DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PENYAKIT MEN

Jurnal
Kesehatan Masyarakat
DEWAN REDAKSI
PENASEHAT
Prof. H. Sugeng Juwono Mardihusodo, dr. DAP&E, M.Sc (Tropmed)
PENANGGUNGJAWAB
Ariana Sumekar, SKM.,M.Sc
PIMPINAN REDAKSI
Siti Uswatun Chasanah, S.K.M.,M.Kes.
SEKERTARIS REDAKSI
Heni Febriani, S.Si.,M.P.H.
BENDAHARA
Sigit Hartono, S.E.
PENANGGUNG JAWAB EDITOR
Tedy Candra Lesmana, S.Hut.,M.Kes.
HUMAS DAN PUBLIKASI
Sri Lestari, S.K.M.

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT adalah jurnal mengenai kesehatan masyarakat yang diterbitkan
oleh prodi kesehatan masyarakat STIKES Wira Husada. Jurnal terbit dua kali dalam satu tahun untuk
volume yang sama. Jurnal ini diterbitkan sebagai wahana komunikasi ilmiah antar akademisi, peneliti,

pakar dan pemerhati untuk pengembangan IPTEK dalam bidang kesehatan masyarakat. Isi jurnal ini
berupa hasil penelitian, kasus lapangan, resensi buku, atau kajian ilmiah bidang kesehatan masyarakat.
Artikel topik khusus dimungkinkan untuk diterbitkan di dalam jurnal. Pengiriman naskah, surat-menyurat
dan permintaan berlangganan, dialamatkan kepada redaksi.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan atas tersusunnya Jurnal
Kesehatan Masyarakat Volume 08/Nomor 1/Maret/2015. Dalam tersusunnya Jurnal
Kesehatan Masyarakat edisi ini, semoga dapat memberikan manfaat dan memperluas
wawasan dibidang penelitian dan pendidikan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan pada para penulis dalam Jurnal
Kesehatan Masyarakat yang telah berkenan menjalin kerjasama dalam menerbitkan
naskah Jurnal ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada segenap jajaran
Jurnal Kesehatan Masyarakat atas dedikasi dan kerjasamanya dalam upaya
mewujudkan penerbitan Jurnal Kesehatan Masyarakat edisi ini.

Salam,

Redaksi


Jurnal Kesehatan Masyarakat
Volume 08/Nomor 1/Maret/2015
Daftar Isi:

ARTIKEL PENELITIAN

Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja ........................................ 309
Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa
di Kabupaten Rembang ............................................................................................. 318
Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap
Penurunan Kepadatan Jentik Nyamuk aedes aegypti L. di Kelurahan
Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta ............................................................... 326
Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan kinerja Perawat di
Ruang Rawat Inap ..................................................................................................... 332
RSUD Ahmad Yani Metro Lampung dampak Perubahan Iklim pada Penyakit
Menular: sebuah Kajian Literatur .............................................................................. 342
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Imunisasi Dasar pada
Bayi di Puskesmas Jetis Kota Yogyakarta ................................................................. 349
Perbedaan Konsentrasi Perekat antara Briket Bioarang Tandan Kosong Sawit
dengan Briket Bioarang Tempurung Kelapa Terhadap Waktu Lama Membara .......... 356

Dampak Psikologis Terhadap Istri yang Menjadi Korban Kekerasan dalam
Rumah Tangga Di P2TP2A provinsi Kalimantan Timur Tahun 2014 ........................ 369
Analisis Pengetahu, Sikap, Dan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri
(Apd) pada Perajin Perak di Industri Perak “X” Yogyakarta ...................................... 374
Hubungan Antara Dukungan Keluarga dan Motivasi Kontrol Gula Darah
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Klinik Kartika Husada Sitimulyo Piyungan
Bantul ....................................................................................................................... 382

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/ No.01/Maret/2015
MANAJEMEN PENGOLAHAN LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT JOGJA
Muchsin Maulana1, Hari Kusnanto2, Agus Suwarni3
1

Postgraduate of Public Health, Gadjah Mada University. [email protected]
2
Field Epidemiology Training Program, Gadjah Mada University
3
Health Polytechnic, Health Ministries
Diterima 17 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015


ABSTRACT
Jogja Hospital is a Government-owned Hospital run by the Government of city of
Jogyakarta. In its daily activities, the hospital produces waste which, if not properly
discharged or burned, may cause adverse effect on workers as well as the
surrounding area. Jogja hospital has Incinerator, thus simplifying the management
such waste. The waste management including the rules, procedures and
policymaking need to be explored to investigate the process of waste management of
Jogja hospital. Methods in this study used a qualitative descriptive case study in
order to get a clear picture or description about certain situation objectively. The
unit analysis was the solid waste management in the Jogja Hospital. In-depth
interviews were conducted with the Head of Environmental Health Installation and
Waste Management Officer. Data were obtained through observation, in-depth
interviews and document studies. The results shows, the process of solid waste
management at the Jogja hospital was carried out by the hospital waste management
officer under the direction of the Hospital Environmental Health Installation. Waste
Management Officer was a by-contract employee financed by the Hospital. The
Incinerator Facility helped the hospital in processing the medical waste.
Keywords: Management; treatment; solid waste, Hospital Jogja


ABSTRAK
Rumah Sakit Jogja merupakan Rumah Sakit Pemerintah yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Jogja. Rumah Sakit Jogja dalam kegiatan seharinya menghasilkan
limbah dan jika tidak dilakukan pembuangan atau pembakaran dengan benar maka
akan menimbulkan efek buruk pada petugas maupun daerah sekitar. Rumah Sakit
Jogja memiliki insinerator, sehingga mempermudah dalam pengelolaan limbah
Rumah Sakit. Pengelolaan limbah, peraturan, prosedur tetap serta pengambilan
kebijakan perlu diekplorasi untuk mengetahui bagaimana proses pengelolaan limbah
di Rumah Sakit Jogja. Metode penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus
deskriptif kualitatif dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif. Unit analisis adalah manajemen limbah padat
di Rumah Sakit Jogja. Wawancara mendalam dilakukan kepada Kepala Instalasi
Kesehatan Lingkungan dan Petugas Pengelolaan Limbah. Sumber data didapat dari
observasi, wawancara mendalam dan studi dokumen. Hasil penelitian menunjukkan
proses pengelolaan limbah padat di Rumah Sakit Jogja dilakukan oleh Petugas
Pengelolaan Limbah di bawah arahan Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Petugas Pengelolaan Limbah merupakan tenaga kontrak dengan pembayaran

309


Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
swadana dari rumah sakit. Fasilitas incenerator di rumah sakit memberikan
kemudahan dalam proses pengolahan sampah medis.
Kata Kunci: Manajemen, pengolahan, limbah padat, Rumah Sakit Jogja

menyebabkan

PENDAHULUAN
Selama beberapa dekade, organisasi
kesehatan memiliki layanan outsourcing

signifikan

peningkatan
dalam

yang

kualitas


tingkat

pelayanan[1].
Untuk

seperti layanan makanan dan rumah

pelaksanaan

reformasi

Wideman

kesehatan yang efektif, berbagai bentuk

mengemukakan program perawatan yang

dan tingkat privatisasi telah menjadi

dikelola


komponen penting

tangga.

