
saku
DBD
semua
kontainer menurun jumlahnya CI menjadi
dan
329
keberadaan
penyebaran
vektor
jentik
yang
di
tinggi
Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap Penurunan Kepadatan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti L. di Kelurahan Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta
serta
berisiko
tinggi untuk penularan
mempengaruhi kesadaran seseorang untuk
DBD jika CI ≥ 5% dan HI ≥ 10%. Nilai BI
bisa merubah perilakunya. Nilai BI jika
diberikan buku saku sebesar 328% dan
dibandingkan dengan standard WHO yaitu
sesudah diberikan buku saku menjadi
50% masih sangat jauh[7]. Hal ini berarti
118%. Hal ini menunjukkan meskipun
wilayah Gedongkiwo masih memiliki
pemberian buku saku sudah jelas mampu
tingkat kepadatan nyamuk A. Aegypti
memberikan efek penurunan kepadatan
yang masih cukup tinggi untuk bisa
nyamuk tetapi masih banyak faktor yang
menyebarkan penyakit DBD.
400
300
Sebelum
200
Sesudah
100
0
HI
CI
BI
Gambar 1. Nilai HI, CI dan BI Sebelum dan Sesudah Pemberian Buku Saku DBD
Apabila kondisi ini terus didiamkan
of change. Program yang diciptakan oleh
saja tanpa adanya upaya preventif seperti
pemerintah tidak akan menunjukkan hasil
penyadaran perilaku masyarakat untuk
yang signifikan tanpa adanya peran serta
berperan aktif dalam upaya 3M maka
masyarakat di dalamnya. Penyelengaraan
kasus DBD akan tetap terjadi. Penyakit
upaya
DBD sangat dipengaruhi oleh kondisi
pemberdayaan masyarakat dalam kaitan
lingkungan baik lingkungan fisik ataupun
ini perilaku hidup masyarakat sejak usia
sosial. Lingkungan social memberikan
dini perlu ditingkatkan melalui berbagai
pengaruh yang sangat besar terhadap
kegiatan
kondisi
Perilaku
kesehatan, sehingga menjadi bagian dari
masyarakat yang cenderung tidak peduli
norma hidup dan budaya masyarakat
terhadap beberapa program pemerintah
dalam
dalam
kemandirian masyarakat dalam rangka
lingkungan
pencegahan
fisik.
DBD
akan
memberikan efek yang besar. DBD yang
kesehatan
penyuluhan
meningkatkan
hidup sehat8.
melibatkan masyarakat luas sebagai agent
330
tidak
dan
lepas
dari
pendidikan
kesadaran
dan
Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada pengaruh pemberian buku saku
DBD terhadap kepadatan jentik telah
terjadi
penurunan
tingkat
kepadatan
Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi, Rieneka cipta, Jakarta :
Hal. 124, 182.
Dirjen.
populasi nyamuk Ae. aegypti di Kelurahan
Gedongkiwo
Mantrijeron
Yogyakarta.
Dengan penurunan nilai HI sebesar 30%,
nilai CI penurunannya 40% dan nilai BI
penurunannya sebesar 210%. Untuk dapat
mengendalikan
populasi
nyamuk
Ae.
Aegypti diperlukan kolaborasi yang kuat
dan berkesinambungan antara pemerintah
dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, O., 2008, Demam Berdarah
Dengue: Penyakit dan Cara
Pencegahanya,
Kanisus,
Yogyakarta.
Hasyimi, M., dan Soekirno., 2004,
“Pengamatan Tempat Perindukan
Aedes aegypti pada Tempat
Penampungan Air Rumah Tangga
pada Masyarakat Pengguna Air
Olahan”,
Jurnal
Ekologi
Kesehatan, Vol 3, No. 1, April
2004 hal. 37,42.
WHO,
Notoatmodjo,
S.,2007,
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Rineka Cipta, Jakarta : Hal. 3,
9,69, 70, 107, 108, 109, 110, 111,
112, 140, 141.
Subargus, A., 2007, “Analisis terhadap
Kebijakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) Dalam Upaya
Peanggulangan Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Wilayah
Provinsi
Daerah
Istimewah
Yogyakarta”,
h
Kesehatan Masyarakat
DEWAN REDAKSI
PENASEHAT
Prof. H. Sugeng Juwono Mardihusodo, dr. DAP&E, M.Sc (Tropmed)
PENANGGUNGJAWAB
Ariana Sumekar, SKM.,M.Sc
PIMPINAN REDAKSI
Siti Uswatun Chasanah, S.K.M.,M.Kes.
SEKERTARIS REDAKSI
Heni Febriani, S.Si.,M.P.H.
BENDAHARA
Sigit Hartono, S.E.
PENANGGUNG JAWAB EDITOR
Tedy Candra Lesmana, S.Hut.,M.Kes.
HUMAS DAN PUBLIKASI
Sri Lestari, S.K.M.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT adalah jurnal mengenai kesehatan masyarakat yang diterbitkan
oleh prodi kesehatan masyarakat STIKES Wira Husada. Jurnal terbit dua kali dalam satu tahun untuk
volume yang sama. Jurnal ini diterbitkan sebagai wahana komunikasi ilmiah antar akademisi, peneliti,
pakar dan pemerhati untuk pengembangan IPTEK dalam bidang kesehatan masyarakat. Isi jurnal ini
berupa hasil penelitian, kasus lapangan, resensi buku, atau kajian ilmiah bidang kesehatan masyarakat.
Artikel topik khusus dimungkinkan untuk diterbitkan di dalam jurnal. Pengiriman naskah, surat-menyurat
dan permintaan berlangganan, dialamatkan kepada redaksi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan atas tersusunnya Jurnal
Kesehatan Masyarakat Volume 08/Nomor 1/Maret/2015. Dalam tersusunnya Jurnal
Kesehatan Masyarakat edisi ini, semoga dapat memberikan manfaat dan memperluas
wawasan dibidang penelitian dan pendidikan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada para penulis dalam Jurnal
Kesehatan Masyarakat yang telah berkenan menjalin kerjasama dalam menerbitkan
naskah Jurnal ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada segenap jajaran
Jurnal Kesehatan Masyarakat atas dedikasi dan kerjasamanya dalam upaya
mewujudkan penerbitan Jurnal Kesehatan Masyarakat edisi ini.