Sarpin

saat

mengurangi

dan

ini

biaya

mencoba

untuk


kesehatan

dengan

kesehatan

di

baru

terutama

di

mempertahankan

standar

solusi


yang

diusulkan untuk meningkatkan sistem

beralih ke outsourcing dalam cara-cara
untuk

dari

seluruh

dunia,

negara

namun

berkembang,


menanggapi

terbatasnya data yang tersedia untuk

realitas ekonomi saat ini[1]. Outsourcing

mengevaluasi efek dan konsekuensi dari

memiliki banyak manfaat dan merupakan

privatisasi

solusi untuk membatasi keuangan dan

kesehatan yang digunakan eksekutif atau

kebutuhan investasi kurang modal[2].

pimpinan rumah sakit untuk memenuhi

tinggi

perawatan

sambil

Alasan untuk outsourcing: 1) untuk

target

[4].

Salah

menghemat

satu

biaya

strategi

adalah

mengurangi biaya; 2) untuk fokus pada

outsourcing, namun outsourcing akan

keunggulan kompetitif inti; 3) untuk

gagal jika tidak ditangani dengan baik.

memperkenalkan

Sangat sedikit penelitian yang telah

fleksibilitas

kerja; 4)

untuk mengelola

masalah

hubungan

peningkatan

terkait

tenaga
masalah-

industrial
dalam

dan

kekuatan

dilakukan

pada

proses

pengambilan

keputusan outsourcing di sektor publik
terutama di sektor kesehatan [5].
Rumah

manajemen atas tenaga kerja; 5) untuk

Sakit

Jogja

merupakan

memenuhi tujuan pribadi, dan 6) untuk

rumah sakit pemerintah yang berhasil

membentuk
publik

untuk

lembaga-lembaga

sektor

melakukan pengolahan limbah dengan

menyesuaikan

dengan

baik, sehingga perlu diekplorasi untuk

agenda pemerintah yang menyediakan

mengetahui

dana

fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah

tersebut[3].

penyedia

layanan

Kerjasama
kontrak

dengan
telah

310

bagaimana

pemanfaatan

Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni

Kota Yogyakarta dan proses pengelolaan

Sakit Jogja mempunyai koordinasi yang

limbah di Rumah Sakit Jogja.

baik dalam distribusi kerja, hal ini
dikarenakan pembagian kerja yang merata
sehingga

METODE
Penelitian

ini

menggunakan

rancangan studi kasus deskriptif kualitatif
untuk menggambarkan manajemen limbah
padat di Rumah Sakit Jogja. Wawancara
mendalam
Instalasi

dilakukan
Kesehatan

kepada

Kepala

Lingkungan

dan

Petugas Pengelolaan Limbah. Sumber
data didapat dari pengamatan, wawancara

tidak

pekerjaan.

terjadi

penumpukan

Lundstrom

memaparkan

petugas kesehatan memiliki peran penting
dalam pengelolaan lingkungan efek dari
praktik mereka[6]. Setiap upaya yang
dilakukan oleh mereka membangun basis
suara

perilaku

dan

pemikiran

yang

diperlukan untuk mencapai visi yang lebih
besar untuk planet yang sehat. Sumber
daya manusia yang bekerja di Instalasi

mendalam dan studi dokumen.

Kesehatan

Lingkungan

pengolahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

limbah

yaitu

yang

petugas

berhadapan

langsung dengan limbah dan bertanggung
Manajemen Kontrak
Hasil

pengamatan

jawab penuh atas limbah yang berasal dari
menunjukkan

sumber daya manusia yang mengelola

rumah sakit maupun limbah yang berasal
dari luar rumah sakit.

limbah Rumah Sakit Jogja adalah petugas
yang

bekerja di Instalasi

Kesehatan

Lingkungan dan petugas yang langsung
berhadapan dengan limbah padat rumah
sakit

(petugas

Petugas

yang

pengolahan
bekerja

di

limbah).

Sumber

dalam

Jogja berdasarkan jenis jabatan dan tugas,
pendidikan serta jumlah tenaga yang
bekerja tersaji pada Tabel 1.

Instalasi

Instalasi Kesehatan Lingkungan, Kepala
Sub-Instalasi I, Kepala Sub-Instalasi II,
Sub-Instalasi

manusia

pengolahan limbah padat di Rumah Sakit

Kesehatan Lingkungan terdiri dari Kepala

Kepala

daya

Administrasi

Logistik, Perencanaan dan Pengembangan
dan Staf Urusan.
Sumber daya manusia yang berada
di Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah
311

Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja
Tabel 1. Sumber Daya Manusia dalam Pengolahan Limbah Padat di Rumah Sakit
Jogja
No
1.
2.
3.
4.

Jenis Jabatan dan Tugas
Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan
Kepala Sub Instalasi I
Kepala Sub Instalasi II
Kepala Sub Instalasi Administrasi
Perencanaan dan Pengembangan
Staf Urusan
Petugas pengolahan Limbah (PPL):
o Operator Insinerator
o Petugas Limbah Medis
o Petugas Limbah Non Medis

5.
6.

Hasil
terhadap

wawancara
Kepala

Instalasi

Logistik,

di

Pendidikan
S 1/SE
D3/AMKL
S 1/SKM
D3/AMKL

Jumlah
1
1
1
1

D3/AMKL

1

SMA/SMP
SMA
SMA

2
1
3

mendalam

turun

Kesehatan

pelatihannya ya dari bagian Instalasi

Lingkungan untuk mengetahui jumlah dan

Kesehatan

status petugas pengolahan limbah sebagai

mas…”.

lapangan…
Lingkungan

Patil

berikut:
“Jumlah PPL ada 6 orang mas, trus

yang
Rumah

mengemukakan

kasi
Sakit

program

pelatihan wajib dilakukan untuk seluruh

pendidikan mereka 5 orang tamatan SMA

staf

dan 1 orang tamatan SMP, mmm… 1

membiasakan mereka dengan prosedur

orang petugas sampah medis, 3 orang

operasi yang dipraktikkan di rumah

petugas sampah non medis dan 2 orang

sakit[7]. Sawalem et al memaparkan, hasil

operator Insinerator mas. Petugasnya itu,

survei pada personil, 85% termasuk

karyawan

manajer, staf pembersih, dan pekerja

kontrak

kontrak/cleaning
mas,

dengan

service

pembayaran

swadana dari rumah sakit”.

baru

di

lingkungan,

rumah

tidak

sakit

dilatih

untuk

untuk

pengelolaan sampah di rumah sakit dan

Hasil wawancara dengan Petugas

tidak memiliki penjelasan rinci tentang

Pengelolaan Limbah (PPL) Padat Rumah

tugas mereka dalam hal penanganan

Sakit Jogja untuk mengetahui riwayat

limbah, 55% dari dokter dan perawat tidak

pelatihannya sebagai berikut:

mengetahui protokol pengelolaan limbah

“Untuk pelatihannya kami belum
pernah

mendapatkan

pelatihan

yang

rumah

sakit

dan

menunjukkan

pengetahuan yang cukup tentang potensi

resmi e mas… hanya pelatihan dari

bahaya,

Rumah Sakit yang diberikan sebelum kami

bertanggung jawab untuk transportasi

312

dan

90%

pekerja

kota

Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni

limbah

rumah

sakit

ke

tempat

rangka

mewujudkan

dan

memenuhi

pembuangan akhir dan tidak pernah

standar kualitas kesehatan pengelolaan

waspada terhadap bahaya terkait dengan

sampah di fasilitas kesehatan, pekerja

limbah rumah sakit[8].

harus dilatih untuk melaksanakan tugas
perbedaan

mereka secara akurat dan aman[12]. Di

antara rumah sakit umum dan swasta

Thailand, meskipun rumah sakit tidak

terutama karena ukuran unit-unit atau

memiliki program reguler pelatihan untuk

bagian yang ada dalam rumah sakit.

staf, semua staf baru atau anggota diberi

Rumah sakit umum terdapat bagian atau

orientasi menyeluruh dan kuliah tentang

instalasi yang bertanggung jawab untuk

keselamatan kerja di tempat kerja dan

pengumpulan

berhubungan dengan manajemen limbah.

Ferreira

menjelaskan

sampah dalam

layanan

(penyimpanan di tempat), transportasi di

Penelitian

tempat pusat penyimpanan sementara,

pengelolaan limbah klinis yang lemah

transportasi

off-site

dan

pembuangan

Blenkharn

menyatakan

memperburuk risiko infeksi bagi yang

akhir, sedangkan rumah sakit swasta,

terkena

cleaning service melakukan semua operasi

kompromi

pengelolaan

memiliki implikasi kontrol infeksi[13].

limbah

di

rumah

sakit

sebelum transportasi off-site dilakukan

limbah

medis,

kebersihan

Kepala

seharusnya
rumah

Instalasi

Kesehatan

oleh perusahaan yang bertanggung jawab

Lingkungan

untuk pembuangan akhir[9]. Penelitian

menyatakan PPL merupakan karyawan

Blenkharn menyatakan petugas harus

kontrak

diberikan

untuk

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, serta

dengan

pembayaran swadana dari rumah sakit.

keselamatan

Kebijakan ini pula yang membuat PPL

latihan

memastikan
benar

untuk

yang

sampah

tepat

dikelola

menjamin

di

Rumah

sakit

bawah

Sakit

kendali

Jogja

Instalasi

mematuhi standard operating procedur

karyawan dan orang lain[10].
Penelitian Abdullah menunjukkan

yang berlaku dalam pengolahan limbah di

kebutuhan akan program pelatihan untuk

Rumah Sakit Jogja. Young memaparkan

berbagai tingkat staf di rumah sakit dari

pada sektor kesehatan, outsourcing lebih

administrator, manajer, dokter, perawat,

sering terjadi pada layanan non-klinis dari

sampai

dan

layanan klinis[14]. Mengingat daerah

pemeliharaan limbah serta staf operasi

mana yang menjadi outsourcing yang

insinerator[11]. Ali mengemukakan dalam

dibuat pada basis seperti karakteristik dari

petugas

penanganan

313

Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja

pasar tenaga kerja, termasuk tingkat

memberikan kontrak penyedia layanan

keterampilan karyawan dan ketersediaan

kerangka kerja yang diharapkan akan

tenaga kerja, sifat hubungan industrial dan

membantu mereka dalam meningkatkan

persepsi tentang apa inti dalam kaitannya

bisnis mereka di pasar yang dinamis dan

dengan

meskipun

berkembang pesat[1]. Penelitian Danvers

persepsi itu konsisten. Menurut Towne

dan Nikolov di 16 negara bagian dan

dan Hoppszallern dengan biaya kesehatan

empat

yang

mengidentifikasi ada dampak keuntungan

perawatan

meningkat,

pasien,

masuk

akal

untuk

wilayah

Amerika

Serikat,

menyimpulkan bahwa rumah sakit akan

dari outsourcing

melihat ke outsourcing/kontrak sebagai

perkotaan, tetapi efek yang agak positif

cara tradisional untuk mengendalikan

untuk rumah sakit pendidikan[17]. Chih et

biaya. Rumah sakit, terutama untuk rumah

al

sakit umum, bisa mendapatkan manfaat

terutama

dari outsourcing untuk menghidupkan

mendapatkan manfaat dari outsourcing

kembali keterbatasan sumber daya penuh

untuk menghidupkan kembali waktu kerja

waktu-setara dan manusia[15]. Castella

penuh

menyimpulkan

strategi

keterbatasan sumber daya manusia[18].

memiliki

Keuntungan lainnya seperti menghemat

banyak kesempatan untuk meningkatkan

energi personil manajemen, meningkatkan

pelayanan umum rumah sakit, mengurangi

efisiensi dan semangat kerja karyawan,

biaya,

dan

dan membantu rumah sakit memperoleh

instalasi, tanpa menggunakan sumber

instrumen baru tanpa beban keuangan.

daya yang terbatas rumah sakit terutama

Peneliti

menarik

ditujukan

yang

langkah

ini

yang

menjamin efektifnya penggunaan tenaga

sebenarnya[16]. Socrates and Michael

pengolahan limbah, sehingga jika PPL

penelitian di rumah sakit publik Yunani

melakukan kesalahan yang fatal maka

dalam

sewaktu-waktu dapat diputus kontrak

bahwa

outsourcing/kontrak

memperbarui

merupakan

untuk
bisnis

penggunaan

dalam
kami

peralatan

kesehatan,
inti

kontrak

penyedia

layanan menunjukkan outsourcing dalam

pemikiran

potensi

untuk

dan

rumah sakit

bahwa

rumah sakit,

rumah

sakit

paruh

waktu

kesimpulan

diambil

dalam

menurut kesepakan tersebut.

kesehatan publik organisasi di Yunani
memiliki

menjelaskan

untuk

untuk

pengembangan lebih lanjut. penelitian ini

314

umum,

dalam

bahwa
rangka

Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni

Abdullah, F., Qdais H, A., & Rabi, A.

KESIMPULAN DAN SARAN

(2007)

Organisasi pengelolaan limbah di

Site

medical

Rumah Sakit Jogja mempunyai organisasi

investigation

waste

on

management

practices in northern Jordan. Waste

tersendiri dengan tingkat kompetensi dan

Management, Vol 28 450–458.

akses organisasi baik, yang mana sudah
ada bidang yang membawahi masalah

Aksan, H, AD., Ergin, I., & Ocek, Z.,

sanitasi lingkungan Rumah Sakit Jogja

(2010) The change in capacity and

(Instalasi Kesehatan Lingkungan). Petugas

service delivery at public and

Pengelolaan Limbah (PPL) merupakan

private hospitals in Turkey: A

karyawan kontrak di bawah kendali

closer look at regional differences.

Instalasi Kesehatan Lingkungan Rumah

Ali, M., & Kuroiwa, C. (2009 ) Status and

Sakit dengan pembayaran swadana dari

Challenges

Rumah Sakit. Pertemuan secara rutin

Waste Management: Case Studies

dengan
Rumah

mengikutsertakan
Sakit,

Bagian

Pimpinan

from

Administrasi,

of

Hospital

Thailand,

Solid

Pakistan,

and

Mongolia. J Mater Cycles Waste

Kepala Instalasi Kesehatan Lingkungan,

Management, Vol 11:251–257.