Salam,
Redaksi
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Volume 08/Nomor 1/Maret/2015
Daftar Isi:
ARTIKEL PENELITIAN
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja ........................................ 309
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa
di Kabupaten Rembang ............................................................................................. 318
Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap
Penurunan Kepadatan Jentik Nyamuk aedes aegypti L. di Kelurahan
Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta ............................................................... 326
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan kinerja Perawat di
Ruang Rawat Inap ..................................................................................................... 332
RSUD Ahmad Yani Metro Lampung dampak Perubahan Iklim pada Penyakit
Menular: sebuah Kajian Literatur .............................................................................. 342
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar pada
Bayi di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta ................................................................. 349
Perbedaan Konsentrasi Perekat antara Briket Bioarang Tandan Kosong Sawit
dengan Briket Bioarang Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Lama Membara .......... 356
Dampak Psikologis Terhadap Istri yang Menjadi Korban Kekerasan dalam
Rumah Tangga Di P2TP2A provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 ........................ 369
Analisis Pengetahu, Sikap, Dan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri
(Apd) pada Perajin Perak di Industri Perak “X” Yogyakarta ...................................... 374
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan Motivasi Kontrol Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klinik Kartika Husada Sitimulyo Piyungan
Bantul ....................................................................................................................... 382
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/ No.01/Maret/2015
MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT JOGJA
Muchsin Maulana1, Hari Kusnanto2, Agus Suwarni3
1
Postgraduate of Public Health, Gadjah Mada University. [email protected]
2
Field Epidemiology Training Program, Gadjah Mada University
3
Health Polytechnic, Health Ministries
Diterima 17 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015
ABSTRACT
Jogja Hospital is a Government-owned Hospital run by the Government of city of
Jogyakarta. In its daily activities, the hospital produces waste which, if not properly
discharged or burned, may cause adverse effect on workers as well as the
surrounding area. Jogja hospital has Incinerator, thus simplifying the management
such waste. The waste management including the rules, procedures and
policymaking need to be explored to investigate the process of waste management of
Jogja hospital. Methods in this study used a qualitative descriptive case study in
order to get a clear picture or description about certain situation objectively. The
unit analysis was the solid waste management in the Jogja Hospital. In-depth
interviews were conducted with the Head of Environmental Health Installation and
Waste Management Officer. Data were obtained through observation, in-depth
interviews and document studies. The results shows, the process of solid waste
management at the Jogja hospital was carried out by the hospital waste management
officer under the direction of the Hospital Environmental Health Installation. Waste
Management Officer was a by-contract employee financed by the Hospital. The
Incinerator Facility helped the hospital in processing the medical waste.
Keywords: Management; treatment; solid waste, Hospital Jogja
ABSTRAK
Rumah Sakit Jogja merupakan Rumah Sakit Pemerintah yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Jogja. Rumah Sakit Jogja dalam kegiatan seharinya menghasilkan
limbah dan jika tidak dilakukan pembuangan atau pembakaran dengan benar maka
akan menimbulkan efek buruk pada petugas maupun daerah sekitar. Rumah Sakit
Jogja memiliki insinerator, sehingga mempermudah dalam pengelolaan limbah
Rumah Sakit. Pengelolaan limbah, peraturan, prosedur tetap serta pengambilan
kebijakan perlu diekplorasi untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan limbah
di Rumah Sakit Jogja. Metode penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus
deskriptif kualitatif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif. Unit analisis adalah manajemen limbah padat
di Rumah Sakit Jogja. Wawancara mendalam dilakukan kepada Kepala Instalasi
Kesehatan Lingkungan dan Petugas Pengelolaan Limbah. Sumber data didapat dari
observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan
proses pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Jogja dilakukan oleh Petugas
Pengelolaan Limbah di bawah arahan Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Petugas Pengelolaan Limbah merupakan tenaga kontrak dengan pembayaran
309
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
swadana dari rumah sakit. Fasilitas incenerator di rumah sakit memberikan
kemudahan dalam proses pengolahan sampah medis.
Kata Kunci: Manajemen, pengolahan, limbah padat, Rumah Sakit Jogja
menyebabkan
PENDAHULUAN
Selama beberapa dekade, organisasi
kesehatan memiliki layanan outsourcing
signifikan
peningkatan
dalam
yang
kualitas
tingkat
pelayanan[1].
Untuk
seperti layanan makanan dan rumah
pelaksanaan
reformasi
Wideman
kesehatan yang efektif, berbagai bentuk
mengemukakan program perawatan yang
dan tingkat privatisasi telah menjadi
dikelola
komponen penting
tangga.
Sarpin
saat
mengurangi
dan
ini
biaya
mencoba
untuk
kesehatan
dengan
kesehatan
di
baru
terutama
di
mempertahankan
standar
solusi
yang
diusulkan untuk meningkatkan sistem
beralih ke outsourcing dalam cara-cara
untuk
dari
seluruh
dunia,
negara
namun
berkembang,
menanggapi
terbatasnya data yang tersedia untuk
realitas ekonomi saat ini[1]. Outsourcing
mengevaluasi efek dan konsekuensi dari
memiliki banyak manfaat dan merupakan
privatisasi
solusi untuk membatasi keuangan dan
kesehatan yang digunakan eksekutif atau
kebutuhan investasi kurang modal[2].
pimpinan rumah sakit untuk memenuhi
tinggi
perawatan
sambil
Alasan untuk outsourcing: 1) untuk
target
[4].
Salah
menghemat
satu
biaya
strategi
adalah
mengurangi biaya; 2) untuk fokus pada
outsourcing, namun outsourcing akan
keunggulan kompetitif inti; 3) untuk
gagal jika tidak ditangani dengan baik.
memperkenalkan
Sangat sedikit penelitian yang telah
fleksibilitas
kerja; 4)
untuk mengelola
masalah
hubungan
peningkatan
terkait
tenaga
masalah-
industrial
dalam
dan
kekuatan
dilakukan
pada
proses
pengambilan
keputusan outsourcing di sektor publik
terutama di sektor kesehatan [5].
Rumah
manajemen atas tenaga kerja; 5) untuk
Sakit
Jogja
merupakan
memenuhi tujuan pribadi, dan 6) untuk
rumah sakit pemerintah yang berhasil
membentuk
publik
untuk
lembaga-lembaga
sektor
melakukan pengolahan limbah dengan
menyesuaikan
dengan
baik, sehingga perlu diekplorasi untuk
agenda pemerintah yang menyediakan
mengetahui
dana
fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah
tersebut[3].
penyedia
layanan
Kerjasama
kontrak
dengan
telah
310
bagaimana
pemanfaatan
Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni
Kota Yogyakarta dan proses pengelolaan
Sakit Jogja mempunyai koordinasi yang
limbah di Rumah Sakit Jogja.
baik dalam distribusi kerja, hal ini
dikarenakan pembagian kerja yang merata
sehingga
METODE
Penelitian
ini
menggunakan
rancangan studi kasus deskriptif kualitatif
untuk menggambarkan manajemen limbah
padat di Rumah Sakit Jogja. Wawancara
mendalam
Instalasi
dilakukan
Kesehatan
kepada
Kepala
Lingkungan
dan
Petugas Pengelolaan Limbah. Sumber
data didapat dari pengamatan, wawancara
tidak
pekerjaan.
terjadi
penumpukan
Lundstrom
memaparkan
petugas kesehatan memiliki peran penting
dalam pengelolaan lingkungan efek dari
praktik mereka[6]. Setiap upaya yang
dilakukan oleh mereka membangun basis
suara
perilaku
dan
pemikiran
yang
diperlukan untuk mencapai visi yang lebih
besar untuk planet yang sehat. Sumber
daya manusia yang bekerja di Instalasi
mendalam dan studi dokumen.
Kesehatan
Lingkungan
pengolahan
HASIL DAN PEMBAHASAN
limbah
yaitu
yang
petugas
berhadapan
langsung dengan limbah dan bertanggung
Manajemen Kontrak
Hasil
pengamatan
jawab penuh atas limbah yang berasal dari
menunjukkan
sumber daya manusia yang mengelola
rumah sakit maupun limbah yang berasal
dari luar rumah sakit.
limbah Rumah Sakit Jogja adalah petugas
yang
bekerja di Instalasi
Kesehatan
Lingkungan dan petugas yang langsung
berhadapan dengan limbah padat rumah
sakit
(petugas
Petugas
yang
pengolahan
bekerja
di
limbah).
Sumber
dalam
Jogja berdasarkan jenis jabatan dan tugas,
pendidikan serta jumlah tenaga yang
bekerja tersaji pada Tabel 1.
Instalasi
Instalasi Kesehatan Lingkungan, Kepala
Sub-Instalasi I, Kepala Sub-Instalasi II,
Sub-Instalasi
manusia
pengolahan limbah padat di Rumah Sakit
Kesehatan Lingkungan terdiri dari Kepala
Kepala
daya
Administrasi
Logistik, Perencanaan dan Pengembangan
dan Staf Urusan.
Sumber daya manusia yang berada
di Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah
311
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
Tabel 1. Sumber Daya Manusia dalam Pengolahan Limbah Padat di Rumah Sakit
Jogja
No
1.
2.
3.
4.
Jenis Jabatan dan Tugas
Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan
Kepala Sub Instalasi I
Kepala Sub Instalasi II
Kepala Sub Instalasi Administrasi
Perencanaan dan Pengembangan
Staf Urusan
Petugas pengolahan Limbah (PPL):
o Operator Insinerator
o Petugas Limbah Medis
o Petugas Limbah Non Medis
5.
6.
Hasil
terhadap
wawancara
Kepala
Instalasi
Logistik,
di
Pendidikan
S 1/SE
D3/AMKL
S 1/SKM
D3/AMKL
Jumlah
1
1
1
1
D3/AMKL
1
SMA/SMP
SMA
SMA
2
1
3
mendalam
turun
Kesehatan
pelatihannya ya dari bagian Instalasi
Lingkungan untuk mengetahui jumlah dan
Kesehatan
status petugas pengolahan limbah sebagai
mas…”.
lapangan…
Lingkungan
Patil
berikut:
“Jumlah PPL ada 6 orang mas, trus
yang
Rumah
mengemukakan
kasi
Sakit
program
pelatihan wajib dilakukan untuk seluruh
pendidikan mereka 5 orang tamatan SMA
staf
dan 1 orang tamatan SMP, mmm… 1
membiasakan mereka dengan prosedur
orang petugas sampah medis, 3 orang
operasi yang dipraktikkan di rumah
petugas sampah non medis dan 2 orang
sakit[7]. Sawalem et al memaparkan, hasil
operator Insinerator mas. Petugasnya itu,
survei pada personil, 85% termasuk
karyawan
manajer, staf pembersih, dan pekerja
kontrak
kontrak/cleaning
mas,
dengan
service
pembayaran
swadana dari rumah sakit”.
baru
di
lingkungan,
rumah
tidak
sakit
dilatih
untuk
untuk
pengelolaan sampah di rumah sakit dan
Hasil wawancara dengan Petugas
tidak memiliki penjelasan rinci tentang
Pengelolaan Limbah (PPL) Padat Rumah
tugas mereka dalam hal penanganan
Sakit Jogja untuk mengetahui riwayat
limbah, 55% dari dokter dan perawat tidak
pelatihannya sebagai berikut:
mengetahui protokol pengelolaan limbah
“Untuk pelatihannya kami belum
pernah
mendapatkan
pelatihan
yang
rumah
sakit
dan
menunjukkan
pengetahuan yang cukup tentang potensi
resmi e mas… hanya pelatihan dari
bahaya,
Rumah Sakit yang diberikan sebelum kami
bertanggung jawab untuk transportasi
312
dan
90%
pekerja
kota
Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni
limbah
rumah
sakit
ke
tempat
rangka
mewujudkan
dan
memenuhi
pembuangan akhir dan tidak pernah
standar kualitas kesehatan pengelolaan
waspada terhadap bahaya terkait dengan
sampah di fasilitas kesehatan, pekerja
limbah rumah sakit[8].
harus dilatih untuk melaksanakan tugas
perbedaan
mereka secara akurat dan aman[12]. Di
antara rumah sakit umum dan swasta
Thailand, meskipun rumah sakit tidak
terutama karena ukuran unit-unit atau
memiliki program reguler pelatihan untuk
bagian yang ada dalam rumah sakit.
staf, semua staf baru atau anggota diberi
Rumah sakit umum terdapat bagian atau
orientasi menyeluruh dan kuliah tentang
instalasi yang bertanggung jawab untuk
keselamatan kerja di tempat kerja dan
pengumpulan
berhubungan dengan manajemen limbah.
Ferreira
menjelaskan
sampah dalam
layanan
(penyimpanan di tempat), transportasi di
Penelitian
tempat pusat penyimpanan sementara,
pengelolaan limbah klinis yang lemah
transportasi
off-site
dan
pembuangan
Blenkharn
menyatakan
memperburuk risiko infeksi bagi yang
akhir, sedangkan rumah sakit swasta,
terkena
cleaning service melakukan semua operasi
kompromi
pengelolaan
memiliki implikasi kontrol infeksi[13].
limbah
di
rumah
sakit
sebelum transportasi off-site dilakukan
limbah
medis,
kebersihan
Kepala
seharusnya
rumah
Instalasi
Kesehatan
oleh perusahaan yang bertanggung jawab
Lingkungan
untuk pembuangan akhir[9]. Penelitian
menyatakan PPL merupakan karyawan
Blenkharn menyatakan petugas harus
kontrak
diberikan
untuk
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, serta
dengan
pembayaran swadana dari rumah sakit.
keselamatan
Kebijakan ini pula yang membuat PPL
latihan
memastikan
benar
untuk
yang
sampah
tepat
dikelola
menjamin
di
Rumah
sakit
bawah
Sakit
kendali
Jogja
Instalasi
mematuhi standard operating procedur
karyawan dan orang lain[10].
Penelitian Abdullah menunjukkan
yang berlaku dalam pengolahan limbah di
kebutuhan akan program pelatihan untuk
Rumah Sakit Jogja. Young memaparkan
berbagai tingkat staf di rumah sakit dari
pada sektor kesehatan, outsourcing lebih
administrator, manajer, dokter, perawat,
sering terjadi pada layanan non-klinis dari
sampai
dan
layanan klinis[14]. Mengingat daerah
pemeliharaan limbah serta staf operasi
mana yang menjadi outsourcing yang
insinerator[11]. Ali mengemukakan dalam
dibuat pada basis seperti karakteristik dari
petugas
penanganan
313
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
pasar tenaga kerja, termasuk tingkat
memberikan kontrak penyedia layanan
keterampilan karyawan dan ketersediaan
kerangka kerja yang diharapkan akan
tenaga kerja, sifat hubungan industrial dan
membantu mereka dalam meningkatkan
persepsi tentang apa inti dalam kaitannya
bisnis mereka di pasar yang dinamis dan
dengan
meskipun
berkembang pesat[1]. Penelitian Danvers
persepsi itu konsisten. Menurut Towne
dan Nikolov di 16 negara bagian dan
dan Hoppszallern dengan biaya kesehatan
empat
yang
mengidentifikasi ada dampak keuntungan
perawatan
meningkat,
pasien,
masuk
akal
untuk
wilayah
Amerika
Serikat,
menyimpulkan bahwa rumah sakit akan
dari outsourcing
melihat ke outsourcing/kontrak sebagai
perkotaan, tetapi efek yang agak positif
cara tradisional untuk mengendalikan
untuk rumah sakit pendidikan[17]. Chih et
biaya. Rumah sakit, terutama untuk rumah
al
sakit umum, bisa mendapatkan manfaat
terutama
dari outsourcing untuk menghidupkan
mendapatkan manfaat dari outsourcing
kembali keterbatasan sumber daya penuh
untuk menghidupkan kembali waktu kerja
waktu-setara dan manusia[15]. Castella
penuh
menyimpulkan
strategi
keterbatasan sumber daya manusia[18].