Staf, Petugas Pengelolaan Limbah yang
secara langsung maupun tidak langsung

Blenkharn,

kesulitan

praktis

(2006a)

Potential

clinical waste carts. Journal of

rangka untuk berbagi dan mendiskusikan
atau

I.

compromise of hospital hygiene by

terlibat dengan pengelolaan limbah dalam

teknis

J,

Hospital

dan

Infection,

Vol

63,

423e42.

memberikan saran khusus ke Rumah

Blenkharn, J, I. (2006b) Standards of

Sakit.

Clinical Waste Management in UK
Hospitals. Journal of Hospital

DAFTAR PUSTAKA

Infection, Vol 62, 300–303.

Ab Rahim, N., Baldry, D., & Amaratunga,
D. (2010) Decision Making in

Castella,

F.,

Outsourcing Support Services in

hospital

The

Hospital

United

Kingdom

Public

(1999)

Outsourcing

services:
of

in

Teaching

Badalona,

Spain.

Health Estate, 1999 Jun;53(5):32-

Healthcare.

4.

315

Manajemen Pengolahan Limbah Padat Rumah Sakit Jogja

Hospital:a Case Study. Journal of

Chih, T, H., Jar, Y, P., Hero C. (2009) The
study

on

the

outsourcing

Waste Management, 25 592–599.

of

Taiwan's hospitals. BMC Health

Sawalem, M., Selic, E., & Herbell, J, D.

Services Research 2009, 9:78

(2009)

affect

profitability:

Department

study. Waste Management. 29

hospital

1370–1375.

of

Accountancy, Clarion University,

Socrates, J, M., & Michael, N, K.,

Clarion, Pennsylvania, USA. J
Health

Care

Finance,

Outsourcing in public hospitals: a

2010

Greek

Fall;37(1):13-29.

Program

About

of

Journal

Organization

of
and

Management Vol. 20 No. 1, 2006.
Tourani, S., Maleki, M., Ghodousi, M, S.,

Medical Waste Management on
Awareness

perspective.

Health

El-Sharkawy, G, F. (2009) Effect of An
Educational

waste

management in Libya: A case

Danvers, K., & Nikolov, P., (2010)
outsourcing

Hospital

& Gohari M.R (2010), Efficiency

Internship

and Effectiveness of the Firoozgar

Physicians in Zagazig University

Teaching

Hospitals. Journal of Occupational

after Outsourcing, Tehran, Iran,

Health and Safety. Vol. 2 No. 1

Journal of Health Administration

June.

2010; 12 (38).

Ferreira, V., & Teixeira, M, R., (2010),

13th Annual Contract Management

Practices and Associated Risk

Survey: This article first appeared

Perceptions in Algarve Hospitals,

in the October 2003 issue of

Portugal. Faculty of Sciences and
University

Pharmacy

Towne, J., & Hoppszallern, S., (2003)

The Medical Waste Management

Technology,

Hospital's

H&HN magazine.

of

Algarve, Campus de Gambelas,

Young, S. (2005) Outsourcing in the
Health Sector: The Interplay of

Faro; Portugal.

Economics
Patil, G, V., & Pokhrel, K. (2004)
Biomedical

Solid

Waste

Management

in

Indian

an

and

Politics,

International Journal of Public
Sector Management, 18(1) p25-36.
Young, S. (2007) Outsourcing: two case
studies from the Victorian public

316

Muchsin Maulana, Hari Kusnanto, Agus Suwarni

hospital
Planning,

sector,

Policy

Australian

and
Health

Review February 2007 Vol 31 No
1.

317

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/No.01/Maret/2015
KUALITAS PELAYANAN ANTENATAL BIDAN DAN PENCAPAIAN CAKUPAN K4
BIDAN DESA DI KABUPATEN REMBANG
Fitri Indrawati1
1

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
Diterima 24 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015

ABSTRACT
Many factors affect the achievement of K4. Coverage of K4 in Rembang District
in 2013 has yet to reach the target set by the national (93%) that is equal to 80,79%.
The purpose of this study was to determine the relationship between the quality of
antenatal care provided by midwives with the coverage K4 midwife. The study is an
observational analytic study with cross sectional approach. The population in this
study were all midwives in Rembang, amounting to 287 midwives. The sample in this
study is the 75 village midwive. The results of this study showed that there was
significant relationship between the quality of antenatal care provided by midwives
with the coverage K4 midwive.
Keyword: quality of service; antenatal; midwives; K4 scope

ABSTRAK
Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian K4. Cakupan K4 di Kabupaten
Rembang pada tahun 2013 masih belum mencapai target yang ditetapkan nasional
(93%) yaitu sebesar 80,79%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan desa dengan
pencapaian cakupan K4 bidan desa. Penelitian ini merupakan penelitian analitik
observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh bidan desa di Kabupaten Rembang yang berjumlah 287 bidan. Sampel pada
penelitian ini adalah bidan desa yang berjumlah 75 bidan. Ada hubungan yang
bermakna antara kualitas pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan desa dengan
pencapaian cakupan K4 bidan desa. Saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten
Rembang adalah agar memberikan pendidikan yang berkelanjutan kepada bidan desa
sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Keyword: kualitas pelayanan; antenatal; bidan; cakupan K4

Indonesia sesuai dengan target yang

PENDAHULUAN
Angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih tetap tinggi. Berdasarkan
Survei

Demografi

dan

Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
kematian ibu sebesar 359 per 100.000
kelahiran

hidup[1].

Target

AKI

di

dituangkan

dalam

Millennium

Development Goal (MDG) sebesar 102
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun
2015[2].

Kebijakan

Departemen

Kesehatan dalam upaya mempercepat
penurunan AKI dan Angka Kematian

318

Fitri Indrawati

Bayi (AKB) pada dasarnya mengacu

antenatal dan peningkatan K1 dan K4 ibu

kepada intervensi strategis “Empat Pilar

hamil dengan tujuan untuk memenuhi hak

Safe Motherhood” (keluarga berencana,

setiap ibu hamil memperoleh pelayanan

ANC,

antenatal

persalinan

bersih

dan

aman,

yang

berkualitas

pelayanan dasar obstetri). Akses terhadap

mampu

pelayanan antenatal di Indonesia sudah

sehat,

cukup baik, namun mutu pelayanan

melahirkan bayi yang sehat. Sasaran

antenatal

penggunaan buku pedoman ini adalah

itu

sendiri

masih

perlu

tenaga

ditingkatkan[3].
WHO)merekomendasikan minimal
empat

kunjungan

antenatal,

dengan

menjalani

sehingga

kehamilan

dengan

bersalin dengan selamat,

kesehatan

yang

dan

memberikan

pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir
dan

keluarga

berencana.

Pelayanan

ketentuan waktu pemberian pelayanan

antenatal adalah pelayanan kesehatan

yang dianjurkan yaitu minimal 1 kali pada

yang diberikan kepada ibu selama masa

triwulan pertama, 1 kali pada triwulan

kehamilannya

kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga

pelayanan

yang

seperti

anamnesis, pemerikasaan fisik umum dan

vaksinasi tetanus toxoid, skrining dan

kebidanan, pemeriksaan laboratorium atas

pengobatan untuk infeksi, dan identifikasi

indikasi tertentu serta indikasi dasar dan

tanda-tanda bahaya selama kehamilan.

khusus. Cakupan K4 adalah pelayanan

Selain itu, WHO menyarankan bahwa

antenatal sesuai standar paling sedikit 4

pelaksanaan dari suatu paket intervensi

kali, yaitu minimal 1 kali pada triwulan

yang

perawatan

pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2

antenatal harus dimonitor dan diaudit

kali pada triwulan ketiga. Cakupan K4

dengan fokus pada kualitas pelayanan,

merupakan salah satu indikator yang

yaitu praktek-praktek berbasis bukti yang

digunakan dalam mengukur keberhasilan

dimaksudkan untuk disampaikan melalui

pelayanan antenatal. Pelayanan antenatal

program ini, outcome ibu dan perinatal,

terpadu diberikan oleh tenaga kesehatan

terutama saat dilahirkan[4].

yang kompeten yaitu dokter, bidan dan

terdiri

dari

kompleks

intervensi

seperti

sesuai

antenatal

dengan
yang

standar

mencakup

Kementerian

perawat terlatih sesuai dengan ketentuan

Pedoman

yang berlaku. Pelayanan antenatal terpadu

Pelayanan Antenatal Terpadu sebagai

terdiri dari: anamnesa, pemeriksaan fisik,

salah satu panduan untuk pelaksanaan

penanganan tindak lanjut, pencatatan hasil

Pemerintah
Kesehatan

melalui

mencanangkan

319

Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa di Kabupaten
Rembang

pemeriksaan

antenatal

terpadu

Kualitas pelayanan antenatal adalah

dan

komunikasi informasi dan edukasi (KIE)

segala

yang efektif[5].

kesehatan yang diberikan kepada ibu

Target cakupan K4 nasional pada

bentuk

aktivitas

pelayanan

selama masa kehamilannya sesuai dengan

tahun 2012 adalah sebesar 90%. Pada

standar

tahun 2012 angka cakupan pelayanan

mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik,

antenatal secara nasional untuk persentase

diagnosis

pencapaian K4 sebesar 90,18%. Masih

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)

terdapat disparitas antar provinsi dan antar

antenatal dan dokumentasi kebidanan

kabupaten/kota yang variasinya cukup

bidan[8]. Dari latar belakang tersebut

besar(6). Pencapaian cakupan K4 di Jawa

maka penulis tertarik untuk melakukan

Tengah pada tahun 2012 secara umum

penelitian tentang

sudah melampaui target nasional, yakni

antenatal terhadap pencapaian cakupan K4

sebesar

bidan desa di Kabupaten Rembang tahun

92,99%,

tetapi

beberapa

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah masih

pelayanan

antenatal

kebidanan

yang

intervensi,

kualitas

pelayanan

2013.

memiliki cakupan kunjungan K4 di bawah
target[6]. Pada tahun 2013 target yang

METODE
Jenis penelitian ini observasional

ditetapkan secara nasional untuk cakupan

cross

K4 adalah 93%. Dari 35 Kabupaten/Kota

analitik,

dengan

di Jawa Tengah terdapat 7 Kabupaten

sectional.

Data

yang persentase cakupan K4 kurang dari

wawancara langsung dan pengamatan

target nasional. Salah satunya adalah

dengan

Kabupaten Rembang, yakni menduduki

lembar pengamatan. Populasi penelitian

peringkat 3 terendah. Dengan persentase

ini adalah seluruh bidan desa pelaksana

cakupan

K4

Kabupaten

rancangan
dikumpulkan

menggunakan

melalui

kuesioner

dan

sebesar

80,79%[7].

Di

KIA/pelayanan antenatal di wilayah kerja

Rembang

terdapat

16

Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang

puskesmas dengan jumlah bidan desa

sebanyak

sebanyak 287 bidan. Dari 287 bidan desa,

penelitian ini sebanyak 75 bidan desa

94 bidan desa telah memenuhi target

diambil dengan simple random sampling.

nasional cakupan K4, sedangkan yang

Data

belum

variabel

memenuhi

target

pencapaian

cakupan K4 nasional sebanyak 193 bidan.

287

diolah

bidan

desa.

menggunakan

tunggal

untuk

Sampel

analisis

mengetahui

distribusi frekuensi variabel bebas yaitu

320

Fitri Indrawati

kualitas pelayanan antenatal dan variabel

variabel bebas dan variabel terikat. Hasil

terikat yaitu pencapaian cakupan K4 bidan

pengumpulan, analisis dan pengolahan

desa. Analisis dua variabel digunakan

data

untuk

frekuensi disertai dengan narasi.

mengetahui

hubungan

antara

disajikan

dalam

bentuk

tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Bidan menurut Umur
Umur
25-29
30-34
35-39
40-44
≥45
Total

F

%
22
24
9
15
5
75

29,33
32,00
12,00
20,00
6,67
100,00

Umur bidan menurut Tabel 1 mempunyai frekuensi tertinggi pada umur antara 3034 tahun dengan persentase 32% dan terendah berumur ≥45 tahun dengan persentase
6,67%.
Tabel 2. Distribusi Bidan menurut Tempat Tinggal
Tempat tinggal

F

Desa
Polindes
Lain-lain

%
43
27
5
75

Total

57,33
36,00
6,67
100,00

Bidan yang bertempat tinggal di polindes menurut Tabel 2 sebanyak 57,33% dan
yang bertempat tinggal di luar desa (lain-lain) dengan sebanyak 6,67%.

Tabel 3. Distribusi Responden menurut Kualitas Pelayanan Antenatal
Kualitas Pelayanan Antenatal
Sesuai
Tidak sesuai

F

%
56
19
75

Total

321

74,67
25,33
100,00

Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan Dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa Di Kabupaten
Rembang
Tabel 4. Distribusi Bidan menurut Pencapaian Cakupan K4
Cakupan K4

F

Sesuai target
Tidak sesuai target

%
43
32
75

Total

57,33
42,67
100,00

Bidan yang memenuhi target pencapaian cakupan K4 menurut Tabel 4 diketahui
sebanyak 43 (57,33%), sedangkan yang tidak memenuhi target sebanyak 32 (42,67%).

Tabel 5. Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal dengan Pencapaian Cakupan K4
Bidan Desa
Kualitas pelayanan antenatal

Pencapaian cakupan K4
Sesuai
Tidak sesuai
Jumlah
target
target
n
%
n
%
n
%
38 88,37
18
56,25
56 100
5
11,63
14
43,75
19 100
75 100

Sesuai
Tidak sesuai
Total

Hasil uji

0,03

Tabel 5 menunjukkan hasil uji

minggu ke 36. Kunjungan antenatal bisa

statistik dengan menggunakan Chi Square

lebih dari 4 kali sesuai kebutuhan dan jika

diperoleh nilai p 0,03 maka Ho ditolak

ada keluhan, penyakit atau gangguan

dan Ha diterima berarti ada hubungan

kehamilan. Kunjungan ini termasuk dalam

antara kualitas pelayanan antenatal yang

K4[5].