memiliki
Keuntungan lainnya seperti menghemat
banyak kesempatan untuk meningkatkan
energi personil manajemen, meningkatkan
pelayanan umum rumah sakit, mengurangi
efisiensi dan semangat kerja karyawan,
biaya,
dan
dan membantu rumah sakit memperoleh
instalasi, tanpa menggunakan sumber
instrumen baru tanpa beban keuangan.
daya yang terbatas rumah sakit terutama
Peneliti
menarik
ditujukan
yang
langkah
ini
yang
menjamin efektifnya penggunaan tenaga
sebenarnya[16]. Socrates and Michael
pengolahan limbah, sehingga jika PPL
penelitian di rumah sakit publik Yunani
melakukan kesalahan yang fatal maka
dalam
sewaktu-waktu dapat diputus kontrak
bahwa
outsourcing/kontrak
memperbarui
merupakan
untuk
bisnis
penggunaan
dalam
kami
peralatan
kesehatan,
inti
kontrak
penyedia
layanan menunjukkan outsourcing dalam
pemikiran
potensi
untuk
dan
rumah sakit
bahwa
rumah sakit,
rumah
sakit
paruh
waktu
kesimpulan
diambil
dalam
menurut kesepakan tersebut.
kesehatan publik organisasi di Yunani
memiliki
menjelaskan
untuk
untuk
pengembangan lebih lanjut. penelitian ini
314
umum,
dalam
bahwa
rangka
Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni
Abdullah, F., Qdais H, A., & Rabi, A.
KESIMPULAN DAN SARAN
(2007)
Organisasi pengelolaan limbah di
Site
medical
Rumah Sakit Jogja mempunyai organisasi
investigation
waste
on
management
practices in northern Jordan. Waste
tersendiri dengan tingkat kompetensi dan
Management, Vol 28 450–458.
akses organisasi baik, yang mana sudah
ada bidang yang membawahi masalah
Aksan, H, AD., Ergin, I., & Ocek, Z.,
sanitasi lingkungan Rumah Sakit Jogja
(2010) The change in capacity and
(Instalasi Kesehatan Lingkungan). Petugas
service delivery at public and
Pengelolaan Limbah (PPL) merupakan
private hospitals in Turkey: A
karyawan kontrak di bawah kendali
closer look at regional differences.
Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah
Ali, M., & Kuroiwa, C. (2009 ) Status and
Sakit dengan pembayaran swadana dari
Challenges
Rumah Sakit. Pertemuan secara rutin
Waste Management: Case Studies
dengan
Rumah
mengikutsertakan
Sakit,
Bagian
Pimpinan
from
Administrasi,
of
Hospital
Thailand,
Solid
Pakistan,
and
Mongolia. J Mater Cycles Waste
Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan,
Management, Vol 11:251–257.
Staf, Petugas Pengelolaan Limbah yang
secara langsung maupun tidak langsung
Blenkharn,
kesulitan
praktis
(2006a)
Potential
clinical waste carts. Journal of
rangka untuk berbagi dan mendiskusikan
atau
I.
compromise of hospital hygiene by
terlibat dengan pengelolaan limbah dalam
teknis
J,
Hospital
dan
Infection,
Vol
63,
423e42.
memberikan saran khusus ke Rumah
Blenkharn, J, I. (2006b) Standards of
Sakit.
Clinical Waste Management in UK
Hospitals. Journal of Hospital
DAFTAR PUSTAKA
Infection, Vol 62, 300–303.
Ab Rahim, N., Baldry, D., & Amaratunga,
D. (2010) Decision Making in
Castella,
F.,
Outsourcing Support Services in
hospital
The
Hospital
United
Kingdom
Public
(1999)
Outsourcing
services:
of
in
Teaching
Badalona,
Spain.
Health Estate, 1999 Jun;53(5):32-
Healthcare.
4.
315
Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
Hospital:a Case Study. Journal of
Chih, T, H., Jar, Y, P., Hero C. (2009) The
study
on
the
outsourcing
Waste Management, 25 592–599.
of
Taiwan's hospitals. BMC Health
Sawalem, M., Selic, E., & Herbell, J, D.
Services Research 2009, 9:78
(2009)
affect
profitability:
Department
study. Waste Management. 29
hospital
1370–1375.
of
Accountancy, Clarion University,
Socrates, J, M., & Michael, N, K.,
Clarion, Pennsylvania, USA. J
Health
Care
Finance,
Outsourcing in public hospitals: a
2010
Greek
Fall;37(1):13-29.
Program
About
of
Journal
Organization
of
and
Management Vol. 20 No. 1, 2006.
Tourani, S., Maleki, M., Ghodousi, M, S.,
Medical Waste Management on
Awareness
perspective.
Health
El-Sharkawy, G, F. (2009) Effect of An
Educational
waste
management in Libya: A case
Danvers, K., & Nikolov, P., (2010)
outsourcing
Hospital
& Gohari M.R (2010), Efficiency
Internship
and Effectiveness of the Firoozgar
Physicians in Zagazig University
Teaching
Hospitals. Journal of Occupational
after Outsourcing, Tehran, Iran,
Health and Safety. Vol. 2 No. 1
Journal of Health Administration
June.
2010; 12 (38).
Ferreira, V., & Teixeira, M, R., (2010),
13th Annual Contract Management
Practices and Associated Risk
Survey: This article first appeared
Perceptions in Algarve Hospitals,
in the October 2003 issue of
Portugal. Faculty of Sciences and
University
Pharmacy
Towne, J., & Hoppszallern, S., (2003)
The Medical Waste Management
Technology,
Hospital's
H&HN magazine.
of
Algarve, Campus de Gambelas,
Young, S. (2005) Outsourcing in the
Health Sector: The Interplay of
Faro; Portugal.
Economics
Patil, G, V., & Pokhrel, K. (2004)
Biomedical
Solid
Waste
Management
in
Indian
an
and
Politics,
International Journal of Public
Sector Management, 18(1) p25-36.
Young, S. (2007) Outsourcing: two case
studies from the Victorian public
316
Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni
hospital
Planning,
sector,
Policy
Australian
and
Health
Review February 2007 Vol 31 No
1.
317
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/No.01/Maret/2015
KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL BIDAN DAN PENCAPAIAN CAKUPAN K4
BIDAN DESA DI KABUPATEN REMBANG
Fitri Indrawati1
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
Diterima 24 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015
ABSTRACT
Many factors affect the achievement of K4. Coverage of K4 in Rembang District
in 2013 has yet to reach the target set by the national (93%) that is equal to 80,79%.
The purpose of this study was to determine the relationship between the quality of
antenatal care provided by midwives with the coverage K4 midwife. The study is an
observational analytic study with cross sectional approach. The population in this
study were all midwives in Rembang, amounting to 287 midwives. The sample in this
study is the 75 village midwive. The results of this study showed that there was
significant relationship between the quality of antenatal care provided by midwives
with the coverage K4 midwive.
Keyword: quality of service; antenatal; midwives; K4 scope
ABSTRAK
Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian K4. Cakupan K4 di Kabupaten
Rembang pada tahun 2013 masih belum mencapai target yang ditetapkan nasional
(93%) yaitu sebesar 80,79%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan desa dengan
pencapaian cakupan K4 bidan desa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh bidan desa di Kabupaten Rembang yang berjumlah 287 bidan. Sampel pada
penelitian ini adalah bidan desa yang berjumlah 75 bidan. Ada hubungan yang
bermakna antara kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan desa dengan
pencapaian cakupan K4 bidan desa. Saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten
Rembang adalah agar memberikan pendidikan yang berkelanjutan kepada bidan desa
sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Keyword: kualitas pelayanan; antenatal; bidan; cakupan K4
Indonesia sesuai dengan target yang
PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih tetap tinggi. Berdasarkan
Survei
Demografi
dan
Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu sebesar 359 per 100.000
kelahiran
hidup[1].