diberikan

oleh

bidan

desa

dengan

Menurut

Keputusan

Menteri

pencapaian cakupan K4 bidan desa. K4

Kesehatan Republik Indonesia Nomor

adalah ibu hamil dengan kontak 4 kali

938/MENKES/SK/VIII/2007

atau lebih dengan tenaga kesehatan yang

mewujudkan pelayanan kebidanan yang

mempunyai

berkualitas diperlukan adanya standar

mendapatkan

kompetensi,
pelayanan

terpadu

untuk
dan

sebagai

acuan

bagi

bidan

untuk

dalam

komprehensif sesuai standar. Kontak 4

memberikan asuhan kepada klien di setiap

kali dilakukan pada sekali pada trimester I

tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, yang

(kehamilan hingga 12 minggu), trimester

bertujuan adanya standar sebagai acuan

ke 2 (>12-24 minggu) dan minimal 2 kali

dan

kontak pada trimester ke 3 yang dilakukan

tindakan/kegiatan dalam lingkup tanggung

setelah minggu ke 24 sampai dengan

jawab bidan, mendukung terlaksananya

322

landasan

dalam

melaksanakan

Fitri Indrawati

asuhan kebidanan berkualitas, sebagai

pasien kembali memanfaatkan pelayanan

parameter

dan

tersebut. Begitu pula dengan pelayanan

keberhasilan asuhan yang diberikan bidan

antenatal pada ibu hamil, dengan kualitas

dan sebagai perlindungan hukum bagi

pelayanan yang baik, maka cakupan K4

bidan dan klien/pasien[9].

juga semakin meningkat[13].

tingkat

kualitas

Sejalan dengan penelitian Widowati
(2006) yang menunjukkan ada hubungan

KESIMPULAN DAN SARAN
Terdapat hubungan yang bermakna

yang signifikan antara kualitas pelayanan
ANC

dengan

karakteristik

cakupan

bidan

dan

K4,

selain

kelengkapan

antara kualitas pelayanan antenatal yang
diberikan

oleh

bidan

desa

dengan

sarana[10]. Sistem perawatan kesehatan

pencapaian cakupan K4 bidan desa. Bagi

yang

Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang

berkualitas

adalah

perawatan

berkelanjutan, bukan hanya untuk layanan

untuk

pengobatan,

berkelanjutan kepada bidan desa sehingga

tetapi

untuk

promosi

memberikan

pendidikan

yang

kualitas pelayanan antenatal dapat lebih

kesehatan dan pencegahan[11].
Ketanggapan adalah kecepatan dan

optimal. Kepada bidan desa diharapkan

ketanggapan bidan dalam memberikan

untuk senantiasa meningkatkan kualitas

jasa. Dengan indikator di mana bidan

pelayanan sehingga cakupan K4 bidan

cepat dan tanggap dalam melayani ibu

desa dapat memenuhi target yang telah

hamil, dengan memberikan pemeriksaan

ditetapkan.

baik

fisik

maupun

kebidanan,

serta

memberikan pemeriksaan laboratorium

DAFTAR PUSTAKA

atas indikasi tertentu serta indikasi dasar

Statistics

Indonesia

(Badan

Pusat

dan khusus sampai dengan melakukan

Statistik) & Macro International,

KIE kepada ibu hamil. Menurut Nasriwati

2013, Indonesia Demographic and

(2010) hubungan antar manusia yang baik

Health Survey 2012, Calverton,

akan

Maryland, USA: BPS and Macro

menimbulkan

percaya,

saling

kemitraan,
menghormati

saling

International.

dan
WHO,

keterbukaan[12].
Menurut Solikhah (2008) dengan
terciptanya

kualitas

pelayanan

akan

menciptakan kepuasan pasien, sehingga

323

2011b,
Newborn

Monitoring
and

Understanding

Child
Key

Maternal,
Health:
Progress

Kualitas Pelayanan Antenatal Bidan Dan Pencapaian Cakupan K4 Bidan Desa Di Kabupaten
Rembang

Indicators.

Switzerland:

World

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2013, Laporan Penyelenggaraan

Health Organization.
Departemen

Kesehatan

Republik

Rapat Kerja Kesehatan Daerah

2007a,

Pedoman

Tahun 2013, Dinas Kesehatan

Indonesia,

Pelayanan Antenatal, Direktorat

Provinsi Jawa Tengah, Semarang.
Kesehatan

Republik

Indonesia,

2008,

Pedoman

Kesehatan Keluarga Departemen

Peningkatan

Mutu

Pelayanan

Kesehatan

Medik Dasar, Direktorat Jendral

Jendral

Pembinaan

Masyarakat,

Kesehatan

Direktorat

Republik

Departemen

Bina

Indonesia,

Bina Gizi dan KIA Departemen

Jakarta.
WHO,

WHO

2011a,

Statement

on

Kesehatan

Antenatal Care January 2011.
Switzerland:

Department

of

Indonesia,

Jakarta.
Departemen

Reproductive Health and Research

Indonesia,

World

Menteri

Health

Republik

Organization.

Kesehatan

Republik

2007b,

Keputusan

Kesehatan

Republik

Available:

Indonesia

http://whqlibdoc.who.int/hq/2011/

369/MENKES/SK/III/2007

WHORHR11.12engpdf [Accesed

Tentang Standar Profesi Bidan,

2 Februari 2015].

Kementrian Republik Indonesia.

Departemen

Nomor

Widowati, Christina dan Hakimi. H.M.

Kesehatan

Republik

Indonesia,

2010,

Pedoman

(2006).

Pelayanan

Antenatal

Terpadu,

Kesehatan Ibu dan Anak Dan

Manajemen

Direktorat Jendral Bina Gizi dan

Kualitas

KIA

Puskesmas Keacamatan Semarang

Kementrian

Kesehatan

Kesehatan

Care

di

Barat. Jurnal KMPK, Program

Republik Indonesia, Jakarta.
Kementerian

Antenatal

Pelayanan

Magister Universitas Gajahmada,

Republik

Indonesia, 2013, Rencana Aksi

No. 17 April 2006

Angka

Sajid, M.S. & Baiq, M.K., 2007, Quality

Indonesia,

of Health Care: an Absolute

Direktorat Jendral Bina Gizi dan

Necessity for Public Satisfaction.

KIA

International Journal of Health

Percepatan
Kematian

Penurunan
Ibu

di

Kementrian

Kesehatan

Care 20(6): 545-548.

Republik Indonesia, Jakarta.

324

Fitri Indrawati

Nasriwaty.

(2010).

Analisis

Kualitas

Pelayanan di Puskesmas Sulili
Kabupaten

Pinrang,

Tesis

Program Pascasarjanan Universitas
Hasanuddin Makasar.
Solikhah. (2008). Hubungan Kepuasan
Pasien

Dengan

Dalam
Pelayanan

Minat

Pemanfaatan
Pengobatan.

Pasien
Ulang
Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan,
Vol. 11, No. 4 Desember 2008.

325

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT
Vol 08/ No.01/Maret/2015
PENGARUH PEMBERIAN BUKU SAKU DEMAM BERDARAH DENGUE
TERHADAP PENURUNAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti L. di
KELURAHAN GEDONGKIWO MANTRIJERON KOTA YOGYAKARTA
Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2
1,2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Diterima 2 Februari 2015; Disetujui 28 Februari 2015

ABSTRACT
The environment is very bad Gedongkiwo Village and unhealthy. The condition
of every corner of the house a lot of small pools of unused, used items such as paint
cans scattered, small aquariums, buckets of water reservoirs and many other items
that may be a nest to lay eggs of Aedes sp. This is what causes the density of
mosquito larvae in high Gedongkiwo Village area. The objective of this study was to
know the impact of the provision of a paperback book Dengue Fever to decrease the
density of larvae of Aedes sp in Gedongkiwo Village, District Mantrijeron,
Yogyakarta. This research is a quasi experimental. The population in this study is
the number of homes that are on RT 17 and RT 18 as many as 48 houses with a total
sample of 43 homes. Analysis of the data in this study using univariate analysis to
obtain an overview of each independent variable and the dependent variable and
using bivariate analytical hypothesis test between two variables with independent
variables and the dependent variable. Giving pocket book turned out to give effect to
the dengue mosquito larvae density that can be seen from the value of HI, Cid's BI.
Keywords: Aedes aegypti L., pocket books, effectiveness.