Target
AKI
di
dituangkan
dalam
Millennium
Development Goal (MDG) sebesar 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015[2].
Kebijakan
Departemen
Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan AKI dan Angka Kematian
318
Fitri Indrawati
Bayi (AKB) pada dasarnya mengacu
antenatal dan peningkatan K1 dan K4 ibu
kepada intervensi strategis “Empat Pilar
hamil dengan tujuan untuk memenuhi hak
Safe Motherhood” (keluarga berencana,
setiap ibu hamil memperoleh pelayanan
ANC,
antenatal
persalinan
bersih
dan
aman,
yang
berkualitas
pelayanan dasar obstetri). Akses terhadap
mampu
pelayanan antenatal di Indonesia sudah
sehat,
cukup baik, namun mutu pelayanan
melahirkan bayi yang sehat. Sasaran
antenatal
penggunaan buku pedoman ini adalah
itu
sendiri
masih
perlu
tenaga
ditingkatkan[3].
WHO)merekomendasikan minimal
empat
kunjungan
antenatal,
dengan
menjalani
sehingga
kehamilan
dengan
bersalin dengan selamat,
kesehatan
yang
dan
memberikan
pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir
dan
keluarga
berencana.
Pelayanan
ketentuan waktu pemberian pelayanan
antenatal adalah pelayanan kesehatan
yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali pada
yang diberikan kepada ibu selama masa
triwulan pertama, 1 kali pada triwulan
kehamilannya
kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga
pelayanan
yang
seperti
anamnesis, pemerikasaan fisik umum dan
vaksinasi tetanus toxoid, skrining dan
kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas
pengobatan untuk infeksi, dan identifikasi
indikasi tertentu serta indikasi dasar dan
tanda-tanda bahaya selama kehamilan.
khusus. Cakupan K4 adalah pelayanan
Selain itu, WHO menyarankan bahwa
antenatal sesuai standar paling sedikit 4
pelaksanaan dari suatu paket intervensi
kali, yaitu minimal 1 kali pada triwulan
yang
perawatan
pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2
antenatal harus dimonitor dan diaudit
kali pada triwulan ketiga. Cakupan K4
dengan fokus pada kualitas pelayanan,
merupakan salah satu indikator yang
yaitu praktek-praktek berbasis bukti yang
digunakan dalam mengukur keberhasilan
dimaksudkan untuk disampaikan melalui
pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal
program ini, outcome ibu dan perinatal,
terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan
terutama saat dilahirkan[4].
yang kompeten yaitu dokter, bidan dan
terdiri
dari
kompleks
intervensi
seperti
sesuai
antenatal
dengan
yang
standar
mencakup
Kementerian
perawat terlatih sesuai dengan ketentuan
Pedoman
yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu
Pelayanan Antenatal Terpadu sebagai
terdiri dari: anamnesa, pemeriksaan fisik,
salah satu panduan untuk pelaksanaan
penanganan tindak lanjut, pencatatan hasil
Pemerintah
Kesehatan
melalui
mencanangkan
319
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa di Kabupaten
Rembang
pemeriksaan
antenatal
terpadu
Kualitas pelayanan antenatal adalah
dan
komunikasi informasi dan edukasi (KIE)
segala
yang efektif[5].
kesehatan yang diberikan kepada ibu
Target cakupan K4 nasional pada
bentuk
aktivitas
pelayanan
selama masa kehamilannya sesuai dengan
tahun 2012 adalah sebesar 90%. Pada
standar
tahun 2012 angka cakupan pelayanan
mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik,
antenatal secara nasional untuk persentase
diagnosis
pencapaian K4 sebesar 90,18%. Masih
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
terdapat disparitas antar provinsi dan antar
antenatal dan dokumentasi kebidanan
kabupaten/kota yang variasinya cukup
bidan[8]. Dari latar belakang tersebut
besar(6). Pencapaian cakupan K4 di Jawa
maka penulis tertarik untuk melakukan
Tengah pada tahun 2012 secara umum
penelitian tentang
sudah melampaui target nasional, yakni
antenatal terhadap pencapaian cakupan K4
sebesar
bidan desa di Kabupaten Rembang tahun
92,99%,
tetapi
beberapa
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih
pelayanan
antenatal
kebidanan
yang
intervensi,
kualitas
pelayanan
2013.
memiliki cakupan kunjungan K4 di bawah
target[6]. Pada tahun 2013 target yang
METODE
Jenis penelitian ini observasional
ditetapkan secara nasional untuk cakupan
cross
K4 adalah 93%. Dari 35 Kabupaten/Kota
analitik,
dengan
di Jawa Tengah terdapat 7 Kabupaten
sectional.
Data
yang persentase cakupan K4 kurang dari
wawancara langsung dan pengamatan
target nasional. Salah satunya adalah
dengan
Kabupaten Rembang, yakni menduduki
lembar pengamatan. Populasi penelitian
peringkat 3 terendah. Dengan persentase
ini adalah seluruh bidan desa pelaksana
cakupan
K4
Kabupaten
rancangan
dikumpulkan
menggunakan
melalui
kuesioner
dan
sebesar
80,79%[7].
Di
KIA/pelayanan antenatal di wilayah kerja
Rembang
terdapat
16
Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang
puskesmas dengan jumlah bidan desa
sebanyak
sebanyak 287 bidan. Dari 287 bidan desa,
penelitian ini sebanyak 75 bidan desa
94 bidan desa telah memenuhi target
diambil dengan simple random sampling.
nasional cakupan K4, sedangkan yang
Data
belum
variabel
memenuhi
target
pencapaian
cakupan K4 nasional sebanyak 193 bidan.
287
diolah
bidan
desa.
menggunakan
tunggal
untuk
Sampel
analisis
mengetahui
distribusi frekuensi variabel bebas yaitu
320
Fitri Indrawati
kualitas pelayanan antenatal dan variabel
variabel bebas dan variabel terikat. Hasil
terikat yaitu pencapaian cakupan K4 bidan
pengumpulan, analisis dan pengolahan
desa. Analisis dua variabel digunakan
data
untuk
frekuensi disertai dengan narasi.
mengetahui
hubungan
antara
disajikan
dalam
bentuk
tabel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Bidan menurut Umur
Umur
25-29
30-34
35-39
40-44
≥45
Total
F
%
22
24
9
15
5
75
29,33
32,00
12,00
20,00
6,67
100,00
Umur bidan menurut Tabel 1 mempunyai frekuensi tertinggi pada umur antara 3034 tahun dengan persentase 32% dan terendah berumur ≥45 tahun dengan persentase
6,67%.
Tabel 2. Distribusi Bidan menurut Tempat Tinggal
Tempat tinggal
F
Desa
Polindes
Lain-lain
%
43
27
5
75
Total
57,33
36,00
6,67
100,00
Bidan yang bertempat tinggal di polindes menurut Tabel 2 sebanyak 57,33% dan
yang bertempat tinggal di luar desa (lain-lain) dengan sebanyak 6,67%.
Tabel 3. Distribusi Responden menurut Kualitas Pelayanan Antenatal
Kualitas Pelayanan Antenatal
Sesuai
Tidak sesuai
F
%
56
19
75
Total
321
74,67
25,33
100,00
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan Dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa Di Kabupaten
Rembang
Tabel 4. Distribusi Bidan menurut Pencapaian Cakupan K4
Cakupan K4
F
Sesuai target
Tidak sesuai target
%
43
32
75
Total
57,33
42,67
100,00
Bidan yang memenuhi target pencapaian cakupan K4 menurut Tabel 4 diketahui
sebanyak 43 (57,33%), sedangkan yang tidak memenuhi target sebanyak 32 (42,67%).
Tabel 5. Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal dengan Pencapaian Cakupan K4
Bidan Desa
Kualitas pelayanan antenatal
Pencapaian cakupan K4
Sesuai
Tidak sesuai
Jumlah
target
target
n
%
n
%
n
%
38 88,37
18
56,25
56 100
5
11,63
14
43,75
19 100
75 100
Sesuai
Tidak sesuai
Total
Hasil uji
0,03
Tabel 5 menunjukkan hasil uji
minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa
statistik dengan menggunakan Chi Square
lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika
diperoleh nilai p 0,03 maka Ho ditolak
ada keluhan, penyakit atau gangguan
dan Ha diterima berarti ada hubungan
kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam
antara kualitas pelayanan antenatal yang
K4[5].
diberikan
oleh
bidan
desa
dengan
Menurut
Keputusan
Menteri
pencapaian cakupan K4 bidan desa. K4
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali
938/MENKES/SK/VIII/2007
atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mewujudkan pelayanan kebidanan yang
mempunyai
berkualitas diperlukan adanya standar
mendapatkan
kompetensi,
pelayanan
terpadu
untuk
dan
sebagai
acuan
bagi
bidan
untuk
dalam
komprehensif sesuai standar. Kontak 4
memberikan asuhan kepada klien di setiap
kali dilakukan pada sekali pada trimester I
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, yang
(kehamilan hingga 12 minggu), trimester
bertujuan adanya standar sebagai acuan
ke 2 (>12-24 minggu) dan minimal 2 kali
dan
kontak pada trimester ke 3 yang dilakukan
tindakan/kegiatan dalam lingkup tanggung
setelah minggu ke 24 sampai dengan
jawab bidan, mendukung terlaksananya
322
landasan
dalam
melaksanakan
Fitri Indrawati
asuhan kebidanan berkualitas, sebagai
pasien kembali memanfaatkan pelayanan
parameter
dan
tersebut. Begitu pula dengan pelayanan
keberhasilan asuhan yang diberikan bidan
antenatal pada ibu hamil, dengan kualitas
dan sebagai perlindungan hukum bagi
pelayanan yang baik, maka cakupan K4
bidan dan klien/pasien[9].
juga semakin meningkat[13].
tingkat
kualitas
Sejalan dengan penelitian Widowati
(2006) yang menunjukkan ada hubungan
KESIMPULAN DAN SARAN
Terdapat hubungan yang bermakna
yang signifikan antara kualitas pelayanan
ANC
dengan
karakteristik
cakupan
bidan
dan
K4,
selain
kelengkapan
antara kualitas pelayanan antenatal yang
diberikan
oleh
bidan
desa
dengan
sarana[10]. Sistem perawatan kesehatan
pencapaian cakupan K4 bidan desa. Bagi
yang
Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang
berkualitas
adalah
perawatan
berkelanjutan, bukan hanya untuk layanan
untuk
pengobatan,
berkelanjutan kepada bidan desa sehingga
tetapi
untuk
promosi
memberikan
pendidikan
yang
kualitas pelayanan antenatal dapat lebih
kesehatan dan pencegahan[11].
Ketanggapan adalah kecepatan dan
optimal. Kepada bidan desa diharapkan
ketanggapan bidan dalam memberikan
untuk senantiasa meningkatkan kualitas
jasa. Dengan indikator di mana bidan
pelayanan sehingga cakupan K4 bidan
cepat dan tanggap dalam melayani ibu
desa dapat memenuhi target yang telah
hamil, dengan memberikan pemeriksaan
ditetapkan.
baik
fisik
maupun
kebidanan,
serta
memberikan pemeriksaan laboratorium
DAFTAR PUSTAKA
atas indikasi tertentu serta indikasi dasar
Statistics
Indonesia
(Badan
Pusat
dan khusus sampai dengan melakukan
Statistik) & Macro International,
KIE kepada ibu hamil. Menurut Nasriwati
2013, Indonesia Demographic and
(2010) hubungan antar manusia yang baik
Health Survey 2012, Calverton,
akan
Maryland, USA: BPS and Macro
menimbulkan
percaya,
saling
kemitraan,
menghormati
saling
International.
dan
WHO,
keterbukaan[12].
Menurut Solikhah (2008) dengan
terciptanya
kualitas
pelayanan
akan
menciptakan kepuasan pasien, sehingga
323
2011b,
Newborn
Monitoring
and
Understanding
Child
Key
Maternal,
Health:
Progress
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan Dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa Di Kabupaten
Rembang
Indicators.
Switzerland:
World
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2013, Laporan Penyelenggaraan
Health Organization.
Departemen
Kesehatan
Republik
Rapat Kerja Kesehatan Daerah
2007a,
Pedoman
Tahun 2013, Dinas Kesehatan
Indonesia,
Pelayanan Antenatal, Direktorat
Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2008,
Pedoman
Kesehatan Keluarga Departemen
Peningkatan
Mutu
Pelayanan
Kesehatan
Medik Dasar, Direktorat Jendral
Jendral
Pembinaan
Masyarakat,
Kesehatan
Direktorat
Republik
Departemen
Bina
Indonesia,
Bina Gizi dan KIA Departemen
Jakarta.
WHO,
WHO
2011a,
Statement
on
Kesehatan
Antenatal Care January 2011.
Switzerland:
Department
of
Indonesia,
Jakarta.
Departemen
Reproductive Health and Research
Indonesia,
World
Menteri
Health
Republik
Organization.
Kesehatan
Republik
2007b,
Keputusan
Kesehatan
Republik
Available:
Indonesia
http://whqlibdoc.who.int/hq/2011/
369/MENKES/SK/III/2007
WHORHR11.12engpdf [Accesed
Tentang Standar Profesi Bidan,
2 Februari 2015].
Kementrian Republik Indonesia.
Departemen
Nomor
Widowati, Christina dan Hakimi. H.M.
Kesehatan
Republik
Indonesia,
2010,
Pedoman
(2006).
Pelayanan
Antenatal
Terpadu,
Kesehatan Ibu dan Anak Dan
Manajemen
Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Kualitas
KIA
Puskesmas Keacamatan Semarang
Kementrian
Kesehatan
Kesehatan
Care
di
Barat. Jurnal KMPK, Program
Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian
Antenatal
Pelayanan
Magister Universitas Gajahmada,
Republik
Indonesia, 2013, Rencana Aksi
No. 17 April 2006
Angka
Sajid, M.S. & Baiq, M.K., 2007, Quality
Indonesia,
of Health Care: an Absolute
Direktorat Jendral Bina Gizi dan
Necessity for Public Satisfaction.
KIA
International Journal of Health
Percepatan
Kematian
Penurunan
Ibu
di
Kementrian
Kesehatan
Care 20(6): 545-548.
Republik Indonesia, Jakarta.
324
Fitri Indrawati
Nasriwaty.
(2010).
Analisis
Kualitas
Pelayanan di Puskesmas Sulili
Kabupaten
Pinrang,
Tesis
Program Pascasarjanan Universitas
Hasanuddin Makasar.