ABSTRAK
Keadaan lingkungan Kelurahan Gedongkiwo sangat buruk dan tidak sehat.
Kondisi setiap sudut rumah banyak sekali kolam-kolam kecil yang tidak terpakai,
barang bekas yang berserakan seperti kaleng cat, aquarium kecil, ember-ember
penampungan air dan banyak barang-barang lain yang dapat menjadi tempat sarang
nyamuk Aedes sp bertelur. Hal tersebut yang menyebabkan kepadatan jentik nyamuk
di wilayah Kelurahan Gedongkiwo tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui dampak pemberian buku saku Demam Berdarah Dengue terhadap
penurunan kepadatan jentik nyamuk Aedes sp di Kelurahan Gedongkiwo,
Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperimental Populasi dalam penelitian ini yaitu jumlah rumah yang berada di RT
17 dan RT 18 sebanyak 48 rumah dengan jumlah sampel sebanyak 43 rumah.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis satu variabel untuk
memperoleh gambaran pada masing-masing variabel bebas dan terikat serta
menggunakan analisis dua variabel uji hipotesis antara dua variabel dengan variabel
bebas dan variabel terikat. Pemberian buku saku DBD ternyata memberikan
pengaruh terhadap kepadatan jentik nyamuk yaitu dilihat dari nilai HI, Cid an BI.
Kata Kunci : Aedes aegypti L., buku saku, efektivitas

326

Tri Wahyuni Sukesi, Bayu Shela

Penyebab

meningkatnya

jumlah

kasus dan semakin bertambahnya wilayah
terjangkit

Demam

A.

nyamuk

PENDAHULUAN

Berdarah

Gedongkiwo,

aegypti

di

Kecamatan,

Kelurahan
Mantrijeron

Kota Yogyakarta.

Dengue

(DBD) antara lain karena transportasi

METODE

penduduk dari suatu daerah ke daerah lain

Jenis penelitian ini adalah quasi

dalam waktu singkat, adanya pemukiman-

eksperimental. Observasi dilakukan untuk

pemukiman

mengetahui

tradisional,

baru,

pengetahuan

dan

air

perilaku

dan

penurunan kepadatan jentik nyamuk. Pre-

masih

test dilakukan sebelum pembagian buku

serta

pengetahuan

tingkat

penyimpanan

masyarakat

yang

kurang terhadap Pembersihan Sarang

saku.

Nyamuk (PSN)[1]. Promosi kesehatan

dilakukan, kemudian dilakukan post test.

dengan

pengetahuan

Perbedaan antara pre test dan post test

alat

diasumsikan

meningkatkan

masyarakat

menggunakan

bantu

Setelah

kegiatan

sebagai

intervensi

efek

dari

berupa Booklet, leaflet, flyer, poster, buku

eksperiment atau perlakuan[4]. Penelitian

saku, spanduk, video dan slide[2].

dilakukan di Kelurahan Gedongkiwo,

Yogyakarta

Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta

merupakan salah satu daerah endemis

dengan jumlah sampel sebanyak 43

DBD dengan angka insidensi DBD pada

rumah.

tahun 1999-2003 sebesar 28,2 per 10.000

kuesioner

penduduk dengan jumlah kasus sebesar

pengetahuan DBD dan checklist untuk

4.857 jiwa dan 75 jiwa di antaranya

mengukur keberadaan jentik dan alat

meninggal

bantu berupa buku saku sebagai media

Daerah

Istimewa

dunia[3].

Kelurahan

Gedongkiwo berdekatan dengan aliran

Penelitian
untuk

ini

menggunakan

mengukur

tingkat

penyampian informasi DBD.

sungai serta banyaknya kolam-kolam di
sekitar rumah yang menyebabkan nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aedes aegypti senang untuk berdiam dan

Berdasarkan hasil pemantauan jentik

bertelur yang mendasari kejadian DBD di

terhadap

Kelurahan Gedongkiwo sangat tinggi pada

jentik nyamuk Aedes sp. sebelum dan

tahun 2010. Peneliti ini dilakukan untuk

setelah pemberian buku saku DBD dapat

mengetahui dampak pemberian buku saku

diketahui pada Tabel 1.

DBD terhadap penurunan kepadatan jentik

327

kepadatan dan keberadaan

Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap Penurunan Kepadatan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti L. di Kelurahan Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta
Tabel 1. Distribusi Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes sp. Sebelum dan Setelah Pemberian
Buku Saku DBD di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta
Tahun 2012
Jenis Container

Sebelum Penyuluhan
Positif
Negatif
5
3
28
12
0
1
19
21
10
11
3
8
20
6

Tempayan
Bak Mandi Drum Ember
Penampungan Air Kulkas
Penampungan Air Dispenser
Vas Bunga
Tempat Minum Burung
Bejana Sampah Padat Ban Bekas Kaleng
Bekas Botol Bekas Pecahan Kaca Ember
Tempayan
Bak Mandi Drum Ember
Penampungan Air Kulkas
Penampungan Air Dispenser
Vas Bunga
Tempat Minum Burung
Catatan: Data primer terolah

9
0
2
0
11
9

Setelah Penyuluhan
Positif
Negatif
0
8
21
19
0
1
6
34
7
14
2
9
2
24

8
0
5
2
4
2

5
0
0
0
1
1

12
0
7
2
14
10

Kepadatan jentik nyamuk Aedes sp.

masih terdapat jentik setelah pemberian

pada Tabel 1 menunjukkan baik sebelum

buku saku adalah bak mandi sebanyak 21

maupun setelah pemberian buku saku

positif jentik, vas bunga

DBD, hampir semua jenis kontainer

positif jentik, ember sebanyak 6 positif

positif

berisi larva Aedes sp. Total

jentik, ember bekas sebanyak 6 positif

jumlah

kontainer yang positif larva

jentik, kaleng bekas berjumlah 1 positif

sebanyak 141. kontainer yang paling

jentik, penampungan air kulkas 7 positif

banyak

jentik dan tempat minum burung menjadi

ditemukan

jentik

sebelum

pemberian buku saku yaitu bak mandi

sebanyak 2

5 positif jentik.
Pengetahuan

sebanyak 28 positif, vas bunga sebanyak

masyarakat

di

20 positif, ember sebanyak 19 positif,

Kelurahan Gedongkiwo sebenarnya sudah

ember bekas sebanyak 14 positif, kaleng

sangat

bekas sebanyak 11 positif, penampungan

mendukung upaya pemberantasan DBD,

air kulkas sebanyak 10 positif, dan tempat

namun perilaku masyarakat masih sangat

minum burung sebanyak 9 positif. Setelah

buruk berdasarkan hasil penelitian dan

pemberian

jumlah

wawancara didapatkan sebagian besar

kontainer yang positif larva menurun

responden dikategorikan tidak melakukan

menjadi 51 kontainer. Kontainer yang

PSN dengan teratur. Perilaku pencegahan

buku

saku

DBD

328

positif

dan

secara

umum

Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2

masih kurang dikatakan perilaku yang

ketergantungan

baik

fogging

apabila

dalam

setiap

minggu

terhadap

sebagai

pelaksanaan

satu-satunya

metode

melakukan PSN secara rutin dengan baik

pemberantasan

minimal satu kali dalam

paling baik daripada pelaksanaan PSN

seminggu

menguras bak mandi, mengubur barang-

DBD

yang

dianggap

(3M).