Solikhah. (2008). Hubungan Kepuasan
Pasien
Dengan
Dalam
Pelayanan
Minat
Pemanfaatan
Pengobatan.
Pasien
Ulang
Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Vol. 11, No. 4 Desember 2008.
325
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/ No.01/Maret/2015
PENGARUH PEMBERIAN BUKU SAKU DEMAM BERDARAH DENGUE
TERHADAP PENURUNAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti L. di
KELURAHAN GEDONGKIWO MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA
Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2
1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Diterima 2 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015
ABSTRACT
The environment is very bad Gedongkiwo Village and unhealthy. The condition
of every corner of the house a lot of small pools of unused, used items such as paint
cans scattered, small aquariums, buckets of water reservoirs and many other items
that may be a nest to lay eggs of Aedes sp. This is what causes the density of
mosquito larvae in high Gedongkiwo Village area. The objective of this study was to
know the impact of the provision of a paperback book Dengue Fever to decrease the
density of larvae of Aedes sp in Gedongkiwo Village, District Mantrijeron,
Yogyakarta. This research is a quasi experimental. The population in this study is
the number of homes that are on RT 17 and RT 18 as many as 48 houses with a total
sample of 43 homes. Analysis of the data in this study using univariate analysis to
obtain an overview of each independent variable and the dependent variable and
using bivariate analytical hypothesis test between two variables with independent
variables and the dependent variable. Giving pocket book turned out to give effect to
the dengue mosquito larvae density that can be seen from the value of HI, Cid's BI.
Keywords: Aedes aegypti L., pocket books, effectiveness.
ABSTRAK
Keadaan lingkungan Kelurahan Gedongkiwo sangat buruk dan tidak sehat.
Kondisi setiap sudut rumah banyak sekali kolam-kolam kecil yang tidak terpakai,
barang bekas yang berserakan seperti kaleng cat, aquarium kecil, ember-ember
penampungan air dan banyak barang-barang lain yang dapat menjadi tempat sarang
nyamuk Aedes sp bertelur. Hal tersebut yang menyebabkan kepadatan jentik nyamuk
di wilayah Kelurahan Gedongkiwo tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak pemberian buku saku Demam Berdarah Dengue terhadap
penurunan kepadatan jentik nyamuk Aedes sp di Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperimental Populasi dalam penelitian ini yaitu jumlah rumah yang berada di RT
17 dan RT 18 sebanyak 48 rumah dengan jumlah sampel sebanyak 43 rumah.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis satu variabel untuk
memperoleh gambaran pada masing-masing variabel bebas dan terikat serta
menggunakan analisis dua variabel uji hipotesis antara dua variabel dengan variabel
bebas dan variabel terikat. Pemberian buku saku DBD ternyata memberikan
pengaruh terhadap kepadatan jentik nyamuk yaitu dilihat dari nilai HI, Cid an BI.
Kata Kunci : Aedes aegypti L., buku saku, efektivitas
326
Tri Wahyuni Sukesi, Bayu Shela
Penyebab
meningkatnya
jumlah
kasus dan semakin bertambahnya wilayah
terjangkit
Demam
A.
nyamuk
PENDAHULUAN
Berdarah
Gedongkiwo,
aegypti
di
Kecamatan,
Kelurahan
Mantrijeron
Kota Yogyakarta.
Dengue
(DBD) antara lain karena transportasi
METODE
penduduk dari suatu daerah ke daerah lain
Jenis penelitian ini adalah quasi
dalam waktu singkat, adanya pemukiman-
eksperimental. Observasi dilakukan untuk
pemukiman
mengetahui
tradisional,
baru,
pengetahuan
dan
air
perilaku
dan
penurunan kepadatan jentik nyamuk. Pre-
masih
test dilakukan sebelum pembagian buku
serta
pengetahuan
tingkat
penyimpanan
masyarakat
yang
kurang terhadap Pembersihan Sarang
saku.
Nyamuk (PSN)[1]. Promosi kesehatan
dilakukan, kemudian dilakukan post test.
dengan
pengetahuan
Perbedaan antara pre test dan post test
alat
diasumsikan
meningkatkan
masyarakat
menggunakan
bantu
Setelah
kegiatan
sebagai
intervensi
efek
dari
berupa Booklet, leaflet, flyer, poster, buku
eksperiment atau perlakuan[4]. Penelitian
saku, spanduk, video dan slide[2].
dilakukan di Kelurahan Gedongkiwo,
Yogyakarta
Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta
merupakan salah satu daerah endemis
dengan jumlah sampel sebanyak 43
DBD dengan angka insidensi DBD pada
rumah.
tahun 1999-2003 sebesar 28,2 per 10.000
kuesioner
penduduk dengan jumlah kasus sebesar
pengetahuan DBD dan checklist untuk
4.857 jiwa dan 75 jiwa di antaranya
mengukur keberadaan jentik dan alat
meninggal
bantu berupa buku saku sebagai media
Daerah
Istimewa
dunia[3].
Kelurahan
Gedongkiwo berdekatan dengan aliran
Penelitian
untuk
ini
menggunakan
mengukur
tingkat
penyampian informasi DBD.
sungai serta banyaknya kolam-kolam di
sekitar rumah yang menyebabkan nyamuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aedes aegypti senang untuk berdiam dan
Berdasarkan hasil pemantauan jentik
bertelur yang mendasari kejadian DBD di
terhadap
Kelurahan Gedongkiwo sangat tinggi pada
jentik nyamuk Aedes sp. sebelum dan
tahun 2010. Peneliti ini dilakukan untuk
setelah pemberian buku saku DBD dapat
mengetahui dampak pemberian buku saku
diketahui pada Tabel 1.
DBD terhadap penurunan kepadatan jentik
327
kepadatan dan keberadaan
Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap Penurunan Kepadatan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti L. di Kelurahan Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta
Tabel 1. Distribusi Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. Sebelum dan Setelah Pemberian
Buku Saku DBD di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta
Tahun 2012
Jenis Container
Sebelum Penyuluhan
Positif
Negatif
5
3
28
12
0
1
19
21
10
11
3
8
20
6
Tempayan
Bak Mandi Drum Ember
Penampungan Air Kulkas
Penampungan Air Dispenser
Vas Bunga
Tempat Minum Burung
Bejana Sampah Padat Ban Bekas Kaleng
Bekas Botol Bekas Pecahan Kaca Ember
Tempayan
Bak Mandi Drum Ember
Penampungan Air Kulkas
Penampungan Air Dispenser
Vas Bunga
Tempat Minum Burung
Catatan: Data primer terolah
9
0
2
0
11
9
Setelah Penyuluhan
Positif
Negatif
0
8
21
19
0
1
6
34
7
14
2
9
2
24
8
0
5
2
4
2
5
0
0
0
1
1
12
0
7
2
14
10
Kepadatan jentik nyamuk Aedes sp.
masih terdapat jentik setelah pemberian
pada Tabel 1 menunjukkan baik sebelum
buku saku adalah bak mandi sebanyak 21
maupun setelah pemberian buku saku
positif jentik, vas bunga
DBD, hampir semua jenis kontainer
positif jentik, ember sebanyak 6 positif
positif
berisi larva Aedes sp. Total
jentik, ember bekas sebanyak 6 positif
jumlah
kontainer yang positif larva
jentik, kaleng bekas berjumlah 1 positif
sebanyak 141. kontainer yang paling
jentik, penampungan air kulkas 7 positif
banyak
jentik dan tempat minum burung menjadi
ditemukan
jentik
sebelum
pemberian buku saku yaitu bak mandi
sebanyak 2
5 positif jentik.