barang bekas, menutup penampungan air

Berdasarkan hasil analisis indikator

setiap

kepadatan jentik nyamuk Aedes sp baik

penampungan air[5]. Selain perilaku yang

sebelum dan setelah pemberian buku saku

buruk

DBD dapat dilihat pada Tabel 2.

dan

plus

ikanisasi

pada

masyarakat

memiliki

Tabel 2. Distribusi Indikator Kepadatan Vektor Nyamuk Aedes sp. Sebelum dan Setelah
Pemberian Buku Saku DBD di Kelurahan Gedongkiwo, Kecamatan Mantrijeron, Kota
Yogyakarta Tahun 2012
Indikator
Sebelum Pemberian Buku Saku DBD
Setelah Pemberian Buku Saku DBD
Catatan: Data primer

Parameter

entomologi

CI (%)
62
22

HI (%)
86
56

BI %
328
118

yang

22%, HI menjadi 56%. Nilai BI sebelum

digunakan berupa Container Index (CI),

diberikan buku saku adalah 328% dan

House Index (HI) dan Breteau Index (BI).

yang setelah diberikan buku saku adalah

CI adalah persentase kontainer yang

118%.

mengandung larva dan atau pupa, HI

HI merupakan salah satu indikator

adalah persentase rumah yang positif

yang digunakan untuk menghitung risiko

mengandung

penyebaran

larva

dan

atau

pupa,

penyakit.

Indikator

ini

sedangkan BI adalah persentase jumlah

menunjukkan persentase rumah yang

kontainer yang positif dengan larva Aedes

positif

sp

perkembangbiakan nyamuk. Dari hasil

dalam

100

rumah[6].

Distribusi

untuk

menjadi

tempat

kepadatan vektor nyamuk berdasarkan

perhitungan

Tabel 2 diketahui sebelum pemberian

Kelurahan Gedongkiwo didapatkan nilai

buku saku DBD didapatkan CI sebesar

CI dan HI masih lebih tinggi dari standar

62%, HI sebesar 86%. Setelah diberikan

WHO yang menyatakan suatu wilayah

pemberian

dikatakan mempunyai kepadatan jentik

buku

saku

DBD

semua

kontainer menurun jumlahnya CI menjadi

dan

329

keberadaan

penyebaran

vektor

jentik

yang

di

tinggi

Pengaruh Pemberian Buku Saku Demam Berdarah Dengue Terhadap Penurunan Kepadatan
Jentik Nyamuk Aedes aegypti L. di Kelurahan Gedongkiwo Mantrijeron Kota Yogyakarta

serta

berisiko

tinggi untuk penularan

mempengaruhi kesadaran seseorang untuk

DBD jika CI ≥ 5% dan HI ≥ 10%. Nilai BI

bisa merubah perilakunya. Nilai BI jika

diberikan buku saku sebesar 328% dan

dibandingkan dengan standard WHO yaitu

sesudah diberikan buku saku menjadi

50% masih sangat jauh[7]. Hal ini berarti

118%. Hal ini menunjukkan meskipun

wilayah Gedongkiwo masih memiliki

pemberian buku saku sudah jelas mampu

tingkat kepadatan nyamuk A. Aegypti

memberikan efek penurunan kepadatan

yang masih cukup tinggi untuk bisa

nyamuk tetapi masih banyak faktor yang

menyebarkan penyakit DBD.

400
300
Sebelum

200

Sesudah

100
0
HI

CI

BI

Gambar 1. Nilai HI, CI dan BI Sebelum dan Sesudah Pemberian Buku Saku DBD

Apabila kondisi ini terus didiamkan

of change. Program yang diciptakan oleh

saja tanpa adanya upaya preventif seperti

pemerintah tidak akan menunjukkan hasil

penyadaran perilaku masyarakat untuk

yang signifikan tanpa adanya peran serta

berperan aktif dalam upaya 3M maka

masyarakat di dalamnya. Penyelengaraan

kasus DBD akan tetap terjadi. Penyakit

upaya

DBD sangat dipengaruhi oleh kondisi

pemberdayaan masyarakat dalam kaitan

lingkungan baik lingkungan fisik ataupun

ini perilaku hidup masyarakat sejak usia

sosial. Lingkungan social memberikan

dini perlu ditingkatkan melalui berbagai

pengaruh yang sangat besar terhadap

kegiatan

kondisi

Perilaku

kesehatan, sehingga menjadi bagian dari

masyarakat yang cenderung tidak peduli

norma hidup dan budaya masyarakat

terhadap beberapa program pemerintah

dalam

dalam

kemandirian masyarakat dalam rangka

lingkungan

pencegahan

fisik.

DBD

akan

memberikan efek yang besar. DBD yang

kesehatan

penyuluhan

meningkatkan

hidup sehat8.

melibatkan masyarakat luas sebagai agent
330

tidak

dan

lepas

dari

pendidikan

kesadaran

dan

Tri Wahyuni Sukesi1, Bayu Shela2

KESIMPULAN DAN SARAN
Ada pengaruh pemberian buku saku
DBD terhadap kepadatan jentik telah
terjadi

penurunan

tingkat

kepadatan

Arikunto, S., 2010, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Edisi
Revisi, Rieneka cipta, Jakarta :
Hal. 124, 182.
Dirjen.

populasi nyamuk Ae. aegypti di Kelurahan
Gedongkiwo

Mantrijeron

Yogyakarta.

Dengan penurunan nilai HI sebesar 30%,
nilai CI penurunannya 40% dan nilai BI
penurunannya sebesar 210%. Untuk dapat
mengendalikan

populasi

nyamuk

Ae.

Aegypti diperlukan kolaborasi yang kuat
dan berkesinambungan antara pemerintah
dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Hastuti, O., 2008, Demam Berdarah
Dengue: Penyakit dan Cara
Pencegahanya,
Kanisus,
Yogyakarta.

Hasyimi, M., dan Soekirno., 2004,
“Pengamatan Tempat Perindukan
Aedes aegypti pada Tempat
Penampungan Air Rumah Tangga
pada Masyarakat Pengguna Air
Olahan”,
Jurnal
Ekologi
Kesehatan, Vol 3, No. 1, April
2004 hal. 37,42.
WHO,

Notoatmodjo,
S.,2007,
Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku,
Rineka Cipta, Jakarta : Hal. 3,
9,69, 70, 107, 108, 109, 110, 111,
112, 140, 141.
Subargus, A., 2007, “Analisis terhadap
Kebijakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) Dalam Upaya
Peanggulangan Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Wilayah
Provinsi
Daerah
Istimewah
Yogyakarta”,
h