Pengetahuan
sebanyak 28 positif, vas bunga sebanyak
masyarakat
di
20 positif, ember sebanyak 19 positif,
Kelurahan Gedongkiwo sebenarnya sudah
ember bekas sebanyak 14 positif, kaleng
sangat
bekas sebanyak 11 positif, penampungan
mendukung upaya pemberantasan DBD,
air kulkas sebanyak 10 positif, dan tempat
namun perilaku masyarakat masih sangat
minum burung sebanyak 9 positif. Setelah
buruk berdasarkan hasil penelitian dan
pemberian
jumlah
wawancara didapatkan sebagian besar
kontainer yang positif larva menurun
responden dikategorikan tidak melakukan
menjadi 51 kontainer. Kontainer yang
PSN dengan teratur. Perilaku pencegahan
buku
saku
DBD
328
positif
dan
secara
umum
Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2
masih kurang dikatakan perilaku yang
ketergantungan
baik
fogging
apabila
dalam
setiap
minggu
terhadap
sebagai
pelaksanaan
satu-satunya
metode
melakukan PSN secara rutin dengan baik
pemberantasan
minimal satu kali dalam
paling baik daripada pelaksanaan PSN
seminggu
menguras bak mandi, mengubur barang-
DBD
yang
dianggap
(3M).
barang bekas, menutup penampungan air
Berdasarkan hasil analisis indikator
setiap
kepadatan jentik nyamuk Aedes sp baik
penampungan air[5]. Selain perilaku yang
sebelum dan setelah pemberian buku saku
buruk
DBD dapat dilihat pada Tabel 2.
dan
plus
ikanisasi
pada
masyarakat
memiliki
Tabel 2. Distribusi Indikator Kepadatan Vektor Nyamuk Aedes sp. Sebelum dan Setelah
Pemberian Buku Saku DBD di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota
Yogyakarta Tahun 2012
Indikator
Sebelum Pemberian Buku Saku DBD
Setelah Pemberian Buku Saku DBD
Catatan: Data primer
Parameter
entomologi
CI (%)
62
22
HI (%)
86
56
BI %
328
118
yang
22%, HI menjadi 56%. Nilai BI sebelum
digunakan berupa Container Index (CI),
diberikan buku saku adalah 328% dan
House Index (HI) dan Breteau Index (BI).
yang setelah diberikan buku saku adalah
CI adalah persentase kontainer yang
118%.
mengandung larva dan atau pupa, HI
HI merupakan salah satu indikator
adalah persentase rumah yang positif
yang digunakan untuk menghitung risiko
mengandung
penyebaran
larva
dan
atau
pupa,
penyakit.
Indikator
ini
sedangkan BI adalah persentase jumlah
menunjukkan persentase rumah yang
kontainer yang positif dengan larva Aedes
positif
sp
perkembangbiakan nyamuk. Dari hasil
dalam
100
rumah[6].
Distribusi
untuk
menjadi
tempat
kepadatan vektor nyamuk berdasarkan
perhitungan
Tabel 2 diketahui sebelum pemberian
Kelurahan Gedongkiwo didapatkan nilai
buku saku DBD didapatkan CI sebesar
CI dan HI masih lebih tinggi dari standar
62%, HI sebesar 86%. Setelah diberikan
WHO yang menyatakan suatu wilayah
pemberian
dikatakan mempunyai kepadatan jentik
buku
saku
DBD
semua
kontainer menurun jumlahnya CI menjadi
dan
329
keberadaan
penyebaran
vektor
jentik
yang
di
tinggi
Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap Penurunan Kepadatan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti L. di Kelurahan Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta
serta
berisiko
tinggi untuk penularan
mempengaruhi kesadaran seseorang untuk
DBD jika CI ≥ 5% dan HI ≥ 10%. Nilai BI
bisa merubah perilakunya. Nilai BI jika
diberikan buku saku sebesar 328% dan
dibandingkan dengan standard WHO yaitu
sesudah diberikan buku saku menjadi
50% masih sangat jauh[7]. Hal ini berarti
118%. Hal ini menunjukkan meskipun
wilayah Gedongkiwo masih memiliki
pemberian buku saku sudah jelas mampu
tingkat kepadatan nyamuk A. Aegypti
memberikan efek penurunan kepadatan
yang masih cukup tinggi untuk bisa
nyamuk tetapi masih banyak faktor yang
menyebarkan penyakit DBD.
400
300
Sebelum
200
Sesudah
100
0
HI
CI
BI
Gambar 1. Nilai HI, CI dan BI Sebelum dan Sesudah Pemberian Buku Saku DBD
Apabila kondisi ini terus didiamkan
of change. Program yang diciptakan oleh
saja tanpa adanya upaya preventif seperti
pemerintah tidak akan menunjukkan hasil
penyadaran perilaku masyarakat untuk
yang signifikan tanpa adanya peran serta
berperan aktif dalam upaya 3M maka
masyarakat di dalamnya. Penyelengaraan
kasus DBD akan tetap terjadi. Penyakit
upaya
DBD sangat dipengaruhi oleh kondisi
pemberdayaan masyarakat dalam kaitan
lingkungan baik lingkungan fisik ataupun
ini perilaku hidup masyarakat sejak usia
sosial. Lingkungan social memberikan
dini perlu ditingkatkan melalui berbagai
pengaruh yang sangat besar terhadap
kegiatan
kondisi
Perilaku
kesehatan, sehingga menjadi bagian dari
masyarakat yang cenderung tidak peduli
norma hidup dan budaya masyarakat
terhadap beberapa program pemerintah
dalam
dalam
kemandirian masyarakat dalam rangka
lingkungan
pencegahan
fisik.
DBD
akan
memberikan efek yang besar. DBD yang
kesehatan
penyuluhan
meningkatkan
hidup sehat8.
melibatkan masyarakat luas sebagai agent
330
tidak
dan
lepas
dari
pendidikan
kesadaran
dan
Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2
KESIMPULAN DAN SARAN
Ada pengaruh pemberian buku saku
DBD terhadap kepadatan jentik telah
terjadi
penurunan
tingkat
kepadatan
Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi, Rieneka cipta, Jakarta :
Hal. 124, 182.
Dirjen.
populasi nyamuk Ae. aegypti di Kelurahan
Gedongkiwo
Mantrijeron
Yogyakarta.
Dengan penurunan nilai HI sebesar 30%,
nilai CI penurunannya 40% dan nilai BI
penurunannya sebesar 210%. Untuk dapat
mengendalikan
populasi
nyamuk
Ae.
Aegypti diperlukan kolaborasi yang kuat
dan berkesinambungan antara pemerintah
dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, O., 2008, Demam Berdarah
Dengue: Penyakit dan Cara
Pencegahanya,
Kanisus,
Yogyakarta.
Hasyimi, M., dan Soekirno., 2004,
“Pengamatan Tempat Perindukan
Aedes aegypti pada Tempat
Penampungan Air Rumah Tangga
pada Masyarakat Pengguna Air
Olahan”,
Jurnal
Ekologi
Kesehatan, Vol 3, No. 1, April
2004 hal. 37,42.
WHO,
Notoatmodjo,
S.,2007,
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Rineka Cipta, Jakarta : Hal. 3,
9,69, 70, 107, 108, 109, 110, 111,
112, 140, 141.
Subargus, A., 2007, “Analisis terhadap
Kebijakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) Dalam Upaya
Peanggulangan Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Wilayah
Provinsi
Daerah
Istimewah
Yogyakarta”,
h